Definisi Dalil & al-Quran
DEFINISI DALIL
Secara bahasa adalah “yang menunjukkan terhadap
sesuatu”. Dalil diartikan pula dengan داشرإو ةللاد هيف ام
artinya perkara yang di dalamnya terdapat
petunjuk. Ulama Ushul mendefinisikan dalil dengan
istilah
يربخ بولطمب ملعلا ىلا هيف رظنلا حيحصب ل
ّصوتي نا نكمي يذلا
artinya sesuatu yang dengan penelaahan yang
shahih bisa menghantarkan kepada pengetahuan
terhadap mathlub khabari (hukum suatu perkara
yang sedang dicari status hukumnya).
TA’RIF AL-QURAN
bentuk mashdar dari fi’il madhi qara`a yang berarti
bacaan. Menurut istilah Ushul Fiqh, al-Quran
berarti kalam (perkataan) Allah yang diturunkan-
Nya dengan perantaraan malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad Saw dengan bahasa Arab serta
dianggap beribadah membacanya.
Sumber Hukum Islam
Sumber hukum Islam sering disebut dengan
istilah dalil-dalil syara’. Dalil-dalil hukum
(adillat al syar’iyyah) merupakan teks-teks
hukum yang digunakan sebagai landasan
ditetapkannya suatu ketentuan hukum. Ahli
ushul fiqih menjelaskan “sumber hukum Islam”
mengunakan istilah dalil syar’iyyah (al-adillah
al-syar’iyyah) atau mashadir al-ahkam.
SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN:
•Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui 3
cara yaitu: bisikan (atau mimpi), dari balik tabir, dan melalui
perantara yaitu malaikat Jibril.
•Al-Qur’an diturukan melalui tiga tahap:
−Pertama, Al-Qur’an diturunkan ke Lauh Mahfuz.
−Kedua, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia secara
sekaligus.
−Ketiga, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad
secara berangsur-angsur, selama kurang lebih 23 tahun
(610-632 M).
•Hikmah diturnkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur:
1.Menguatkan hati Nabi Muhammad dalam menerima
wahyu.
2.Membina umat secara bertahap.
Fungsi Al-Quran
•Petunjuk bagi manusia (QS. al-dzariyat, 51:56) berupa:
-doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan
posisi manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan
hukum yang menjadi dasar syari’at, metafisika tentang
Tuhan dan kosmologi alam, dan penjelasan tentang sejarah
dan eksistensi manusia.
-ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci,
nabi, kaum dsb.
-mukjizat, kekuatan berbeda dengan apa yang dipelajari.
•Sumber ajaran islam. (QS. Al-An’am,6:38 , al-Nahl, 16:89)
•Sebagai peringatan dan penyejuk. (QS. Al-qashas,28-77 dan
al-Isra’ 17:82)
•Pemisah antara yang hak dan yang batil, atau antara yang
benar dan yang salah.
Kodifikasi atau Pengumpulan Al-Qur’an:
•Masa Rasulullah Al-Qur’an ditulis di pelepah
kurma, kulit binatang secara tidak teratur.
•Masa Abu Bakar: memerintahkan pembukuan
Al-Qur’an dalam satu mushaf atas inisiatif
Umar Ibn Khattab. Proyek ini dipimpin oleh Zaid
Ibn Tsabit.
•Masa Usman: dilakukan penyempurnaan
bacaan Al-Qur’an dan penggandaannya.
Mushaf induknya dinamakan dengan mushaf
utsmani.
ULUMUL QUR’AN
•Pengertian: Ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas hal-
hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an
•Tujuan perumusan Ulumul Qur’an adalah:
−Untuk dapat memahami Al-Qur’an sesuai dengan
penjelasan Nabi dan keterangan sahabat.
−Untuk mengetahui metode penafsiran Al-Qur’an.
−Untuk mengetahui syarat2 dalam penafsiran Al-Qur’an.
•Cabang-cabang Ulmul Qur’an antara lain:
−Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang
sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.
−Ilmu I’jazul Qur’an, yaitu ilmu yang membicarakan
tentang mukjizat yang terdapat dalam Al-Qur’an.
−Ilmu Nasikh wa mansukh, yaitu ilmu yang membahas
tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menghapus atau
membatalkan ketentuan dalam ayat Al-Qur’an yang lain.
Wilayah Kajian al-Qur’an
Topik-topik bahasan ilmu al-Qur’an mencakup:
Sejarah ilmu al-Qur’an, Ilmu tentang latar belakang
turunnya ayat-ayat, Ilmu makki wa al-madani, Sekitar
kalimat yang dipaka untuk pembukaan surat (fawatihu
al-suwar), Ilmu cara-cara membaca al-Qur’an (ilmu
qira’at), Ilmu yang menerangkan ayat-ayat penghapus
hukum dan ayat-ayat yang dihapus hukumnya (ilmu
nasikh wa al-mansukh), Tentang ilmu cara-cara menulis
lafaz-lafaz al-Qur’an (ilmu rasm al-Qur’an), Ilmu yang
menerangkan ayat-ayat muhkam & mutasyabih, Ilmu
perumpamaan yang digunakan al-Qur’an, Ilmu tentang
sumpah dalam al-Qur’an, Ilmu tentang kisah-kisah yang
ada dalam al-Qur’an, Ilmu jadal al-Qur’an, Ilmu tafsir,
Metode yang diperlukan mufassir, Ilmu tentang
kemu’jizatan dalam al-Qur’an.
Klasifikasi Tafsir Quran:
Pengertian: Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an
dari segi pengertiannya, penjelasan makna-maknanya, dan hukum-
hukum yang terkandung di dalamnya.
1. Tafsir bil ma’tsur, yaitu penafsiran Al-Qur’an yang
menggunakan ayat Al-Qur’an atau dengan hadis Nabi atau keterangan
sahabat. Contoh kitab tafsir jenis ini adalah: Tafsir al-Thabari, Tafsir
Ibnu Kasir, dan Tafsir as-Suyuti.
2. Tafsir bil-ra’y, yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara
ijtihad, bertitik tolak dari akal para penafsir, ketentuan-ketentuan ilmu
Al-Qur’an, dan kaidah-kaidah bahasa Arab. Contoh kitab tafsir jenis
ini: Tafsir Ar-Razy, Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Baidhawi.
3. Tafsir Isyari, yaitu menafsirkan al-Qur’an berdasarkan isyarat
atau petunjuk halus, yang berlainan dengan makna lahir. Tujuannya
adalah untuk mengungkap rahasia-rahasia Al-Qur’an dibalik ayat-
ayat yang tersurat. Contoh kitab tafsir jenis ini: Ruhul Ma’ani karya
Al-Baghdadi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim karya Al-Tustani.
Jenis-Jenis Tafsir
1.TAFSIR TAHLILI
Dapat disebut model kajian yang digunakan dalam
mengkaji al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam.
Maksudnya adalah metode kajian al-Qur’an dengan
menganalisis secara kronologis dan memaparkan
berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-
Qur’an sesuai dengan urutan bacaan yang terdapat
dalam urutan mushaf utsmani.
Tafsir tahlili oleh al-Farmawi dikelompokkan menjadi
tujuh jenis tafsir, yakni:
a.Al-Tafsir bi al-Ma’tsur (riwayat), menafsirkan nash
dengan nash, baik al-Qur’an dengan al-Qur’an maupun
al-Qur’an dengan sunnah nabi Muhammad saw (hadis).
b.Al-Tafsir bi al-Ra’y, tafsir dengan menekankan ijtihad &
menggunakan akal sebagai pokok dalam menfsirkan.
c.Al-Tafsir al-Shufi atau tafsir isyari (isyarah), Tafsir dgn
menekankan pada aspek dan dari sudut esoterik atau
isyarat-isyarat yg tersirat dari ayat oleh para ahli tasauf.
d.Al-Tafsir fiqhi, Menekankan tinjauan hukum dari ayat.
e.Al-Tafsir al-Falsafi, Menafsirkan ayat al-Qur’an dengan
pendekatan filsafat, baik yang berusaha melakukan sintesis
dan siskretisasi antara teori-teori filsafat dengan ayat-ayat
al-Qur’an maupun yang berusaha menolak teori-teori
filsafat yang dianggap bertentangan denagn al-Qur’an.
f.Al-Tafsir al-Ilmi, Menfsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan
menggunakan pendekatan ilmiah, menggali kandungan
nya dengan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan.
g.Al-Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i, Tafsir yang menekankan
pada analisis redaksi ayat dan dihubungkan dengan
hukum yang berlaku dalam masyarakat.
2.TAFSIR MUQARAN, Tafsir muqaran (perbandingan)
adalah metode penafsiran terhadap ayat al-Qur’an yang
berbicara satu masalah denagn cara membandingkan
antara ayat dengan ayat dan antara ayat dengan sunnah
Nabi Muhammad SAW., baik dari segi isi maupun redaksi
atau antara pendapat ulama tafsir denagn menonjolkan
segi-segi perbedaan dari obyek yang dibandingkan.
3. TAFSIR IJMALI (GLOBAL), Metode tafsir dengan cara
menafsirkan secara singkat dan global, tanpa uraian
panjang lebar.
4.TAFSIR MAUDHU’I (TEMATIK), Tafsir tematik berdasar
surah al-Qur’an, Zarkashi (745-794/1344-1392), dengan
karyanya al-Burhan, misalnya adalah salah satu contoh
yang paling awal menekankan pentingnya tafsir bahasan
surah demi surah. Dalam sejarah,tafsir tematik secara
umum dapat dibagi menjadi dua, yakni: 1) tematik
berdasarkan subyek, dan 2) tematik berdasar surat Qur’an.
5.TAFSIR KULLI (HOLISTIK), Secara prinsip tidak terlalu
berbeda dengan metode tematik berdasarkan subjek. Metode
tematik maupun holistik sama-sama menekankan pada
pentingnya pemahaman al-Qur’an dengan metode silang
(cross-referential) / induktif (al-manhaj al-istiqra’i).
6.KOMBINASI TEMATIK DAN HOLISTIK, Keduanya sama-
sama menekankan pentingnya memahami al-Qur’an secara
menyeluruh ketika membahas satu masalah (satu tema).
Maksudnya adalah mendiskusikan satu masalah tertentu,
misalnya perkawinan sebagai kajian dalam tulisan ini secara
tematik, harus dipantulkan dengan nilai universal al-Qur’an .
Metode ini disebut dengan metode induktif, dalam arti setiap
masalah tertentu harus dibahas secara menyeluruh dari
seluruh nash lengkap dengan pengetahuan latar belakang
(sabab al-nuzul dan warud).
•Pengunaan metode tematik untuk menemukan nilai dasar
dari masing-masing tema/subjek. Metode holistik untuk
menemukan nilai dasar antar subjek, yang pada gilirannya
menyatukan nilai dasar antar subyek menjadi satu kesatuan
yang utuh dan menyatu.
Presented by Marhamah Saleh
Informasi tentang al-Quran
Mulai diturunkan di Mekkah, tepatnya di Gua Hira` pada tahun 611
M., dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M. dalam rentang
waktu 22 tahun lebih beberapa bulan.
Al-Quran turun secara berangsur-angsur, tidak secara sekaligus.
Mengapa? Untuk menguatkan hati (menghujamkan makna serta
hukum-hukumnya) dan mentartilkan al-Quran, seperti dikisahkan
dalam al-Quran surat al-Furqan ayat 32
لايِت
ْرَت ُهاَنْلَّتَرَو َكَداَؤُف ِهِب َتِّبَثُنِل َكِلَذَك ًةَدِحاَو
ً
ةَلْمُج ُنآْرُقْلا ِهْيَلَع َلِّزُن لاْوَل اوُرَفَك َنيِذَّلا َلاَقَو
Ayat pertama ditunkan adalah ayat 1 sampai 5 dari Surat al-’Alaq.
Sedangkan ayat terakhir diturunkan ada ikhtilaf ulama. Pendapat
yang dipilih oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab al-Itqan fi ‘Ulum
al-Quran yang dinukilnya dari Ibnu ‘Abbas adalah Surat al-Baqarah
ayat 281. نوملظيلا مهو تبسك ام سفن لك ىفوت مث للها ىلا هيف نوعجرت اموي اوقتاو
Setelah ayat ini diturunkan Rasulullah Saw masih hidup sembilan
malam, kemudian beliau wafat pada hari Senin 3 Rabi’ al-awwal,
dan berkahirlah turunnya wahyu. Ada pula yang mengatakan bahwa
ayat terakhir turun adalah Surat al-Maidah ayat 3 مكنيد مكل تلمكأ مويلا
Presented by Marhamah Saleh
AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Quran turun dalam dua periode: Pertama, periode Mekkah, yaitu
sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-
ayat Makkiyyah. Kedua, periode setelah Rasulullah Saw hijrah ke
Madinah, dikenal dengan ayat-ayat Madaniyyah.
Inti Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya berbicara seputar masalah
akidah untuk meluruskan keyakinan umat di masa Jahiliyah dan
menanamkan ajaran tauhid. Selain itu juga menceritakan kisah
umat-umat masa lampau sebagai pelajaran bagi umat Nabi
Muhammad Saw. Dalam masalah hukum belum banyak ayat yang
diturunkan di Mekkah kecuali beberapa hal, seperti menjaga
kehormatan (faraj) QS. al-Mukminun: 5-7, diharamkan memakan
harta anak yatim QS. al-Nisa`: 10, larangan mubazir QS. al-Isra`: 26,
larangan mengurangi timbangan QS. Hud: 85, larangan membuat
kerusakan di muka bumi QS. al-A’raf: 56, dan ayat tentang
kewajiban shalat QS. Hud: 114. Rahasia mengapa di Mekkah belum
banyak ayat hukum, karena di Mekkah belum terbentuk satu
masyarakat atau komunitas Islam seperti halnya di Madinah setelah
Rasulullah Saw hijrah.
Presented by Marhamah Saleh
AYAT MADANIYYAH
Banyak terkait dengan hukum dan berbagai aspeknya.
Perintah membayar zakat, QS. al-Baqarah: 43
Kewajiban puasa Ramadhan, QS. al-Baqarah: 183
Kewajiban haji, QS. al-Baqarah: 196
Pengharaman riba, QS. al-Baqarah: 275
Larangan memakan harta orang lain secara batil, al-Baqarah: 188
Wanita-wanita yang haram dinikahi, QS. al-Nisa`: 23
Hukum thalaq dan ‘iddah, QS. al-Thalaq: 65
Pembagian warisan, QS. al-Nisa`: 11-12
Cara pembagian harta rampasan perang, QS. al-Anfal: 1
Qishash & ‘uqubat (sanksi hukum), QS. al-Baqarah: 178
Larangan merampok & mengacau keamanan, QS. al-Maidah: 33
Memutuskan hukum secara adil, QS. al-Nisa`: 58
Dan lain sebagainya.
Presented by Marhamah Saleh
HUKUM-HUKUM DALAM AL-QURAN
Al-Quran sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung 3
doktrin: Akidah, akhlak, dan hukum-hukum amaliyah.
Hukum-hukum amaliyah dalam al-Quran terdiri dari dua cabang:
Hukum ibadah dan muamalah.
Abdul Wahab Khallaf memerinci macam hukum bidang
muamalah dan jumlah ayatnya.
1.Hukum keluarga, mulai dari pernikahan, talak, rujuk, ‘iddah,
hingga masalah warisan, seluruhnya ada 70 ayat.
2.Hukum perdata ada sekitar 70 ayat.
3.Hukum jinayat (pidana) ada 30 ayat.
4.Hukum murafa’at (acara atau peradilan) ada 13 ayat.
5.Hukum ketatanegaraan ada 10 ayat.
6.Hukum antara bangsa (internasional) ada 25 ayat.
7.Hukum ekonomi dan keuangan ada sekitar 10 ayat.
Presented by Marhamah Saleh
CONTOH AYAT-AYAT HUKUM
Dari segi rinci atau tidaknya ayat-ayat hukum dalam al-Quran, Muhammad Abu
Zahrah menjelaskan sbb.:
1.Ibadah, dalam Quran dikemukakan secara mujmal (global) tanpa merinci
kaifiyatnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Untuk menjelaskan
tatacaranya dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan sunnahnya.
2.Kaffarat, yaitu semacam denda yang bermakna ibadah, karena merupakan
penghapus bagi sebagian dosa. Ada 3 bentuk kaffarat, yaitu: Kaffarat zihar
(seperti ungkapan suami kepada istrinya “kau bagiku bagaikan punggung
ibuku”). Istri yang sudah di zihar tidak boleh digauli oleh suaminya kecuali
setelah membayar kaffarat, QS. Al-Mujadilah: 3-4.
ا
َمِب ُللَّهاَو ِهِب َنو
ُ
ظَعوُت ْمُكِلَذ اَّساَمَتَي ْن
َ
أ ِلْبَق ْنِم ٍةَبَقَر ُريِرْحَتَف اوُلاَق اَمِل َنوُدوُعَي َّمُث ْمِهِئاَسِن ْنِم َنوُرِهاَظُي َنيِذَّلاَو
Presented by Marhamah Saleh
CONTOH AYAT-AYAT HUKUM
3.Hukum mu’amalat. Al-Quran hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, sunnah
berperan merincinya, dan ijtihad para ulama berperan dalam mengembangkan
perinciannya. Seperti larangan memakan harta orang lain secara tidak sah,
QS. Al-Nisa`: 29, dan larangan memakan riba, QS. Al-Baqarah: 275
ْ
مُكْنِم ٍضاَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنوُكَت ْن
َ
أ لاِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْم
َ
أ اوُلُك
ْ
أَت لا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّي
َ
أ اَي
…
Presented by Marhamah Saleh
CONTOH AYAT-AYAT HUKUM
5.Hukum pidana. Al-Quran melarang tindak kejahatan secara umum. Seperti
larangan pembunuhan (Al-An’am: 151), larangan minum khamar (QS. Al-
Maidah: 90) dan rincian hukumannya dijelaskan oleh sunnah dengan cambuk
40 kali sesuai hadis ةنس
ْلكو نينامث رمعو نيعبرأ ركب وبأ دلجو نيعبرأ م ص يبنلا دلج
, larangan
berzina (Al-Nur: 2), hukuman bagi pencuri (Al-Maidah: 38), hukuman pelaku
qazaf atau menuduh orang lain berzina tanpa saksi (QS. Al-Nur: 4)
Presented by Marhamah Saleh
DALALAH AL-QURAN
Dalalah berkaitan dengan bagaimana pengertian atau makna yang ditunjukkan
oleh nash dapat dipahami. Menurut istilah Muhammad al-Jurjani dalam kitab al-
Ta’rifat disebut dengan Kaifiyah dalalah al-lafdz ‘ala al-ma’na.
Dalam kajian Ushul Fiqih, untuk dapat memahami nash apakah pengertian yang
ditunjukkan oleh unsur-unsur lafalnya itu jelas, pasti atau tidak. Para ulama
ushul menggunakan pendekatan apa yang dikenal dengan istilah qath’iy dan
zanniy. Tentang terma qath’iy dan hubungannya dengan nash, maka ulama
ushul membaginya kepada dua macam yaitu :
1.Qath’iy al-Wurud yaitu Nash-nash yang sampai kepada kita adalah sudah pasti
tidak dapat diragukan lagi karena diterima secara mutawatir.
2.Qath’iy al-Dalalah yaitu Nash-nash yang menunjukkan kepada pengertian yang
jelas, tegas serta tidak perlu lagi penjelasan lebih lanjut.
Sedangkan terma Zanniy dan hubungannya dengan nash, terbagi dua pula:
1.Zanniy al-Wurud yaitu Nash-nash yang masih diperdebatkan tentang
keberadaannya karena tidak dinukil secara mutawatir
2.Zanniy al-Dalalah yaitu Nash-nash yang pengertiannya tidak tegas yang masih
mungkin untuk ditakwilkan atau mengandung pengertian lain dari arti literalnya.
Presented by Marhamah Saleh
DALALAH AL-QURAN
Bila dihubungkan dengan al-Qur’an dari segi keberadaannya adalah qat’iy al-
Wurud karena al-Qur’an itu sampai kepada kita dengan cara mutawatir yang
tidak diragukan kebenarannya. Bila al-Qur’an dilihat dari segi dalalahnya, maka
ada yang qat’iy dalalah dan zanniy dalalah.
Umumnya nash-nash al-Qur’an yang dikategorikan qat’iy al-dalalah ini, lafal dan
susunan kata-katanya menyebutkan angka, jumlah atau bilangan tertentu serta
sifat nama dan jenis. Contoh ayat yang qat’iy al-dalalah :
دلو نهل نكي مل نا مكجاوزا كرت ام فصن مكلو ...
Disamping qat’iy al-dalalah ada juga nash al-Quran yang zanniy al-dalalah.
Yang dikategorikan pada kelompok ini adalah bila lafal-lafalnya diungkapkan
dalam bentuk ‘am, musytarak, dan mutlaq. Ketiga bentuk lafal ini dalam kaidah
ushuliyah mengandung makna atau pengertian yang banyak dan tidak tegas.
Dalam penelitian ulama ushul ternyata banyak nash-nash al-Qur’an yang
dikategorikan zanniy al-dalalah ini, dan pada bagian ini banyak menimbulkan
perdebatan di kalangan ulama ushul. Contohnya ءورق ةثلاث نهسفناب نصبرتي تاقلطملاو ...