3. factsheet Gizi SKI rev23apr_ok cetak.pdf

Diah623258 14 views 2 slides Dec 20, 2024
Slide 1
Slide 1 of 2
Slide 1
1
Slide 2
2

About This Presentation

Hasil SKI PHBS 2023


Slide Content

1
Papua Tengah
Nusa Tenggara Timur
Papua Pegunungan
Papua Barat Daya
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Aceh
Papua
Maluku
Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah
Gorontalo
Papua Selatan
Papua Barat
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Barat
Banten
Maluku Utara
Sumatera Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Kep. Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Bengkulu
Sumatera Utara
DI. Yogyakarta
Jawa Timur DKI Jakarta
Kalimantan Utara Kepupaluan Riau
Lampung
Riau
Jambi
Bali
INDONESIA
39,4
37,9
37,3
31,0 30,3 30,0 29,4
28,6 28,4
27,4 27,2 26,9
25,0 24,8 24,7 24,6
24,5 24,0 23,7 23,6 23,5 22,9
21,7 21,5 21,3 20,7 20,6 20,3 20,2
18,9 18,0 17,7 17,6 17,4 16,8
14,9
13,6 13,5
7,2
Sumber Foto:
Humas BKPK/Nowo Setiyo R. dan Heny Lestari/Tim SKI
ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN
Gizi merupakan salah satu aspek kunci bagi pembangunan
sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan
bangsa. Salah satu masalah gizi yang signfikan dan menjadi
fokus dunia adalah stunting pada balita.
UNICEF/WHO/World Bank mengestimasikan prevalensi
balita stunting di seluruh dunia sebesar 22,3% atau sebanyak
148,1 juta jiwa pada 2022. Lebih dari setengah balita stunting
di dunia berasal dari Asia (76,6 juta) dan sekitar 30% (63,1
juta) berasal dari Afrika (UNICEF/WHO/World Bank Group –
Joint Child Malnutrition Estimates 2023 edition).
HASIL SURVEI KESEHATAN INDONESIA 2023
Berdasarkan hasil SKI 2023 rata-rata nasional mencatat
prevalensi stunting sebesar 21,5% dan telah terjadi penurunan
prevalensi stunting selama 10 tahun terakhir (2013-2023).
Akan tetapi, progress ini belum dapat memenuhi target
RPJMN 2020-2024 yang menargetkan prevalensi stunting
sebesar 14% pada tahun 2024.
Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 15 provinsi
memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional. Tiga
provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Papua
Tengah (39,4%), Nusa Tenggara Timur (37,9%) dan Papua
Pegunungan (37,3%). 
Sekitar 1 dari 5 balita di Indonesia mengalami stunting
dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 24 sampai 35
bulan.
Stunting di Indonesia dan Determinannya
37,6
201320182019202120222023
30,8
27,7
24,4
21,621,5
Gambar 3. Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2023
Gambar 1. Tren stunting pada balita Indonesia 2013-2023
*Visualisasi Data SKI 2023
Gambar 2. Prevalensi stunting pada kelompok umur 0 - 59 bulan
0-5
Bulan
6-11
Bulan
12-23
Bulan
24-35
Bulan
36-47
Bulan
48-59
Bulan
13,7
13,7
22,4
26,2
22,5
20,4
13,1
22,7
25,8
23,6
20,7
2022 2023
11,7

2
AKSES AIR MINUM
SANITASI DAN HIGIENE DASAR
Proporsi RT dengan
Akses air minum
layak terbatas
Proporsi RT dengan
Akses air minum
layak dasar
Proporsi RT dengan
akses sanitasi layak
sendiri
Proporsi RT
dengan akses
sanitasi aman
Proporsi RT dengan
akses higiene dasar
3,0 %
89,6 %
69,4 %
11,5 %
78,9 %
Periode waktu yang berperan terhadap stunting adalah
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Edukasi bagi
ibu dan keluarga menjadi penting untuk mengoptimalisasi
pertumbuhan anak pada 1000 HPK agar dapat mencegah
stunting. Pola asuh orangtua, status ekonomi, BBLR, dan
asupan gizi juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan
untuk pencegahan stunting.
Tahun 2023, terjadi penurunan prevalensi stunting
balita 0,1%
Dibandingkan tahun 2022 terdapat 19 provinsi
mengalami penurunan prevalensi balita stunting &
15 provinsi mengalami kenaikan prevalensi balita
stunting
5 Provinsi dengan jumlah kasus stunting terbanyak
adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Utara dan Banten.
Prevalensi stunting saat ini dipengaruhi berbagai faktor
pada periode prenatal dan periode kelahiran hingga
postnatal, terutama Bumil risiko KEK dan pemeriksaan
kehamilan (K4). Dibandingkan tahun 2022, di tahun
2023 proporsi Bumil risiko KEK meningkat sedangkan
pemeriksaan kehamilan (K4) menurun. Kedua faktor
ini merupakan determinan status gizi sebelum bayi
lahir yang perlu mendapat perhatian.
Penyakit infeksi
TB pada ibu
menyusui
ASI Eksklusif
(bayi 0-5 bulan)
Keragaman
makan baduta
Balita diukur
TB ≥ 2 kali
Prevalensi
Diare
Penyakit infeksi
malaria pada ibu
menyusui
Konsumsi MPASI
sumber hewani
Balita ditimbang
≥ 8 kali
Prevalensi
ISPA Balita
0,1 %
68,6 %
60,9 %
85 %
7,4 %
0,4 %
78,4 %
55,8 %
34,2 %
PERIODE POSTNATAL (SETELAH KELAHIRAN)
FAKTOR RUMAH TANGGA
PERIODE KELAHIRAN
Ibu bersalin di
Fasilitas Kesehatan
Bayi segera disusui
kurang dari 60 menit
setelah lahir
89,9 %
94,1 %
PERIODE PRENATAL (SEBELUM KELAHIRAN)
Ibu hamil
risiko KEK
Ibu hamil
mendapat TTD
Ibu hamil
minum TTD
Ibu hamil
mendapat PMT
ANC K4
Penyakit Infeksi
Ibu Hamil
16,9 %
92,2 %
44,2 %
32,1 %
68,1 %
TB 0,1 %
Malaria 0,3 %
FAKTOR DETERMINAN
Determinan stunting adalah faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya stunting pada balita,
dan saling terkait serta dapat memperkuat satu sama lain.
Determinan ini terjadi pada 3 periode yaitu periode prenatal,
kelahiran dan postnatal.
KESIMPULAN
*Bahan dapat dilihat di www. badankebijakan.kemkes.go.id
Tags