4. Activity Based Costing PPT.pptx_Akuntansi Biaya

ArmansyahHeni 9 views 54 slides Sep 06, 2025
Slide 1
Slide 1 of 54
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54

About This Presentation

Akuntansi Biaya


Slide Content

Activity Based Costing Kelompok 3 : Anggit Adhiya Hendratmoko 1620103002 M Alfarijin 1620103019 Tami Luthfiani Fazriah 1620103011 Oshi Adliana 1620103021

PENGERTIAN ACTIVITY BASED COSTING Menurut Carter (2009) ” activity based costing adalah suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume ( non-volume-related factor )”. Menurut Witjaksono (2006) ” activity based costing adalah suatu metode akuntanasi biaya dimana pembebanan harga pokok produk merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan ( produksi ) barang atau jasa ”.

KONSEP dasar ACTIVITY BASED COSTING

Manfaat sistem abc Sedangkan menurut Mulyadi (2003 : 94), ABC System menjanjikan berbagai manfaat berikut ini : Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget). Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya . Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan .

PERBANDINGAN AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING Metode akuntansi biaya tradisional hanya berfokus pada biaya produksi , yaitu biaya yang terjadi dalam proses pembuatan produk . Akan tetapi , dalam perusahaan manufaktur , aktivitas tidak hanya terjadi di tahap produksi tetapi proses aktivitas juga terjadi pada tahap desain dan pengembangan , tahap pemasaran , tahap distribusi dan tahap purna jual . Hal tersebut menyebabkan ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing atau distorsi biaya .

DISTORSI BIAYA Ada dua situasi yang dapat menimbulkan distorsi biaya pada akuntansi biaya tradisional , diantaranya adalah : Struktur biaya yang rumit , yaitu struktur biaya yang memiliki jumlah yang signifikan dari biaya yang tidak berkaitan dengan volume. Lini produk yang bermacam-macam , dimana produk yang berbeda mengkonsumsi bauran yang berbeda dari biaya yang berkaitan dengan volume maupun yang tidak .

PERBEDAAN PENENTUAN HARGA POKOK METODE ACTIVITY BASED COSTING DENGAN METODE TRADISION a L PERBEDAAN TRADISIONAL ABC Tujuan Inventory Level Produk costing Lingkup Tahap Produksi Tahap desain , produksi dan tahap pengembangan Fokus Biaya bahan baku , tenaga kerja langsung Biaya overhead Periode Periode akuntansi Daur hidup produk Teknologi yang di gunakan Metode manual Komputer telekomunikasi

KELEMAHAN SISTEM AKUNTANSI TRADISIONAL: akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi. ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda-beda.

Keunggulan Sistem ABC 1. S uatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada mengurangi biaya. 2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan . 3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar . 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenaivolume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah . 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi .

Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan Activity Based Costing terbilang mahal. Waktu untuk implementasi ABC dari mulai hingga selesaimembutuhkan waktu yang lama, biasanya lebih dari satu tahun sampai bisa berhasil . Metode Activity Based Costing belum termasuk biaya iklan, promosi dan riset. Kekurangan Activity Based Costing

PENETAPAN HARGA POKOK TRADISIONAL BIAYA PRODUK Alokasi : Biaya dialokasikan pada produk berdasarkan hubungan yang di asumsikan atau cara yang paling mudah , misalnya jam kerja langsung Dikonsumsi oleh Kerangka Dasar Sistem ABC

PENETAPAN HARGA POKOK DENGAN ABC BIAYA PRODUK AKTIVITAS Pemac u : Sumber Daya Biaya dibebankan pada kegiatan atas dasar usaha yang dikeluarkan Pemacu : Aktivitas Biaya kegiatan dibebankan pada produk atas dasar pola konsumsi yang khusus Dikonsumsi oleh Dikonsumsi oleh Kerangka Dasar Sistem ABC

Level Biaya dan Pemicu (Cost Driver) Pada system ABC dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut DRIVER Ada 2 jenis Drivers, yaitu pemicu biaya sumber daya (resource drivers) dan pemicu aktivitas (activity drivers) Resource drivers adalah dasar pengalokasian biaya sumber daya ke dalam berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut . Contoh : satuan meter persegi ( luas ruangan ) dan jumlah karyawan . 2. Activity drivers adalah dasar pengalokasian biaya aktivitas ke dalam produk , pelanggan , atau objek biaya akhir lainnya . Activity drivers ini digunakan oleh system ABC tidak hanya sebatas mengukur volume.

Tingkatan Aktivitas ( Activity Level ) Sistem ABC menetapkan sekumpulan tingkat (level) yang berbeda di dalam suatu lingkungan produksi . Ada 4 tingkat yang biasa digunakan yaitu : Unit, Batch, Product, dan Plant Tiap tingkatnya terdiri dari : aktivitas , biaya dan pemicu UNIT BATCH PRODUCT PLANT 1 2 3 4 TINGKAT

Tingkat Unit (Unit Level) - biaya Biaya tingkat unit adalah biaya-biaya yang meningkat , tanpa bisa dielakkan , pada saat satu unit produk dihasilkan . Biaya-biaya ini adalah biaya yang secara akurat dapat dihitung secara proposrional terhadap volume Contoh : Biaya listrik , yaitu apabila mesin bertenaga listrik digunakan untuk menghasilkan satu unit produk . Biaya pemanas , yaitu apabila terhadap setiap unit produk dilakukan proses pemanasan . Biaya upah pemeriksaan , yaitu apabila setiap unit produk membutuhkan kegiatan pemeriksaan 1

Tingkat Unit (Unit Level) - pemicu Pemicu tingkat unit adalah aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unti yang di produksi dan dijual . Seluruh pemicu tingkat unit bersifat proporsional terhadap volume output. Ini adalah satu-satunya pengalokasian berbasis volume yang digunakan oleh system ABC. Contoh : 1 Jam kerja langsung Biaya bahan baku langsung Jam mesin Total biaya langsung Berat bahan baku Unit yang dihasilkan

Tingkat Batch ( Batch Level ) - biaya Biaya tingkat batch adalah biaya yang dikeluarkan akibat sejumlah batch dihasilkan dari suatu proses produksi dan dijual . Contoh : Biaya penyiapan / pemasangan ( setup costs ) Biaya penanganan bahan ( material handling costs ) Perbedaan antara tingkat batch dengan tingkat unit tetap akan terlihat meskipun suatu batch hanya terdiri dari satu unit, yaitu dimana biaya tingkat batch bersifat tetap Ketika ditambahkan satu atau beberapa unit ke dalam batch tersebut 2

Tingkat Batch ( Batch Level ) - pemicu Pemicu batch level adalah aktivitas yang bervariasi sesuai jumlah batch produksi yang dihasilkan dan dijual . Contoh : Persiapan (setups) Lamanya persiapan (setup hours) Perintah produksi (production orders) Perintah kerja (work orders) Permintaan bahan baku (material requisitions). 2

Tingkat Produk (Product Level) - biaya Tingkat produk adalah tingkatan berikutnya setelah tingkat batch Biaya tingkat produk adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung berbagai jumlah produk yang dihasilkan Biaya ini tidak dipengaruhi oleh adanya produksi dan penjualan dari tambahan satu batch ataupun satu unit produk . Contoh : 3 - Biaya mendesain produk - Biaya pembuatan prototip - Biaya pengembangan produk - Biaya Teknik produksi

Tingkat Produk (Product Level) - pemicu Pemicu tingkat produk adalah aktivitas yang bervariasi sesuai ragam jumlah produk yang dihasilkan dan dijual . Contoh : Perubahan desain Lamanya mendesain Jumlah berbagai jenis komponen mesin (parts yang di butuhkan . 3

Tingkat Pabrik (Plant Level) - biaya Beberapa tingkatan biaya dan pemicu biaya dapat muncul setelah tingkat product, diantaranya adalah tingkat lini produk ( product lini level ), tingkat proses ( process level ), tingkat departemen ( departemen level ), dan tingkat pabrik ( plant level ). Yang paling banyak digunakan pada system ABC adalah tingkat pabrik Biaya tingkat pabrik adalah biaya mempertahankan kapasitas yang ada pada lokasi pabrik Contoh : 4 - Biaya sewa pabrik - Pajak atas bangunan pabrik - Biaya depresiasi pabrik - Biaya asuransi pabrik

Tingkat Pabrik (Plant Level) - pemicu Biasanya , luas ruangan yang digunakan untuk menjalankan suatu aktivitas dipakai sebagai pemicu tingkat pabrik untuk mengalokasikan biaya tingkat pabrik . Tiap pabrik memiliki spesifikasi ruangan yang berbeda-beda . Hal ini patut dipertimbangkan dalam menentukan pemicunya . 4

COST POOL Menurut Garrison (2014) Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya aktivitas . Setiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen . Semakin banyak aktivitas dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool. Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC  Tahapan Penerapan Sistem ABC  Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua tahap , yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke produk . Adapun penjelasan tahapan penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut :

a. Prosedur Tahap Pertama Prosedur tahap pertama penentuan harga pokok produksi berdasarkan ABC System terdiri dari empat langkah , yaitu : 1. Mengidentifikasi Aktivitas Langkah pertama untuk menerapkan ABC System adalah mengidentifikasi aktivitas yang akan menjadi dasar sistem tersebut . 2. Mengklasifikasi Berbagai Aktivitas Mengklasifikasikan aktivitas yang akan menjadi dasar sistem tersebut . Berbagai aktivitas diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interprestasi yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen‐segmen proses produksi yang dapat dikelola untuk menghasilkan produk atau jasa . Cara untuk memahami aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan disusun dalam empat tingkat , yaitu : unit level activities, batch level activities, product level activities, dan facility level activities. 3. Mengidentifikasi Cost Driver Mengidentifikasi cost driver dari aktivitas‐aktivitas yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan . Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan jenis‐jenis biaya yang sejenis atau homogen . Syarat biaya homogen adalah aktivitas‐aktivitas harus secara logis berkaitan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk . 4. Menentuan Tarif Kelompok (Pool Rate) Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead perunit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas Tarif kelompok dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :  

b. Prosedur Tahap Kedua Setiap kelompok biaya overhead dibebankan kepada produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif yang telah dihitung sebelumnya dan nilai sumber daya aktivitas yang dikonsumsi setiap jenis produk. Dengan demikian, overhead yang dibebankan dari setiap kelompok biaya kepada setiap jenis produk dapat dihitung sebagai berikut: BOP DIBEBANKAN :   Setelah menentukan tarif per unit cost driver dan membebankan biaya ke produk dan jasa menggunakan tarif cost driver selanjutnya yaitu: 1. Menyusun perhitungan h arga pook produksi menurut Activity Based Costing System. 2. Membandingkan perhitungan harga pokok menurut prusahaan dan menurut Activity Based Costing System. 3. Menarik kesimpulan dari perbandingan perhitungan yang terjadi.

CONTOH KASUS PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN ABC SYSTEM

Langkah – L angkah P erhitungan Harga P okok K amar 1. Mencantumkan harga kamar hotel menurut Hotel Grand Bougenvill 2. Melakukan perhitungan harga pokok kamar hotel menggunakan Activity‐Based Costing System. Langkah‐ langkah penerapan Activity Based Costing System dalam makalah ini sebagai berikut : a. Mengidentifikasikan aktivitas , seperti : 1) Penginapan 2) Loundry 3) Makan pagi 4) Pemberian gaji 5) Pemeliharaan dan perawatan b. Mengklasifikasikan biaya berdasarkan aktivitas ke dalam berbagai level aktivitas . Dengan cara menentukan level atau tingkat dari aktivitas seperti unit level, produk level, facility level.

c . Mengidentifikasi cost driver yang dibuat berdasarkan cost pool peraktivitas , seperti : 1. Aktivitas penginapan untuk cost driver berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar terjual dimasukan kedalam cost poll 1 2. Aktivitas laundry meliputi pencucian handuk , seprai dan selimut dimasukan kedalam cost poll 1 3. Aktivitas pemasaran meliputi biaya koran dan biaya pemasaran dimasukan kedalam cost poll 2 d . Menentukan tarif per unit cost driver Cost driver akan dikelompokan berdasarkan aktivitas seperti : 1. Penginapan terdiri dari biaya quest supplies, cleaning supplies, decoration 2. Loundry seperti loundry dan dry cleaning Untuk menentukan tarif per unit dihitung dengan rumus :  

Membebankan biaya ke produk dan jasa dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas . Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut :   b. Menyusun perhitungan barga pokok kamar hotel menurut Activity Based Costing System. 3. Menetapkan tarif kamar pada Hotel Grand Bougenvill . Sedangkan dalam penentuan tarif kamar atau harga jual kamar , metode yang digunakan adalah metode harga jual harga normal ( normal pricing ), adapun rumus dalam penentuan normal pricing menurut Mulyadi (2007:348) adalah : Harga Jual = Total harga pokok produksi + % Laba Yang Diharapkan Adapun laba yang diharapkan ditetapkan sebesar 25 % dari total taksiran harga pokok

Perhitungan Harga Pokok Kamar Hotel Menggunakan Activity Based Costing System (ABC System) Untuk menentukan harga pokok kamar pada Hotel Grand Bougenville dengan menggunakan metode activity based costing dapat dilakukan dengan langkah‐langkah sebagai berikut : a. Pengidentifikasian Aktivitas Untuk pengindentifikasian aktivitas yang ada pada Hotel Grand Bougenville akan dipisahkan berdasarkan aktivitas yang dilakukan pada hotel, seperti pada tabel berikut : TABEL 1 DAFTAR AKTIFITAS

b. Pengklasifikasian Biaya Berdasar Aktivitas ke dalam Berbagai Level Aktivitas Langkah selanjutnya adalah pengklasifikasian biaya berdasarkan ativitas ke dalam berbagai level aktivitas, seperti unit level, product level dan facility level. Adapun pengklasifikasian aktivitas dapat dilihat pada tabel 10. TABEL 2 KLASIFIKASI AKTIFITAS

c. Pengidentifikasian Cost Driver Langkah selanjutnya adalah pengidentifikasin cost driver dengan tujuan adanya pembagian biaya berdasarkan cost driver sebagai berikut : 1. Aktivitas penginapan untuk cost driver dilakukan berdasarkan jumlah kamar yang terjual . 2. Aktivitas laundry meliputi pencucian handuk , seprai dan selimut . Untuk cost driver dapat berdasarkan jumlah kamar terjual karena pencucian tersebut akan dilakukan setelah kamar terjual . 3. Aktivitas penggunaan energi merupakan energi yang digunakan seperti listrik dan gas. Untuk cost driver dapat berdasarkan jumlah kamar terjual . 4. Aktivitas keadministrasian terdiri dari kegiatan yang berhubungan dengan administrasi seperti printing, foto copy dan kebersihan operasional hotel yang berhubungan dengan kamar hotel, untuk cost driver dapat berdasarkan jumlah kamar terjual . 5. Aktivitas pemberian makan pagi merupakan kebijkan yang diambil oleh hotel untuk setiap tamu yang menginap akan diberikan makan pagi dengan harga Rp. 20.000,‐/orang. Untuk cost driver dapat berdasarkan jumlah tamu yang menginap .

6 . Aktivitas pemasaran merupakan aktivitas yang dilakukan oleh hotel untuk pemasaran hotelnya , pada Hotel Grand Bougenville aktivitas pemasran dilakukan melalui surat kabar , cost driver yang tepat adalah jumlah kamar tersedia . 7 . Aktivitas pemeliharaan dan perawatan meliputi pemeliharaan dan perawatan peralatan hotel dan fasilitas hotel. Cost driver dapat berdasarkan jumlah luas kamar tersedia 8 . Aktivitas penggajian untuk cost driver yang tepat berdasarkan jumlah jam kerja. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan kelompok aktivitas dan cost driver nya. Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

TABEL 3 PENENTUAN COST DRIVER Berdasarkan tabel terdapat beberapa aktivitas yang memiliki rasio konsumsi dan level aktivitas yang sama sehingga dapat dikelompokkan dalam biaya homogen . Biaya dari aktivitas yang sudah dikelompokkan tersebut dijumlahkan untuk menentukan kelompok‐kelompok biaya homogen . Setelah pengelompokkan aktivitas dilakukan maka selanjutnya biaya dari aktivitas yang sudah dikelompokkan tersebut dijumlah .

Perhitungan biaya per aktivitas cost pool I yang telah dikelompokkan tersebut dapat kita lihat dari tabel berikut : TABEL 4 RINCIAN BIAYA PER AKTIVUTAS COST POOL I

TABEL 5 RINCIAN BIAYA PER AKTIVUTAS COST POOL II TABEL 6 RINCIAN BIAYA PER AKTIVUTAS COST POOL III

TABEL 7 RINCIAN BIAYA PER AKTIVUTAS COST POOL IV TABEL 8 RINCIAN BIAYA PER AKTIVUTAS COST POOL V

 TABEL 9 PEMAKAIAN COST DRIVE

d. Penentuan Tarif Kelompok per Unit Setelah pengidentifikasian Cost Driver , langkah selanjutnya menentukan cost pool rate dengan cost driver. Tarif kelompok merrupakan tarif biaya overhead per unit cost driver yang di hitung untuk sekelompok aktivitas . Hal ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :   TABEL 10 PEMAKAIAN TARIF PERUNIT COST DRIVER

e. Pembebanan Biaya ke Produk dan Jasa dengan Menggunakan Tarif Cost Driver dan Ukuran Aktivitas. Langkah selanjutnya adalah pembebanan biaya ke produk dan jasa dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas, adapun rumus yang digunakan untuk pembenanan BOP adalah sebagai berikut : BOP DIBEBANKAN = TARIF KELOMPOK x UNIT COST DRIVE YANG DIGUNAKAN TABEL 11 HARGA POKOK KAMAR PERHARI TYPE STANDAR

TABEL 12 HARGA POKOK KAMAR PERHARI TYPE SUPERIOR TABEL 13 HARGA POKOK KAMAR PERHARI TYPE SUITE

Jika menggunakan metode Activity Based Costing System dengan cara menambahkan mark up sebesar 25%, PPN 10% dan PPH Pasal 22 sebesar 1,5% maka harga jual untuk masing‐masing jenis kamar adalah kamar standard sebesar Rp. 240.073,‐ kamar superior sebesar Rp. 297.437,‐, dan kamar suite sebesar Rp. 461.585 . Jika Hotel Grand Bougenville kota Bengkulu menetapkan harga jual kamar berdasarkan teori , maka Hotel Grand Bougenville kota Bengkulu telah mendapatkan keuntungan sebesar 25%. Harga jual tersebut jauh lebih rendah dari harga pasar, sehingga akan memberikan keuntungan bagi pihak Hotel Grand Bougenville kota Bengkulu karena harga yang ditetapkan jauh lebih rendah dari harga pasar, sehingga para konsumen akan memilih Hotel Grand Bougenville kota Bengkulu jika ingin menginap .

Ilustrasi Perhitungan Menggunakan Metode Tradisonal dan Metode Activity Based Costing (ABC) pada PT Trend Tbk

PT Trend. Tbk menjual 2 produk yaitu tas dan sepatu , datanya akan disajikan sebagai berikut Keterangan Produk Tas Sepatu Volume produksi  Rp  10.000  Rp  40.000 Harga Jual  Rp  12.000  Rp    6.000 Biaya Utama  Rp    6.000  Rp    3.000 Jam Kerja Langsung  Rp    5.000  Rp  10.000 Akuntan manajemen PT Trend. Tbk mengidentikasi aktivitas cost yang dianggarkan , datanya sebagai berikut : Aktivitas Anggara Cost Rekayasa  Rp     300.000 Set up  Rp  1.000.000 Perputaran mesin  Rp  3.000.000 Pengemasan  Rp     200.000 Total  Rp  4.500.000

Aktivitas sesungguhnya produk Tas dan Sepatu, disajikan data sebagai berikut : Aktivitas Konsumsi / Realisasi Total Tas Sepatu Rekayasa (jam)           6.000              9.000           15.000 Set up (jam)               400                 600              1.000 Perputaran mesin (jam)         50.000         100.000         150.000 Pegemasan           5.000           20.000           25.000

Diminta : a. Menghitung biaya per unit menggunakan metode tradisional b. Menghitung biaya per unit menggunakan metode activity based costing (ABC) Penyesaian : a. Menghitung biaya per unit menggunakan metode tradisional Total Jam kerja langsung = Jam kerja langsung tas + Jam kerja langsung sepatu =  5000 + 10.000 = 15.000 Tarif Overhead Pabrik : Jam Kerja Langsung = Rp. 4.500.000 : 15.000  = 300/JKL

Biaya Overhead yang di bebankan Produk Total ( Biaya JKL per unit X jam kerja langsung Unit Overhead/Unit ( Total:Unit ) Tas Rp1.500.000 (Rp 300 X 5.000)   10.000 Rp150 Sepatu Rp3.000.000 (Rp 300 X 10.000) 40.000 Rp 75

Menghitung biaya per unit produk Keterangan Tas Sepatu Biaya Utama Rp  60.000.000(Rp 6.000 X 10.000) Rp120.000.000 (Rp 3.000 X 40.000) BiayaOverhead Rp    3.000.000 (Rp 300 X 10.000) Rp12.000.000 (Rp 300 X 40.000) Total Biaya Rp  63.000.000 Rp132.000.000 Unit Produksi 10.000 40.000 Biaya/Unit Rp6.300 Rp3.300

b. Hitunglah biaya per unit menggunakan metode ABC ( activity based costing )? Menghitung Tarif Aktivitas Aktivitas Total Biaya Konsumsi Aktivitas Tarif Aktifitas Rekayasa (jam) Rp     300.000 Rp 15.000 Rp                20 Set up (jam) Rp  1.000.000 Rp  1.000 Rp          1.000 Perputaran mesin (jam) Rp  3.000.000 Rp   150.000 Rp                20 Pegemasan Rp200.000 Rp25.000 Rp                  8 Total Rp4.500.000 Rp191.000 Rp          1.048

Biaya Overhead yang dibebankan Produk Tas Aktivitas Tarif Konsumsi Total BOP BOP/Unit Rekayasa (jam) Rp20  Rp 6.000 Rp     120.000  Rp        20 Set up (jam)  Rp1.000  Rp 400  Rp     400.000  Rp  1.000 Perputaran mesin (jam) Rp20  Rp50.000  Rp  1.000.000 Rp        20 Pegemasan Rp8  Rp5.000  Rp        40.000 Rp          8 Total Rp 1.048  Rp61.400 Rp  1.560.000 Rp  1.048

Produk Sepatu Aktivitas Tarif Konsumsi Total BOP BOP/Unit Rekayasa (jam)  Rp 20  9.000 Rp     180.000 Rp   20 Set up (jam)  Rp 1.000  600 Rp     600.000  Rp  1.000 Perputaran mesin (jam)  Rp 20  100.000  Rp  2.000.000  Rp        20 Pegemasan Rp 8   20.000  Rp     160.000 Rp          8 Total Rp1.048 Rp 129.600 Rp  2.940.000 Rp  1.048

Menghitung biaya per unit produk

Kesimpulannya : Dari perhitungan menggunakan kedua metode diatas dimana hasil perhitungannya memiliki perbedaan walaupun penentuan biaya di setiap produk sama . Pada metode perhitungan menggunakan metode tradisional diamana Alokasi biaya overhead pabrik dalam metode tradisional didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau jam kerja mesin atau juga hanya didasarkan pada volume produksi barang . Dikarenakan masing-masing produk menghasilkan biaya overhead pabrik yang berbeda-beda maka saat menentukan harga pokok produksi barang biasanya akan tidak akurat , akan terjadi distorsi atau kesalahan saat menentukan harga pokok produksi per unit barang . Menggunakan metode Activity Based Costing sebagai berikut : Tahap yang pertama adalah mengelompokkan biaya overhead ke dalam kelompok biaya homogen . Kelompok biaya homogen sendiri merupakan sekumpulan overhead yang variasinya dapat dikaitkan dengan satu faktor penyebab atau pemicu (cost driver). Jadi cost driver adalah faktor yang menjelaskan konsumsi biaya-biaya overhead. Kelompok biaya homogen dapat ditentukan dengan melihat biaya yang memiliki rasio konsumsi yang sama dengan seluruh produk yang ada . Tahap yang kedua adalah mengalokasikan biaya overhead pabrik . Pengalokasian biaya overhead dapat dilakukan dengan tarif kelompok dikalikan dengan dasar pembebanan yang dikonsumsi oleh suatu produk .
Tags