Tujuan Pembelajaran
Pertemuan ini membahas tentang arsitektur
Data Warehause diantara nya :
Pemanfaatan Data Warehause,
Sumber data,
Enviroment pada Data Warehause,
Data Warehause Lifecycle,
Data Warehause Framework,
serta megenal Operation System dan
Informational System.
2.1 Manajemen Data dan Informasi
pada Organisasi
Sebelum membahas mengenai arsitektur
pada Data Warehause, perlu diketahui terlebih
dahulu bagaimana manajemen data dan
informasi pada organisasi berkaitan dengan
bagaimana organisasi tersebut melakukan
penyimpanan, pemanfaatan, pengolahan
data, serta sejauh mana kebutuhan organisasi
tersebut terhadap informasi (dan juga data).
2.1.1 Penyimpanan, Pemanfaatan, dan Pengolahan Data
Di dalam sebuah organisasi yang memanfaatkan
teknologi informasi, keberadaan data digital
disebabkan oleh adanya digitalisasi dari data-data
pada:
Berkas fisik (misalkan scanning berkas dokumen),
Inputan pengguna, dan
Komunikasi antarmesin (komputer).
Secara umum, di dalam sebuah organisasi, terdapat 2buah
cara untuk memperoleh data. Yaitu:
Operational
Pada Operational, organisasi memperoleh data berdasarkan
kepada bagaimana organisasi bersangkutan menjalankan proses
bisnis yang telah ada di dalam internal organisasi bersangkutan.
Informational
Informational merupakan cara organisasi memperoleh data
berdasarkan kepada pemantauan jalannya suatu proses. Dalam
hal ini, kemampuan untuk menganalisis dan pengambilan
keputusan (Decision making) sangat diperlukan. Sebagai contoh,
perusahaan jual beli saham
Apabila organisasi menggunakan
cara yang pertama ( Operational)
untuk memperoleh data, maka data-
data tersebut disimpan kedalam
database, baik pada server
(komputer) maupun tersebar pada
beberapa sumber penyimpanan data
(Data Storage).
Pemanfaatan dan pengolahan data oleh
organisasi terhadap 2 cara yang ada
tersebut (Operational dan Informational)
pun juga berbeda.
Data yang diperoleh dari Operational,
merupakan data transaksional yang
umumnya menjadi sumber data bagi
Informational System.
Sedangkan data yang diperoleh dari data
Informational, akan dimanfaatkan untuk
mendukung kebutuhan analisis data dan
Pengambilan keputusan ( Decision making
) tahap selanjutnya pada masa
selanjutnyam berdasarkan kepada analisis,
pemantuan, dan pengambilan keputusan
yang telah dilakukan sebelumnya.
Karakteristik Strategi Informasi pada
Organisasi
Tindakan, cara , upaya, dan langkah-langkah yang
dilakukan oleh organisasi untuk memperoleh
informasi, dikenal dengan nama strategi informasi.
Strategi informasi bukan saja bertujuan untuk
membantu organisasi untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan, tapi juga menjadikan informasi
tersebut bernilai.
5 karakteristik untuk strategi informasi, meliputi:
Credible, Integrated, Accessible, Timely, dan Integrity.
Credibble
Credibble diartikan bahwa informasi (dan juga
data) yang diperoleh haruslah terpercaya, benar,
akurat, dan dapat dipertanggung jawabkan is i
di dalamnya.
Data yang tidak memiliki kredibilitas yang baik,
tentu akan menghasilkan informasi yang juga
memiliki kredibilitas yang baik.
Integrated
Integrated diartikan bahwa informasi disajikan
kepada pengguna melalui sebuah sistem yang
terintegrasi, serta dan informasi itu sendiri telah
Terintegrasi ke dalam sebuah sistem yang besar
dan kompleks. Sebuah organisasi dapat memiliki
sejumlah sumber data dan sejumlah sistem
infomasi dengan fungsi masing-masing.
Accesible
Secara harfiah, Accesible berarti bahwa informasi
dapat diakses dengan cepat dan mudah oleh
pengguna. Kapanpun dan dimanapun, melalui
perangkat terhubung dan hak akses yang telah
diberikan, pengguna dapat mengakses informasi
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Timely
Timely berarti bahwa informasi disajikan bukan saja
secara cepat dan mudah serta kepada pengguna
yang tepat, tapi juga ada waktu dan situasi yang
tepat, sehingga nilainya menjadi tinggi.
Sebagai contoh: informasi mengenai kondisi jalan raya pada saat
musim mudik Lebaran bagi para pemudik, akan memiliki nilai
sangat tinggi apabila disajikan saat proses mudik akan dimulai.
Integrity
Integrity merupakan kekonsistenan dan akurasi
dari data informasi yang dihasilkan oleh data
tersebut tetap terjaga sebagaimana aslinya,
Tanpa adanya perubahan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Suatu data digital akan rentan
terhadap adanya perubahan di dalamnya, misalkan
dalam bentuk serangan Man In The Middle Attrack
(MITM), virus, trojan, dan spyware.
Arsitektur Data
Warehouse
Arsitektur Data Warehouse atau
disebut juga dengan Data Warehouse
Architecture (DWA), didefinisikan
pertama kali oleh Ken Orr di dalam
paper publikasinya di tahun 1999
berjudul Data Warehouse Technology.
Ken Orr berpendapat bahwa Data Warehouse
Architecture merupakan sebuah cara yang
dilakukan oleh arsitek Data Warehouse atau SDM
yang berkaitan dengan perancangan dan desain
Data Warehouse di dalam sebuah organisasi, untuk
mempresentasikannya ke dalam bentuk
bagan/gambar/desain, yang memuat segala hal
mengenai struktur data, komunikasi, pemrosesan,
dan presentasi dari komputasi End to End
antarkomputer di dalam sistem Data Warehouse.
Tujuan dan Manfaat Arsitektur Data
Warehouse
Memudahkan pengembang di dalam implementasi
sistem Data Warehouse,
Memudahkan pemeliharaan sistem oleh bagian IT,
serta memudahkan pengguna di dalam memahami dan
menggunakan sistem
Meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi, serta
menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Data Warehouse Architecture juga berkaitan dengan
strategi di dalam pengembangan Data Warehouse, yang
meliputi desain, pengembangan, pengelolaan, dan
pemeliharaan sistem.
Delapan Layer pada Arsitektur Data
Warehouse
Ken Orr menyajikan delapan buah layer pada
arsitektur Data Warehouse, yang hingga saat ini
masih menjadi acuan di dalam kajian mengenai Data
Warehouse Architecture (DWA) bagi sejumlah
organisasi yang mengimplementasikan Data
Warehouse. Masing-masing layer memiliki fungsi dan
perannya masing-masing.
TUGAS….
Tiga Jenis Arsitektur pada Data
Warehouse Versi Oracle
Arsitektur dari Data Warehouse juga mengalami
perkembangan. Sejumlah organisasi menyediakan
versinya sendiri.
Salah satunya adalah versi Oracle, yang
menyajikan kepada publik mengenai tiga jenis
arsitektur pada Data Warehouse, ketiga jenis arsitektur
tersebut meliputi arsitektur dasar (Basic), arsitektur
dengan menggunakan Staging Area, serta arsitektur
dengan menggunakan Staging Area dan Data Mart.
1. Arsitektur Dasar (Basic)
Arsitektur yang paling sederhana pada Data
Warehouse adalah arsitekturr Basic (dasar). Pada
arsitektur ini, pengguna mengakses data secara
langsung pada Data Warehouse, dimana data-data
berasal dari berbagai sumber data yang
terkumpul menjadi satu. Dalam arsitektur ini,
terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1.Data Source
2. Warehouse
3. Users
2. Arsitektur Menggunakan Staging Area
Staging area merupakan sebuah lokasi pada arsitektur data
warehouse yang bertindak sebagai penampungan sementara
(Temp) untuk data-data operasional yang berasal dari
sumber-sumber data (data sources), sebelum diteruskan ke
Warehouse.
Data-data operasional yang berasal dari operational system
dan flat files pada data sources, perlu dirapikan dan diproses
terlebih dahulu, sebelum diteruskan ke warehouse. Tujuannya
adalah untuk memastikan data-data yang masuk ke
warehouse adalah data yang benar-benar diperlukan di
dalam proses analisis, sesuai tujuan digunakannya data
warehouse tersebut.
3. Arsitektur Menggunakan Stagging Area
dan Data Mart
Arsitektur ini menawarkan kelebihan berupa
kemampuan untuk melakukan pemilahan data dan
kostumisasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Arsitektur jenis ini lebih cocok digunakan pada
organisasi yang terdiri atas sejumlah unit kerja,
dimana setiap unit kerja memiliki kebutuhan
masing-masing didalam pemanfaatan Data
Warehouse berserta dengan data didalamnya.
Konsep pada
Data Warehouse
A. Prinsip kerja data warehouse
Pada dasar nya prinsip kerja data warehouse tidak lah rumit, data
warehouse hanya bertindak sebagai sebuah tempat yang
menampung semua data yang berasal dari berbagai sumber data.
Data Warehouse akan menjadi penyimpanan data-data historis,
yang berbeda dengan data transaksional yang dianut oleh sumber-
sumber data lainnya.
Pada Data Warehouse tidak diperbolehkan adanya manipulasi data
dalam bentuk Edit, Delete, Update, hanya View dan Insert saja.
Selanjutnya, data-data mentah yang digudangkan tersebut,
diubah ke dalam format yang seragam, dengan
memanfaatkan ETL (Extraction, Transformation Loading
maupun ELT (extraction Loading, Transformation), Keluaran
dari tahapan ini adalah data yang telah memiliki format
seragam.
Proses terakhir yang dilakukan pada Data Warehouse
adalah melakukan analisis data, di mana data diubah ke
dalam bentuk data multi dimensi. Di sini, digunakanlah
OLAP (On Line Analytical Processing) untuk membantu di
dalam pemrosesan analisis data.
B. Data Warehouse Environment
Data Warehouse Environment atau lingkungan kerja dari
Data Warehouse, merupakan seperangkat sistem yang
membentuk lingkungan untuk setiap proses yang dijalankan
oleh komponen-komponen pada Data Warehouse.
Untuk mencapai tujuan dari implementasi Data Warehouse
tersebut pada organisasi yang menerapkannya (misalkan
membantu di dalam pengambilan keputusan berdasarkan
analisis sejumlah data. Data warehouse environment
berhubungan dengan empat bagian berikut. Yaitu:
Operational Application dan Staging Area
ETL/ELT
Cube dan Data Mart
Aplikasi tatap muka ke pengguna
C. Data Warehouse Life Cycle
Data Warehouse life Cycle merupakan siklus hidup (Life
Cycle) dari pengembangan perangkat lunak (software) untuk
kebutuhan sistem data Warehouse.
Data Warehouse diimplementasikan dalam bentuk sistem,
yang meliputi perangkat keras komputer (Hardware) dan
perangkat lunak komputer (Software). Terdapat lima buah
tahapan di dalamm Life Cycle pada perangkat lunak (Software)
untuk Data Warehouse.
Tahap pertama adalah Design. Tahapan ini
merupakan tahapan yang paling penting di dalam
Data Warehouse Life Cycle. Pada tahap ini, pengembang
harus mampu memahami kebutuhan dari pengguna
akan adanya sebuah Software ubtuk Data Warehouse.
Tahapan kedua adalah Prototype, yang merupakan
tahapan lanjutan dari tahapan Design, dimana desain
dari perangkat lunak (Software) yang telah di kerjakan
tersebut, diwujudkan ke dalam bentuk perangkat
lunak (Software), dengan memanfaatkan bahasa
pemrograman.
Tahapan ketiga adalah Deploy, yang merupakan tahapan di
mana proses deployment atau implementasi pada sistem,
dilakukan untuk menciptakan ruang kerja dan lingkungan
bagi perangkat lunak data Warehouse ini.
Tahap keempat adalah Operate. Tahapan ini adalah tahapan
untuk mengoperasikan perangkat lunak Data Warehouse,
sekaligus melakukan Pengujian. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah aplikasi berjalan dengan baik dan benar.
Tahapan kelima adalah Enhance adalah tahapan untuk
menambah fitur,komponen,kemampuan , yang dirasa perlu
untuk disertakan di dalam perangkat lunak (Software) Data
Warehouse, berdasarkan kepada peroses pengujian yang
dilakukan.
Data Werehouse Framework
Hal terakhir yang perlu diketahui terkait
dengan konsep pada Data Werehouse adalah
Data Werehouse Framework.
Berbicara mengenai Data Werehouse
Framework, maka tidak dapat lepas dari
peranan DBMS (Data Base Management
System) serta vendor yang menyediakan
layanan untuk DBMS tersebut
Sebagai contoh: Data Werehouse Framework
dengan menggunakan DBMS MySQL ,
Framework ini, salah satunya dikeluarkan
olhe perusahaan Microsoft.
Meskipun demikian, DBMS MySQL juga
bersifat multiplaform, sehingga dapat
dijalankan pada plaform dan sistem operasi
selain Microsoft Windows.