A_044_Sunarsih_ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA.pdf

HelmiDiana4 3 views 51 slides Feb 18, 2025
Slide 1
Slide 1 of 51
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51

About This Presentation

askeb keluarga


Slide Content

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
PADA NY M USIA 20 TAHUN G₁P₀A₀, HAMIL 36 MINGGU
DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah PBL Komunitas
Di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan





Disusun Oleh :



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
SUNARSIH P20624322044

ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Keluarga pada Ny M Usia 20 Tahun G₁P₀A₀, Hamil 36 Minggu dengan
Kekurangan Energi Kronis”.
Makalah ini sudah penulis buat dengan semaksimal mungkin, namun
mungkin saja makalah ini terdapat kesalahan baik dalam teknik pembahasan
maupun dalam penulisannya. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta
maaf kepada semua pihak yang berkesempatan membaca makalah ini.
Seiring dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Helmi Diana, SST., M.Keb, selaku dosen koordinator mata kuliah Praktik
Belajar Lapangan Komunitas.
2. Dr. Hj. Meti Widya Lestari, SST., M.Keb, selaku dosen mata kuliah Praktik
Belajar Lapangan Komunitas.
3. Wiwin Mintarsih Purnamasari, SSiT., M.Kes, selaku dosen mata kuliah
Praktik Belajar Lapangan Komunitas.
4. Nunung Mulyani, APP., M.Kes, selaku dosen mata kuliah Praktik Belajar
Lapangan Komunitas.
5. Sinar Pertiwi, SST., MPH, selaku dosen mata kuliah Praktik Belajar
Lapangan Komunitas.
Harapan penulis mudah - mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri juga bagi siapa saja yang memerlukan referensi tentang Asuhan Kebidanan
Keluarga pada Ny M Usia 20 Tahun Hamil G₁P₀A₀, Hamil 36 Minggu dengan
Kekurangan Energi Kronis.

Tasikmalaya, 24 Oktober 2023

Penyusun

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Keluarga .............................................................................................. 3
2.2 Kehamilan ........................................................................................... 8
2.3 Kekurangan Energi Kronis ................................................................. 12
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Tinjauan Keluarga ............................................................................. 19
3.2 Tinjauan Kesehatan............................................................................ 27
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
4.1 Pembahasan Keluarga ........................................................................ 42
4.2 Pembahasan Kesehatan ...................................................................... 43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 45
5.2 Saran ................................................................................................. 45
LAMPIRAN ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantungan.
Keluarga memiliki pengaruh yang penting tehadap pembentukan identitas
individu, status kesehatan, dan perasaan harga diri individu. Sistem
pendukung yang vital bagi individu adalah keluarga, dimana keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan anggota keluarga dengan
menjalankan fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi psikis, fungsi
sosiokultural, serta fungsi Kesehatan (Depkes RI, 2020).
Aktivitas - aktivitas keluarga dalam menjalankan fungsi kesehatan
dan kesimbangan antara anggota keluarga tidak terlepas dari lima tugas
dalam perawatan kesehatan keluarga yaitu, mampu mengenal masalah
kesehatannya, mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
kesehatannya, mampu melakukan tindakan untuk anggota keluarga yang
memerlukan bantuan kebidanan, mampu memodifikasi lingkungan sehingga
menunjang upaya peningkatan kesehatan, serta mampu memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan yang ada (Bailon dan Maglalaya, 2009).
Keluarga menjadi unsur penting dalam upaya mencapai kesehatan
masyarakat secara optimal karena memiliki keterkaitan dengan masalah
kesehatan. Peran keluarga sebagai kelompok dapat melakukan aktivitas
pencegahan, memelihara, menimbulkan, memperbaiki, ataupun
mengabaikan masalah kesehatan yang ada di dalam kelompok keluarga.
Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya, yang berarti keluarga menjadi faktor
penentu sehat atau sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada
munculnya berbagai masalah kesehatan anggota keluarga (Friedman, 2009).

2



Keluarga juga menjadi unit pelayanan kesehatan yang terdepan
dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga
sehat, maka akan tercipta komunitas yang sehat pula. Masalah kesehatan
yang dialami oleh salah anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota
keluarga yang lain, mempengaruhi sistem keluarga, komunitas setempat,
bahkan komunitas global. Dengan demikian kesehatan dan kemandirian
keluarga merupakan kunci utama pembangunan kesehatan masyarakat yang
lebih sejahtera dan berkualitas (Fridmen, 2009).

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keluarga ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan kehamilan ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan kekurangan energi kronis ?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Belajar Lapangan
Komunitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui informasi seputar keluarga.
2. Untuk mengetahui informasi seputar kehamilan.
3. Untuk mengetahui informasi seputar kekurangan energi kronis.

1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Penulis
Penulis, sebagai wahana peningkatan pengetahuan dan
pemaparan pemikiran tentang pengkajian asuhan terhadap keluarga.
1.4.2 Pembaca
Pembaca, sebagai media informasi peningkatan pengetahuan
tentang pengkajian asuhan terhadap keluarga.

3

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh
tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang
dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui
secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan -
peranan sosialnya. Keluarga dalam dimensi hubungan darah
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah
antara satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah
ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga
inti. Adapun dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan
suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan
atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya,
walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah
(BKKBN,1995).
Keluarga memiliki pengaruh yang penting tehadap
pembentukan identitas individu, status kesehatan, dan perasaan harga
diri individu. Sistem pendukung yang vital bagi individu adalah
keluarga, dimana keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan -
kebutuhan anggota keluarga dengan menjalankan fungsi biologi,
fungsi pendidikan, fungsi psikis, fungsi sosiokultural, serta fungsi
kesehatan. Aktivitas - aktivitas keluarga dalam menjalankan fungsi
kesehatan dan kesimbangan antara anggota keluarga tidak terlepas
dari lima tugas dalam perawatan kesehatan keluarga yaitu, mampu
mengenal masalah kesehatannya, mampu mengambil keputusan
yang tepat untuk mengatasi kesehatannya, mampu melakukan
tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang memerlukan
bantuan keperawatan, mampu memodifikasi lingkungan sehingga

4



menunjang upaya peningkatan kesehatan, mampu memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
2.1.2 Pengelompokkan Keluarga Menurut Sudiharto, 2007.
1. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi.
2. Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan
bibi.
2.1.3 Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang
bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam
masyarakat. Adapun macam - macam struktur keluarga diantaranya :
1. Partilinear
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis.
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis.
3. Martilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah.
5. Keluarga Kawin
Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

5



menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.
2.1.4 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Keagamaan
Keluarga adalah tempat pertama seseorang mengenal
agama. Di dalam keluarga ditanamkan, ditumbuhkan, dan
dikembangkan nilai – nilai agama sehingga menjadi manusia
yang berakhlak baik dan bertaqwa. Keluarga mengajarkan
seluruh anggotanya untuk melaksanakan ibadah dengan penuh
keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga memiliki peran penting untuk menanamkan
pola tingkah laku yang berhubungan dengan orang lain (Sosial).
Keluarga juga memberikan kesempatan kepada seluruh
anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa
yang beraneka ragam dalam bentuk satu kesatuan.
3. Fungsi Cinta Kasih
Keluarga harus menjadi tempat untuk menciptakan
suasana cinta dan kasih sayang dalam berkehidupan keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung
bagi anggota keluarganya. Keluarga menjadi pelindung yang
pertama dan utama dalam memberikan kebenaran dan
keteladanan kepada anak dan keturunannya. Fungsi perlindungan
yang baik dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak yang optimal.
5. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga, bukan hanya mengembangkan
keturunan, tetapi juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi

6



secara menyeluruh diantaranya seksualitas yang sehat dan
berkualitas, pendidikan seksualitas bagi anak, dan lainnya.
6. Fungsi Sosial dan Pendidikan
Keluarga menjadi tempat utama memberikan pendidikan
kepada semua anak untuk bekal masa depan. Keluarga juga
sebagai tempat untuk mengembangkan proses interaksi,
komunikasi, dan sosialisasi.
7. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi bermakna bahwa keluarga sebagai
tempat membina dan menanamkan nilai – nilai keuangan
keluarga dan perencanaan keuangan keluarga, sehingga terwujud
keluarga sejahtera.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Lingkungan untuk memberikan yang terbaik bagi
generasi yang akan datang, sehingga dapat membentuk generasi
yang santun dan peduli terhadap kondisi alam dan
lingkungannya.
2.1.5 Keluarga di Era Globalisasi
Mekanisme perubahan dalam keluarga amatlah beragam.
Salah satunya adalah perubahan peran gender keluarga yang relatif
cepat. Pemahaman umum menempatkan laki - laki sebagai tulang
punggung ekonomi keluarga, tapi sekarang tidak lagi karna
perempuan juga mampu mencari nafkah, bahkan bukan tak mungkin
pendapatannya lebih tinggi dari suaminya.
2.1.6 Peran Bidan dalam Pelayanan Asuhan Keluarga
1. Health Monitor
Bidan dapat membantu keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan terutama yang terkait dengan ilmu kebidanan dengan
menganalisa data secara objektif, serta berperan untuk membuat
keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam
perkembangan keluarga.

7



2. Fasilitator
Bidan mampu menjadikan pelayanan kesehatan
khususnya dalam lingkup kebidanan itu mudah dijangkau oleh
keluarga serta mampu mencarikan cara pemecahan masalahnya.
3. Pendidik Kesehatan
Bidan mampu mengubah perilaku keluarga dari perilaku
yang kurang atau tidak sehat menjadi perilaku sehat.
4. Penyuluh
Bidan dapat memberikan petunjuk tentang asuhan
kebidanan dasar dalam keluarga.
2.1.7 Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Kebidanan Keluarga
1. Memberikan Pelayanan secara Langsung
Pelayanan secara langsung harus diberikan secara
intermiten khususnya yang terkait dengan praktik kebidanan
sesuai dengan tugas dan kewenangan Bidan. Namun demikian,
pelayanan yang diberikan di rumah (Dalam konteks keluarga)
hendaknya lebih melibatkan anggota keluarga tersebut dalam
upaya memberikan kesadaran bahwa semua anggota keluarga
mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap kesehatan.
Dengan demikian, pendidikan kesehatan menjadi intervensi
utama dalam pelayanan kesehatan atau asuhan kebidanan pada
keluarga.
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Keluarga
Pendokumentasian terhadap proses pelayanan atau
asuhan kebidanan selama dalam keluarga sangat penting
terutama untuk melihat kemajuan status kesehatan keluarga
khususnya dan kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang sedang dialami pada umumnya. Dokumentasi
yang jelas dan komprehensif dari pengkajian hingga evaluasi, di
samping mampu memberikan gambaran tentang perkembangan
status kesehatan keluarga juga dapat membantu keluarga sebagai

8



klien untuk menentukan kerangka waktu dalam menyelesaikan
masalah secara realistik.
3. Koordinasi Tim Pelayanan Kesehatan
Bidan mempunyai tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan atau berkolaborasi dengan profesi kesehatan
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga, sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga tersebut dapat diatasi
secara komprehensif. Sedangkan tanggung jawab bidan dalam
manajemen kasus adalah kemampuan untuk mengkaji masalah,
menemukan masalah, menentukan prioritas masalah,
mengidentifikasi cara mengatasi masalah dengan penyusunan
rencana dan mengimplementasikan rencana tersebut secara
sistematis.
4. Menentukan Frekuensi dan Lama Asuhan
Frekuensi asuhan atau pelayanan kebidanan yang
dimaksud adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentu dalam proses asuhan kebidanan yang
diberikan. Sedangkan lamanya asuhan pelayanan kebidanan
adalah lamanya waktu asuhan atau pelayanan kebidanan yang
dilakukan di rumah atau di dalam keluarga. Selama proses ini,
keluarga senantiasa dilibatkan dalam perencanaan sampai
menentukan prioritas rencana tindakan yang akan
diimplementasikan. Bidan juga harus memperkirakan alokasi
waktu dan frekuensi yang kemungkinan berbeda ketika harus
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan atau profesi lain.

2.2 Kehamilan
2.2.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi
pada perempuan akibat adanya pembuahan antara sel kelamin laki -
laki dan sel kelamin perempuan. Dengan kata lain, kehamilan adalah

9



pembuahan ovum oleh spermatozoa, sehingga mengalami nidasi
pada uterus dan berkembang sampai kelahiran janin (Pratiwi dan
Fatimah, 2019). Menurut Ambar, dkk (2021) kehamilan biasanya
berlangsung 40 minggu atau 280 hari, dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu adalah
kehamilan post date, diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu
didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi
fundus uteri.
2.2.2 Standar Pelayanan Kehamilan
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil.
Tinggi badan ibu yang < 145 cm dapat meningkatkan risiko
untuk terjadinya chepalo pelvic disproportion (CDP).
2. Mengukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan rutin setiap
kunjungan antenatal. Tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu
120/80 mmHg. Pengukuran ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya hipertensi dalam kehamilan (Tekanan darah ≥140/90
mmHg) dan preeklampsia (Hipertensi disertai edema wajah dan
protein urin).
3. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran lingkar lengan atas diukur saat kunjungan
pertama. LILA ibu hamil ≤ 23,5 cm menunjukkan ibu hamil yang
berisiko kurang energi kronis (KEK) dan berisiko mengalami
berat badan lahir rendah (BBLR).
4. Mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc
Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu

10



dan hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil anamnesis hari
pertama haid terakhir (HPHT). Dilakukannya pemeriksaan TFU
adalah pada tiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Pengukuran TFU menggunakan pita ukur yaitu pada usia
kehamilan 22 minggu. Pada minggu ke 38 sampai 40 minggu,
TFU turun karena janin mulai masuk pintu atas panggul.
5. Presentasi Janin dan Perhitungan DJJ
Presentasi janin ditentukan sejak akhir trimester II,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui letak janin. Jika
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
janin belum masuk pintu atas panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit, atau masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan rutin
setiap pemeriksaan dimulai sejak usia 15 minggu, rentang batas
normal DJJ yaitu 120 - 160 kali permenit.
6. Pemeriksaaan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Imunisasi TT bertujuan untuk mendapatkan perlindungan
serta mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan.
7. Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)
Tablet Fe mengandung 320 mg sulfat ferosus 0,25 mg
asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian Fe
adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas,
karena pada kehamilan kebutuhannya meningkat seiring
pertumbuhan janin. Zat besi ini penting meningkatkan volume
darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan
pertumbuhan dan perkembangan janin,
8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil
adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

11



9. Tatalaksana Kasus
Jika ibu hamil yang memiliki risiko dilakukan penilaian
faktor risiko dan melakukan rujukan apabila diperlukan.
10. Temu Wicara atau Konseling
Tenaga kesehatan memberikan penjelasan dengan klien
mengenai tanda bahaya kehamilan, perencanaan KB,
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta
lainnya.
2.2.3 Resiko Tinggi Kehamilan
1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(Kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi,
biasanya ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
adalah 23,5 cm.
2. Anemia
Anemia adalah masalah kesehatan yang terjadi ketika
tubuh kekurangan hemoglobin atau sel darah merah. Anemia bisa
dialami oleh siapa saja, namun lebih rentan terjadi pada wanita,
terutama ibu hamil. Umumnya, anemia saat hamil disebabkan
oleh kekurangan zat gizi serta perubahan hormon tubuh yang
dapat memengaruhi produksi sel darah merah di dalam tubuh.
3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah
di atas normal yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu,
tanpa adanya riwayat hipertensi sebelum kehamilan.

12



2.3 Kekurangan Energi Kronis (KEK)
2.3.1 Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana
ibu menderita keadaan kekurangan kalori dan protein (Malnutrisi)
yang berlangsung menahun (Kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada wanita usia subur dan ibu hamil. Ibu hamil
kekurangan energi kronis (KEK) bila memiliki LILA < 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah atau BBLR (< 25 gr). Bayi yang dilahirkan BBLR akan
mengalami hambatan perkembangan, kemunduran pada fungsi
intelektualnya, dan mempunyai risiko kematian.
2.3.2 Tanda Gejala Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Dalam menentukan seorang ibu hamil mengalami KEK dapat
diukur dengan pita LILA. Ibu hamil yang berisiko mengalami KEK
jika hasil pengukuran LILA kurang atau sama dengan 23,5 cm,
apabila hasil pengukuran lebih dari 23,5 cm maka tidak berisiko
mengalami KEK (Simbolon, 218). Pengkajian lain yang dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi ibu hamil mengalami KEK, dapat
dikaji dari pengukuran IMT (IMT < 18,5 kg/m²) dan pemeriksaan
laboratorium (< 11 gr/dl). Gejala yang dapat dialami penderita KEK
yaitu kurang cekatan dalam bekerja serta sering terlihat lemah, letih,
lesu, dan lunglai.
2.3.3 Penyebab Kekurangan Energi Kronis (KEK)
1. Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan adalah hal yang paling utama pada ibu
hamil. Jika ibu hamil sedang berada dalam kondisi sakit, maka
asupan energi ibu hamil tidak boleh dilupakan. Kondisi tubuh
yang sakit adalah peringatan bahwa tubuh sedang membutuhkan
perhatian dan zat gizi lebih, apabila jika seorang sedang
mengalami kehamilan, maka asupan zat gizi yang diperlukan
sudah pasti lebih banyak. Saat hamil seorang ibu disarankan

13



untuk mengonsumsi berbagai tablet yang mengandung zat besi
atau berbagai makanan yang mengandung zat besi, agar
kehamilan selalu berada dalam kondisi yang baik. Sehingga saat
kelahiran seorang ibu hamil harus selalu mendapat tambahan
protein, mineral, vitamin, dan energi (Paramashanti, 219).
2. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran harus juga selalu diperhatikan oleh
seorang perempuan yang sudah pernah mengalami kehamilan
khususnya kehamilan yang pertama. Status gizi seorang ibu
hamil baru akan benar - benar pulih sebelum dua tahun pasca
persalinan sebelumnya. Oleh karena itu, seorang perempuan
yang belum berjarak dua tahun dari kelahiran anak pertamanya,
tentu belum siap untuk mengalami kehamilan berikutnya. Selama
dua tahun dari kelahiran pertama, seorang perempuan harus
benar - benar memulihkan kondisi tubuh serta meningkatkan
status gizi dalam tubuhnya (Paramashanti, 219).
3. Usia Ibu Hamil
Ibu hamil yang usianya kurang dari 2 tahun memiliki
tingkat risiko kehamilan yang sangat tinggi. Risiko itu biasanya
terjadi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap bayi yang
dikandungnya. Risiko yang tinggi ini bisa terjadi karena
pertumbuhan linear atau tinggi badan, pada umumnya baru
selesai pada usia 16 - 18 tahun. Pertumbuhan itu kemudian
dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul
beberapa tahun setelah pertumbuhan linear selesai dan
pertumbuhan linear itu selesai pada usia sekitar 2 tahun.
Akibatnya, seorang ibu hamil yang usianya belum menginjak 2
tahun akan mengalami berbagai komplikasi persalinan dan
gangguan penyelesaian pertumbuhan optimal. Hal ini
dikarenakan, proses pertumbuhan dirinya sendiri memang belum
selesai dan karena berbagai asupan gizi tidak atau belum

14



mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang memang
masih tumbuh.
Seorang perempuan yang mengalami kehamilan pertama
pada usia 35 tahun lebih juga amat berisiko. Pada usia lebih dari
35 tahun seorang yang mengalami kehamilan akan lebih mudah
terserang penyakit. Organ kandungan pada perempuan itu akan
semakin menua dan jalan lahir juga semakin kaku. Pada usia
lebih dari 35 tahun, ada risiko untuk mendapatkan anak cacat,
terjadi persalinan macet, dan perdarahan pada ibu hamil akan
terbuka lebih besar (Paramashanti, 219).
4. Paritas
Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi status
gizi ibu hamil adalah paritas. Paritas adalah faktor yang
berpengaruh terhadap hasil konsepsi kehamilan. Seorang
perempuan harus selalu waspada, terutama seorang perempuan
yang pernah hamil atau pernah melahirkan anak sebanyak empat
kali atau lebih.
Kewaspadaan ini diperlukan karena pasti akan ditemui
berbagai keadaan, diantaranya :
a. Kondisi kesehatan yang mungkin saja cepat berubah. Ibu
hamil akan sangat mudah terganggu kesehatannya, misalnya
karena anemia ataupun mengalami kekurangan asupan gizi.
b. Seorang ibu hamil bisa mengalami kekendoran pada dinding
perut dan dinding rahim. Kondisi ini tentu amat
menggelisahkan bagi beberapa perempuan, maka hal ini
perlu menjadi hal yang diwaspadai.
c. Kondisi paritas ini berarti menampakan seorang ibu yang
perutnya tampak menggantung. Kondisi ini amat mungkin
terjadi pada beberapa perempuan yang sedang atau sudah
mengalami kehamilan, dan bagi banyak perempuan hal ini
tentu menggelisahkan (Paramashanti, 219).

15



5. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan penting.
Informasi yang berkaitan dengan kehamilan sangat dibutuhkan
ibu hamil. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang. Bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin baik juga pengetahuannya. Pada ibu hamil
tingkat pendidikan yang rendah kadang tidak cukup
mendapatkan informasi mengenai kesehatannya, sehingga tidak
tahu bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan yang
benar (Sulistyawati, 29).
6. Pekerjaan
Pekerjaan seorang akan menggambarkan aktivitas dan
tingkat kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Jika ibu
yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik,
karena ibu yang bekerja lebih banyak untuk mendapatkan
informasi (Sulistyawati, 29).
7. Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan merupakan gambaran
tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang sangat
berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Hal ini
bisa menjadi tolak ukur karena dapat mempengarui berbagai
aspek kehidupan setiap hari atau memberi asupan gizi ke dalam
tubuhnya sehari - hari (Paramashanti, 219). Pada ibu hamil
dengan tingkat ekonomi yang baik akan mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik juga. Status
kesehatan juga akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas, dan tidak membebani secara psikologis mengenai
biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari - hari setelah
bayi lahir (Sulistyawati, 29).

16



8. Aktivitas Ibu Hamil
Jika aktivitas ibu hamil tinggi kebutuhan energi juga akan
semakin tinggi. Semakin banyak kegiatan dan aktivitas fisik
yang dikeluarkan asupan gizi juga akan semakin besar
dibutuhkan. Jumlah asupan gizi akan sangat menentukan berapa
besar energi yang dapat dikeluarkan oleh tubuh seseorang
(Paramashanti, 219).
9. Pengetahuan
Mengenai pengetahuan gizi pada masa kehamilan amat
diperlukan oleh seorang ibu hamil. Pengetahuan ini amat
bermanfaat agar ibu hamil dapat merencanakan menu makan
yang sehat dan bermanfaat. Pengetahuan ini juga amat
diperlukan agar ibu hamil dapat mengatur makanan, terutama
untuk menangani berbagai keluhan kehamilan pada setiap
trimesternya.
10. Adat dan Kebudayaan
Hal ini juga amat berpengaruh terhadap status gizi ibu
hamil. Berbagai pantangan makanan karena adanya kepercayaan
terhadap adat dan budaya, amat dapat memengaruhi asupan
makan pada ibu hamil. Contohnya, kepercayaan antara ibu hamil
bahwa ketika hamil seorang perempuan dilarang makan ikan.
Dengan memakan ikan, beberapa adat mempercayai bahwa bayi
akan cacingan dan berbau amis. Padahal konsumsi ikan terutama
ikan laut, justru sangat dianjurkan karena mengandung omega 3
dan omega 6. Dua zat ini adalah zat - zat yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan otak janin dalam kandungan (Sukarni, 213).
2.3.4 Komplikasi Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan energi kronis membuat keluar masuknya energi
tubuh menjadi tidak seimbang. Hal ini tidak boleh dianggap remeh
karena dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin. Adapun
komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil, diantaranya terus

17



menerus merasa lelah, komplikasi saat melahirkan, dan ASI tidak
mencukupi. Sedangkan, komplikasi yang dapat terjadi pada janin,
diantaranya keguguran, BBLR, pertumbuhan atau perkembangan
janin terganggu, dan menurunnya kecerdasan janin.
2.3.5 Pencegahan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Cara mengatasi KEK ini dengan cara mengonsumsi makanan
bergizi seimbang dengan pola makan yang sehat (Paramashanti,
219). Untuk mengatasi resiko KEK pada ibu hamil sebelum
kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm, apabila LILA ibu sebelum
hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda
sehingga tidak berisiko melahirkan BBLR.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti
sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan
tambahan yang tinggi energi dan tinggi protein melalui pemberian
PMT ibu hamil selama 9 hari dan dipadukan dengan penerapan
porsi kecil tapi sering akan berhasil menekan angka kejadian BBLR
di Indonesia. Penambahan 2 - 45 kalori dan 12 - 2 gram protein
dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan gizi janin. Makan makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung energi dan protein termasuk makanan pokok seperti
nasi, ubi, dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung
protein seperti daging, ikan, telur, kacang - kacangan atau susu
sekurang - kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega
dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan
energi. PMT dan pemberian zat besi pada ibu hamil yang menderita
KEK dapat meningkatkan konsentrasi Hb (Yosephin, 219).
2.3.6 Penanganan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
1. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil.
2. Selalu memastikan ketersediaan bahan makanan bergizi di
rumah.

18



3. Menerapkan pola makan yang benar dan asupan gizi yang
penting selama kehamilan.
4. Mengobati penyakit infeksi yang mungkin mengganggu sistem
pencernaan ibu hamil.
5. Menjaga kebersihan dan kesegaran makanan yang dikonsumsi
sehari - hari.
6. Mengonsumsi makanan padat gizi, seperti daging, ayam, telur,
sayuran, buah - buahan, nasi, umbi - umbian, dan susu.

19

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Tinjauan Keluarga
3.1.1 Biodata Keluarga
Nama KK : Tn A Nama : Ny M
Usia : 26 Tahun Usia : 20 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Leuwiliang Alamat : Leuwiliang
3.1.2 Tabel Keluarga
No Nama Umur L/P Status Pendidikan Pekerjaan Agama Ket
1 Tn A

32061724
02970001
26 Thn L Suami SLTP
Buruh
Islam -
2 Ny M

32780548
05030003
20 Thn P Istri SLTP
IRT
Islam -

3.1.3 Genogram Keluarga





Tn A

Ny M

20



3.1.4 Tipe Keluarga
Keluarga tersebut terdiri dari suami, istri, dan calon buah
hati. Sehingga, keluarga tersebut termasuk tipe keluarga inti
(Nuclear Family). Keluarga inti (Nuclear Family) pada umumnya
terdiri dari ayah, ibu, dan anak - anak yang belum kawin, dan tinggal
bersama dalam satu atap.
3.1.5 Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga tersebut adalah keluarga yang baru
menikah. Keluarga tersebut sudah memenuhi tugas perkembangan
keluarganya, seperti membina hubungan intim yang memuaskan,
membina hubungan dengan keluarga dan kelompok sosial, serta
merencanakan memiliki buah hati. Saat ini Ny M sedang hamil
G₁P₀A₀ 36 Minggu.
3.1.6 Sistem Kelompok Keluarga
Sistem kelompok keluarga tersebut adalah kelompok dengan
sistem terbuka. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut memiliki
kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan
masyarakat sekitar.
3.1.7 Karakteristik Keluarga
Sub – Karakteristik Sistem
Pola Komunikasi Keluarga Langsung, jelas, dan selaras.
Aturan Keluarga Hasil musyawarah, bebas
mengeluarkan pendapat dan sesuai
kebutuhan.
Perilaku Anggota Keluarga Sudah memiliki kesiapan dan sudah
mampu berkembang sesuai kondisi.
Selain itu, mendapatkan dukungan
untuk mengembangkan diri.

21



3.1.8 Kriteria Suami dan Istri
Keluarga tersebut termasuk ke dalam kriteria suami dan istri
monogami, yaitu keluarga yang dibentuk dengan satu suami dan satu
istri.
3.1.9 Konsep Perkawinan
Keluarga tersebut termasuk ke dalam konsep perkawinan
endogami yaitu perkawinan yang dimana suami dan istrinya berasal
dari suku yang sama. Selain itu, keluarga tersebut juga termasuk
homogami yaitu perkawinan yang suami dan istrinya berasal dari
lapisan sosial yang sama.
3.1.10 Bentuk Keluarga
Keluarga tersebut termasuk ke dalam keluarga batih, yaitu
keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
3.1.11 Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga. Keluarga tersebut memiliki
pola komunikasi yang terbuka, yaitu pola komunikasi yang jelas,
langsung, spesifik, tulus, dan tanpa hambatan.
Ketika terdapat sesuatu yang ingin disampaikan maka
melihat dulu situasi anggota keluarga. Apabila dirasa situasinya
sudah nyaman, setiap anggota saling menyampaikan secara langsung
dengan penuh perhatian dan kehangatan serta saling mendengarkan.
Ketika terdapat suatu masalah pun, jika pola komunikasinya
terbuka, maka akan segera mendapatkan penyelesaian masalah.
Dengan pola komunikasi yang terbuka, maka setiap anggota
keluarga akan saling termotivasi.
Bahasa yang digunakan sehari - hari adalah Bahasa Sunda,
hubungan antara keluarga cukup harmonis, hubungan dengan
tetangga cukup harmonis. Sarana komunikasi jarak jauh
menggunakan ponsel.

22



3.1.12 Struktur Kekuatan Keluarga
Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku. Baik suami dan istri memiliki peran dalam
kekuatan keluarga.
3.1.13 Struktur Peran Keluarga Formal dan Informal
1. Suami (Tn A)
Suami memiliki peran sebagai kepala keluarga, sekaligus
menjadi karyawan aktif di tempat bekerjanya.
2. Istri (Ny M)
Istri memiliki peran sebagai ibu yang mengurusi rumah
tangga, sekaligus sebagai pengatur keuangan keluarga.
3.1.14 Nilai dan Norma Keluarga
1. Hasil musyawarah tidak ketinggalan zaman dan sesuai dengan
kebutuhan.
2. Keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
3. Sesuai dengan kemampuan keluarga, memiliki kesiapan, dan
mampu berkembang sesuai kondisi.
4. Percaya diri setiap anggota keluarga meningkat dan terus
mengembangkan dirinya.
5. Menanamkan nilai keagaman di dalam keluarga.
6. Saling menghargai pendapat satu sama lain.
7. Setiap anggota keluarga selalu memburu peluang kesempatan
yang menunjang.
3.1.15 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga cukup berjalan dengan baik, meski terkadang
anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing - masing.

23



3.1.16 Stres dan Koping Keluarga
1. Jangka Pendek
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari 5 bulan.
(Tidak ada stres).
2. Jangka Panjang
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari
6 bulan.
(Tidak ada stres).
3. Kemampuan Keluarga Dalam Merespon Terhadap Situasi dan
Stressor
Biasanya keluarga jika memiliki suatu permasalahan
tidak terlalu fokus ke stressornya, tapi fokus penyelesaian untuk
menghadapi stressornya. Supaya permasalahan cepat selesai dan
mencegah stres yang berkepanjangan.
4. Strategi Koping
Jika terdapat suatu permasalahan maka yang pertama
adalah evaluasi apa penyebab masalahnya, setelah itu rilekskan
pikiran dan jangan fokus untuk tetap stres memikirkan hal
tersebut. Tapi kita alurkan perjalanan permasalahannya dan
sambungkan dengan output penyelasaian bagaimana yang kita
harapkan. Lalu, fokuslah memikirkan strategi penyelesaiannya.
Dalam menghadapi permasalahan jangan mudah
menyerah, karena lari dari masalah adalah bukan solusi. Tapi
cari dan cabut akar permasalahannya sampai tuntas.
5. Adaptasi Fungsional
Komunikasi yang baik, karena penyelesaian, ide, dan
pendapat akan lahir dari jalinan komunikasi yang baik, terutama
antar anggota keluarga.

24



3.1.17 Transportasi Keluarga
Transportasi keluarga menggunakan motor.
3.1.18 Rutinitas dan Kondisi Keluarga
1. Pola Istirahat
a. Tn A jarang tidur siang dan tidur malam ± 7 jam.
b. Ny M jarang sekali tidur siang dan tidur malam ± 6jam.
2. Pola Makan
a. Tn A memiliki pola makan 3 x sehari, dengan porsi nasi dan
lauk pauk yang belum sesuai dengan ketentuan yang
seharusnya (Isi Piringku).
b. Ny M merasa selalu tidak nafsu makan, bisa 1 – 2 x sehari
dengan porsi nasi dan lauk pauk yang belum sesuai dengan
ketentuan yang seharusnya (Isi Piringku). Ny M juga
terkadang jajan sembarangan.
3. Pola Eliminasi
a. Tn A memiliki pola eliminasi BAB ± 1 x / hari dan BAK ± 6
– 7 x / hari.
b. Ny M memiliki pola eliminasi BAB ± 1 x / hari dan BAK ± 7
– 8 x / hari.
4. Pola Personal Hygiene
a. Tn A memiliki personal hygiene yaitu mandi ± 2 x / hari,
sering ganti pakaian, dan rajin sikat gigi.
b. Ny M memili personal hygiene yaitu mandi ± 1 – 2 x / hari,
sering ganti pakaian, sering ganti pakaian dalam, dan rajin
sikat gigi.
5. Pola Kebiasaan Kesehatan
a. Tidak terdapat anggota keluarga yang merokok.
b. Seluruh anggota keluarga tidak ada waktu khusus untuk
olahraga.

25



6. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. Tn A
dan Ny M tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, menular,
ataupun menahun.
7. Riwayat Pernikahan
Tn A dan Ny M sudah menikah 2 tahun.
8. Riwayat KB
Ny M sebelum hamil pertama pernah menggunakan alat
kontrasepsi sebelumnya, yaitu KB suntik 1 bulan.
9. Penggunaan Waktu Senggang
Keluarga jarang menghabiskan waktu senggang bersama,
karena Tn A dan Ny M bekerja setiap hari.
10. Rekreasi Keluarga
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama.
11. Keadaan Sosial dan Ekonomi
Keluarga memiliki kondisi sosial yang sangat baik dan
memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik.
3.1.19 Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Di lingkungannya karakteristik tetangga dan komunitas
RWnya merupakan masyarakat yang bergotong royong dan
demokrasi. Di lingkungannya tersebut terdapat berbagai macam
UKBM, diantaranya Posyandu, Posyandu Remaja, dan Posbindu.
3.1.20 Interaksi Keluarga dengan Masyarakat
Keluarga tersebut sangat aktif berpartisipasi di dalam
masyarakat.
3.1.21 Mobilitas Geografis Lingkungan
Di daerah tersebut terdapat beberapa dataran yang lebih
tinggi, dengan kualitas tanah yang kurang baik, sehingga rentan
terjadi bencana longsor. Selain itu, banyak sekali berbagai tanaman

26



liar dan pepohonan, sehingga apabila terjadi musim kemarau saat
kekeringan rentan terjadi kebakaran.
3.1.22 Harapan dan Kliping Keluarga
Harapan keluarga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan.
3.1.23 Situasi Lingkungan
1. Kepemilikkan rumah : Milik pribadi.
2. Denah rumah : Rumah dekat dengan Sungai Ciwulan. Rumah
tersebut terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur (1),
garasi, dapur, dan toilet.
3. Jenis rumah : Tembok.
4. Atap rumah : Genting.
5. Lantai rumah : Keramik.
6. Ventilasi : Terdapat ventilasi yang cukup di setiap ruangan.
7. Kebersihan dan kerapihan : Cukup.
8. Pembuangan sampah : Terdapat tempat pembuangan sampah.
9. Sumber air :
a. Menggunakan air bersih : Mata air untuk minum dan masak.
Dari sumur.
b. Tempat penyimpanan air : Tertutup.
c. Kualitas : Tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
10. Saluran pembuangan Limbah (SPAL) : Sungai Ciwulan.
11. Jamban : Kondisi kurang terpelihara dan sangat gelap karena
jambannya belum selesai pembangunan.
12. Kendang ternak : Terdapat kendang ternak.
13. Pemanfaatan pekarangan : Terdapat halaman.
14. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Apabila terdapat anggota yang
sakit diperiksa ke tempat pelayanan kesehatan.
15. Ansuransi kesehatan : Keluarga memiliki asuransi BPJS
kesehatan.

27



3.2 Tinjauan Kesehatan
1. Dokumentasi Kebidanan SOAP Tn A
Asuhan Kebidanan Keluarga
Pada Tn A 26 Tahun dengan Kondisi Kesehatan Baik
di Kelurahan Leuwiliang

Hari / Tanggal Pengkajian : Rabu, 24 Oktober 2023.
Waktu Pengkajian : 16.00 WIB.
Tempat Pengkajian : Rumah Klien _ Kelurahan Leuwiliang.
Pengkaji : Sunarsih

Identitas
Nama Ibu : Ny M Nama Suami : Tn A
Usia : 20 Tahun Usia : 26 Tahun
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Babakan 03/07 Alamat : Babakan 03/07

Data Subjektif (S)
Tn A mendapatkan kunjungan kehamilan asuhan keluarga ke kediamannya
bersama istrinya untuk memeriksakan kondisi kesehatan keluarga pada tanggal 24
Oktober 2023. Tn A saat ini merasa bugar dan tidak ada keluhan apapun.

28



Tn A tidak memiliki riwayat penyakit berat, menular, menahun, ataupun
keturunan seperti diabetes, hipertensi, asma, jantung, malaria, ginjal, HIV/AIDS,
serta tidak ada alergi obat maupun makanan. Pola nutrisi Tn A makan teratur 3 x
sehari, namun dengan lauk pauk yang belum sesuai dengan ketentuan. Tn A
banyak minum air putih ± 9 gelas/hari. Pola istirahat Tn A jarang tidur siang dan
tidur malam ± 7 jam/hari. Untuk pola eliminasi Tn A, BAB teratur 1x/hari dan
BAK 6 – 7 x/hari. Tn A tidak pernah mengonsumsi rokok, minuman beralkohol,
maupun obat terlarang. Tn A mengatakan ini merupakan pernikahan pertama dan
tercatat. Pengambilan keputusan ada pada tangan Tn A dan istri.

Data Objektif (O)
1. Keadaan Umum
Keadaan umum baik ; kesadaran composmentis ; emosional stabil.
2. Pemeriksaan Antropometri
BB = 65 kg ; TB = 166 cm ; IMT = 23,5 ; LILA = 25 cm.
3. Tanda – Tanda Vital
TD = 120/70 mmHg ; N = 80 x/m ; P = 17 x/m ; S = 36 °C.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada kelainan.
b. Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak ada odema, dan tidak ada nyeri
tekan.
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, dan sklera putih.
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada folip, dan tidak ada nyeri tekan.
e. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada rumen, dan tidak ada kelainan.
f. Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau limfe,
dan tidak ada pembesaran vena jugularis.
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
kelainan, dan tidak ada nyeri tekan.

29



h. Paru – paru : Normal, tidak ada bunyi ronchi, dan tidak ada bunyi
wheezing.
i. Jantung : Normal, tidak ada bunyi mur – mur, dan tidak ada
palpitasi.
j. Abdomen : Normal dan tidak ada luka bekas operasi.
k. Ekstremitas : Pada ekstremitas bagian atas kuku bersih, bantalan kuku
tidak pucat, tidak ada odema, dan tidak ada nyeri tekan. Selain itu, pada
ekstremitas bagian bawah kuku bersih, bantalan kuku tidak pucat, tidak
ada odema, tidak ada varises, dan tidak ada nyeri tekan.

Analisis (A)
Tn A Usia 26 Tahun dengan Kondisi Kesehatan Baik.
Masalah potensial : Tidak ada.
Kebutuhan segera : Selalu menerapkan pola hidup sehat.

Penatalaksanaan (P)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.
Evaluasi : Klien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaannya
bahwa Tn A dalam kondisi yang sehat.
2. Menganjurkan klien untuk selalu menerapkan pola hidup sehat.
Evaluasi : Klien memahami.
3. Menganjurkan klien untuk menjadi suami siaga terhadap istrinya.
Evaluasi : Klien memahami dan akan melaksanakan.
4. Melibatkan klien dalam asuhan keluarga.
Evaluasi : Klien aktif dan berpartisipasi.
5. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Pendokumentasian tercatat.

30



2. Dokumentasi Kebidanan SOAP Ny M
Asuhan Kebidanan Kehamilan
Pada Ny M 20 Tahun G₁P₀A₀ Hamil 36 Minggu dengan KEK
di Kelurahan Leuwiliang

Hari / Tanggal Pengkajian : Selasa, 24 Oktober 2023.
Waktu Pengkajian : 16.00 WIB.
Tempat Pengkajian : Rumah Klien _ Kelurahan Leuwiliang
Pengkaji : Sunarsih

Identitas
Nama Ibu : Ny M Nama Suami : Tn A
Usia : 20 Tahun Usia : 26 Tahun
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Babakan 03/07 Alamat : Babakan 03/07

Data Subjektif (S)
Ny M mendapatkan kunjungan kehamilan asuhan keluarga ke
kediamannya bersama suaminya untuk memeriksakan kondisi kesehatan keluarga
pada tanggal 24 Oktober 2023. Ny M mengatakan bahwa ini merupakan
kehamilan pertamanya dengan sebelumnya tidak pernah mengalami keguguran.

31



Ny M mengatakan saat ini sudah 9 (Sembilan) kali memeriksakan kehamilannya
kepada bidan, dan satu kali ke dokter di awal kehamilan.
Riwayat menstruasi Ny M selalu teratur dalam siklus 30 hari, sifat
darahnya kemerahan segar, dan terkadang disertai sakit haid. Adapun ketika haid
selalu mengganti pembalut sekitar 3 pembalut/hari (Sesuai kebutuhan). Untuk
riwayat kehamilannya, HPHT Ny M adalah tanggal 15 Februari 2023. Janin
dirasakan bergerak aktif. Adapun status imunisasi TT Ny M adalah TT3. Saat ini
Ny M tidak sedang mengonsumsi obat – obatan ataupun jamu. Ny M saat ini tidak
memiliki keluhan, tapi memiliki kekhawatiran terhadap berat badan dan lingkar
lengannya yang belum sesuai dengan yang semestinya.
Ny M tidak memiliki riwayat penyakit berat, menular, menahun, ataupun
keturunan seperti diabetes, hipertensi, asma, jantung, malaria, ginjal, HIV/AIDS,
serta tidak ada alergi obat maupun makanan. Pola nutrisi Ny M makan kurang
teratur. Pola makannya pun tidak menentu terkadang 1 - 2 x sehari dengan porsi
yang kurang cukup dan tidak memperhatikan apa yang dikonsumsi. Ny M
terkadang jajan sembarangan juga. Ny M banyak minum air putih ± 10 gelas/hari.
Pola istirahat Ny M jarang sekali tidur siang dan tidur malam ± 7 jam/hari. Untuk
pola eliminasi Ny M, BAB teratur 1x/hari dan BAK 7 – 8x/hari. Ny M tidak
pernah mengonsumsi rokok, minuman beralkohol, maupun obat terlarang.
Ny M mengatakan ini merupakan pernikahan pertama dan tercatat.
Pengambilan keputusan ada pada tangan Ny M dan suami. Suami dan keluarganya
sangat mendukung kehamilan Ny M, bentuk dukungannya dapat terlihat dari
pembagian tugas rumah atau memperhatikan hal – hal baik untuk Ny M.

Data Objektif (O)
1. Keadaan Umum
Keadaan umum baik ; kesadaran composmentis ; emosional stabil.
2. Pemeriksaan Antropometri
BB = 46,4 kg ; TB = 154 cm ; IMT = 20,1 ; LILA = 23 cm.

32



3. Tanda – Tanda Vital
TD = 110/80 mmHg ; N = 87 x/m ; P = 19 x/m ; S = 36,1 °C.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada kelainan.
b. Wajah : Simetris, tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak
ada odema, dan tidak ada nyeri tekan.
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, dan sklera putih.
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada folip, dan tidak ada nyeri tekan.
e. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada rumen, dan tidak ada kelainan.
f. Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau limfe,
dan tidak ada pembesaran vena jugularis.
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
kelainan, dan tidak ada nyeri tekan.
h. Paru – paru : Normal, tidak ada bunyi ronchi, dan tidak ada bunyi
wheezing.
i. Jantung : Normal, tidak ada bunyi mur – mur, dan tidak ada
palpitasi.
j. Payudara : Simetris, tidak ada dimpling, puting susu menonjol, tidak
ada hiperpigmentasi pada areola, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, dan belum terdapat pengeluaran kolostrum (-) / (-).
k. Abdomen : Tidak ada linea nigra, tidak ada striae gravidarum, dan
tidak ada luka bekas operasi.
Leopold 1  TFU 3 jari bawah px, teraba bagian lunak kurang melenting
Leopold 2  Sebelah kanan teraba bagian yang memanjang dan sebelah
kiri teraba bagian-bagian kecil.
Leopold 3  Bagian terendah teraba keras dan melenting, sudah masuk
pap
Leopold 4  Divergent
Mc.Donald TFU 28 cm
DJJ 144 kali/menit reguler

33



l. Ekstremitas : Pada ekstremitas bagian atas kuku bersih, bantalan kuku
tidak pucat, tidak ada odema, dan tidak ada nyeri tekan. Selain itu, pada
ekstremitas bagian bawah kuku bersih, bantalan kuku tidak pucat, tidak
ada odema, tidak ada varises, dan tidak ada nyeri tekan. Refleks patella
(+) / (+).
m. Genetalia : Bersih, tidak ada keputihan, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini atau skene, serta tidak ada varises.

Analisis (A)
Ny M Usia 20 Tahun G₁P₀A₀ Hamil 36 Minggu dengan KEK.
Masalah potensial : Anemia (Ibu) dan BBLR (Janin).
Kebutuhan segera : Meningkatkan pola makan secara teratur dengan gizi
yang seimbang.

Penalataksanaan (P)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.
Evaluasi : Klien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaannya
bahwa Ny M dan janinnya dalam keadaan sehat, namun perlu untuk
menaikkan berat badan dengan mengonsumsi makanan yang bergizi.
2. Menyampaikan KIE mengenai KEK dan memberikan edukasi bagaimana
penanganannya.
Evaluasi : Klien memahami dan mengetahui informasi yang
diberikan.
3. Memberikan dukungan psikologis dan spiritual kepada klien dengan
melibatkan suami dan keluarganya.
Evaluasi : Klien semangat untuk semakin memperhatikan
kebutuhannya.

34



4. Memberikan informasi mengetahui macam – macam nutrisi yang dapat
dikonsumsi klien dan informasi mengenai penerapan pola hidup sehat.
Evaluasi : Klien memahami.
5. Menginformasikan perubahan psikologis dan fisiologis trimester 3,
persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan.
Evaluasi : Klien mengetahui dan memahami informasi yang
diberikan.
6. Menginformasikan tanda bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan
kepada klien.
Evaluasi : Klien dapat menyebutkan 8 dari 8 tanda – tanda bahaya
yang bisa terjadi selama kehamilan.
7. Menganjurkan klien untuk berolahraga ringan apabila tidak ada keluhan.
Evaluasi : Klien mengetahui dan memahami.
8. Memberikan suplemen kalsium dan TTD kepada klien dan cara tepat
mengonsumsinya.
Evaluasi : Klien mengetahui dan akan mengonsumsi obat tersebut
secara rutin sesuai anjuran yang telah diberikan.
9. Menjadwalkan klien untuk kunjungan ulang.
Evaluasi : Klien mengetahui dan memahami.
10. Menginformasikan kepada klien, meskipun sedang mual, namun asupan
nutrisi tetap harus tercukupi (Sedikit – sedikit tapi sering).
Evaluasi : Klien mengetahui dan memahami.
11. Menganjurkan klien untuk istirahat siang yang cukup.
Evaluasi : Klien mengetahui dan memahami.
12. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Pendokumentasian tercatat.
Tasikmalaya, 24 Oktober 2023



Pengkaji




Sunarsih
NIM. P20624322044

35



3.3 Analisa Data
Masalah kesehatan yang ada di keluarga Tn A dan Ny M adalah
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ny M, disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan serta memiliki berat badan yang tidak sesuai saat
sebelum hamil. Dalam pelaksanaan pembinaan dengan keluarga Tn M dan
Ny M bidan harus bekerja sama dengan keluarga untuk membahas masalah
yang timbul dan memikirkan cara alternatif pemecahan masalah. Intervensi
awal yang bisa diberikan adalah pemberian edukasi kesehatan, sehingga
keluarga dapat menyelesaikan masalah secara tepat dan mandiri.

3.4 Perumusan Masalah Kesehatan
3.4.1 Memiliki pola istirahat yang kurang baik.
Pola istirahat Ny M jarang sekali tidur siang dan tidur malam
± 6 jam/hari.
3.4.2 Memiliki pola makan yang kurang baik.
Pola nutrisi Ny M makan kurang teratur. Pola makannya pun
tidak menentu terkadang 1 - 2 x sehari dengan porsi yang kurang
cukup dan tidak memperhatikan apa yang dikonsumsi. Ny M
terkadang jajan sembarangan juga.
3.4.3 Memiliki pola kebiasaan keluarga yang kurang baik.
Ny M tidak memiliki waktu khusus untuk berolahraga dan
tidak ada waktu khusus untuk liburan atau rekreasi bersama.

36



3.5 Prioritas Masalah
3.5.1 Memiliki pola istirahat yang kurang baik.
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Dilihat dari hasil
anamnesa ibu terkait
pola makan, sehingga
sifat masalahnya
“Kurang sehat”.
2. Kemungkinan dirubah 1/2 x 2 1 Masalah sebenarnya
dapat diubah namun
secara bertahap sesuai
pemahaman keluarga
dan keuangan.
3. Potensi dicegah 2/3 x 1 2/3 Masalah dapat dicegah
dengan pendidikan
kesehatan.
4. Penonjolan masalah 2/2 x 1 1 Karena KEK termasuk
masalah besar dan
berisiko, sehingga
harus segera ditangani
dari pola istirahat juga.
Jumlah 3,67

37



3.5.2 Memiliki pola makan yang kurang baik.
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Dilihat dari hasil
anamnesa ibu terkait
pola makan, sehingga
sifat masalahnya
“Kurang sehat”.
2. Kemungkinan dirubah 2/2 x 2 2 Masalah sebenarnya
dapat diubah namun
secara bertahap sesuai
pemahaman keluarga
dan keuangan.
3. Potensi dicegah 2/3 x 1 2/3 Masalah dapat dicegah
dengan pendidikan
kesehatan dan
kolaborasi dengan ahli
gizi.
4. Penonjolan masalah 2/2 x 1 1 Karena KEK termasuk
masalah besar dan
berisiko, sehingga
harus segera ditangani,
terutama dalam pola
nutrisi.
Jumlah 4,67

38



3.5.3 Memiliki pola kebiasaan keluarga yang kurang baik.
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Dilihat dari hasil
anamnesa ibu terkait
pola makan, sehingga
sifat masalahnya
“Kurang sehat”.
2. Kemungkinan dirubah 1/2 x 2 1 Masalah sebenarnya
dapat diubah namun
secara bertahap sesuai
pemahaman keluarga
dan keuangan.
3. Potensi dicegah 1/3 x 1 1/3 Masalah dapat dicegah
dengan Pendidikan
Kesehatan dan
pemeriksaan fisik secara
rutin.
4. Penonjolan masalah 1/2 x 1 ½ Karena KEK termasuk
masalah besar dan
berisiko, sehingga
harus segera ditangani.
Jumlah 2,5

39



3.6 Asuhan Keluarga
No Data Masalah
Kesehatan
(sesuai
prioritas)
Tujuan Penatalaksanaan Evaluasi
1. Tidak
teraturnya
pola makan
dan tidak
memperhatik
an nutrisi.
Pola makan Setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan,
diharapkan
klien dapat
lebih
memperhati
kan apa
yang
dikonsumsi,
jenis
makanan,
pola makan,
dan
keteraturan
pola makan,
sehingga
berat
badannya
dapat
bertambah
sesuai
dengan yang
seharusnya.
1. Mengkaji
kondisi dan
kebiasaan
klien.
2. Melakukan
pemeriksaan
fisik.
3. Memberikan
penkes
mengenai pola
makan dan
nutrisi “Isi
Piringku”.
4. Berkolaborasi
dengan ahli
gizi.
5. Seluruh
asuhan
melibatkan
suami dan
keluarga.
6. Memberikan
informasi
kepada suami
mengenai
Klien dan
keluarga
terbuka, aktif,
partisipatif,
memahami
asuhan, dan
akan
melaksanakann
ya.

40



suami siaga.
7. Pemantauan.
8. Pendokument
asian.
2. Tidak
teraturnya
pola
istirahat.
Pola istirahat. Setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan
diharapkan
klien dapat
mengubah
pola
istirahatnya,
dengan
menyempat
kan tidur
siang dan
tidur malam
dengan
cukup,
sehingga
badan bugar
dan akan
menambah
nafsu
makan.
1. Mengkaji
kondisi klien.
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan
mengenai pola
istirahat yang
cukup.
3. Seluruh
asuhan
melibatkan
suami dan
keluarga.
4. Memberikan
informasi
kepada suami
mengenai
suami siaga.
5. Pemantauan.
6. Pendokumenta
sian.
Klien dan
keluarga
terbuka, aktif,
partisipatif,
memahami
asuhan, dan
akan
melaksanakann
ya.

41



3. Memiliki
pola
kebiasaan
keluarga
yang kurang
baik.
Tidak ada
waktu khusus
untuk olahraga
dan liburan.
Setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan
diharapkan
klien
bersama
keluarga
dapat
menyempat
kan untuk
olahraga
atau sekedar
jalan – jalan
untuk
menghirup
udara pagi.
1. Mengkaji
kondisi klien.
2. Memberikan
informasi
mengenai
pentingnya
berolahraga.
3. Seluruh
asuhan
melibatkan
suami dan
keluarga.
4. Memberikan
informasi
kepada suami
mengenai
suami siaga.
5. Pendokumenta
sian.
Klien dan
keluarga
terbuka, aktif,
partisipatif,
memahami
asuhan, dan
akan
melaksanakann
ya.

42

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Pembahasan Keluarga
Penulis datang ke rumah keluarga untuk bertemu dengan pasien dan
keluarganya dalam rangka melakukan pengkajian sesuai format asuhan
kebidanan komunitas dalam konteks keluarga yang telah disediakan. Proses
pengkajian tidak mengalami hambatan dan semua item bisa diperoleh
dengan jelas karena klien dan keluarga sangat kooperatif.
Data keluarga yang diperoleh meliputi demografi, sosio kultural,
data lingkungan, struktur fungsi keluarga, stress, dan koping keluarga yang
digunakan keluarga dan perkembangan keluarga. Klien dan keluarga
berkenan memberikan informasi yang dibutuhkan.
Keluarga tersebut merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu, dan calon buah hati. Hal ini relevan dengan teori bahwa keluarga inti
(Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi. Selain itu, memiliki nilai dan
norma keluarga yang selalu diterapkan. Komunitas keluarga memiliki relasi
yang baik dengan masyarakat.
Kondisi ekonomi keluarga tersebut cukup baik karena baik Tn A
maupun Ny M sebelumnya bekerja sampai usia kehamilan 7 bulan, hanya
saja dengan kepadatan kegiatan Ny M sebelumnya membuat kehamilannya
kurang terperhatikan, misalnya dalam pola makan, sehingga saat ini
tubuhnya mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Keluarga tersebut telah menjalankan fungsi keluarga dengan baik.
Hal ini relevan dengan teori bahwa di dalam keluarga terdapat beberapa
fungsi yang harus dipenuhi dengan baik, yaitu fungsi keagamaan, fungsi
sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi,
fungsi sosial dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan
lingkungan.

43



4.2 Pembahasan Kasus
Penulis datang ke rumah keluarga untuk bertemu dengan pasien dan
keluarganya dalam rangka melakukan pengkajian sesuai format asuhan
kebidanan komunitas dalam konteks keluarga yang telah disediakan. Proses
pengkajian tidak mengalami hambatan dan semua item bisa diperoleh
dengan jelas karena klien dan keluarga sangat kooperatif.
Pada saat pengkajian, dilakukan pemeriksaan fisik pada seluruh
anggota keluarga, yaitu Tn A dan Ny M. Adapun pemeriksaan fisik tersebut
diawali dengan melakukan anamnesa pada keduanya. Adapun hasil
pemeriksaan fisik, Tn A memiliki kondisi kesehatan yang baik. Namun, Ny
M mengalami kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan hasil
pengukuran LILA 23 cm. Adapun hal ini relevan dengan teori yaitu
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita
keadaan kekurangan kalori dan protein (Malnutrisi) yang berlangsung
menahun (Kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
wanita usia subur dan ibu hamil. Ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK)
bila memiliki LILA < 23,5 cm.
Permasalah prioritas yang ditemukan pada Ny M yang menyebabkan
KEK diantaranya :
1. Memiliki pola makan yang kurang baik
Pola nutrisi Ny M makan kurang teratur. Pola makannya pun
tidak menentu terkadang 1 - 2 x sehari dengan porsi yang kurang cukup
dan tidak memperhatikan apa yang dikonsumsi. Ny M terkadang jajan
sembarangan juga.
2. Memiliki pola istirahat yang kurang baik
Pola istirahat Ny M jarang sekali tidur siang dan tidur malam ±
6 jam/hari.
3. Memiliki pola kebiasaan keluarga yang kurang baik
Ny M tidak memiliki waktu khusus untuk berolahraga dan tidak
ada waktu khusus untuk liburan atau rekreasi bersama.

44



Adapun hal ini relevan dengan teori, yaitu banyak sekali faktor
pencetus yang menimbulkan penyebab tersebut diantaranya karena
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan aktifitas ibu hamil.
Pada penentuan diagnosa kebidanan dan penyebabnya tidak
mengalami hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu data
wawancara dan pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap
perencenanaan kebidanan masalah diagnosa manajemen kebidanan keluarga
pada kasus keluarga Tn A dan Ny M dengan masalah utama Kekurangan
Energi Kronis (KEK) tidak mengelami kesulitan, dengan memperhatikan
data objektif dan subjektif yang ditemukan. Faktor pendukungnya adalah
keluarga memahami masalah yang ditegakkan dan berkenan mengikuti
perencanaan kebidanan yang disusun.
Keluarga menyatakan paham tentang perencanaan yang disusun
untuk mengatasi masalah yang muncul, ditunjukkan dengan mengatakan
paham terhadap penjelasan yang diberikan. Pada tahap implementasi
kebidanan mampu dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah disusun,
pendidikan kesehatan mengenai gizi dan menganjurkan untuk datang secara
rutin ke fasilitas kesehatan sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai
perencaaan 2 – 3 x kunjungan tanpa adanya hambatan.
Tn A pun mampu mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan sampai
selesai, hal ini didasarkan pada prinsip Women Center Care. Pada data
evaluasi didapatkan bahwa masalah dapat diatasi sebagian dan masih perlu
dipantau. Klien kooperatif dengan mengatakan mampu untuk melakukan
dengan apa yang telah dianjurkan, seperti memperhatikan asupan gizi dan
nutrisi, mengubah pola istirahat, dan manyempatkan untuk berolahraga.
Proses asuhan mampu dilakukan tanpa mengalami hambatan berat dengan
adanya faktor pendukung yaitu pihak klien kooperatif dan mampu bekerja
sama mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang
ditemukan tidak sampai menganggu jalannya asuhan yang diberikan.

45

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keluarga menjadi unsur penting dalam upaya mencapai kesehatan
masyarakat secara optimal karena memiliki keterkaitan dengan masalah
kesehatan. Peran keluarga sebagai kelompok dapat melakukan aktivitas
pencegahan, memelihara, menimbulkan, memperbaiki, ataupun
mengabaikan masalah kesehatan yang ada di dalam kelompok keluarga.
Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya, yang berarti keluarga menjadi faktor
penentu sehat atau sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada
munculnya berbagai masalah kesehatan anggota keluarga.
Keluarga juga menjadi unit pelayanan kesehatan yang terdepan
dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga
sehat, maka akan tercipta komunitas yang sehat pula. Masalah kesehatan
yang dialami oleh salah anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota
keluarga yang lain, mempengaruhi sistem keluarga, komunitas setempat,
bahkan komunitas global. Dengan demikian kesehatan dan kemandirian
keluarga merupakan kunci utama pembangunan kesehatan masyarakat yang
lebih sejahtera dan berkualitas.

5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan keluarga di
komunitas. Makalah ini juga semoga dapat dijadikan sebagai referensi
pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan.

46

LAMPIRAN

47

48
Tags