Agribisnis Ekonomi pembangunan terbaruuuu

DiniPurnamaDewi1 0 views 11 slides Sep 19, 2025
Slide 1
Slide 1 of 11
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11

About This Presentation

.


Slide Content

SUB – SISTEM AGRIBISNIS

1. Pengadaan Bahan Baku ( Up Stream Agribisnis ) Pembelian Bahan Baku Umumnya perusahaan agribisnis tidak mempunyai lahan pertanian sendiri untuk memproduksi produk pertanian yang dijadikan sebagai bahan baku produk agribisnis. Jikalau ada, maka luasnya juga tidak mencukupi untuk memproduksi bahan baku yang diperlukan. Untuk itu, diperlukan perencanaan pembelian, meliputi berapa bahan baku yang harus dibeli dan berapa produk yang akan hasilkan.

Untuk pembelian bahan baku, khusus di Indonesia, dapat dilakukan dengan cara: (a) melakukan kontrak pembelian dengan petani atau pihak lain; (b) melakukan kerjasama pengadaan bahan baku pertanian melalui prinsip-prinsip partnership, seperti kerjasama dengan teknik PIR (Perusahaan Inti Rakyat) atau BAA (Bapak Anak Angkat); dan (c) melakukan pembelian.

2) Penyimpanan Bahan Baku Dalam melakukan penyimpanan bahan baku, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: (a) bahan baku dari produk pertanian adalah bersifat segar (perishable) dan sangat rawan disimpan untuk waktu yang relatif lama. Ketika bahan baku tersebut masih segar, hendaknya segera dipakai sebab bila tidak bahan baku tersebut akan segera rusak; (b) bahan baku produk pertanian bersifat bulky (volume besar tetapi nilai kecil). Ini memerlukan tempat yang luas atau besar, berarti biaya penyimpanan menjadi mahal. Bagi produk pertanian bersifat bulky hendaknya produk tersebut segera dipakai; (c) dalam melakukan manajemen stock hendaknya dilakukan teknik first in first out (bahan yang masuk lebih awal sebaiknya dikeluarkan lebih awal pula) untuk menjaga agar barang yang disimpan tidak rusak;

(d) dalam manajemen stock untuk produk-produk pertanian yang dipakai sebagai bahan baku produksi atau agroindustri ini hendaknya harus diketahui berapa lama produk tersebut harus disimpan di gudang sebab penyimpanan yang terlalu lama dan melebihi daya simpan akan membuat produk tersebut rusak. Perlu diketahui bahwa setiap produk pertanian mempunyai daya tahan simpan yang berbeda-beda ; (e) manajer gudang atau manajer pembelian produk pertanian tersebut harus mengenal produk agroindustri, misalnya untuk bahan baku kertas yang berupa batang tanaman padi, maka cara penyimpanan yang baik adalah standing stock, artinya batang padi tersebut tidak perlu lagi dimasukkan ke gudang (karena sifatnya bulky), tetapi dari lapangan langsung dibawa ke pabrik dan cara ini yang paling efisien.

3) Persedian (inventory) Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam operasi yang secara kontinyu diperoleh dan diubah, kemudian dijual kembali. Persediaan (inventory) menurut Rangkuti ( 2000), ditujukan untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan tersebut meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Jenis tersebut disebut persediaan produk (product output).

Sedangkan sistem persediaan dapat diartikan sebagai rangkaian kebijakan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan (Rangkuti, 2003). Sistem tersebut bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat; atau dengan kata lain, bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal.

Setiap jenis persediaan memiliki sifat atau karateristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan atas : (1) Persediaan bahan baku (raw material inventory), yaitu persediaan yang berupa barang berwujud, contoh pada up-steram/on-farm seperti bibit dan benih, sedangkan pada down-stream/of-farm, seperti beras dan gandum. (2) Persediaan barang dalam proses atau setengah jadi (work in process inventory), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi agribisnis yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi, seperti tepung terigu dan tepung gandum. (3) Persediaan barang jadi (finished goods inventory), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim ke pelanggan seperti roti dan mie instan.

(4) Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies inventory) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan sebagai pelengkap proses produksi agribisnis. Contoh pada on farm seperti pupuk dan pada of farm seperti zat pengawet dan alsintan (alat-alat dan mesin pertanian). (5) Persediaan komponen rakitan (purchased part/components inventory) yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk, contoh packing (kaleng, plastik, dan kardus).

2. Produksi Agribisnis (on-farm agribisnis) Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk (barang atau jasa), baik berupa kegiatan usahatani maupun kegiatan pabrikasi, sehingga tidak begitu sukar mengkaji manajemen produksi/operasi agribisnis sebagai pendukung dari proses produksi. Pada masa awal perkembangan disiplin produksi agribisnis, usahatani dan pabriklah yang paling menguntungkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Produksi hasil pertanian (on-farm) atau faktor produksi agribisnis (agribusiness production factor) hasil pertanian sering disebut korbanan produksi agribisnis karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi agribisnis. Dalam Bahasa Inggris, faktor produksi agribisnis disebut pula agribusiness input. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan hubungan antara faktor produksi agribisnis (input) dan produk (output) agribisnis.
Tags