498075948-3T-17-Insulation-Coordination-Lightning-Protection.ppt

maszak1 0 views 76 slides Oct 03, 2025
Slide 1
Slide 1 of 76
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76

About This Presentation

njhsJODBKHSABDKHJASBDKJSABKJDBSAKDBKHSAHD


Slide Content

INSULATION
COORDINATION
&
LIGHTNING
PROTECTION

Sebab terjadinya gangguan
•Kerusakan peralatan
•Tumbuhan/pohon
•Binatang
•Cuaca/iklim

Awal mulanya : Pengaturan tingkat isolasi dari
komponen sistem transmisi untuk
membatasi kerusakan apabila
terjadi kegagalan isolasi
Saat ini : Pemilihan tingkat
isolasi peralatan sehubungan
dengan tegangan kerja dan
tegangan lebih yang dapat
muncul pada peralatan tersebut
DEFINISI KOORDINASI ISOLASI :

untuk menekan biaya operasional dan
perbaikan apabila terjadi kegagalan isolasi
Tujuan

Prinsip dasar Koordinasi isolasi

Besarnya tegangan puncak impuls
standar 1,2/50 µsec yang tidak
menyebabkan flashover dan dipakai
sebagai referensi kekuatan isolasi
peralatan
Tingkat Isolasi Dasar/TID
(Basic Insulation Level/BIL)

Tingkat Isolasi Terhadap BIL
Standar tingkat isolasi terhadap BIL
Test Impuls Angka perkalian teradap BIL
BIL - Standar tegangan 1,2 x 50 µs 1,0
Impuls Chop pada ekor gelombang 1,15
Switching Surge 100x1000 µs 0,83
Impuls Chop pada muka gelombang 1,5

Kekuatan Isolasi Saluran
•Harus tahan terhadap tegangan
lebih AC dan switching
•Harus diperhitungkan kondisi
yang menurunkan kekuatan
isolasi antara lain : hujan, debu,
polusi dsb

Kekuatan Isolator renteng untuk Saluran udara
No. of discs Dry f.o.v. Wet f.o.v. Impulse f.o.v.
  kV kV kV
1 80 50 150
2 155 90 255
3 215 130 355
4 270 170 440
5 325 215 525
6 380 255 610
7 435 295 695
8 485 335 780
9 540 375 860
10 590 415 945
11 640 455 1025
12 690 490 1105
13 735 525 1185
14 785 565 1265
16 875 630 1425
18 965 690 1585
20 1055 750 1745
25 1280 900 2145
30 1505 1050 2550

ISOLASI CIRCUIT BREAKER
•Phasa ke tanah
•Antara terminal pada kondisi terbuka
•Phasa ke phasa

Tegangan system
kV
BIL
kVpeak
20 125
33 200
70 350
150 750
500 1550
BIL peralatan

TEGANGAN LEBIH
•50 Hz
•Surja hubung
•Surja petir

1. Tegangan lebih 50 Hz
> Gangguan Phasa ke tanah : 1, 2 dan 3 phasa
> Ferro resonance : reaktansi induktif = reak. kapasitif
> Feranti Effect : kenaikan teg. pd rangkaian terbuka
beban rendah
2. Surja hubung ( Switching Surge )
Tegangan lebih ini terutama terjadi pada tegangan
transmisi diatas 300 kV
3. Tegangan lebih external
Tegangan lebih petir untuk sistem dibawah 300 kV
Tipe tegangan lebih

Tegangan Flashover AC
•Tegangan Flashover AC kering :
Tegangan AC yang menyebabkan Flashover pada isolator
pada keadaan tidak hujan

•Tegangan Flashover AC basah :
Tegangan AC yang menyebabkan Flashover pada isolator
pada keadaan hujan
Kondisi hujan buatan:Tahanan air : 9000-11000 ohm-cm
Temp ± 10°C dari ambient
temperatur
Sudut pemancaran air 45°
Debit pemancaran air 0.305 cm
/min

TEGANGAN LEBIH 50 Hz
•Gangguan phasa ketanah – 1,73 pu
•Antara ujung terminal pada saat CB
terbuka – 2,2 pu

TEGANGAN LEBIH SURJA HUBUNG
•Pembebanan – 3 pu
•Reclosing – 4 pu
•Arester – maks 1,9 pu

Tegangan phasa ke ground pada sistem
375 kV untuk surja hubung 2,9 pu

Pemakaian arester 276 kV pada 1.83 pu

Tegangan lebih petir pada
SUTT dan SUTET
•Sambaran langsung pada kawat phasa
•Sambaran langsung pada tower
•Sambaran langsung pada kawat tanah

Tegangan lebih petir pada
SUTM
DAERAH TERBUKA DAERAH
PEMUKIMAN/
PEPOHONAN
SAMBARAN LANGSUNG SAMBARAN TIDAK
LANGSUNG
KAWAT PHASA KAWAT TANAH
DITIANG DITENGAH
GAWANG

Petir
antar awan
inter awan
Awan ke tanah

23
Proses terjadinya
petir

24
Proses terjadinya
petir

25
Peta Hari Guruh

26
Probabilitas arus
petir

27
Sambaran petir
b
osIar

Konstante jarak sambaran
    ke tanah ke konduktor
    a b a b
Young, et al. 27 0,32 27 0,32
Armstrong,
Whitehead
6 0,8 6,7 0,8
Brown,
Whitehead
6,4 0,75 7,1 0,75
Love 10 0,65 10 0,65
IEEE Working
Group
8 0,65 8 0,65
Suzuki 3,3 0,78 3,3 0,78

PENGGUNAAN JARAK
SAMBARAN
•Anderson approach
α : sudut perlindungan
βs: tinggi garis
horisontal dimana
sambaran akan
mengenai tanah
•β=1 utk TM & TT
•β=0.8 utk EHV
•β=0.67 utk UHV
•PQ : daerah yang tidak
terlindungi

30
SUTM lewat persawahan

31
SUTM lewat pepohonan

Perlindungan thd Tegangan lebih
dan Petir
•Kawat Tanah/Ground wire
(pada Saluran Udara/transmisi)
•Jala2 Pentanahan
(pada Gardu Pembangkit & Gardu Induk)
•Arester
(pada Peralatan Listrik mis. Trafo)

SAMBARAN PETIR PADA
TRANSMISI
•Kegagalan shielding
•Backflashover
•Induksi

KEGAGALAN SHIELDING

SAMBARAN PADA PHASA SAAT CB TERBUKA
Circiut
Breaker

Surja petir phasa ke tanah @ CB terbuka

Kekuatan Isolasi Saluran
•Shelding yang efisien
•Tahan pentanahan kaki yg tendah
kurang dari 10 Ohm
SUTET dapat tahan thd gangguan
petir apabila :

shielding
Sudut perlindungan
Transmisi sampai 220 kV 30
0
Transmisi sampai 400 kV keatas20
0

Sudut Perlindungan
vs tinggi tower

•Besar arus petir
•Slope gelombang tegangan
•Tingkat isolasi
•Kondisi udara sekitar
Tegangan flashover petir dipengaruhi :

Tegangan Impuls Flashover
•Tegangan Impuls 1.2x50µs yang dapat
menyebabkan flashover pada isolasi
•(British standards1x50µ sec)
•(American standards 1.5 x 40µsec)

1.Sela batang (Arching horn/Rod/Spark
Gaps)
2.Surge Arrester
Pengaman Tegangan Surja :

Kurva Perpotongan Tegangan Surja
A : gelombang impuls yang datang
B : gelombang cepat, terpotong pada muka
C : gelombang terpotong pada ekor
D : gelombang penuh
E : Lengkung Volt-Waktu
F : gelombang terpotong pada pucak
G : gelombang terpotong pada ekor dengan kemungkinan lompatan 50%.

PENGERTIAN
•Sela batang (Arching horn/Rod/Spark
Gaps) yang biasanya dipasang antara
ujung kawat saluran dan pentanahan/
grounding.
•Bentuknya sedemikian rupa sehingga
busur api yang terjadi pada saat adanya
gangguan tidak akan mengenai isolator
sewaktu lompatan api itu terjadi

FUNGSI
Sela batang merupakan pelindung
isolator atau bushing pada trafo,
sehingga apabila terjadi lompatan api
[flash over] yang terjadi pada gandengan
isolator atau bushing agar isolator atau
bushing tidak rusak karena busur apinya
dapat menyebabkan gangguan
operasional

PEMASANGAN TANDUK API
dipasang paralel dengan
isolator antara konduktor
dan ground, sebagai
pelindung cadangan

Proteksi Surja Petir dengan Sela
Batang/Gap

Keuntungan :
1.sederhana, kuat dan kokoh
2.Mudah pemasangannya
3.Harganya murah
Kerugian :
1.Tidak dapat memutuskan arus susulan, sehingga pada
waktu flashover dapat menyebabkan gangguan hubung
singkat
2.Penurunan tegangan secara tiba
2
dapat menyebabkan
gangguan antar belitan dalam transformator

MODIFIKASI SELA BATANG
Sela Sekring (Current Limiting Arching Horn).
Sela sekring adalah sela batang yang
dihubungkan secara seri dengan sekring yang
digunakan untuk menginterupsi arus susulan yang
diakibatkan oleh percikan api
Sela Kontrol
Sela kontrol terdiri dari dua buah sela yang diatur
sedemikian rupa hingga karakteristiknya
mendekati sela bola yang ditinjau dari segi
lengkung volt-waktunya mempunyai karakteristik
lebih baik dari sela batang.

Current Limiting Arching Horn

Current Limiting Arching Horn

Pemakaian Line Arester

ARRESTER
•alat pelindung dari surja tegangan baik oleh
surja petir maupun surja hubung.
•untuk melindungi peralatan sistem tenaga
listrik dengan cara membatasi surja
tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah
•harus mampu menahan tegangan sistem
untuk waktu yang tak terbatas, dan harus
mampu melewatkan surja arus ke tanah
tanpa mengalami kerusakan

Harus dipasang sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi

Pemasangan Arester

Karakteristik Arrester
•Memiliki tegangan dasar yang tidak boleh
dilampaui
•Memiliki karakteristik yang dibatasi oleh
tegangan bila dilalui oleh berbagai
macam-arus petir
•Memiliki batas termis

CARA KERJA ARRESTER
Pada kondisi normal, arrester berperan
sebagai isolator dan bila timbul surja, maka
berlaku sebagai konduktor dan mengalirkan
arus akibat urja tersebut, kedalam tanah,
supaya tidak menuju ke peralatan.
Jika kondisi kembali normal arrester kembai
berfungsi sebagai isolator sehingga memutus
arus susulan tanpa menimbulkan gangguan

Grafik kerja Arester

Karakteristik Surja Petir dan Surja Hubung
waktu
0,9
0,5
t
1
t
2
1,0 E
KV Puncak
Ekor
Muka
t
1
= waktu muka gelombang
t
2 = waktu ekor gelombang yaitu waktu dari permulaan hingga
titik 50 % E pada ekor gelombang
μs)kVgelombang(ecuramankenaikan/klaju
dt
dE

E(t) = E(exp-at – exp-bt)

Perhitungan Jarak Maksimum
Arrester dengan Peralatan yang
dilindungi/Trafo
Ep = Ea + (2.A.s)/v
Ep: tegangan pengenal pada alat yang dilindungi
Ea: tegangan tembus/percik dari arrester
A : kecuraman gelombang datang
s : jarak arrester terhadap alat yang dilindungi.
v : kecepatan merambat gelombang impuls =
kecepatan cahaya : 300μsm/
μskV/

Perhitungan Koordinasi Isolasi
E
r
= αβ.U
m
E
r
= Tegangan dasar arester
α = Koefisien pembumian
β= Toleransi guna memperhitungkan
fluktuasi tegangan
U
m= Tegangan sistem maksimum

Incoming feeder 150 kV dihubungkan dengan
transformator GI 150/70 kV
Untuk sistem 150 kV apabila diambil toleransi β sebesar
10% maka tegangan maksimum sistem adalah :
U
maks = 110% x 150 kV = 165 kV
Apabila sistem pentanahan efektif maka α adalah 80%
dan tegangan nominal Arester adalah :
E
r = 0,8 x 165 kV = 132 kV

Jika Petir terjadi pada incoming feeder :
•Tegangan impuls petir tidak akan melebihi
tegangan discharge arester
•Tegangan surja akan masuk GI
•Karena BIL Trafo lebih tinggi dari tegangan
surja yang masuk maka trafo tidak akan rusak
Kemungkinan 1 :
Tegangan impuls petir kurang dari tegangan
discharge arester

Kemungkinan 2 :
Tegangan impuls petir kurang dari BIL tetapi
lebih dari tegangan discharge arester
•Tegangan impuls petir akan di discharge
arester
•Tegangan surja yang masuk GI merupakan
tegangan sisa arester
•Karena BIL Trafo lebih tinggi dari tegangan
surja yang masuk maka trafo tidak akan rusak

Kemungkinan 3 :
Tegangan impuls petir lebih dari BIL
•Tegangan impuls petir discharge arester
•Tegangan surja akan masuk GI merupakan
tegangan sisa arester
•Karena BIL Trafo lebih tinggi dari tegangan
surja yang masuk maka trafo tidak akan rusak

Margin PerlindunganMargin Perlindungan
•Margin Perlindungan mengambarkan tingkat
aman suatu perlindungan terhadap tegangan
lebih.
•Besarannya dalam bentuk persentase
•IEEE C62.22.1 : sama atau lebih besar 20%.

Margin Perlindungan
1.Margin perlindungan muka
gelombang cepat (MP1)
2.Margin perlindungan gelombang
petir (MP2)
3.Margin perlindungan gelombang
swicthing surge(MP3)

Margin perlindungan dimuka
gelombang cepat
100%1
FWPL
CWW
MP1 






CWW : Chopped Wave Withsatand
FWPL : Front of Wave Protective Level

Margin perlindungan
gelombang Petir (MP2)
100%1
DV
BIL
MP2 






BIL: Basic Insulation Level
DV: Discharge Voltage

Margin perlindungan
gelombang Switching (MP3)
100%1
SSDV
BSL
MP3 






BSL: Basic Insulation Level
SSDV: Switching Surge Discharge Voltage

Margin Perlindungan Margin Perlindungan
20 kA, 8/20 Surge20 kA, 8/20 Surge
•15 kV system
•10 kV Heavy Duty Pole
Arrester
•BIL kabel = 90 kV
•Kira2 panjang konduktor
penghubung 6’
•Residual voltage IR = 31 kV
9
0
B
I
L
D
V

+

L
e
a
d
L
e
n
g
t
h74
}22%
21.6%1001
8)]6(0.4)(20/2[31
90
1001
)
dt
di
L2(IR
BIL
MP 










































Margin Perlindungan Margin Perlindungan
20 kA, 1/50 Surge20 kA, 1/50 Surge
158
B
I
L
2
(
D
V

+

L
e
a
d
L
e
n
g
t
h
)
90
}-43%
%431001
)]1/20)(4.0(631[2
90
1001
)
dt
di
L2(IR
BIL
MP 











































•15 kV system
•10 kV Heavy Duty Pole
Arrester
•BIL kabel = 90 kV
•Kira2 panjang konduktor
penghubung 6’
•Residual tegangan IR = 31
kV
Tags