POTENSINUKLIR
INDONESIA
PROF. DR.-ING. H. FAHMI AMHAR
KRISISENERGI
•Di tengahkrisisenergidan
meningkatnyakebutuhanlistrik
nasional, Indonesia memilikipotensi
sumberdayaenergiyang jarang
dibicarakan: Uranium dan Thorium.
•Sumberdayainimenyimpanpeluang
strategis, bukanhanyauntuk
memenuhikebutuhanenergidalam
negeri secaraberkelanjutan, tetapi
juga sebagaibagiandarikedaulatan
energinasionaldi masa depan.
•Menurutdata Badan Tenaga NuklirNasional
(BATAN), Indonesia ditaksirmemilikicadangan
uranium sebanyak80.000 ton, dan Kalan di
Kalimantan Barat saja24.000 ton uranium.
•Angka inimemangbelumsebesarnegara-
negara produsenutamasepertiKanada,
Australia, atauKazakhstan, namuncukup
signifikanuntukmendukungpengembangan
reaktornuklirskalakecilmaupunbesarjika
dikelolasecaraoptimal.
URANIUM
•Uranium adalahunsurlogam
radioaktifyang digunakan
sebagaibahanbakarutama
dalampembangkitlistrik
tenaganuklir(PLTN).
•Uranium mampu
menghasilkanlistrikjauh
lebihefisiendibandingkan
batubaraataugas alam.
•Misalnya, 1 gram uranium
(ditambangdarisekitar286
kg batuan) dapathasilkan
energisetara3 ton batubara.
•Uranium murnitaktersediadi alam.
•Iaterdapatdalambatuan—
senyawasepertiU₃O₈ —dengan
kadarbervariasi, darihanya0,01%
sampailebihdari20%.
•Di Indonesia, kadaruranium dalam
batuanumumnyaberadapada
kisaran0,05% hingga0,3%, yang
tergolongkadarrendahhingga
sedang.
POTENSIURANIUM
•Eksplorasiselamabeberapadekade
menunjukkanbahwapulauKalimantan adalah
wilayah berpotensiuranium terbesardi
Indonesia.
•Wilayah Kalan, Kab. Melawi, Kalimantan Barat,
menjadipusatpenelitiandan eksplorasi
uranium sejak1980-an.
•Di sana ditemukanendapanuranium dalam
batuangranitdan metamorf, dengankadar
ekonomisantara0,1% hingga0,3%.
SD GALIAN NUKLIR
•Selain Kalimantan, beberapadaerah
lain sepertiPapua, Sulawesi, dan
Bangka Belitung juga menunjukkan
anomaliradiometrikyang
menandakanpotensiuranium, meski
belumdieksplorasisecaramendalam.
•Pengelolaandan eksplorasilebihlanjut
tentumembutuhkankomitmenpolitik,
investasiteknologi, dan regulasiketat
agar sumberdayainitidakjustru
menjadiancamanlingkunganatau
keamanan.
•Untukmemperoleh1 gram U-235 dari
uranium yang akandiperkayamenjadi5%,
denganbijihmengandung0,05% uranium,
makadiperlukansekitar: 286 kg batuan.
•Pada praktikindustri, kebutuhanreaktor
skala1 GW bisabutuhpuluhanton U-235 per
tahun, sehinggaskalatambangnyamenjadi
jutaanton batuan.
•Belum termasukefisiensiekstraksi, rugi
pemrosesan, dan energiuntukpengayaan
(centrifuge cascade).
•Oleh karenaitu, biayadan dampak
lingkungandaripenambanganuranium
sangat tergantungpada kadarbijih.
•Tambang berkadar0,05% tergolongrendah,
tapilayakekonomisdenganteknologiefisien.
•Proses pengayaaninidilakukan
denganalatcentrifuge, yang
memutargas uranium dengan
kecepatantinggiuntuk
memisahkanisotopU-235 dari
yang lebihberat(U-238).
•Teknologiinisangat sensitif,
karenajikadilanjutkanhingga
mencapai90% U-235, maka
uranium tersebutsudah
tergolongsenjata-nuklirgrade
(weapons-grade), dan dapat
digunakandalambomatom.
IRAN
•Karena itulah, fasilitaspengayaan
uranium selaluberadadi bawah
pengawasaninternasionalketat,
sepertidariIAEA (Badan Energi
Atom Internasional).
•Isuproliferasiataupenyebaran
senjatanuklirmenjadialasan
mengapabanyaknegara waspada
terhadapproyeknuklir, bahkan
jikatujuannyauntukdamai.
Ilustrasi PLTN di Buhsehr Iran (Foto: AP).
INDONESIA
•Indonesia telah berkomitmen penuh
pada penggunaan energi nuklir secara
damai, termasuk meratifikasi
perjanjian non-proliferasi senjata
nuklir (Treaty on the Non-Proliferation
of Nuclear Weapons – NPT).
•Namun tetap saja, pengembangan
teknologi pengayaan harus diatur
secara transparan dan akuntabel.
KEANDALAN ENERGI
•Dengan asumsi penggunaan reaktor
skala 1.000 MW (megawatt), maka
kebutuhan uranium per tahun sekitar
sekitar 180 ton Uranium alam.
•Artinya, cadangan uranium Indonesia
sebanyak 80.000 ton secara teoritis
cukup untuk mengoperasikan satu
PLTN besar (berdaya 1 GW) selama
444 tahun.
•Ini bisa diekstensi bila memakai daur
bahan bakar nuklir tertutup.
PLTN APUNG & SMR
•Jika Indonesia mengembangkan PLTN
modular berukuran kecil (SMR) berdaya
lebih kecil, yang hanya perlu beberapa
ton uranium per tahun, maka
kemandirian energi berbasis nuklir
menjadi sangat mungkin.
•Ini bisa memperkuat sistem kelistrikan
nasional tanpa ketergantungan pada
energi fosil atau impor BBM.
THORIUM
•Selain Uranium, yang potensial untuk energi
adalah Thorium. Thorium tiga kali lebih
melimpah dari Uranium. Ia tidak bisa dijadikan
senjata nuklir, dan menghasilkan limbah
radioaktif jauh lebih sedikit. Inilah energi yang
ditunggu dunia — dan Indonesia bisa jadi salah
satu pemilik cadangan thorium terbesar di Asia.
•Menurut riset BATAN, Indonesia memiliki
potensi thorium sebesar 210.000 ton, tersebar
terutama di Bangka Belitung, Kalimantan Barat,
dan Sulawesi Tenggara. Thorium ini terdapat
dalam mineral monasit, produk sampingan dari
penambangan timah.
Lokasi cadangan Thorium Indonesia
•Jika digunakan dalam PLTN
berbasis thorium (LFTR) yang
dapat didesain bertipe pembiak
(breeder), maka hanya sekitar
1 ton thorium per tahun
diperlukan untuk PLTN 1 GW.
•Artinya, cadangan 210.000 ton
cukup untuk menghidupi satu
PLTN selama 210.000 tahun —
jauh lebih lama dari seluruh
sejarah peradaban manusia.
THORIUM
•Thorium tidak bisa
digunakan langsung
untuk membuat bom.
•Ketika thorium diubah
menjadi U-233 dalam
reaktor, ia akan
terkontaminasi U-232
dan produk peluruhannya
Thallium-208 berbahaya -
memancarkan gamma —
tidak praktis digunakan
sebagai senjata nuklir.
ENERGI TANPA PENJAJAHAN
•Tidak seperti uranium / plutonium,
thorium tidak bisa dipakai langsung
untuk bom.
•Bahkan ketika thorium diubah menjadi
uranium-233 dalam reaktor, ia akan
terkontaminasi dengan isotop U-232
dan produk peluruhannya yakni
Thallium-208 yang sangat berbahaya
dan memancarkan gamma —
menjadikannya tak praktis untuk
senjata nuklir.
AMANAH PERADABAN
•Umat Islam memiliki tanggung jawab
historis untuk menguasai / mengarahkan
ilmu pengetahuan menuju rahmat bagi
seluruh alam.
•Dalam sejarahnya, para ilmuwan Muslim
tidak pernah mengembangkan ilmu
untuk menjajah, tetapi membebaskan
umat dari ketidaktahuan / ketertindasan.
•Imam Al-Ghazali berkata: “Ilmu adalah
kekuatan yang mulia. Jika ia dimiliki oleh
orang zalim, ia menjadi alat kerusakan.
Tapi jika ia dimiliki oleh orang bertakwa,
ia menjadi cahaya yang membimbing
manusia kepada kebenaran.”
•Demikian pula Ibnu Khaldun
mengingatkan dalam Muqaddimah:
“Kekuatan negara tergantung pada ilmu
dan teknologi. Dan kekuasaan yang tidak
ditopang ilmu, adalah kehancuran yang
menunggu waktu.”
•Maka jika hari ini bangsa-bangsa kuat
menggunakan teknologi nuklir untuk
menindas dan menakut-nakuti, umat
Islam harus menunjukkan jalan sebaliknya
— mengembangkan teknologi untuk
memerdekakan, mencerdaskan, dan
menyejahterakan.
•Sudah saatnya Indonesia keluar dari
keraguan, dari ketakutan akan
“bahaya nuklir” yang seringkali lebih
politis daripada teknis.
•Dengan niat yang lurus, sistem yang
transparan, dan kepemimpinan yang
amanah, kita bisa memulai riset
terpadu nasional thorium: dari hulu
(penambangan dan pengolahan
monasit), hingga hilir (reaktor
modular dan sistem energi lokal).
•Bila negeri lain berebut urat migas,
biarlah kita menjadi negeri pertama yang
menyalakan lampu peradaban thorium.
•Karena sejatinya, Islam tidak menolak
teknologi — Islam justru membebaskan
teknologi dari hegemoni tiran.
•Umat Islam wajib mengembangkan
teknologi nuklir ini agar ia tidak menjadi
alat penjajahan, melainkan sarana
pembebasan umat manusia dari
penjajahan.
ْْلاِطاَبِ رنِمَوٍة�وُقنِ ممُتْعَطَتْساا�ممُهَلاو�دِعَأَوُْدَعَوِه�للا�وُدَعِهِبَنوُبِهْرُتِلْيَخوُدنِمَنيِرَخآَوْمُك�و
ِْماوُقِفنُتاَمَوْۚ
ْمُهُمَلْعَيُه�للاُمُهَنوُمَلْعَتَلَْمِهِنُْكْيَلِِ�َِوُيِه�للِلَيِبَسيٍٍََِِْْنََْوُمَلُْْتَلَْمُتنَأَوْم
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu
tidak akan dianiaya (dirugikan)."
(QS Al Anfaal 8:60)
Bersama Prof. Dr. Achmad Baiquni
(1923-1998), mantan Dirjen Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN),
juga Ketua Dewan Pakar Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),
tahun 1991.