7. Principles of immunization_compressed.en.id.pdf

fayasyabmin 32 views 59 slides Aug 28, 2025
Slide 1
Slide 1 of 59
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59

About This Presentation

imunisasi anak


Slide Content

PRINSIP DARI
IMUNISASI
Yulia Iriani – Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis KSM/
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRI/RSMH
Kuliah FKG – November 2021
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com

Tujuan pembelajaran
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
• Imunisasi Aktif dan Pasif
• Jenis Vaksin
• Penggunaan Adjuvant dalam Imunisasi.
• Masalah dalam Imunisasi
– Memahami istilah “Pemantauan rantai dingin” dan kondisi penyimpanan
untuk berbagai jenis vaksin.
– Cara Administrasi
– Kontraindikasi dalam Imunisasi (efek samping).
• Program Imunisasi Lanjutan (EPI) di Indonesia.
– Penyakit Target-Imunisasi di Indonesia
– Jadwal imunisasi
• KIPI
2

pengantar
• Penyakit menularsebuah
morbiditas tinggi &
kematian
• Imunisasi
– sangat sukses
– sangat hemat biaya

Ara. Dampak dari
influenza, zoster dan
pneumokokus
penyakit pada sindrom
kelemahan pada orang tua
Chevalier-Cottin, EP., Ashbaugh, H., Brooke, N.et al.Mengkomunikasikan Manfaat dari Vaksin Selain Mencegah Penyakit Menular.Menginfeksi Dis
Ther9,467–480 (2020). https://doi.org/10.1007/s40121-020-00312-7

pengantar
5

Penyakit yang Ditargetkan – Vaksin Dapat Dicegah
Penyakit
Penyakit Mode Transmisi Gejala Komplikasi
Difteri Orang-ke-orang, kontak langsung atau
kontak dengan tetesan udara, biasanya
menyerang anak di bawah 15 tahun.
Sakit tenggorokan, demam.
Ditandai dengan pembentukan selaput kuning-
putih pada amandel dan dinding faring.
Potensi distres pernapasan.
Haemophilus
influenzae b
Orang-ke-orang, kontak atau
droplet.
Bakteri dapat menyebabkan otitis media, sinusitis,
epiglotis dan infeksi saluran pernapasan atas.
Bakteri meningitis; kebanyakan kasus
penyakit invasif terjadi pada anak usia 3
bulan sampai 3 tahun.
Hepatitis B Paparan darah atau cairan tubuh
yang terinfeksi.
Pada anak-anak terutama sebelum lahir
menyebar.
Gejala umum seperti flu (mungkin tanpa gejala). Hati
mungkin membesar, urin berwarna gelap, tinja berwarna
terang, penyakit kuning. Gejala berlangsung 4-6 minggu.
hepatitis kronis; sirosis; kanker hati.
Campak Orang-ke-orang, kontak atau
droplet.
Gejala mirip flu, demam tinggi (lebih dari 101HaiF),
batuk, dan konjungtivitis. Ruam biasanya dimulai di
wajah dan menyebar ke tubuh. Bintik koplik di mulut
berwarna kebiruan dengan bintik merah yang sangat
halus.
Pneumonia dan ensefalitis. Orang yang
alergi telur mungkin mengalami reaksi
parah terhadap vaksin.

Penyakit yang Ditargetkan – Vaksin Dapat Dicegah
Penyakit
Jenis
Organisme
Penyakit Mode Transmisi Gejala Komplikasi
Penyakit gondok Virus Kontak orang ke orang atau droplet. Menular
6 hari sebelum hingga 9 hari setelah
pembengkakan. Paling sering terjadi pada
anak-anak.
Demam ringan, sakit kepala, sakit telinga, nyeri
dan pembengkakan kelenjar parotis (bisa
unilateral atau bilateral). Pembengkakan
berlangsung sekitar seminggu.
Potensi distres pernapasan.
Pertusis Gram-
negatif
bakteri
Kontak orang ke orang atau droplet.
Sangat menular.
Karakteristik batuk tidak produktif
dengan fase ekspirasi cepat diikuti
dengan "teriakan" inspirasi. Perdarahan
sklera dan konjungtiva kecil dapat
terjadi karena batuk yang parah.
Bakteri meningitis; kebanyakan
kasus penyakit invasif terjadi pada
anak usia 3 bulan sampai 3 tahun.
Pneumo-
coccus
Gram-
positif
bakteri
Orang-ke-orang, kemungkinan melalui kontak
tetesan; pada banyak orang terkolonisasi di
saluran pernapasan bagian atas.
Menyebabkan otitis media,
sinusitis, dan infeksi bakteri invasif.
hepatitis kronis; sirosis;
kanker hati.
Polio Virus Kontak langsung virus dengan mulut. Demam ringan dan sakit tenggorokan
(kebanyakan kasus tidak menunjukkan gejala).
Pneumonia dan ensefalitis.
Orang yang alergi telur mungkin
mengalami reaksi parah
terhadap vaksin.

Penyakit yang Ditargetkan – Vaksin Dapat Dicegah
Penyakit
Jenis
Organisme
Penyakit Mode Transmisi Gejala Komplikasi
Rubella Virus Orang-ke-orang, kontak atau
droplet. Menular 4 hari sebelum
sampai 4 hari setelah ruam
muncul. Sangat menular.
Ringan pada orang dewasa dan anak kecil; ruam
makula pada kulit kepala, badan, dan anggota
badan yang berlangsung 1-3 hari.
Komplikasi berat pada perkembangan
awal janin—dapat menyebabkan
malformasi kongenital dan kematian.
Vaksin hidup jadi TIDAK BOLEH
diberikan pada wanita hamil
wanita.
Tetanus Neurotoksin
diproduksi oleh
yang anaerobik,
Gram-positif
bakteri
Paparan luka terhadap bakteri.
Luka tusukan dalam memiliki risiko
terbesar. Tetanus neonatus terjadi
akibat kontaminasi puntung tali
pusat.
Kejang otot umum yang parah.
VariselaVirus Orang-ke-orang, kontak atau kontak
dengan tetesan udara. Sangat
menular. Menular 2 hari sebelum
sampai 6 hari setelah vesikel muncul.
Terutama mempengaruhi anak-anak.
Demam ringan, lesu. Lesi muncul
dalam 2-4 hari. Ruam memiliki tiga
fase: timbul bintik-bintik, vesikel berisi
cairan, dan keropeng. Ruam gatal dan
ditemukan di seluruh tubuh.
Kakek-nenek dan orang dewasa yang lebih
tua harus menghindari merawat anak-anak
karena mereka dapat mengembangkan
herpes zoster (herpes zoster).

9

NilaiImunisasi
Memutuskan
rantai penularan
Jika sudah
diimunisasi 80-
90% terhindar
dari penyakit
Tidak Menularkan
penyakitTaat pada jadwal
Diperlukan cakupan > 80% agar lingkungan terhindar dari
penularan penyakit (kekebalan kelompok)
08/09/20 Geser Sri Rezeki

Sumber: SOEDJATMIKO, 30 Maret 2020
Bahaya rutin penyakit
yang dapat dicegah
dengan
(P
Aku
D3
unisasi
SAYA)
Cakupan tambang
2019 rendah : 60% - 70
%
Cakupan Imunisasi
semakin rendah
Imunisasi tidak
lengkap
Imunisasi belum
lengkap
Awas!!
KLB/wabah
PD3I
Pandemi Covid-19
•Larangan / penyelesaian keluar rumah ?
•Jarak sosial / fisik?
•Orangtua ragu/ takut / repot ?

Imunitas dan Imunisasi
• Kekebalan terhadap penyakit menular
sebuahmelindungi individu dari infeksi.
•Imunisasi:
– proses menginduksi kekebalan
secara artifisial baik dengan
vaksinasi (imunisasi aktif) atau
pemberian antibodi (imunisasi
pasif).
• Jenis Kekebalan:
- Kekebalan bawaan
• Ada sebelum pajanan terhadap
patogen dan efektif sejak lahir
- terdiri dari:
• Imunisasi aktif
• Imunisasi pasif
• Melibatkan respons non spesifik terhadap
patogen •Vaksinasi:
- Imunitas yang didapat atau imunitas
adaptif
– pemberian vaksin atau toksoid apa
pun (inaktivasi toksin) untuk
pencegahan penyakit• Berkembang hanya setelah terpapar
agen penginduksi seperti mikroba,
toksin, atau zat asing lainnya
• Melibatkan respons yang sangat spesifik
terhadap patogen

Imunitas dan Imunisasi
Imunisasi Aktif Imunisasi Pasif
• pemberian seluruh atau sebagian mikroorganisme
atau produk modifikasi dari mikroorganisme
tersebut (misalnya, toksoid, antigen yang
dimurnikan, atau antigen yang dihasilkan oleh
rekayasa genetika) untuk menimbulkan respons
imunologi yang menyerupai infeksi alami tetapi
biasanya hanya menimbulkan sedikit atau tidak
ada risiko bagi penerima.
• memberikan perlindungan sementara melalui
pemberian antibodi yang diproduksi secara
eksogen, seperti imunoglobulin.
• juga terjadi secara alami melalui transmisi
transplasenta antibodi ke janin, yang
memberikan perlindungan terhadap
banyak penyakit menular selama
beberapa bulan pertama kehidupan bayi.
• merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dan respon
kekebalan seluler yang melindungi dari
agen infeksius.
– IgG melintasi plasenta dari
ibu ke janin atau
- IgA berpindah dari ibu ke bayi
dalam ASI
“paparan organisme, vaksin”

Agen Imunisasi
• Bahan imunisasisebuahperlindungan terhadap penyakit:
- Perlindungan seumur hidup yang hampir lengkap
– Perlindungan sebagian
• Bahan imunisasi meliputi vaksin, toksoid, antitoksin, dan globulin imun
yang berasal dari donor manusia atau hewan (Tabel)
Agen Definisi
Vaksin Sediaan protein, polisakarida, atau asam nukleat dari patogen yang dikirim ke sistem kekebalan tubuh sebagai entitas
tunggal, sebagai bagian dari partikel kompleks, atau oleh agen atau vektor yang dilemahkan hidup, untuk menginduksi
respons spesifik yang menonaktifkan, menghancurkan, atau menekan patogen
Toksoid Racun bakteri yang dimodifikasi yang telah dibuat tidak beracun tetapi tetap memiliki kapasitas untuk merangsang
pembentukan antitoksin
Imun-
globulin
Larutan yang mengandung antibodi yang berasal dari darah manusia yang diperoleh dengan fraksinasi etanol
dingin dari sekumpulan besar plasma dan digunakan terutama untuk pemeliharaan kekebalan orang yang
kekurangan kekebalan atau untuk imunisasi pasif; tersedia dalam persiapan intramuskular dan intravena
Antitoksin Antibodi yang berasal dari serum manusia atau hewan setelah dirangsang dengan antigen spesifik; digunakan
untuk memberikan kekebalan pasif
14

Komponen vaksin
Sebagian besar bahan imunisasi mengandung bahan pengawet, penstabil, antibiotik,
bahan pembantu,dansuspensi cairan (Tabel).
Komponen Penggunaan dan Contoh
Pengawet,
stabilisator,
antibiotik
Konstituen dapat menghambat atau mencegah pertumbuhan bakteri
atau menstabilkan antigen. Bahan seperti merkuri atau antibiotik
digunakan. Reaksi alergi terhadap salah satu aditif dapat terjadi.
Ajuvan Garam aluminium digunakan dalam beberapa vaksin untuk
meningkatkan respon imun (misalnya toksoid, hepatitis B).
Menangguhkan
cairan
Air steril, garam, atau cairan yang lebih kompleks yang berasal
dari media tumbuh atau sistem biologis di mana agen
diproduksi (misalnya, antigen telur, bahan kultur sel, protein
serum).
15

Menentukan Tujuan / Sasaran
Pencegahan penyakit pada individu atau kelompok
(tujuan segera)
Mengurangi prevalensi penyakit (perubahan penyakit
epidemiologi)
Pemberantasan penyakit (tujuan akhir)
16

Menentukan Tujuan / Sasaran
Sasaran potensial untuk pengurangan
beban penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin: pemberantasan,
eliminasi, atau kontrol
•Eliminasi:
•pengurangan ke nol, atau ke tingkat
di mana tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat, dari kejadian
penyakit tertentu, atau infeksi yang
disebabkan oleh agen tertentu, di
wilayah geografis tertentu;
• Pemberantasan:
– pengurangan kejadian infeksi di
seluruh dunia oleh agen spesifik
menjadi nol sebagai hasil dari
upaya yang disengaja;
•langkah-langkah intervensi lanjutan
diperlukan untuk mencegah
reintroduksi.
•Kontrol:
- Tindakan intervensi tidak lagi
diperlukan
•pengurangan kejadian penyakit,
prevalensi, morbiditas, atau
kematian.
•Lanjutkan intervensisebuah
mempertahankan pengurangan

Kekebalan kawanan:
perlindungan tidak langsung
diamati di
segmen yang tidak diimunisasi
dari populasi di
mana besar
proporsi adalah
diimunisasi

Meja.Contoh manfaat tidak
langsung yang diberikan oleh
vaksin tertentu
Vaksin Manfaat tidak langsung
konjugasi pneumokokus
vaksin
Pencegahan dari
kereta nasofaring [7,
8]
Pengurangan penyakit di
populasi yang tidak divaksinasi
(efek kawanan atau tidak langsung)
[9]
Pengurangan antimikroba
resistensi dan
penggunaan antimikroba [10]
Haemophilus influenzae
tipe B, meningokokus
penyakit, campak;
vaksin virus, seperti
flu, pernapasan
virus syncytial, dan
campak
Mengurangi penggunaan antimikroba,
termasuk penggunaan untuk
infeksi sekunder, dan
mengurangi antimikroba
perlawanan [11–13]
Mengurangi yang tidak sesuai
resep antibiotik [14]
Influensa Pengurangan penggunaan antimikroba
dan antimikroba
perlawanan [15]
Penurunan kardiovaskular
peristiwa, yaitu infark
miokard, stroke,
insufisiensi jantung [16–18]
Hepatitis B Sirosis dan kanker hati
(karena pencegahan
pengangkutan kronis) [19]
Virus papiloma manusia
(HPV)
Kanker terkait HPV (karena
pencegahan kronis
carriage) pada wanita
dan pria [20]
Transmisi vertikal
(neonatus) [21]

Evolusi Program Imunisasi
20

Jenis dari
Vaksin
• Vaksin
– Dilemahkan langsung atau
terbunuh
mikroorganisme
- Tidak aktif atau
agen detoksifikasi atau
mereka dimurnikan
komponen
- vaksin DNA
21

COVID-19
Penyegaran Platform Vaksin
vaksin berbasis DNAbekerja dengan memasukkan DNA sintetik
dari gen virus ke dalam molekul DNA kecil (disebut plasmid). Sel
mengambil plasmid DNA dan mengikuti instruksinya untuk
membangun protein virus, yang dikenali oleh kekebalan
sistem, dan mempersiapkannya untuk menanggapi paparan penyakit
Vaksin vektor virusmenyisipkan gen untuk protein virus
ke virus lain yang tidak berbahaya (bereplikasi atau tidak
bereplikasi), yang mengirimkan protein virus ke penerima
vaksin, memicu respons kekebalan.
vaksin RNAmemperkenalkan urutan mRNA yang
dikodekan untuk antigen spesifik penyakit. Sekali ini
Vaksin subunitmemperkenalkan fragmen virus ke
dalam tubuh. Fragmen ini cukup untuk dikenali
antigen direproduksi di dalam tubuh,
dikenali dan memicu respons imun
respon imun dan merangsang imunitas.
Vaksin yang tidak aktifterdiri dari seluruh virus, yang
telah dibunuh dengan panas atau bahan kimia sehingga
Vaksin hidup yang dilemahkanterdiri dari seluruh virus yang telah dilemahkan di
laboratorium. Mereka cenderung mendapatkan yang lebih kuat
tidak dapat menyebabkan penyakit. respon imun daripada vaksin yang tidak aktif.

Jenis Vaksin
Vaksin Bakteri Vaksin Virus
Peka terhadap panas
vaksin
lBCG lOPV
lCampak
Membekukan-
peka
vaksin
lMMR
lVarisela
lDemam kuning
lDifteri
lTetanus
lPertusis
lKolera
lMeningokokus
lPneumokokus
lHib
lTifus Vi
lInfluensa
lIPV
Membekukan-
peka
vaksin
lRabies
lHepatitis B
lHepatitis A
23

Proses Generasi Kekebalan terhadap
Antigen Vaksin
•Ada 2 jenis respons terhadap antigen vaksin:Respons yang
bergantung pada sel-TdanRespon sel-T-independen.
•Antigen protein akan mengaktifkan sel B dan sel T; ini disebut a
Respon yang bergantung pada sel-T.
•Respon sel-T-independentidak membutuhkan sel T untuk
memediasi aksinya; antigen polisakarida memicu respons
ini.

T-CELL INDEPENDEN
T-CELL TERGANTUNG

Jenis Vaksin
Tabel 3. Perbandingan vaksin yang dilemahkan (hidup), tidak aktif (mati), dan DNA
Ciri Vaksin yang dilemahkan Vaksin mati vaksin DNA
Produksi Seleksi untuk organisme avirulen; Patogen
virulen tumbuh di bawah kondisi kultur yang
merugikan atau lewatnya patogen manusia
yang virulen dalam waktu lama melalui inang
yang berbeda
Patogen virulen adalah
dinonaktifkan oleh
bahan kimia atau
penyinaran dengan γ-
sinar
Mudah diproduksi
dan dimurnikan
Pemacu
persyaratan
Umumnya hanya membutuhkan satu booster Membutuhkan banyak
penguat
Injeksi tunggal mungkin
cukup
Stabilitas relatif Kurang stabil Lebih stabil Sangat stabil
Jenis kekebalan
diinduksi
Humor dan dimediasi sel Terutama humoris Humor dan sel-
dimediasi
Pengembalian
kecenderungan
Dapat kembali ke bentuk virulen Tidak dapat dikembalikan ke
bentuk virulen
Tidak dapat dikembalikan
26

Rekomendasi Vaksin
• Penyusunan rekomendasi dan jadwal pemberian
vaksin:
- epidemiologi penyakit
- morbiditas dan mortalitas spesifik usia,
- imunogenisitas vaksin,
- risiko reaksi merugikan terkait vaksin,
- efektivitas biaya,
– usia kunjungan perawatan kesehatan rutin yang direkomendasikan.
27

Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi)
• Penyelenggaraan Olahraga:
–Program Imunisasiadalah mendorong yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat
dicegah dengan pembatasan.
–Imunisasi Pilihanadalah bahaya yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dari penyakit tertentu.

Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi)
Hepatitis B,
Poliomielitis, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hib,
Campak,Rubella
Imunisasi Dasar
DPT, Hep B, Hib, Campak,
Rubella
Imunisasi Rutin
Baduta
BIAS: Kampak,Rubella,
Difteri, Tetanus
Imiunisasi Lanjutan SD
Tetanus, Difteri
WUS
Program Imunisasi
Melengkapi Imunisasi
dasar dan/atau lanjutan
pada target sasaran
yang belum tercapai.
Imunisasi Tambahan
Meningokokus, Kuning
Demam, Rabies,
Polio
Imunisasi Khusus Haji, Bepergian, KLB
Pneumococcus, Influenza, Rotavirus,
Varicella, Gondongan,Rubella, Tifoid,
Hepatitis A, HPV, JEB, Hepatitis B dewasa,
Dengue
Imunisasi Pilihan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
30

Imunisasi Rutin
sebuah. Imunisasi Dasar
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi
Interval Minimal
untuk jenis
Imunisasi yang
sama
Umur Jenis
0-24 Jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak
Tabel 2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
CampaksebuahPAK Jenis
Imunisasi
Interval minimal setelah Imunisasi
dasar
Umur
DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
18 bulan
Campak 6 bulan dari Campak dosis pertama
Catatan:
•Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan
dalam rentang usia 18-24 bulan
•Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-
HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
31

Tabel 14. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi
Jenis Vaksin Dosis Cara Pemberian Tempat
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kuta Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Lisan mulut
IPV 0,5 ml Intra Muskuler Pahakiri
Paha untuk bayi;
Lengan kanan untuk
batita
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler
Campak 0,5 ml Sub Kuta Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
CampaksebuahPAK
32

Jadwal Program Imunisasi
(Permenkes No. 12 Th 2017)
UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI
0
1
Hepatitis B (< 24 jam)
BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2
3 DPT-HB-Hib2, OPV3
4 DPT-HB-Hib3, OPV4,IPV
9 Campak/PAK
18 DPT-HB-Hib4, Campak/PAK
-DT
- Campak/PAK
HPV*
Td
HPV*
*hanya di Prov/Kab/Kota Terpilih
• MR secara nasional, 2017 di P. Jawa, 2018 di
luar P. Jawa
• HPV di DKI, ekspansi
1 SD 5 SD 6 SD
BULANIMUNISASI ANAK SEKOLAH

Perubahan Jadwal lmunisasi Td pada BIAS
(Permenkes No. 12 Th 2017)
• Tujuan:
Memperpanjang usia perlindungan sasaran dari penyakit tetanus dan
difteri rnelalui statusT5
• Mekanisme jadwal:
– Tahun 2017 dan 2018 pemberian cairan Td hanya dilakukan pada anak
kelas 2 SD/sederajat
– Mulai tahun 2019, pemberian dorongan Td sudah dapat diberikan pada
anak kelas 2 dan 5 SD sederajat

Catatan Pemberian Program Imunisasi
(Permenkes No. 12 Th 2017)
•Pemberian Hepatitis B optimal diberikan <24 jam pasca persalinan, didahului vit
K1 2-3 jam sebelumnya
– Khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperbolehkan
sampai <7 hari
• Bayi lahir di Intitusi RS, Klinik dan BPS, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan
sebelum dipulangkan
• PemberianBCGoptimal sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampaiusia <1
tahun, tanpa tesmantoux
• Pada kondisi tertentu,semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikansampai umur < 7
tahun
•Imunisasi lanjutanbaduta (DPT-HB-Hib dan Campak) dapat diberikan dalam
rentang usia 18-24 bulan
•Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, bilasudah mencapai status T5,
harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis

36

Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020
Umur
Imunisasi Bulan
5
Tahun
10 12Lahir
1
1234 69121518
5
4
24356789 14151618
Hepatitis B
Polio
BCG
DTP
Hib
PCV
Rotavirus
, QÁXHQ]D
2
1
3
2
4
30
1 kali
1
1
1
1
2
2
3
3
2
2
4
4
5 Td / Tdap
3
3 (p)
1
4
Diulang setiap tahun 1 kali
MR/MMRMR/MMR
JE
PAK
1
PAK /
MMR
2
2 kali, selang
6 minggu - 3
bulan
Varisela
Hepatitis A
2 kali,
selang waktu 6 – 36 bulan
Tifoid
HPV
demam berdarah
1 Diulang setiap 3 tahun 1 kali
2 kali
3 kali, selang waktu 6 bulan
Cara membaca kolom umur: misal2
Rekomendasi tingkat yang berlaku setelah diterbitkan di Sari Pediatri. Dapat diakses padawebsite IDAI (http:// idai.or.id/
publicarticles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html)
berarti umur 2 bulan (60 hari) sd 2 bulan 29 hari (89 hari) xVaksin pneumokokus (PCV):diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada umur 12 -15 bulan. Jika belum diberikan
pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis
sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur 1- 2 tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum diberikan pada
umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali
Vaksin rotavirus monovalen :diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4
minggu, harus selesai pada umur 24 minggu.
Vaksin rotavirus pentavalen :diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan selang waktu 4 sampai
10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
9DNVLQ-LQÁXHQ]D-diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun latihan pertama 2
dosis dengan interval minimal 4 minggu. Umur > 9 tahun, dosis pertama 1 dosis.
Vaksin MR/MMR :pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, bisa diberikan
MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5 – 7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR.
Vaksin Japanese Encephalitis (JE) :diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis.
Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1 - 2 tahun kemudian.
Varisela vaksin :diberikan mulai umur 12 – 18 bulan. Pada umur 1 – 12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3
bulan. Umur 13 tahun atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu
Vaksin hepatitis A :diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian Vaksin
tifoid polisakarida :diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun
Vaksin human papiloma virus (HPV) :diberikan pada anak perempuan umur 9 – 14 tahun 2 kali dengan jarak 6 – 15 bulan (atau
pada program BIAS kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan (vaksin bivalen) atau 0,2,6
bulan (vaksin kuadrivalen).
Vaksin dengue :diberikan pada anak umur 9 – 16 tahun dengan seropositif dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah
dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologi IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan
dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.
Primer Mengejar Pemacu Daerah Endemis
x-
x-
x-
x-
Untuk menerapkan ketentuan persyaratan dengan benar perlu dibaca keterangan di bawah ini dan deskripsi lengkap di majalah Sari Pediatri
x-Vaksin hepatitis B (HB)monovalen sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului
penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, pengembangbiakan hepatitis B
sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih, kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar berikan pelepasan HB segera
setelah lahir tetapi tidak dihitung dosis sebagai primer. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan
imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya
diberikan bersama DTwP atau DTaP.
Vaksin polio 0 (nol):sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan berikan bOPV-0 saat bayi pulang
atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali
sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
Vaksin BCG :sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 3 bulan
atau lebih BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi lokal
cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosa tuberkulosis.
Vaksin DPT:dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan
atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5 - 7 tahun atau pada
program BIAS kelas 1. Umur 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya pada umur 10 – 18 tahun
atau pada program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun.
x-
x-x-
x-
x-
x-
x-
x-
x-
37

IDAI 18 Maret 2020
Imunisasi tetap harus diupayakan
Fasilitas anak sehat dan anak sakit
dipisahkan
Jadwal diatur, kebersihan dijaga
Lakukan pencatatan dengan baik
Lakukan triase
Penundaan sampai 2 minggu masih
bisa ditoleransi
Satgas IDAI: selesaikan segera pemurnian
untuk anak 0-18 bulan

IDAI 6 Juli 2021: Pelaksanaan
senam dalam masa PPKM Darurat
PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
(Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Berkomitmen dalam Meningkatkan Kesehatan Anak Indonesia
Keterangan Ikatan Dokter Anak Indonesia Mengenai
Pelaksanaan Imunisasi Dalam Masa PPKM Darurat
Mulai tanggal 3 Juli 2021, pemerintah pusat telah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali yang akan berlangsung hingga tanggal 20 Juli 2021. Pelayanan
kesehatan anak termasuk dalam cakupan sektor kritis yang diperbolehkan untuk berlangsung sepenuhnya
dengan protokol kesehatan. Namun demikian, dengan mempertimbangkan laju penambahan kasus COVID-19
di Indonesia, peningkatan jumlah kasus pada anak, kesehatan dan keselamatan tenaga kesehatan, serta
tujuan utama pemberlakuan PPKM Darurat yaitu untuk memutus rantai penularan COVID-19, maka diperlukan
perhatian dan partisipatif seluruh masyarakat agar pelayanan kesehatan anak dapat tetap berlangsung secara
optimal. Dalam rangka mendukung diterapkannya masa PPKM Darurat, berikut hal-hal yang perlu dipahami
bersama di masyarakat:
1. Imunisasi rutin di daerah PPKM Darurat sebaiknya ditunda selama 3 minggu, dimulai sejak tanggal 3 Juli
2021. Imunisasi pada bayi baru lahir yaitu Hepatitis B dan dosis polio pertama tetap diberikan.
2. Selama pelayanan pembebasan di daerah PPKM Darurat ditunda, sebaiknya bayi memeriksa
kelengkapan status anak di Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak) dan mencatat depresi yang
tidak dapat diberikan selama masa PPKM Darurat, kemudian segera dilengkapi setelah kondisi
memungkinkan.
3. Pelayanan vaksinasi COVID-19 untuk usia 12-17 tahun harus tetap berlangsung sesuai aturan.
4.Pelaksanaan pelayanan pelindung di daerah yang tidak termasuk PPKM Darurat sebaiknya tetap
berlangsung dengan protokol kesehatan ketat.
Imunisasi rutin di daerah PPKM Darurat
sebaiknya ditunda selama 3 minggu
Periksa status pemasang, catat pemasang
yang tidak diberikan, lengkapi kemudian
Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan agar anak tidak keluar rumah kecuali untuk kepentingan
mendesak seperti masalah kesehatan serius. Selama masa PPKM Darurat maupun setelahnya, patuhi protokol
kesehatan dengan ketat. Semoga kita semua selamat melewati pandemi ini.
Vaksinasi COVID-19 anak 12-17 th tetap
dilaksanakan
Jakarta, 6 Juli 2021
Prof.DR. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K),
FAAP, FRCPI(Hon)
Ketua Umum – NPA. 01 01192 1996 1 1
dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K) Sekretaris
Umum – NPA. 01 02094 2006 1 1
Daerah non PPKM Darurat tetap melaksanakan
pelayanan pembatasan dengan prokes ketat
Sekretariat:Jl. Salemba 1 No.5, Jakarta Pusat 10430
Telp. +62 21 314 8410, Email:[email protected] ,website: www.idai.or.id

PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
(Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Berkomitmen dalam Meningkatkan Kesehatan Anak Indonesia
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Pemberian Vaksin COVID-19 (Coronavac®)pada anak usia 6 tahun ke atas
Pemutakhiran 2 November 2021
Ada beberapa vaksin yang
saat ini digunakan untuk anak-
anak di seluruh dunia
Perhatian khusus
Rekomendasi ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan buktibukti
ilmiah yang terbaru.
Dasar Pertimbangan
•Indonesia: Sinovac 6-11
tahun, 12-18 tahun
1. Sudah dicabut izin penggunaannya dalam keadaan darurat vaksin Coronavac®produksi Sinovac
untuk anak berusia 6-11 tahun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
2. Proporsi kasus anak terinfeksi COVID-19 13% (Data Satuan Tugas COVID-19 Nasional 1
November 2021)
3. Telah dimulai pembelajaran tatap muka
4. Anak dapat tertular dan atau menularkan virus corona dari dan ke orang dewasa disekitarnya (orang tua,
orang lain yang tinggal serumah, orang yang datang ke rumah, teman atau guru di sekolah pada
pembelajaran tatap muka) walaupun tanpa gejala
5. Pentingnya mengontrol secara terus menerus penularan dan penularan COVID-19 di Indonesia
6. Pembelajaran dari beberapa negara dunia yang melaporkan peningkatan kasus rawat inap pasien anak
dengan COVID-19.
•AS: Pfizer 5-11 tahun, 12-18
tahun

Prosedur Vaksinasi
• Penyimpanan dan transportasi vaksin
• Siapkan peralatan dan perlengkapan: untuk vaksinasi dan
prosedur darurat
• Mempersiapkan administrasi:
– Anamnesis, umur, riwayat vaksin KIPI, kontra indikasi, interval imunisasi
sebelumnya dan tindakan pencegahan khusus
– Informed consent: manfaat, risiko KIPI
- Pemeriksaan fisik
41

Prosedur Vaksinasi
•Pemberian vaksin:
•Dosis, interval
•Lokasi, sudut dan kedalaman penyuntikan (rute, tempat dan panjang jarum)
•Pemantauan KIPI
•Kemas vaksin terbuka dan buang peralatan bekas (jarum
suntik bekas, vial dan sampah)
•Dokumentasi
42

Nilailah faktor-faktor berikut sebelum memberikan vaksin apa pun:
x
x
x
x
Usia dan berat badan (jika bayi
prematur). Catatan imunisasi saat ini.
Jenis vaksin yang akan diberikan (inaktif atau hidup, dilemahkan) dan rute pemberian. Kontraindikasi
atau tindakan pencegahan termasuk:
HaiKondisi kesehatan saat ini, termasuk masalah sistem
kekebalan tubuh;
Kontraindikasi
Situasi di mana vaksin tidak boleh
digunakan karena risikonya melebihi
potensi manfaat terapeutik1(misalnya,
anafilaksis.)
HaiObat-obatan yang diminum dalam 3 bulan terakhir yang mungkin
menyebabkan imunosupresi (misalnya kortikosteroid dosis tinggi,
perawatan kanker, dll.);
Hai
Hai
Kejadian buruk sebelumnya setelah imunisasi;
Tindakan pencegahan
Kondisi yang dapat meningkatkan risiko
kejadian buruk setelah imunisasi atau yang
dapat mengganggu.
adalah kemampuan a
vaksin untuk menghasilkan kekebalan.1
Umumnya, vaksin ditunda ketika ada tindakan
pencegahan. Namun, mungkin ada
keadaan ketika manfaat pemberian vaksin lebih
besar daripada potensi bahaya atau ketika
imunogenisitas vaksin berkurang masih dapat
menghasilkan manfaat yang signifikan bagi
individu.1
Riwayat alergi, khususnya reaksi anafilaksis terhadap zat
apa pun;
Hai
Hai
Hai
riwayat kesehatan sebelumnya;
Hamil/menyusui;
Penerimaan transfusi darah atau produk darah yang mengandung
antibodi dalam satu tahun terakhir;
HaiPenerimaan vaksin dalam empat minggu sebelumnya
(Pengecualian: demam kuning di mana ada interval minimum 30
hari yang disarankan).
xInformed consent, termasuk diskusi tentang risiko penyakit, manfaat vaksin, efek samping vaksin yang diharapkan, dan
kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi setelah imunisasi.
MelihatProduk Biologisuntuk perincian lebih lanjut tentang setiap vaksin termasuk tindakan pencegahan, kontraindikasi, reaksi yang
diharapkan, dan kehamilan.

Penyimpanan dan Distribusi
Vaksin = produk biologis
Rapuh/mudah rusak
Menurunkan efektivitas vaksin
44

Penyimpanan dan Distribusi
• Rantai dingin
- Vaksinsebuahsensitif terhadap panas & bekusebuahdisimpan pada suhu
yang benar sejak diproduksi hingga digunakan.
– Sistem yang digunakan untuk menyimpan dan mendistribusikan vaksin dalam
kondisi baik =rantai dingin.
– Rantai dingin terdiri dari serangkaian jaringan penyimpanan dan pengangkutan, semuanya
dirancang untuk menjaga vaksin dalam jangkauan yang dapat diterima hingga mencapai
pengguna.
45

Penyimpanan dan Distribusi
46

Penyimpanan dan Distribusi
Faktor-faktor yang menurunkan efektivitas vaksin:
*Jenis vaksin
*Terkena suhu yang tidak sesuai
*Waktu penyimpanan/tanggal kedaluwarsa
*Langsung terkena sinar matahari
47

Kontraindikasi Imunisasi
•Anafilaksisatau areaksi hipersensitivitas yang parahsebuah
kontraindikasi mutlak untuk dosis vaksin berikutnya. Orang yang
diketahui alergi terhadap komponen vaksin tidak boleh divaksinasi.
• Jangan berikan vaksin BCG atau demam kuning kepada bayi yang menunjukkan
gejala tersebuttanda dan gejala AIDS. Vaksin lain harus diberikan.
• Jika sebuahorang tua sangat keberatanimunisasi untuk abayi yang sakit,
jangan berikan. Minta ibu untuk datang kembali ketika bayinya sehat.
48

Kontraindikasi Imunisasi

50

Pemberian Vaksin
51

KIPI/KIPI
Kejadian Tidak Diharapkan Setelah Imunisasi/
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
52

KIPI
• Kejadian tidak diharapkan setelah imunisasi = KIPI
• Definisi
– setiap kejadian medis yang tidak diinginkan setelah imunisasi dan
yang tidak selalu memiliki hubungan kausal dengan penggunaan
vaksin.
• Kejadian tidak diinginkan dapat berupa tanda yang tidak diinginkan atau tidak
diinginkan, temuan laboratorium yang abnormal, gejala atau penyakit.
53

KIPI – Klasifikasi
54

KIPI – Klasifikasi

KIPI – Keparahan
56

KIPI – Reaksi Vaksin
57

Reaksi vaksin yang biasa dan ringan
1. Reaktogenisitas bervariasi antar merk vaksin, tergantung galur dan jumlah antigen dalam vaksin
2. Diare, sakit kepala dan/atau nyeri otot
3. Saat dibandingkan dengan vaksin whole cell pertussis (DTwP), angka acelluer pertussis (DTaP) lebih
rendah
4. Angka reaksi lokal cenderung meningkat dengan dosis booster, sd 50-85%
5. Sumber:http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/ACIP-list.htm 58

Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI
Kementerian Kesehatan
Ditjen P2M & PL
Komnas PPKIPI Subdit Imunisasi
Komda PPKIPI
Propisnsi
Dinkes Propinsi
Komda PPKIPI
Kabupaten
Dinkes Kab.Kota
Rumah Sakit
Dokter Praktek
Puskesmas
Masayarakat
59