9. BUDAYA, GLOBALISASI, DAN TRANSISI GIZI (2).pptx
wyndamykenolamanik
1 views
26 slides
Sep 05, 2025
Slide 1 of 26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
About This Presentation
ILMU GIZI SEMESTER 1
Size: 454.93 KB
Language: none
Added: Sep 05, 2025
Slides: 26 pages
Slide Content
BUDAYA, GLOBALISASI, DAN TRANSISI GIZI Dr. Wynda Myke Nola Manik, M.K.M FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DEZTRON INDONESIA
TEORI MODERNISASI DAN POSTMODERNISME Teori modernisasi dan postmodernisme adalah dua pendekatan berbeda dalam memahami perubahan sosial dan budaya , dengan modernisasi fokus pada kemajuan dan industrialisasi , sedangkan postmodernisme lebih menekankan pada keragaman , subjektivitas , dan keraguan terhadap narasi besar . FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TEORI MODERNISASI Fokus pada Kemajuan : Teori ini berpandangan bahwa masyarakat modern bergerak menuju kemajuan dan perbaikan melalui proses seperti industrialisasi , urbanisasi , dan demokratisasi . Kebenaran Objektif : Modernisme menekankan pentingnya logika , akal sehat , dan kebenaran objektif dalam mencari pemahaman tentang dunia. Sistem yang Terstruktur : Modernisasi seringkali melihat masyarakat sebagai sistem yang terstruktur dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi , politik , dan sosial .
POSTMODERNISME Keragaman dan Subjektivitas : Postmodernisme menolak gagasan tentang kebenaran universal dan menekankan pentingnya perspektif dan pengalaman individu . Keraguan Terhadap Narasi Besar : Postmodernisme seringkali mempertanyakan keabsahan narasi besar ( metanarasi ) seperti agama, ilmu pengetahuan , dan ideologi , yang dianggap memberikan makna dan tujuan pada masyarakat . Fragmentasi dan Pluralisme : Postmodernisme melihat masyarakat sebagai fragmentasi , dengan berbagai budaya dan subbudaya yang saling berinteraksi dan berkonflik . Subjek yang Aktif : Postmodernisme melihat subjek sebagai agen aktif yang mampu menciptakan dan mengartikan simbol-simbol budaya .
Implikasi : Modernisasi : Membawa kemajuan teknologi , ekonomi , dan sosial , namun juga bisa menimbulkan masalah seperti ketimpangan sosial , kerusakan lingkungan , dan hilangnya tradisi . Postmodernisme : Membuka ruang untuk lebih banyak perspektif dan interpretasi , tetapi juga bisa menghasilkan relativisme moral, kebingungan identitas , dan hilangnya nilai-nilai tradisional . Contoh : Modernisasi : Industri manufaktur di kota Medan, pembangunan infrastruktur jalan tol , dan peningkatan akses pendidikan . Postmodernisme : Perilaku konsumen yang semakin beragam dan personal, seni kontemporer yang menantang konvensi , dan gerakan sosial yang mempertanyakan struktur kekuasaan .
KONSUMERISME Konsumerisme didefenisikan sbg suatu paham atau ideologi yg membuat individu atau kelompok melakukan kegiatan konsumsi atau penggunaan barang secara berlebihan . Jika menjadi kebiasaan , hal konsumtif tsb sbg gaya hidup , sdh dipastikan mereka menganut konsumerisme , krn gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan cara seorang memilih utk menggunakan waktu , uang, dan energi serta merefleksikan nilai , rasa, dan kesukaan
DAMPAK POSITIF KONSUMERISME MEMBUKA LAPANGAN PEKERJAAN KARENA TINGGINYA PERMINTAAN AKAN SUATU PRODUK MENGURANGI PENGANGGURAN KRN MEMERLUKAN BYK TENAGA PEKERJA UTK MELAKUKAN PRODUKSI BARANG ATAU PRODUK MJD MOTIVASI BAGI PARA KONSUMEN KRN HASRAT MEMBELI SUATU BARANG YG MEMERLUKAN UANG MEMBUAT MEREKA GIAT MENCARI UANG.
DAMPAK NEGATIF KONSUMERISME Menjadi budaya dlm masyarakat yg tentunya mempengaruhi kehidupan masyrakat itu sendiri spt tinggi gengsi atau tdk mau kalah dari org lain Uang tidak lagi memiliki arti krn tingginya Hasrat untuk menhabiskan uang tsb demi mendapatkan barang yang diinginkan waalaupun tidak memerlukannya hingga tidak ada rencana menyiapkan uang utk jaminan hari tua Adanya ketimpangan social tentunya menjadi dampak pasti dari budaya konsumerisme Masyarakat, hal ini juga dapat menimbuilkan kriminalitas demi keperluan hidup .
PERUBAHAN BUDAYA DAN PANGAN P erubahan budaya dan pangan merupakan aspek penting dalam transisi gizi , terutama dalam konteks globalisasi . Perubahan pola makan , preferensi makanan , dan kebiasaan konsumsi dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial , ekonomi , dan budaya . Globalisasi memicu perubahan dalam sistem pangan , aksesibilitas makanan , dan gaya hidup , yang pada gilirannya memengaruhi pola makan dan status gizi masyarakat .
Perubahan Budaya dan Pangan : Perubahan Pola Makan : Transisi gizi sering ditandai dengan peningkatan konsumsi makanan olahan , makanan cepat saji , dan minuman manis , serta penurunan konsumsi sayur dan buah . Perubahan ini dipicu oleh faktor-faktor seperti urbanisasi , perubahan pendapatan , dan pengaruh globalisasi . Pola makan modern cenderung lebih berlemak , manis , dan kurang serat , yang memicu masalah kesehatan seperti obesitas , penyakit jantung , dan diabetes.
Perubahan Budaya dan Pangan : Preferensi Makanan : Globalisasi dan eksposur terhadap media massa dapat mengubah preferensi makanan masyarakat . Pola makan Barat dan makanan cepat saji sering menjadi pilihan utama , terutama di kalangan generasi muda . Tradisi dan budaya makan lokal dapat tergerus atau berubah karena pengaruh globalisasi .
Perubahan Budaya dan Pangan : Kebutuhan Gizi : Perubahan pola makan dapat memengaruhi kebutuhan gizi masyarakat . Peningkatan konsumsi makanan olahan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi tertentu , seperti vitamin dan mineral. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat memperburuk masalah gizi , seperti obesitas .
PERGERAKAN SOSIAL DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI PANGAN Pergerakan sosial dalam menghadapi globalisasi pangan bertujuan untuk menjaga kedaulatan pangan dan keberlanjutan sistem pangan lokal . Beberapa gerakan sosial ini fokus pada peningkatan produksi lokal , mendorong pola makan sehat , mengurangi limbah pangan , dan mempromosikan kerja sama multipihak dalam membangun sistem pangan yang lebih adil dan berkelanjutan .
Elaborasi : Gerakan Kedaulatan Pangan : Gerakan ini menekankan pentingnya memprioritaskan produksi pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan lokal , bukan hanya untuk ekspor . Mempromosikan reforma agraria atau distribusi tanah kepada petani dan buruh tani agar mereka memiliki dan mengolah tanah sendiri . Menjamin hak petani untuk menguasai dan memiliki sumber air, benih , dan kredit . Menolak liberalisasi perdagangan pertanian dan menekankan pentingnya perlindungan terhadap pangan lokal dari impor dengan harga dumping. Menjamin harga panen petani yang adil dan menjamin keberlanjutan hidup petani .
Elaborasi : 2. Gerakan Transformasi Sistem Pangan : Pola Makan Sehat : Mempromosikan pola makan yang sehat dan berkelanjutan , dengan fokus pada pengurangan konsumsi makanan olahan , makanan cepat saji , dan makanan yang mengandung banyak lemak, gula, dan garam. Produksi Pangan Berkelanjutan : Mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan , seperti pertanian organik , diversifikasi tanaman , dan penggunaan teknologi pertanian yang berkelanjutan . Susut dan Limbah Pangan : Mengurangi jumlah limbah pangan melalui perubahan perilaku konsumsi , seperti perencanaan belanja yang lebih baik , pengolahan sisa makanan , dan pengolahan kembali bahan makanan . Kolaborasi Multihak : Membangun kerja sama antara pemerintah , petani , produsen , lembaga swadaya masyarakat , dan sektor swasta untuk membangun sistem pangan yang lebih berkelanjutan .
Elaborasi : 3. Gerakan Keadilan Pangan : Gerakan ini berfokus pada mengatasi kerawanan pangan dan tekanan ekonomi yang menyebabkan akses terhadap makanan yang sehat dan bergizi menjadi terbatas . Menuntut agar semua orang memiliki akses yang adil terhadap makanan yang cukup , sehat , dan bergizi . Mempromosikan sistem pangan yang lebih adil , berkelanjutan , dan ramah lingkungan .
Elaborasi : 4. Pergerakan Antiglobalisasi Pangan : Pergerakan ini muncul sebagai respons terhadap dampak globalisasi pangan yang negatif , seperti hilangnya keragaman pangan lokal , tekanan terhadap petani kecil , dan peningkatan konsumsi makanan olahan yang tidak sehat . Menolak liberalisasi perdagangan pertanian dan mendorong kebijakan yang mendukung petani kecil dan pangan lokal . Mempromosikan gerakan lokal yang mendukung sistem pangan yang lebih adil , berkelanjutan , dan ramah lingkungan .
Elaborasi : 5. Pergerakan Lainnya : Gerakan yang mendorong diversifikasi konsumsi pangan berdasarkan potensi sumber daya lokal , keragaman makanan daerah , dan kearifan lokal . Gerakan yang mempromosikan pengayaan atau fortifikasi makanan dengan zat gizi tertentu , seperti beras , minyak goreng, dan garam. Gerakan yang menjamin keamanan , kehigienisan , kualitas , dan keberagaman pangan yang diedarkan .
Globalisasi pangan dan Diet Globalisasi pangan memiliki dampak yang signifikan pada diet, terutama dalam hal ketersediaan , pilihan , dan kebiasaan konsumsi . Globalisasi memungkinkan akses yang lebih luas terhadap berbagai jenis makanan , namun juga bisa meningkatkan konsumsi makanan olahan dan kurang sehat .
Berikut beberapa aspek utama : Ketersediaan dan Pilihan : Akses Lebih Luas: Globalisasi memungkinkan impor makanan dari berbagai negara, sehingga masyarakat memiliki akses ke makanan yang tidak tersedia secara lokal . Homogenisasi Makanan : Di sisi lain, globalisasi juga bisa mendorong homogenisasi pangan , di mana makanan global seperti makanan cepat saji mendominasi , sementara makanan tradisional lokal semakin jarang dikonsumsi . Makanan Olahan dan Ultra Olahan : Perdagangan global juga meningkatkan ketersediaan makanan olahan dan ultra- olahan , yang sering kali mengandung bahan tambahan , gula, dan lemak yang tinggi .
Dampak pada Diet: Perubahan Kebiasaan Makan : Globalisasi dapat mengubah kebiasaan makan , dengan banyak orang yang beralih ke makanan yang lebih mudah dan cepat disiapkan . Risiko Kesehatan: Konsumsi makanan olahan dan ultra- olahan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas , penyakit jantung , diabetes, dan masalah kesehatan lainnya . Nutrisi : Pilihan makanan yang terbatas dan konsumsi makanan olahan bisa mengurangi asupan nutrisi penting , seperti serat dan vitamin, yang terdapat dalam makanan tradisional lokal . Kedaulatan Pangan : Globalisasi juga dapat mempengaruhi kedaulatan pangan , di mana petani kecil mungkin kesulitan bersaing dengan produsen besar yang didukung oleh pasar global.
Tahapan Transisi Gizi Tahapan transisi gizi menggambarkan perubahan dalam pola makan dan gaya hidup manusia dari waktu ke waktu , yang seringkali terkait dengan perkembangan sosial dan ekonomi . Transisi gizi ini dapat diidentifikasi dalam beberapa tahap , mulai dari gaya hidup pemburu-pengumpul , kemudian transisi ke pola makan yang lebih beragam , dan akhirnya menuju ke pola makan "Barat" yang tinggi kalori dan lemak, yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit kronis .
Berikut adalah beberapa tahapan transisi gizi yang umum : Tahap 1: Pemburu-Pengumpul : Pola makan pada tahap ini didominasi oleh makanan yang beragam , tinggi karbohidrat dan serat , dan rendah lemak. Gaya hidup aktif dengan aktivitas fisik yang tinggi menjadi ciri khas tahap ini . Tahap 2: Pertanian dan Kelaparan : Pada tahap ini , terjadi transisi menuju pola makan yang lebih bergantung pada pertanian , namun masih sering disertai dengan periode kelaparan . Variasi makanan menjadi lebih terbatas , dan stratifikasi sosial mulai terlihat , dengan kelompok miskin dan perempuan serta anak-anak yang paling rentan terhadap kelaparan . Tahap 3: Meredanya Kelaparan : Seiring dengan perkembangan industri pertanian dan peningkatan pendapatan , kelaparan mulai mereda . Pola makan menjadi lebih beragam , dengan peningkatan konsumsi protein hewani , buah-buahan , dan sayuran . Aktivitas fisik juga bergeser ke kegiatan rekreasi . Tahap 4: Pola Makan "Barat" dan Penyakit Kronis : Pola makan menjadi tinggi kalori , gula, lemak hewani , dan makanan olahan . Gaya hidup yang kurang aktif juga menjadi ciri khas tahap ini , yang menyebabkan peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif . Tahap 5: Perubahan Perilaku : Dalam upaya untuk mengatasi dampak negatif dari pola makan dan gaya hidup pada tahap 4, muncul perubahan perilaku menuju pola makan yang lebih sehat dan seimbang , serta peningkatan aktivitas fisik .
Transisi Gizi Di Indonesia Transisi gizi di Indonesia adalah pergeseran pola konsumsi makanan dan gaya hidup yang terjadi seiring dengan perubahan demografi , ekonomi , dan epidemiologi . Pergeseran ini ditandai dengan peningkatan konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, penurunan konsumsi sayuran dan buah-buahan , serta penurunan aktivitas fisik .
Penyebab Transisi Gizi : Perubahan Demografi : Urbanisasi , peningkatan usia harapan hidup , dan perubahan struktur keluarga . Perubahan Ekonomi : Peningkatan pendapatan , perubahan pekerjaan , dan akses ke makanan yang lebih luas . Perubahan Epidemiologi : Peningkatan penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas , hipertensi , dan diabetes. Globalisasi dan Modernisasi: Akses ke makanan olahan dan makanan cepat saji.
Dampak Transisi Gizi : 1. Kesehatan: Peningkatan kasus obesitas , hipertensi , diabetes, dan penyakit kardiovaskuler . Tingkat stunting pada anak-anak . Kekurangan zat gizi mikro pada ibu hamil dan anak-anak . 2. Ekonomi : Biaya pengobatan yang meningkat akibat PTM. Rendahnya produktivitas kerja karena penyakit . 3. Lingkungan : Peningkatan emisi gas rumah kaca akibat produksi makanan olahan dan pengemasan .