Analisis Jurnal Pendidikan Multikultural

citrayunianti1 0 views 3 slides Apr 07, 2025
Slide 1
Slide 1 of 3
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3

About This Presentation

Tugas Psikologi UNJ - Matkul Ilmu Pendidikan


Slide Content

Citra Yunianti
(1801617129)
Ilpen, Kamis 13.00
Analisis Jurnal tentang Kecerdasan
Pendidikan Multikultural
Identitas Jurnal
Judul Jurnal: Pendidikan Multikultural dalam Desain Kurikulum dan Pembelajaran
Keagamaan Islam
Penulis: Abdurrahmansyah
Pernerbit: MADANIA Vol. 21, No. 1, Juni 2017
Tahun Terbit: 2017
Sumber: ejournal.iainbengkulu.ac.id
Hasil Analisis Jurnal
1.(What) Apa pokok permasalahan pada jurnal tersebut?
Pendidikan multikultural harus diterapkan pada pendidikan anak. Isu
perbedaan tentang agama, suku, ras, dan antar golongan sering terjadi karena
rasa tegang rasa kita yang masih kurang. Islam merupakan agama yang dianut
oleh mayoritas rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dalam pendidikan agama
Islam harus diajarkan tentang pendidikan multikultural
2.(When) Sejak kapan pendidikan multikultural harus diajarkan?
Sejak lahir sampai akhir hayat hidup manusia. Karena bangsa Indonesia terdiri
dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan maka sikap toleransi harus
dibiasakan sejak kecil. Apalagi di era globalisasi ini masyarakat Indonesia
harus bisa beradaptasi dengan kemajuan zaman agar tidak menjadi bangsa
yang tertinggal. Bangsa Indonesia harus bisa menyesuaikan diri dan
mengambil dampak positif dari nila-nilai yang berubah seiring perkembangan
zaman.
3.(Where) Dimana pendidikan multikultural bisa diajarkan?

Menurut jurnal tersebut, pendidikan multikultural bisa diajarkan di
pondokkan, pesantren, atau sekolah formal maupun non formal lainnya
melalui perpaduan dengan pembelajaran agama Islam.
4.(Who) Siapa saja tokoh yang harus terlibat dalam hal tersebut?
Pemerintah dan sekolah memiliki andil dalam menyusun kurikulumnya.
Sebagai umat muslim, tentunya harus bisa menghargai perbedaan yang ada
agar hidup berjalan dengan damai dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Sebagai umat muslim kita harus terbuka dan menyesuaikan diri dengan
perbedaan yang terjadi. Jangan sampai perbedaan memecah belah persatuan
Indonesia. Maka dari itu, dalam pembelajaran agama Islam harus dibarengi
dengan pendidikan multikultural. Tokoh agama juga memiliki peran akan hal
ini. Tokoh agama harus mumpuni, berwawasan luas, dan bijak dalam
membimbing umatnya ke jalan yang benar bukan ke jalan yang primitif dan
radikal.
5.(Why) Mengapa pendidikan multikultural harus dipelajari, apalagi oleh penganut
agama Islam?
Karena kita bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama,
dan golongan. Kita memiliki banyak perbedaan satu sama lain. Sangat sulit
untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia jika kita tidak bersatu. Dengan
menghargai perbedaan yang ada maka kita akan menjadi bangsa yang kuat.
Apalagi sekarang sedang hangat-hangatnya isu teroris yang menyangkut
agama tertentu. Kita sebagai umat muslim—agama mayoritas di Indonesia—
harus bisa berpikir kritis dan terbuka. Walaupun jumlah kita lebih banyak
dibanding agama lain, kita tidak boleh semena-mena terhadap agama lain.
Islam adalah agama yang cinta damai. Maka dari itu, mendidik diri sendiri dan
generasi penerus akan pendidikan multikultural dapat meminimalisir isu-isu
yang seharusnya tidak terjadi. Isu-isu tersebut terjadi sebab para pelaku
berpikiran sempit dan tidak terbuka. Mereka kurang edukasi akan pendidikan
multikultural dan kurang bisa beradaptasi dengan perubahan serta
perkembangan zaman.
6.(How) Bagaimana cara agar pendidikan multikultural dapat dengan mudah diterapkan
di sekolah?
Penerapan pendidikan multikultural secara harus diklarifikasi secara sistematis
dari sisi landasan filosofis, teori psikologi pendidikan yang melandasinya,

konsep, dan sintaks penerapannya di kelas. Menurut pandangan James Bank,
terdapat lima dimensi yang berpengaruh pada pendidikan multikultural, yaitu:
content integrations in instructional, the knowledge construction process in
instructional, an equity paedagogy intructional, trainning participation in
instructional, prejudice reduction in instructional.
Tags