6 STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA P. LOMBOK

likalulubdg 0 views 15 slides Oct 31, 2025
Slide 1
Slide 1 of 15
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15

About This Presentation

6 STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA P. LOMBOK


Slide Content

1

STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI AGROWISATA DI PULAU LOMBOK

AGROTOURISM DESTINATION DEVELOPMENT STRATEGY ON LOMBOK ISLAND

Windy Hery Octari
1
), I Wayan Suadnya
2
), Amry Rakhman
2
)
(
1,2,3
) Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Indonesia
[email protected]

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk: (1) Mengetahui faktor internal pada pengembangan destinasi
agrowisata di Pulau Lombok, (2) Mengetahui faktor eksternal pada pengembangan destinasi
agrowisata di Pulau Lombok, (3) Menentukan alternatif strategi pengembangan destinasi
agrowisata di Pulau Lombok, dan (4) Menentukan strategi pengembangan destinasi agrowisata
yang prioritas pada destinasi agrowisata di Pulau Lombok.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Lokasi dan jumlah responden sampel
penelitian ini ditentukan dengan teknik Cluster, Propotional dan Purposive Sampling. Responden
utama adalah pemilik/pengelola destinasi agrowisata, sedangkan responden tambahan adalah
institusi/pihak terkait. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang
diperoleh dari sumber primer maupun sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
survei dan observasi.
Hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor internal dalam pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok meliputi: (a)
Kekuatan terdiri atas: Tersedia area pertanian yang indah, asri dan estetik di agrowisata;
Agrowisata memiliki kondisi dan area pengembangan yang memadai; Harga tiket terjangkau
dan sesuai dengan fasilitas; Tersedia fasilitas pendukung agrowisata; Terdapat pengelolaan dan
kelembagaan agrowisata; Terdapat pelayanan khusus pada agrowisata; Akses menuju lokasi
agrowisata mudah dan baik; Keadaan iklim dan tanah di lokasi agrowisata mendukung
pembudidayaan tanaman; serta (b) Kelemahannya terdiri atas: Kurang terdapat spot-spot foto
yang menarik; Agrowisata tidak melakukan kerja sama dengan pihak lain; Kurang mendapat
dukungan masyarakat; Manajemen sumber daya manusia pada agrowisata masih kurang.
2. Faktor eksternal dalam pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok meliputi: (a)
Peluang terdiri atas: Minat pengunjung agrowisata tinggi; Agrowisata diminati oleh wisatawan;
Tersedia jaringan listrik dan internet pada destinasi agrowisata; Tersedia prasarana pendukung
menuju destinasi agrowisata; Kemajuan teknologi informasi mendukung pengembangan
agrowisata; Tersedianya dukungan dari pihak lain; Pariwisata menjadi program unggulan di
Pulau Lombok; Tingkat kepuasan pengunjung; serta (b) Ancamannya terdiri atas: Persaingan
harga dengan wisata lain; Persaingan promosi dengan wisata lain; Kurangnya kesadaran
masyarakat sekitar dalam pengembangan agrowisata; Pengelolaan limbah di daerah wisata
belum optimal.
3. Strategi pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok menghasilkan 15 alternatif
strategi sebagai berikut: (a) Strategi S-O terdiri atas: Memperbarui area pertanian yang indah
dan estetik untuk meningkatkan fasilitas dan atraksi; Meningkatkan sistem pengelolaan dan
kelembagaan destinasi agrowisata dengan memanfaatkan kemajuan teknologi; Meningkatkan
sarana prasarana dengan dukungan pemerintah; Melakukan budidaya tanaman untuk atraksi

2

wisata dengan memanfaatkan teknologi dan keadaan geografis di daerah agrowisata; (b)
Strategi W-O terdiri atas: Membuat spot foto yang menarik dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi; Melakukan kerja sama dan mengikuti kegiatan pihak terkait untuk mengembangkan
destinasi agrowisata; Melibatkan masyarakat dalam mengembangkan destinasi agrowisata
melalui pemanfaatan teknologi dan fasilitas yang dimiliki; Melibatkan masyarakat dalam
peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi; (c)
Strategi S-T terdiri atas: Menjaga keindahan alam dan mengoptimalkan pelayanan destinasi
agrowisata; Melakukan kerja sama dengan pihak terkait dengan melibatkan masyarakat
setempat; Mengoptimalkan pelayanan agrowisata; Memanfaatkan keadaan iklim dan akses
yang mendukung untuk meningkatkan promosi agrowisata dan pengelolaan limbah di daerah
destinasi agrowisata; dan (d) Strategi W-T terdiri atas: Membuat spot foto agar menarik minat
wisatawan; Melakukan kolaborasi dengan dinas terkait dan meningkatkan kualitas SDM
pengelola agrowisata; Melakukan pelatihan masyarakat sekitar untuk mengelola limbah.
4. Strategi pengembangan destinasi agrowisata yang prioritas untuk diterapkan di Pulau Lombok
sesuai urutan peringkatnya sebagai berikut: (a) Meningkatkan sarana prasarana dukungan
pemerintah untuk memudahkan akses wisatawan dalam mengunjungi destinasi agrowisata dan
menawarkan harga yang terjangkau; (b) Meningkatkan sistem pengelolaan dan kelembagaan
dalam pengembangan destinasi agrowisata dengan memanfaatkan kemajuan teknologi; (c)
Memperbarui area pertanian yang indah dan estetik untuk meningkatkan fasilitas dan atraksi
agar menarik minat pengunjung dan nyaman bagi wisatawan; dan (d) Melakukan budidaya
tanaman untuk atraksi wisata dengan memanfaatkan teknologi dan keadaan geografis di daerah
agrowisata.

Kata Kunci : Agrowisata, Pulau Lombok, Strategi SWOT, Prioritas QSPM

ABSTRACT

The research aims to: (1) Determine the internal factors in the development of agrotourism
destinations on Lombok Island, (2) Determine the external factors in the development of
agrotourism destinations on Lombok Island, (3) Determine alternative strategies for developing
agrotourism destinations on Lombok Island, and (4) Determine the priority agrotourism
destination development strategy for agrotourism destinations on Lombok Island.
This research uses a descriptive method. The location and number of respondents for this
research sample were determined using the Cluster, Proportional and Purposive Sampling
techniques. The main respondents are the owners/managers of agrotourism destinations, while
additional respondents are institutions/related parties. The data in this study are in the form of
quantitative and qualitative data obtained from primary and secondary sources. Data collection
was carried out using survey and observation techniques.
The results of this study are as follows:
1. Internal factors in the development of agrotourism destinations on Lombok Island include: (a)
Strengths consist of: Available beautiful, natural and aesthetic agricultural areas in agrotourism;
Agrotourism has adequate conditions and development areas; Affordable ticket prices and in
accordance with facilities; Available supporting agrotourism facilities; There is agrotourism
management and institutions; There are special services for agrotourism; Access to the
agrotourism location is easy and good; Climate and soil conditions at the agrotourism location
support plant cultivation; and (b) The weaknesses consist of: Lack of interesting photo spots;

3

Agrotourism does not cooperate with other parties; Lack of community support; Human
resource management in agrotourism is still lacking.
2. External factors in the development of agrotourism destinations on Lombok Island include: (a)
Opportunities consist of: High interest of agrotourism visitors; Agrotourism is in demand by
tourists; Electricity and internet networks are available at agrotourism destinations; Supporting
infrastructure is available to agrotourism destinations; Advances in information technology
support the development of agrotourism; Availability of support from other parties; Tourism is
a leading program on Lombok Island; Level of visitor satisfaction; and (b) The threats consist
of: Price competition with other tours; Promotional competition with other tours; Lack of
awareness of the surrounding community in the development of agrotourism; Waste
management in tourist areas is not optimal.
3. The strategy for developing agrotourism destinations on Lombok Island produces 15 alternative
strategies as follows: (a) S-O strategy consists of: Updating beautiful and aesthetic agricultural
areas to improve facilities and attractions; Improving the management system and institutions
of agrotourism destinations by utilizing technological advances; Improving infrastructure with
government support; Cultivating plants for tourist attractions by utilizing technology and
geographical conditions in agrotourism areas; (b) W-O strategy consists of: Creating attractive
photo spots by utilizing technological advances; Cooperating and participating in activities of
related parties to develop agrotourism destinations; Involving the community in developing
agrotourism destinations by utilizing technology and facilities available; Involving the
community in improving the quality of human resources through training by utilizing
technological advances; (c) S-T strategy consists of: Maintaining the natural beauty and
optimizing agrotourism destination services; Cooperating with related parties by involving the
local community; Optimizing agrotourism services; Utilizing climate conditions and supportive
access to improve agrotourism promotion and waste management in agrotourism destination
areas; and (d) W-T strategy consists of: Creating photo spots to attract tourists; Collaborating
with related agencies and improving the quality of human resources for agrotourism managers;
Training local communities to manage waste.
4. Priority agrotourism destination development strategies to be implemented on Lombok Island
according to their ranking order are as follows: (a) Improving government support infrastructure
to facilitate tourist access to visit agrotourism destinations and offer affordable prices; (b)
Improving management systems and institutions in developing agrotourism destinations by
utilizing technological advances; (c) Updating beautiful and aesthetic agricultural areas to
improve facilities and attractions to attract visitors and be comfortable for tourists; and (d)
Cultivating plants for tourist attractions by utilizing technology and geographical conditions in
agrotourism areas.The research aims to: (1) Determine the internal factors in the development
of agrotourism destinations on Lombok Island, (2) Determine the external factors in the
development of agrotourism destinations on Lombok Island, (3) Determine alternative
strategies for developing agrotourism destinations on Lombok Island, and (4) Determine the
priority agrotourism destination development strategy for agrotourism destinations on Lombok
Island.

Keywords: Agrotourism, Lombok Island, SWOT Strategy, QSPM Priorities

4

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan pariwisata yang besar (Wibowo,
Paninggiran, & Heptanti, 2023). Pariwisata di Indonesia menjadi sumber devisa negara yang
signifikan (Nugraha & Siti, 2020). Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang menjadi
komponen penting dalam pariwisata (BankBJB, 2023). Agrowisata merupakan salah satu potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Rachman, 2022). Pulau Lombok memiliki potensi pariwisata yang besar, termasuk potensi
agrowisata (ITMP Pulau Lombok, 2020). Permasalahan yang terkait dengan pengembangan
agrowisata di Pulau Lombok adalah keterlibatan masyarakat lokal yang masih kurang dan
banyaknya agrowisata yang belum terekspose ke media (Salmah, Yuniarti, & Handayani, 2021).
Agrowisata di Pulau Lombok tersebar pada berbagai wilayah kabupaten dengan subsektor
pertanian yang berbeda–beda, sehingga dapat mempengaruhi faktor internal dan eksternal
destinasi agrowisata (Amir, 2020). Mempertimbangkan faktor internal dan eksternal tersebut,
maka dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengembangkan destinasi agrowisata yang terdapat di
Pulau Lombok agar wisatawan memiliki referensi untuk mengunjungi destinasi agrowisata. Atas
dasar pertimbanmgan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Strategi
Pengembangan Agrowisata di Pulau Lombok”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui faktor internal pada pengembangan
destinasi agrowisata di Pulau Lombok. (2) Mengetahui faktor eksternal pada pengembangan
destinasi agrowisata di Pulau Lombok. (3) Menentukan alternatif strategi pengembangan destinasi
agrowisata di Pulau Lombok. (4) Menentukan strategi pengembangan destinasi agrowisata yang
menjadi prioritas untuk diterapkan di destinasi agrowisata di Pulau Lombok.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penentuan daerah dan responden
sampel penelitian dilakukan dengan metode Cluster, Propotional dan Purposive Sampling.
Responden utama dalam penelitian ini adalah pemilik/pengelola destinasi agrowisata, sedangkan
responden tambahan adalah institusi/pihak terkait. Jenis data dalam penelitian ini meliputi data
kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari sumber primer maupun sekunder. Sementara itu,
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei dan observasi.
Analisis data/informasi penelitian dilakukan dengan mengunakan Analisis SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) dan Analisis QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix). Adapun prosedur atau tahapan analisis data/informasi tersebut sebagai berikut:
1. Tahap Input Stage: Tahap input terdiri dari Matriks IFE dan Matriks EFE yang bertujuan
untuk memberikan input informasi dasar untuk matriks tahap pencocokan dan pembuat
keputusan. Matriks IFE dan EFE: Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor internal
agrowisata, sedangkan matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor eksternal
agrowisata (Sedarmayanti, 2014) sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi faktor – faktor kunci internal dan eksternal agrowisata: Faktor-faktor
tersebut berjumlah 10 – 15 faktor, yang termasuk dalam kategori ini adalah faktor yang
memiliki pengaruh terhadap agrowisata termasuk peluang, ancaman, kekuatan, dan
kelemahan dari agrowisata. Hasil dari identifikasi faktor – faktor tersebut kemudian akan
diberikan bobot dan rating.

5

b. Melakukan pembobotan: Pembobotan ini mempunyai rentang dari 0.0 (tidak penting)
sampai dengan 1.0 (sangat penting). Pembobotan ini mengindikasikan seberapa penting
faktor tersebut terhadap kesuksesan suatu agrowisata.
c. Melakukan peratingan: Rating terdiri antara angka 1 sampai 4 yang mengindikasikan
seberapa berpengaruh agrowisata terhadap faktor kunci tersebut.
d. Mengalikan bobot dan rating: Nilai dari pembobotan dikalikan rating (peringkat) untuk
memperoleh total nilai tertimbang agrowisata. Matriks IFE – EFE terdiri dari kolom faktor
internal utama, bobot, peringkat dan rata-rata tertimbang.
e. Penjumlahan skor: Tambahkan seluruh skor terbobot untuk setiap variabel untuk
menentukan total skor terbobot dari semua variabel agrowisata tersebut.
2. Matching Stage: Tahap pencocokan bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya internal,
kemampuan, kesempatan serta resiko berdasarkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
agrowisata meliputi:
a. Matriks Internal Eksternal (IE): Matriks IE digunakan untuk memetakan posisi
agrowisata pada saat ini. Matriks IE didasari pada dua dimensi dengan total nilai bobot
IFE dan total nilai bobot EFE. Total nilai tertimbang IFE ditempatkan pada sumbu X dan
total nilai tertimbang EFE pada sumbu Y.
b. Matriks SWOT: Matriks SWOT merupakan salah satu metode untuk mendapatkan
alternatif strategi yang akan digunakan oleh para pengambil keputusan. Kombinasi antara
faktor eksternal dan internal dalam matriks SWOT menghasilkan beberapa strategi, yaitu
strategi kekuatan-peluang (S-O), strategi kelemahan-peluang (W-O), strategi kelemahan-
ancaman (W-T) dan strategi kekuatan-ancaman (S-T). Analisis matriks SWOT akan
menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat dipilih perusahaan dalam
mengembangkan usahanya. Berikut merupakan format matriks SWOT menurut (David,
2016). Matrik SWOT disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1 Format Matriks SWOT
Faktor Internal

Faktor Eksternal
Strengths (Kekuatan) Weakness (Kelemhan)
1.
2.
1.
2.
Oppurtunities (Peluang) Strategi SO Strategi WO
1.
2.
1.
2.
1.
2.
Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT
1.
2.
1.
2.
1.
2.

3. Decision Stage: Tahap ini merupakan tahap akhir dalam formulasi strategi. Tahap keputusan
merupakan tahap untuk menemukan strategi yang cocok untuk diterapkan kedalam suatu
agrowisata. Alat analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah matriks
QSPM.
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah sebuah alat yang
memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan pada
faktor-faktor kritis untuk faktor-faktor eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya, serta
QSPM juga memiliki penilaian yang baik untuk strategi yang akan dipilih. QSPM merupakan
tahap terakhir dalam memformulasikan strategi. Format dari matriks QSPM disajikan pada
tabel berikut.

6

Tabel 2 Matriks QSPM

Faktor Kunci

Bobot
Alternatif Strategi
1 2
AS TAS AS TAS
Strengths
Weakness
Oppurtunities
Threats
Total

Menurut (David, 2016), terdapat enam langkah penyusunan strategi QSPM. Langkah
penyusunan strategi terpilih melalui QSPM sebagai berikut:
a. Memasukkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Input datanya diperoleh dari
matriks IFE dan EFE yang telah dibuat.
b. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis internal dan eksternal. Bobot ini identik
dengan yang digunakan pada matriks IFE dan EFE.
c. Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari matriks SWOT yang layak untuk
diimplementasikan.
d. Menetapkan skor kemenarikan relatif (Attractiveness Score/AS) untuk masing-masing
strategi alternatif yang terpilih.
Nilai 1 = sangat tidak menarik,
Nilai 2 = tidak menarik.
Nilai 3 = cukup menarik,
Nilai 4 = menarik, dan
Nilai 5 = sangat menarik.
Nilai Attractiveness Score adalah seberapa besar daya tarik relatif alternatif strategi dalam
mengatasi faktor-faktor eksternal dan internal.
e. Menghitung Total Attractiveness Score (TAS). Total attractiveness score (TAS) yang
diperoleh melalui perkalian bobot dengan AS pada masing- masing baris. TAS
menunjukkan relatif attractiveness dari masing-masing lternatif strategi.
f. Menghitung jumlah Total Attractiveness Score. Menghitung jumlah total attractiveness
score dengan cara menjumlahkan semua total attractiveness score pada setiap kolom
QSPM. Nilai TAS yang tertinggi menunjukkan bahwa strategi tersebut yang paling baik
untuk diterapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Destinasi Agrowisata
Karakteristik destinasi agrowisata di Pulau Lombok berdasarkan subsektornya, memiliki
luas area dan lama usaha yang bervariasi, sepeti disajikan pada tabel berikut.

7

Tabel 3. Karakteristik Destinasi Agrowisata Berasarkan Subsektor di Pulau Lombok
No. Destinasi Agrowisata Subsektor Karakteristik
Agrowisata
Luas Kawasan
Destinasi
Agrowisata (m
2
)
Lama Usaha
Agrowisata
(tahun)
1 Pawon 21 Bonjeruk Pangan dan
Hortikultura
Agrowisata Daratan 100 6
2 Harry Surf School
Selong Belanak
Perikanan dan
Kelautan
Agrowisata Maritim 76 14
3 Bale Mangrove
Jerowaru
Kehutanan Agrowisata Maritim 200 3
4 Kedai Sawah
Sembalun
Hortikultura dan
pangan
Agrowisata Daratan 2.000 6
5 Sapit Farm Perkebunan Agrowisata Daratan 3.000 4
6 Tramena Dive Center Perikanan dan
Kelautan
Agrowisata Maritim 1200 1
7 Kampung Coklat
Senara
Perkebunan Agrowisata Daratan 48.000 6
8 Bens Eco Mangrove
Lembar
Kehutanan Agrowisata Maritim 72.000 5
9 Eco Dive Gili Gede Perikanan dan
Kelautan
Agrowisata Maritim 600 3
Total 127.176 48
Rata-rata 14.130,66 5,33
Sumber: Data Primer diolah, 2024.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa dari 9 destinasi agrowisata sampel penelitian ini, terdapat 3
destinasi agrowisata yang tidak memiliki/tersedia lahan untuk pengembangannya, yakni destinasi
agrowisata: Harry Surf School Selong Belanak, Tramena Dive Center, dan Eco Dive Gili Gede.
Untuk 6 destinasi agrowisata lainnya masih memiliki/tersedia lahan untuk pengembangan jika
pelaku usaha ingin mengembangkan destinasi agrowisata. Selain itu, setiap destinasi agrowisata
di Pulau Lombok memiliki jumlah aset, modal, biaya operasional dan keuntungan yang berbeda.
Identifikasi Faktor Internal Destinasi Agrowisata
Faktor internal destinasi agrowisata merupakan faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan
dan kelemahan dalam pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok (Purwaningrum,
2020). Identifikasi faktor internal dilakukan dengan menggunakan skor dan jika memiliki skor
dibawah 2,5, maka dianggap tidak valid sebagai kekuatan atau kelemahan dari destinasi agrowisata
di Pulau Lombok. Hasil indentifikasi faktor internal tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4. Faktor Internal Destinasi Agrowisata
No. Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
I. Kekuatan
1. Tersedia area pertanian yang indah dan asri di agrowisata dan memiliki tanaman yang
estetik
2. Agrowisata memiliki kondisi yang memadai dan masih memiliki area pengembangan
3. Harga tiket terjangkau dan sesuai dengan fasilitas agrowisata
4. Agrowisata menyediakan fasilitas pendukung untuk pengunjung (Toilet, Tempat
ibadah, Kebersihan Lahan parkir, Gazebo, Penginapan, Rumah makan, Pusat belanja
oleh – oleh, Listrik, Internet)
5. Terdapat pengelolaan yang terencana dan kelembagaan agrowisata

8

6. Terdapat pelayanan khusus seperti pengaduan dan reservasi pada agrowisata
7. Akses jalan di kawasan destinasi agrowisata yang menuju lokasi agrowisata mudah dan
baik.
8. Keadaan iklim dan tanah di lokasi agrowisata mendukung dan baik untuk
pembudidayaan tanaman
II Kelemahan:
1. Kurang terdapat spot – spot foto yang menarik
2. Agrowisata tidak melakukan kerja sama dengan pihak lain
3. Kurang mendapat dukungan masyarakat di destinasi agrowisata
4. Manajemen Sumber Daya Manusia pada agrowisata masih kurang
Sumber: Data Primer diolah, 2024.

Identifikasi Faktor Eksternal Destinasi Agrowisata
Faktor eksternal destinasi agrowisata merupakan faktor-faktor yang dapat menjadi peluang
dan ancaman dalam pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok (Purwaningrum, 2020).
Identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan menggunakan skor, dan jika memiliki skor dibawah
2,5, maka dianggap tidak valid sebagai peluang atau ancaman dari destinasi agrowisata di Pulau
Lombok. Hasil identifikasi faktor ekternal tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Faktor Eksternal Destinasi Agrowisata
No. Faktor internal (kekuatan dan Kelemahan)
I. Peluang:
1. Minat pengunjung agrowisata tinggi
2. Agrowisata diminati oleh wisatawan dengan berbagai kalangan
3. Tersedia jaringan listrik dan internet pada kawasan agrowisata
4.
Tersedia prasarana pendukung seperti akses jalan dan jalur transportasi darat dan laut
menuju destinasi agrowisata
5.
Kemajuan teknologi informasi mendukung perkembangan agrowisata dan
peningkatan pengunjung
6.
Tersedianya dukungan dari pihak lain dalam mengembangkan agrowisata
(pemerintah / investor / media / LSM / akademisi)
7. Pariwisata menjadi program unggulan pemerintah di Pulau Lombok
8. Tingkat kepuasan pengunjung
II. Ancaman:
1. Persaingan harga dengan wisata lain
2. Persaingan promosi dengan wisata lain
3. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dalam pengembangan agrowisata
4. Pengelolaan limbah di daerah wisata oleh pihak terkait belum optimal
Sumber: Data Primer diolah, 2024.

Analisis Matriks IFAS dan EFAS
1. Analisis Matriks IFAS: Evaluasi faktor internal merupakan langkah untuk merencanakan dan
mengarahkan tindakan yang akan diambil perusahaan berdasarkan perkembangan faktor
internal. Hasil perhitungan bobot, rating dan skor untuk faktor internal disajikan pada tabel
berikut.

9

Tabel 6. Matriks IFE
No. Faktor internal (kekuatan dan Kelemahan) Bobot Rating Skor
I Kekuatan
1. Tersedia area pertanian yang indah dan asri di agrowisata dan
memiliki tanaman yang estetik
0,121 2,667 0,322
2. Agrowisata memiliki kondisi yang memadai dan masih
memiliki area pengembangan
0,121 3,444 0,416
3. Harga tiket terjangkau dan sesuai dengan fasilitas agrowisata 0,127 3,111 0,397
4. Agrowisata menyediakan fasilitas pendukung untuk
pengunjung
0,111 3,444 0,383
5. Terdapat pengelolaan yang terencana dan kelembagaan
agrowisata
0,147 4,000 0,588
6. Terdapat pelayanan khusus seperti pengaduan dan reservasi
pada agrowisata
0,134 3,556 0,476
7. Akses menuju lokasi agrowisata mudah dan baik 0,101 2,333 0,236
8. Iklim di lokasi agrowisata mendukung dan Keadaan tanah di
lokasi agrowisata baik untuk pembudidayaan tanaman
0,137 3,000 0,412
Total 1,000 25,556 3,231
II Kelemahan:
1. Tidak terdapat spot – spot foto yang menarik 0,276 2,333 0,643
2. Agrowisata tidak melakukan kerja sama dengan pihak lain 0,245 2,222 0,544
3. Kurang mendapat dukungan Masyarakat 0,245 2,333 0,571
4.
Manajemen Sumber Daya Manusia pada agrowisata masih
kurang
0,235 2,778 0,652
Total 1,000 9,667 2,410
Sumber: Data Primer diolah, 2024.

2. Analisis Matriks EFAS: Evaluasi faktor eksternal merupakan langkah untuk merencanakan
dan mengarahkan tindakan yang akan diambil usaha agrowisata berdasarkan perkembangan
faktor eksternal. Hasil perhitungan bobot, rating dan skor faktor ekternal disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 7 Matriks EFE
No. Faktor internal (kekuatan dan Kelemahan) Bobot Rating Skor
I. Peluang:
1. Minat pengunjung agrowisata tinggi 0,132 3,222 0,426
2.
Agrowisata diminati oleh wisatawan dengan berbagai
kalangan
0,132 2,778 0,367
3.
Tersedia jaringan listrik dan internet pada kawasan
agrowisata
0,154 4,000 0,617
4.
Tersedia prasarana pendukung seperti akses jalan dan jalur
transportasi darat dan laut menuju agrowisata
0,137 3,000 0,410
5.
Kemajuan teknologi informasi mendukung perkembangan
agrowisata dan peningkatan pengunjung
0,137 3,000 0,410

10

6.
Tersedianya dukungan dari pihak lain dalam
mengembangkan agrowisata (pemerintah / masyarakat
setempat / investor / media / LSM / akademisi)
0,110 2,889 0,318
7.
Pariwisata menjadi program unggulan pemerintah di Pulau
Lombok
0,198 4,000 0,793
8. Tingkat kepuasan pengunjung 0,163 3,444 0,561
Total 1,000 26,333 3,902
II. Ancaman:
1. Persaingan harga dengan wisata lain 0,215 2,556 0,549
2. Persaingan promosi dengan wisata lain 0,290 2,444 0,708
3.
Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dalam
pengembangan agrowisata
0,252 2,889 0,729
4.
Pengelolaan limbah di daerah wisata oleh pihak terkait belum
optimal
0,243 2,667 0,648
Total 1,000 10,556 2,634
Sumber: Data Primer diolah, 2024

Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks internal-eksternal (IE) adalah matriks yang menyimpulkan hasil evaluasi dari
faktor internal dan eksternal yang menempatkan destinasi agrowisata berada pada salah satu
kondisi tertentu. Dua dimensi kunci matriks IE, yaitu yang pertama total nilai IFE yang diberi
bobot pada sumbu X, dan yang kedua total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu Y, diwujudkan
dalam diagram SWOT. Diagram SWOT terdiri atas empat kotak untuk setiap area, tetapi
bentuknya dapat berbeda-beda, tergantung pada perolehan nilai yang didapatkan.
Koordinat analisis internal adalah total skor kekuatan dikurangi total skor kelemahan,
sehingga S – W = 3,231 – 2,410 = 0,821. Koordinat analisis eksternal adalah total skor peluang
dikurangi total skor ancaman, sehingga O – T = 3,902 – 2,634 = 1,267. Kombinasi antara koordinat
internal dan koordinat eksternal menghasilkan titik koordinat SWOT 0,821; 1,267, seperti
disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1. Diagram SWOT
Diagram di atas menunjukkan bahwa destinasi agrowisata di Pulau Lombok berada di
Kuadran I, ini berarti situasi yang sangat menguntungkan. Agrowisata tersebut memiliki kekuatan

11

internal dan dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini ialah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth orientes strategy).

Analisis Matriks SWOT
Alat yang digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan destinasi agrowisata pada
penelitian ini adalah Analisis SWOT. Dengan analisis tersebut diketahui alternatif strategi
pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok sebagai berikut:
1. Strategi S-O:
a. Memperbarui ketersediaan area pertanian yang indah dan estetik melalui peningkatan
fasilitas-fasilitas dan atraksi yang beragam agar menarik minat pengunjung dari berbagai
kalangan dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
b. Meningkatkan sistem pengelolaan dan kelembagaan dalam pengembangan destinasi
agrowisata dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga dapat memudahkan
wisatawan dalam mengakses destinasi agrowisata dan meningkatkan kenyamanan
wisatawan.
c. Meningkatkan sarana prasarana dengan dukungan dari pemerintah untuk memudahkan
akses wisatawan dalam mengunjungi destinasi agrowisata dan menawarkan harga yang
terjangkau sehingga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari berbagai
kalangan.
d. Melakukan budidaya tanaman yang dapat dijadikan atraksi wisata dengan memanfaatkan
teknologi serta keadaan geografis di daerah agrowisata, sehingga tidak membutuhkan
biaya yang besar dan menawarkan harga yang terjangkau bagi wisatawan.
2. Strategi W-O:
a. Membuat spot foto yang menarik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga
dapat menarik minat wisatawan dari berbagai kalangan dan dapat dinikmati oleh
wisatawan yang berkunjung.
b. Melakukan kerja sama dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak terkait untuk
mengembangkan destinasi agrowisata sehingga dapat menarik wisatawan dan dinikmati
oleh wisatawan dari berbagai kalangan.
c. Melibatkan masyarakat dalam mengembangkan destinasi agrowisata melalui
pemanfaatan kemajuan teknologi dan fasilitas yang dimiliki.
d. Melibatkan masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan yang
diadakan oleh pihak terkait dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
3. Strategi S-T:
a. Menjaga keindahan alam sebagai ciri khas agrowisata dan mengoptimalkan pelayanan
yang diberikan oleh destinasi agrowisata agar dapat menawarkan harga yang terjangkau.
b. Melakukan kerja sama dengan pihak terkait untuk menjaga lingkungan dalam
mengembangkan agrowisata dengan melibatkan masyarakat setempat.
c. Mengoptimalkan pelayanan yang diberikan oleh agrowisata sehingga agrowisata,
sehingga menjadi alternatif prioritas bagi wisatawan.
d. Memanfaatkan keadaan iklim dan akses yang mendukung untuk meningkatkan promosi
agrowisata dan pengelolaan limbah di daerah destinasi agrowisata.
4. Strategi W-T:
a. Memanfaatkan limbah yang dapat di daur ulang untuk membuat spot foto, sehingga dapat
menarik minat wisatawan.

12

b. Melakukan kolaborasi dengan dinas terkait dan meningkatkan kualitas SDM pengelola
agrowisata untuk mengembangkan agrowisata.
c. Melakukan pelatihan masyarakat sekitar untuk mengelola limbah menjadi produk yang
memiliki nilai jual.

Analisis Matriks QSPM
QSPM adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara
objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi
sebelumnya. Hasil matriks QSPM diketahui nilai daya tarik dari 4 alternatif strategi S-O sebagai
dasar untuk menentukan strategi prioritas pengembangan destinasi wisata, seperti disajikan pada
tabel berikut.

Tabel 8 Perangkingan Alternatif Strategi
No. Alternatif Strategi Nilai TAS Rangking
Strategi
1
Memperbarui area pertanian yang indah dan estetik untuk
meningkatkan fasilitas dan atraksi agar menarik minat
pengunjung dan nyaman bagi wisatawan.
21,060 3
Strategi
2
Meningkatkan sistem pengelolaan dan kelembagaan dalam
pengembangan destinasi agrowisata dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi;
21,078 2
Strategi
3
Meningkatkan sarana prasarana dukungan pemerintah untuk
memudahkan akses wisatawan dalam mengunjungi
destinasi agrowisata dan menawarkan harga yang terjangkau
21,882 1
Strategi
4
Melakukan budidaya tanaman yang dijadikan atraksi wisata
dengan memanfaatkan teknologi dan keadaan geografis di
daerah agrowisata
20,448 4
Sumber : Data Primer diolah, 2024.

Dari tabel di atas, diketahui strategi prioritas utama yang dapat digunakan untuk
mengembangkan destinasi agrowisata, yaitu strategi meningkatkan sarana prasarana dengan
dukungan dari pemerintah guna memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi destinasi
agrowisata dan menawarkan harga yang terjangkau, sehingga akan meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan dari berbagai kalangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor internal dalam pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok sebagai berikut:
a. Kekuatan terdiri atas: Tersedia area pertanian yang indah, asri dan estetik di agrowisata;
Agrowisata memiliki kondisi dan area pengembangan yang memadai; Harga tiket
terjangkau dan sesuai dengan fasilitas; Agrowisata menyediakan fasilitas pendukung
untuk pengunjung; Terdapat pengelolaan dan kelembagaan agrowisata; Terdapat
pelayanan khusus pada agrowisata; Akses menuju lokasi agrowisata mudah dan baik;
Keadaan iklim dan tanah di lokasi agrowisata mendukung pembudidayaan tanaman.

13

b. Kelemahan terdiri atas: Kurang terdapat spot-spot foto yang menarik; Agrowisata tidak
melakukan kerja sama dengan pihak lain; Kurang mendapat dukungan masyarakat;
Manajemen Sumber Daya Manusia pada agrowisata masih kurang.
2. Faktor eksternal dalam pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok sebagai berikut:
a. Peluang terdiri atas: Minat pengunjung agrowisata tinggi; Agrowisata diminati oleh
wisatawan dengan berbagai kalangan; Tersedia jaringan listrik dan internet pada kawasan
agrowisata; Tersedia prasarana pendukung menuju destinasi agrowisata; Kemajuan
teknologi informasi mendukung perkembangan agrowisata; Tersedianya dukungan dari
pihak lain; Pariwisata menjadi program unggulan di pulau lombok; Tingkat kepuasan
pengunjung.
b. Ancaman terdiri atas: Persaingan harga dengan wisata lain; Persaingan promosi dengan
wisata lain; Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dalam pengembangan agrowisata;
Pengelolaan limbah di daerah wisata oleh pihak terkait belum optimal.
3. Alternatif strategi pengembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok sebagai berikut:
a. Strategi S-O terdiri atas 4 alternatif strategi: Memperbarui area pertanian yang indah dan
estetik untuk meningkatkan fasilitas dan atraksi agar menarik minat pengunjung dari
berbagai kalangan dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan; Meningkatkan sistem
pengelolaan dan kelembagaan dalam pengembangan destinasi agrowisata dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga dapat memudahkan wisatawan dalam
mengakses destinasi agrowisata; Meningkatkan sarana prasarana dengan dukungan dari
pemerintah untuk memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi destinasi agrowisata
dan menawarkan harga yang terjangkau sehingga akan meningkatkan kunjungan
wisatawan; Melakukan budidaya tanaman yang dapat dijadikan atraksi wisata dengan
memanfaatkan teknologi serta keadaan geografis di daerah agrowisata sehingga
menawarkan harga yang terjangkau bagi wisatawan.
b. Strategi W-O terdiri atas 4 alternatif strategi: Membuat spot foto yang menarik dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi, sehingga dapat menarik minat wisatawan dari
berbagai kalangan; Melakukan kerja sama dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
oleh pihak terkait untuk mengembangkan destinasi agrowisata; Melibatkan masyarakat
dalam mengembangkan destinasi agrowisata melalui pemanfaatan kemajuan teknologi
dan fasilitas yang dimiliki; Melibatkan masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM
melalui pelatihan yang diadakan oleh pihak terkait dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi.
c. Strategi S-T terdiri atas 4 alternatif strategi: Menjaga keindahan alam dan
mengoptimalkan pelayanan yang diberikan oleh destinasi agrowisata agar dapat
menawarkan harga yang terjangkau; Melakukan kerja sama dengan pihak terkait dengan
melibatkan masyarakat setempat; Mengoptimalkan pelayanan yang diberikan oleh
agrowisata, sehingga agrowisata menjadi alternatif prioritas bagi wisatawan;
Memanfaatkan keadaan iklim dan akses yang mendukung untuk meningkatkan promosi
agrowisata dan pengelolaan limbah di daerah destinasi agrowisata.
d. Strategi W-T terdiri atas 3 alternatif strategi: Memanfaatkan untuk membuat spot foto,
sehingga dapat menarik minat wisatawan; Melakukan kolaborasi dengan dinas terkait dan
meningkatkan kualitas SDM pengelola agrowisata; Melakukan pelatihan masyarakat
sekitar untuk mengelola limbah menjadi produk yang memiliki nilai jual.
4. Strategi pengembangan destinasi agrowisata yang menjadi prioritas untuk diterapkan di Pulau
Lombok sesuai dengan peringkatnya sebagai berikut:

14

a. Meningkatkan sarana prasarana dengan dukungan dari pemerintah untuk memudahkan
akses wisatawan untuk mengunjungi destinasi agrowisata dan menawarkan harga yang
terjangkau sehingga akan meningkatkan kunjungan.
b. Meningkatkan sistem pengelolaan dan kelembagaan dalam pengembangan destinasi
agrowisata dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga dapat memudahkan
wisatawan dalam mengakses destinasi agrowisata.
c. Memperbarui area pertanian yang indah dan estetik untuk meningkatkan fasilitas dan
atraksi agar menarik minat pengunjung dari berbagai kalangan dan memberikan
kenyamanan bagi wisatawan.
d. Melakukan budidaya tanaman yang dapat dijadikan atraksi wisata dengan memanfaatkan
teknologi serta keadaan geografis di daerah agrowisata sehingga menawarkan harga yang
terjangkau bagi wisatawan.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian terkait strategi pengembangan destinasi agrowisata di Pulau
Lombok dan hasil analisis yang telah dipaparkan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah diharapkan agar lebih memperhatikan pembangunan sarana prasarana untuk
menunjang perkembangan destinasi agrowisata di Pulau Lombok dan memudahkan
wisatawan yang mengunjungi destinasi agrowisata di Pulau Lombok.
2. Bagi pemilik/pengelola destinasi agrowisata diharapkan agar melakukan pengembangan
destinasi agrowisata di Pulau Lombok yang berfokus pada strategi S-O dengan prioritas
utama. Selain itu apabila destinasi agrowisata mengalami kondisi yang berbeda maka dapat
disesuaikan dengan alternatif strategi lainnya yang terdapat pada strategi W-O, Strategi S-T,
dan strategi W-T.


DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. (2020). Identifikasi Potensi dan Status Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Journal of Regional and Rural Development
Planning .
BankBJB. (den 9 Juni 2023). 10 Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia 2023, Wajib Banget
Disambangi untuk Liburan. Hämtat från bankbjb: https://bankbjb.co.id/pengumuman/10-
destinasi-wisata-terbaik-di-indonesia-2023-wajib-banget-disambangi-untuk-liburan
David, F. R. (2016). Manajemen Strategik. Jakarta: Alih Bahasa Alexander Sindoro, Prehalindo.
ITMP Pulau Lombok. (2020). i Proyeksi Pertumbuhan & Skenario Pengembangan Integrated
Tourism Master Plan for Lombok (s. 212). Jakarta Selatan: PT. AECOM Indonesia.
Nugraha, Y. E., & Siti, Y. E. (2020). Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Desa
Pemo Taman Nasional Kelimutu Kabupaten Ende. Jurnal Destinasi Pariwisata.
Purwaningrum, H. (2020). Faktor Eksternal Dan Internal Dalam Pengembangan Daya Tarik
Wisata Taman Buah Kusuma Agrowisata Kabupaten Batu Malang. Khasanah Ilmu :
Jurnal Pariwisata Dan Budaya.
Rachman, Y. E. (2022). Pengantar Pariwisata. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Salmah, E., Yuniarti, T., & Handayani, T. (2021). Analisis Pengembangan Agrowisata Berbasis
Partisipasi Masyarakat Lokal Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Journal of
Economics and Business, 1-17.

15

Sedarmayanti. (2014). Manajemen Strategi. Bandung: Refika Aditama.
Wibowo, S. M., Paninggiran, N. H., & Heptanti, U. (2023). Analisis Daya Tarik Wisata dan
Pengelolaan Destinasi Pantai Indah Kemangi Kabupaten Kendal. Jurnal Manajemen
Perhotelan dan Pariwisata.
Tags