Analisis Pembelajaran Berdiferensiasi SD

Deliansyah1 34 views 133 slides Jan 07, 2025
Slide 1
Slide 1 of 133
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117
Slide 118
118
Slide 119
119
Slide 120
120
Slide 121
121
Slide 122
122
Slide 123
123
Slide 124
124
Slide 125
125
Slide 126
126
Slide 127
127
Slide 128
128
Slide 129
129
Slide 130
130
Slide 131
131
Slide 132
132
Slide 133
133

About This Presentation

Skripsi Kualitait


Slide Content

ANALISIS PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN
KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL (KSE)
SKRIPSI
OLEH
Fita Andryani
NIM C793202001130
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP YAPIS DOMPU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Tahun 2024
i

ii

ANALISIS PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN
KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL (KSE)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Yapis Dompu
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH
Fita Andryani
NIM C793202001130
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP YAPIS DOMPU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Tahun 2024
iii

Skripsi oleh Fita Andryani, ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Dompu, Agustus 2024
Pembimbing I,
Jama’ah, M.Pd.
NIDN. 0812057501
Dompu, Agustus 2024
Pembimbing II,
Angga Putra, M.Pd.
NIDN. 0812119101
Mengetahui/Mengesahkan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar,
Ketua,
Mulya Yusnarti, M.Pd.
NIDN. 0824129003
ii

Skripsi oleh Fita Andryani ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada Tanggal 14 Agustus 2024.
Dewan Penguji:
Ketua,
Jama’ah, M.Pd.
NIDN. 0812057501
Anggota I,
Angga Putra, M.Pd.
NIDN. 0812119101
Anggota II,
Titin Pujiarti, M.Pd.
NIDN. 0807058603
Anggota III,
Ilyas Yasin, M.M.Pd.
NIDN. 0813097302
Mengetahui/Mengesahkan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar,
Ketua,
Mulya Yusnarti, M.Pd.
NIDN. 0824129003
iii

ABSTRAK
Andryani, Fita, 2024. AnalisIS Pembelajaran Berdiferensiasi yang diintegrasikan
dengan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) Pada Kelas Satu SD Negeri 24
Dompu. Skripsi, Program Studi (S-1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar
STKIP Yapis Dompu. Pembimbing (I) Jama’ah, M. Pd., Pembimbing (II)
Angga Putra, M. Pd.
Kata Kunci : Pembelajaran Berdiferensiasi, Kompetensi Sosial Emosi,
Kurikulum Merdeka
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah,
implementasi, pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan sosial
emosional anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 24 Dompu.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2023/2024.
Pendekatan kualitatif menjadi jenis pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menemukan hal-hal, yakni pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia sudah dilakukan dengan hakikatnya, baik dari penerapan
langkah-langkahnya sampai pada implementasinya. Sedangkan, kaitan dengan
sosial emosional anak pada kegiatan pembelajaran guru menerapkan 5 kompetensi
sosial emosiaonal antara lain; Kompetensi sosia emosional kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan keterampilan relasi dan
pengambilan keputusan bertanggungjawab.
Dari hasil analisi peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian ini
bahwa pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
berakar pada pemetaan kebutuhan belajar bahasa Indonesia siswa. Pemetaan
kebutuhan belajar siswa ini didapat melalui survei awal, pretes atau dikenal
dengan istilah asesmen diagnostik. Selanjutnya, guru merancang pembelajaran
Bahasa Indonesia sesuai hasil pemetaan. Guru juga melakukan evaluasi dan
refleksi. Namun, mendiferensiasi pembelajaran bukan berarti guru membuat
materi yang berbeda-beda per satu siswa; mengajar dengan cara yang berbeda per
satu siswa; apalagi membuat paket soal evaluasi yang berbeda-beda per satu
siswa. Variasi atau diferensiasi ini memerlukan lebih banyak waktu untuk
melakukannya dan waktu inilah yang sering menjadi hambatan guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, khususnya pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas Rahmat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Analisis Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) KurikulumMerdeka”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Progran Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S-1) yang Penulis tempuh di STKIP Yapis Dompu. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini tidak terlepas dari peran,
dorongan, dukungan, arahan, dan saran dari berbagai pihak.
Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Bapak Arman, SE. selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam
(Yapis) Dompu yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk belajar
dan menimbah ilmu di STKIP Yapis Dompu sehingga penulis memperoleh ilmu
dan wawasan. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Bapak Dr.Dodo Kurniawan SE.,ME selaku ketua STKIP Yapis
Dompu yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh ilmu di STKIP
Yapis Dompu.
Terima kasih peneliti sampaikan kepada Bapak Fathirma,ruf, M.Kom Waket
I Bidang Akademik yang telah memberikan motivasi agar menjadi mahasiswa
yang sukses. Terima kasih peneliti juga sampaikan kepada Ibu Enung Nurhasana,
M.SI, Waket II Bidang Administrasi dan Keuangan yang telah memberikan
kemudahan dalam hal pembayaran perkuliahan selama proses perkuliahan. Terima
kasih peneliti sampaikan kepada Bapak Budiman, M.Pd Waket III Bidang
Kemahasiswaan yang telah memberikan arahan,bimbingan dan motivasi selama
perkuliahan di STKIP Yapis Dompu.
Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Ibu Mulya Yusnarti M.Pd selaku ketua program studi
v

pendidikan Guru Sekolah Dasar atas arahan dan bimbingan sertayang telah
mendukung mahasiswa prodi Pgsd selama berada di bangku kuliah.
Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Bapak Jama’ah M.Pd selaku Dosen pembimbing I atas arahan
dan pelayanan serta waktu kesempatan yang beliau berikan sehingga peneliti
dapat menyusun proposal ini dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Angga Putra M.Pd. selaku
pembimbing II yang sudah membantu mengoreksi maupun memberi arahan
kepada saya serta menyisipkan waktunya untuk membimbing saya selama
menyusun proposal.
Penghargaan dan hormat penulis penulis sampaikan kepada kedua orang
tua saya Bapak Sulaiman Husen dan Ibu sayang tercinta Rukmini yang telah
membesarkan saya hingga tumbuh menjadi orang yang tangguh dalam menjalani
kehidupan. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih juga kepada mertua saya Bapak
M. Yunus Imalik dan Ibu Nurma yang mendukung saya serta mendoakan saya
untuk menjadi orang sukses.
Penghargaan dan hormat penulis sampaikan kepada Suami tercinta
Deliansyah, S.Pd serta anak-anaku tercinta yang telah memberikan dukungan,
semangat moral, materi, dan tidak henti-hentinya memanjatkan do’a kepada Allah
SWT agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan di STKIP Yapis Dompu.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan dan kelebihannya, semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu.
Dompu, Agustus 2024
Fita Andryani
vi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...............................................................................i
HALAMAN LOGO ....................................................................................ii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..........................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ...............................v
KATA PENGANTAR ...............................................................................vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................2
1.2 Batasan Masalah...........................................................................8
1.3 Rumusan Masalah.........................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................9
1.5 Istilah Operasional Variabel ........................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................11
2.1 Kajian Teori..................................................................................11
2.2 Penelitian Relevan........................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................27
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................27
3.2. Kehadiran Peneliti.......................................................................28
3.3. Lokasi Penelitian.........................................................................28
3.4. Sumber data Penelitian ...............................................................29
3.5. Teknik Pengumpulan Data .........................................................30
3.6. Teknik Analisis Data ..................................................................38
3.7. Mengecek Keabsahan Data.........................................................40
3.5. Tahap-tahap Peneletina................................................................42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................45
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................45
4.2 Pembahasan..................................................................................62
BAB V PENUTUP......................................................................................87
5.1 Simpulan.......................................................................................87
5.2 Saran.............................................................................................88
DAFTAR RUJUKAN ...............................................................................90
DAFTAR LAMPIRAN
vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
4.1. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................55
4.2. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................56
4.3. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................56
4.4. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................57
4.5. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................58
4.6. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................64
4.7. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................69
4.8. Gambar Kegiatan Belajar siswa...........................................................70
viii

DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Tabel Kisi-Kisi Lembar Observasi Kepala Sekolah .............................31
3.2. Tabel Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru.............................................. 32
3.3. Tabel Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa............................................. 33
3.4. Tabel Kisi-Kisi Lembar Wawancara Kepala Sekolah.......................... 35
3.5. Tabel Kisi-Kisi Lembar Wawancara Guru........................................... 36
3.6. Tabel Kisi-Kisi Lembar Wawancara Siswa.......................................... 37
3.7. Tabel Kisi-Kisi Lembar Wawancara Siswa.......................................... 38
4.1. Tabel Pemetaan Kebutuhan Belajar Siswa........................................... 60
4.2 Tabel Analisis Data Tringualisasi sumber............................................. 64
4.3 Tabel Analisis Data Tringualisasi sumber............................................. 66
ix

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Wwawancara Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
Lampiran 2 Profil sekolah SDN 24 Dompu
Lampiran 3 Instrumen Observasi Kelas
Lampiran 4 Hasil Wwawancara Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
Lampiran 5 Modul Ajar kelas 1
Lampiran 6 Daftar Kehadiran Siswa
Lampiran 7 Lembaran Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 8 Foto Kegiatan Observasi Penelitian
x

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai: 1.1 Latar Belakang, 1.2 Batasan
Masalah, 1.3 Rumusan masalah, 1.4 Tujuan Penelitian, 1.5 Manfaat Penelitian,
1.6. Istilah Operasional Variabel.
1.1Latar Belakang
Sejatinya kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan
jamannya. Pengembangan perbaikan kurikulum akan dikatakan efektif jika sesuai
dengan tuntutan kebutuhan, relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
efektif (Indarta et al., 2022). Kurikulum diharapkan dapat bersifat dinamis,
berkembang dan mampu beradaptasi sesuai dengan karakteristik peserta didik
untuk membangun kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pengembangan kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan mengacu
pada prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003). Oleh sebab itu fokus dalam
kurikulum merdeka yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya adalah
pada pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan
satu cara untuk guru memenuhi kebutuhan setiap peserta didik karena
pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik
dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai,
dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa
gagal dalam pengalaman belajarnya (Purba et al., 2021).
1

Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi perkembangan dan
perwujudan terciptanya sumber daya manusia suatu bangsa yang berkualitas,
berkarakter, cerdas dan penuh daya inovatif. Jika pendidikan telah memegang
peranan penting bagi segenap warga negara, pasti akan berdampak pada kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu negara termasuk Indonesia. Salah satu
usaha untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia adalah memahami
bagaimana siswa belajar dan bagaimana keberhasilan guru mengajar. Untuk
menjawab tantangan zaman yang terus bergerak maju dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi maka kurikulum pendidikan pun juga terus menyesuaikan dengan
perubahan tersebut dengan menggulirkan berbagai paradigma baru dalam proses
pendidikan yang disesuaikan dengan zamannya.
Seorang pendidik harus mampu memahami standar proses pembelajaran
guru di Indonesia yang telah disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Pemerintah
telah memberikan pedoman atau tahapan langkah-langkah bagi para guru saat
mereka memberikan pembelajaran dalam kelas yang tertera dalam
Permendikbudristek nomor 16 tahun 2022 tentang standar proses yang
mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa serta pelaksanaan pembelajarannya
oleh pendidik dengan memberikan keteladanan, pendampingan, dan fasilitasi
dalam pelaksanaan pembelajaran.
2

Oleh karena alasan itulah pada saat ini keahlian guru sebagai ujung
tombak suksesnya proses pendidikan dituntut memiliki keahlian dan kreativitas
yang tinggi sehingga mampu mengemas proses pembelajaran sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat zaman seperti yang diamanatkan oleh Ki Hajar
Dewantara. Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, tugas seorang pendidik adalah
menuntun anak untuk dapat tumbuh dan berkembangnya sesuai kodrat anak
tersebut dalam mendapat kebahagiaan dan keselamatan setinggi tingginya.
Dengan kata lain, seorang pendidik membimbing dan menuntun anak sesuai
potensi, minat dan bakat serta kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai
keberhasilan dan kebahagiaan (Masitoh & Cahyani, 2020). Proses pembelajaran
harus mampu menciptakan suasana sebagaimana beberapa tahapan di atas, maka
kualitas pendidikan di Indonesia akan mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Sebagai seorang guru mungkin selama ini mempunyai salah satu siswa
yang `diagungkan` karena kepandaiannya menguasai berbagai mata pelajaran
sehingga dia mendapatkan ranking satu di kelas. Namun guru lupa bahwa siswa
yang lain yang juga mempunyai kemampuan yang berbeda yang tidak bisa
dianggap sebelah mata. Diantara sekian banyak siswa  dalam kelas tentu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda yang juga harus diperlakukan dengan cara yang
berbeda. Ada yang mempunyai kemampuan olahraga yang baik namun
kekurangan dibidang lain, ada yang mempunyai bakat matematika yang unggul
namun disisi olahraga kemungkinan berkurang dan lain sebagainya. Setiap anak
adalah istimewa karena diberikan kemampuan Tuhan dengan skill yang berbeda
dan juga istimewa. Kelebihan mereka akan melengkapi kekurangan yang lain dan
kekurangan mereka juga akan dipenuhi oleh kelebihan yang lain. Untuk itulah
3

sudah selayaknya setiap guru  tidak mengistimewakan salah satu siswa dan
menganggap yang lain kurang. Semua siswa istimewa di bidangnya masing-
masing.
Standar proses pembelajaran yang seharusnya seperti tuntutan
Permendibudristek No. 16 tahun 2022 yang menyenangkan, interaktif, dan intinya
adalah pembelajaran yang berpihak pada siswa belum dapat diwujudkan di kelas I
(Satu) tersebut. Kualitas literasi, numerasi, kesehatan mental dan sosio-emosional
peserta didik merupakan hal dasar yang menjadi pondasi yang diperlukan peserta
didik membangun kompetensi transformatif menuju pembelajar sepanjang hayat
yang merupakan salah satu bentuk perwujudan tujuan pendidikan nasional yaitu
membentuk karakter profil pelajar pancasila pada peserta didik. Hal ini yang
menjadikan stimulasi kompetensi sosial emosional juga sangat penting diberikan
untuk anak usia dini. Pengembangan kompetensi sosial emosional anak usia dini
akan memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Salah satu cara dalam meningkatkan pembelajaran berpusat pada murid
yaitu dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran
berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana siswa dapat mempelajari
materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai dan kebutuhannya
masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam
pengalaman belajarnya (Kristiani, dkk (2021). Ada tiga pendekatan dalam
pembelajaran berdiferensiasi yaitu dari konten, proses dan produk. 1) Diferensiasi
konten merupakan apa yang dipelajari oleh peserta didik , berkaitan kurikulum
dan materi pembelajaran. 2) Diferensiasi proses merupakan cara peserta didik
4

mengolah ide dan informasi, yaitu mencakup bagaimana peserta didik memilih
gaya belajarnya 3) Diferensiasi produk yaitu peserta didik menunjukkan apa saja
yang telah dipelajari (Wasih dkk., 2020). Meskipun pembelajaran berdiferensiasi
ini bukan hal yang baru, namun dalam penerapan aktivitas belajar mengajar masih
jarang dilakukan.
Kompetensi Sosial Emosional anak usia dini sangat mungkin distimulasi
dengan mengintegrasikannya pada kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila di sekolah (Jannah & Rasyid, 2023). Anak yang tidak memiliki
kompetensi sosial dan emosional yang baik cenderung berperilaku menuju hal
yang lebih negatif seperti permasalahan dalam proses penyesuaian diri dengan
sekolah dan teman, kenakalan remaja, dan putus sekolah. Beberapa hal tersebut
menunjukkan fakta yang terjadi di era saat ini, ketidakmampuan dalam mengelola
emosi dan bersosialisasi mengakibatkan semakin maraknya kriminalitas dibawah
umur.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SDN 24 Dompu, terdapat
beberapa fakta di lapangan yang terjadi, dimana anak kurang memiliki sikap
peduli, rasa empati, dan sikap suka menolong dengan teman sebaya, seharusnya di
masa anak usia dini, apabila anak sudah memiliki kebiasaan untuk mampu
mengembangkan kompetensi sosial dan emosional sikap yang ditunjukkan akan
sama dengan kebiasaan tersebut. Dengan demikian, melalui beberapa uraian di
atas dapat menunjukkan bahwa kompetensi sosial emosional akan mempengaruhi
perkembangan dalam jangka panjang, sehingga penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional anak dalam menumbuhkan
karakter positif. Kompetensi Sosial Emosional anak usia dini sangat mungkin
5

distimulasi dengan mengintegrasikannya pada kegiatan Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila di sekolah (Jannah & Rasyid, 2023). Pembelajaran berbasis
proyek (PjBL) merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan
kegiatan atau proyek sebagai sarana utnuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik melalui proses penyelidikan yang terstruktur dan
menghasilkan sebuah produk (Markham, 2020).
Atas dasar refleksi guru setelah pembelajaran dan wawancara dengan
Kepala sekolah dan wali kelas 1 SDN 24 Dompu, ternyata ditemukan
permasalahan-permasalahan pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa. Secara rinci permasalahan yang muncul antara lain guru masih
beranggapan bahwa semua siswa memiliki kebutuhan belajar yang sama,
karakteristik yang sama, kecepatan yang sama, maupun gaya belajar yang sama.
Guru cenderung mempersiapkan bentuk pembelajaran yang seragam untuk semua
siswa. Guru kurang memperhatikan keunikan siswa. Guru belum menerapkan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengolah,
mengembangkan produk atau hasil pembelajaran yang sesuai dengan gaya atau
minat dari masing masing siswa. Aktifitas fisik siswa rendah selama proses
pembelajaran. Dari awal sampai akhir pembelajaran para siswa hanya duduk
mendengarkan penjelasan guru. Guru belum sepenuhnya memperhatikan sosial
emosional para siswa baik sebelum, selama atau setelah pembelajaran
berlangsung. Guru hanya mengejar target materi dan melupakan pentingnya
penilaian siswa dari segi kognitif, ketrampilan, maupun afektif atau ketercapaian
karakter profil pelajar Pancasila yang dikehendaki pada pertemuan pembelajaran
tersebut. Literasi siswa dalam memahami konten sangat rendah. Buku pedoman
6

siswa yang dipinjami dari perpustakaan tidak pernah mereka baca sebelum
pembelajaran berlangsung. Kadang-kadang saat pembelajaran buku paket tidak
dibawa dengan alasan lupa. Literasi yang diberikan guru sebagai pendamping
belajar juga tidak diperhatikan dan dibaca dengan baik. Saat pembelajaran siswa
yang kurang minat pada pembelajaran sering mengajak teman untuk ijin ke kamar
mandi, atau asyik ngobrol dengan teman.
Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti penerapan model pembelajaran
berdiferensiasi untuk mengatasi permasalaan tersebut. Penelitian ini penting
dilakukan karena seperti yang kita ketahui bahwa peserta didik pasti memiliki
bakat dan minat yang berbeda, maka tugas seorang pendidik harus pintar
mengelola kelas agar masing-masing peserta didik bisa tertarik dan senang dalam
mengikuti pembelajaran.
Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting karena dari penelitian ini
dapat dilihat keuntungan penggunaan pendekatan berdiferensiasi pada hasil
belajar peserta didik kelas I di SD Negeri 24 Dompu. Jika model ini dapat
meningkatkan hasil belajar, maka penelitian ini dapat membantu guru untuk
menemukan pendekatan yang cocok digunakan untuk dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Peneliti tertarik meneliti ini karena dinilai belum banyak yang
melakukan penelitian terhadap pendekatan berdiferensiasi ini. Sehingga timbul
rasa penasaran pada diri peneliti untuk terjun langsung ke SDN 24 Dompu dan
meneliti sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, menarik perhatian peneliti
untuk meneliti lebih mendalam terkait dengan ‘‘Analisis Penerapan
Pembelajaran Berdiferensiasi yang Terintegrasi dengan Komptensi Sosial
Emosional (KSE)”
7

1.2Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a.Penelitian ini dibatasi pada penerapan pendekatan berdiferensisi yang
terintergrasi dengan komptensi sosial emosional siswa.
b.Penelitian ini dibatasi pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 1
SDN 24 Dompu.
1.3Rumusan Masalah
Atas dasar uraian tersebut, permasalahan utama dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut;
1.Bagaimana langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi
dengan kompetensi sosial emosional pada siswa kelas I di SD Negeri 24
Dompu?
2.Bagaimana penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi dengan
kompetensi sosial emosional pada hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri 24
Dompu?
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1.Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi yang
terintegrasi dengan kompetensi sosial emosional pada siswa kelas I di SD
Negeri 24 Dompu.
2.Untuk menganalisis penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi
dengan kompetensi sosial emosional pada hasil belajar siswa kelas I di SD
8

Negeri 24 Dompu.
1.5Manfaat Penelitian.
Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
secara praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
referensi dan bermanfaat unuk konsep atau ilmu pengetahuan yang berguna
bagi pendidikan.
1.5.2Manfaat Praktis
1.5.2.1Bagi Guru
Membantu guru untuk menemukan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
1.5.2.2Bagi Siswa
Membantu membangunkan semangat belajar peserta didik
dikarenakan peserta didik belajar sesuai dengan bakat dan minat
mereka masing-masing.
1.5.2.3Bagi Sekolah.
Memberikan gambaran kemampuan siswa, sehingga dapat
menjadi bahan pertimbangan penentuan kebijakan bagi sekolah
untuk mendukung proses perbaikan pembelajaran.
1.5.2.4Bagi Peneliti.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan atau
referensi untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran
9

berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan kompetensi sosial
emosianal pada kurikulum merdeka.
1.5.2.5Bagi Pembaca
Sebagai referensi dalam melakukan penelitian lanjutan
mengenai penerapan pembelajaran berdiferensiasi
1.6Istilah Operasional Variabel
Sebelum melanjutkan pembahasaan ini terlebih dahulu penulis
mengemukkan pengertian judul agar dapat dimengerti dan tidak terjadi
kesalah pahaman dalam memahami pembahasan dalam skripsi ini:
1.6.1 Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran dimana pendidik
harus memfasilitasi kebutuhan siswa karena setiap siswa pasti mempunyai
kebutuhan belajar yang berbeda-beda.
1.6.2 Kompetensi sosial emosional adalah kemampuan anak untuk berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya baik itu guru, teman sebaya maupun
masyarakat.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 2.1 Kajian Teori 2.2 Penelitian
yang Relevan
2.1Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi
atau tanggapan pesertadidik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Sehingga apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh peserta didik (respon) dapat diamati dan diukur.
Menurut Setyo Budi (2018:103) Belajar adalah proses intraksi
antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indra. Lebih lanjut Rosnawati (2020:6)
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan,
tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Kemudian diperkuat oleh
pendapat Zainal Aqib (2020:31) Belajar adalah proses perubahan di dalam
diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri
manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung
11

proses belajar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan diri seseorang atau tingkah laku dalam
mengembangakan pengetahuan yang yang dimilikinya sehingga membuat
dia lebih memamahami sesuatu lebih mendalam.
2.1.2.Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang
terdapat interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpu. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik
Menurut Amelia Riskiola (2018:26) menyatakan mengenai
pembelajaran yaitu, “merupakan suatu proses yang dilakukan secara
dinamis yang berkaitan dengan interaksi antara siswa dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Strategi pembelajaran
menyenangkan adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat menikmati dengan rasa nyaman, tidak tertekan, tidak membosankan
hasil dari penataan lingkungan fisik, suasana interaksi dan komunikasi
antara pendidik dengan peserta didik. Lebih lanjut, Pembelajaran itu
merupakan segala perubahan tingkah laku yang akibat dari perubahan
dalam pengalaman, tetapi bukan semata-semata disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan, ataupun disebabkan oleh kesan sementara
12

(Moh Suardi, 2019:4).
Didukung oleh pendapat Norrohmatul Amaliyah, (2020:15)
menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses
membelajarkan subjek peserta didik atau pembelajar yang direncanakan
atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
peserta didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
secara efektif dan efesien”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan interaksi antara guru
dengan siswa dalam pembelajaran menyenangkan dan memungkinkan
siswa dapat belajar dengan baik saat proses pembelajaran di mulai.
2.1.3.Pengertian Pendekatan
Setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan strategi yang matang
agar kegiatan pembelajaran tidak keluar dari topik yang akan di bahas.
Kematangan pengunaan strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Selain itu, ketika rencana pembelajaran ingin
berjalan sesuai rencana, maka diperlukan suatu metode atau pendekatan
pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan strategi tersebut.
Pendekatan pembelajaran disusun berdasarkan pada teori pengetahuan.
Para ahli menyusun pendekatan pembelajaran sesuai dengan prinsip-
prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem,
serta teori-teori lainnya yang mendukung.
Salah satu teori tentang pendekatan pembelajaran mengatakan
bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu rencana untuk membentuk
13

kurikulum, merancang bahan pengajaran, mengarahkan pengajaran di
dalam kelas, dan lain sebagainya (Asyafah, 2019). Ada banyak sekali
pendekatan pembelajaran. Seorang pendidik tidak harus menerapkan
semuanya di dalam satu pembelajaran. Pendidik bisa memilih salah satu
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas serta kondisi
peserta didik.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Simatupang (2019)
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Hal itu berarti pendekatan merupakan
suatu komponen dalam pembelajaran yang digunakan guru untuk acuan
dalam proses pembelajaran. Didukung oleh pendapat Amin (2019: 66)
pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan
intruksional tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dimana
dalam pendekatan pembelajaran berisi kumpulan dan metode yang
digunakan sebagai tolak ukur atau sudut pandang guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Guru perlu merancang pendekatan
pembelajaran terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Hal tersebut
bertujuan untuk keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pendekatan
pembelajaran yang sesuai akan dapat membantu mencapai keberhasilan
pembelajaran.
14

2.1.4.Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi bukan merupakan suatu hal yang
baru dalam dunia pendidikan. Namun tidak bisa di pungkiri bahwa belum
banyak pendidik yang sudah menerapkan pendekatan berdiferensiasi ini.
Pembelajaran berdiferensiasi berarti menjadikan satu semua
perbedaan yang ada di kelas sehingga dapat diperoleh informasi, membuat
ide, serta mengekspresikan apa yang peserta didik pelajari (Herwina,
2021). Lebih lanjut, Pembelajaran berdiferensiasi sangat erat kaitannya
dengan filosofi pendidikan yang di cetuskan oleh Ki Hajar Dewantara.
Salah satu filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang sesuai
dengan penerapan pendekatan berdiferensiasi yaitu sistem “among”.
Sistem tersebut mengharuskan guru menuntun peserta didik untuk
berkembang sesuai dengan kodratnya (Siagian et al., 2022). Sesuai dengan
penerapan pembelajaran berdiferensiasi dimana guru harus mengajar
sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Didukung oleh pendapat (Wulandari, 2022) Penerapan pendekatan
berdiferensiasi dilatar belakangi oleh program guru penggerak, kurikulum
merdeka, dan tujuan disdiknas. Modul guru penggerak yang membahas
mengenai pendekatan berdiferensiasi yaitu pada modul 2.1 dimana modul
tersebut menjelaskan bahwa upaya strategi pembelajaran yang
dikembangkan harus berpusat pada kebutuhan peserta didik.
Pengelompokan peserta didik sesuai dengan kesiapan belajar serta
kebutuhan belajar mereka harus berlandaskan pada cakupan indicator
profil belajar agar peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar dengan
15

cara yang natural dan efisien. Dengan begitu, peran guru untuk
mengkolaborasikan model, pendekatan, serta metode yang dibutuhkan
untuk merancang materi pembelajaran menjadi sangat penting. Selain itu,
pembelajaran berdiferensiasi juga sesuai dengan kurikulum merdeka.
Berdasarkan pernyataan tiga ahli di atas, dapat peneliti simpulkan
bahwa makna pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran
dimana pendidik harus memfasilitasi kebutuhan siswa karena setiap siswa
pasti mempunyai kebutuhan belajar yang berbeda-beda.
2.1.5.Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi
Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan apabila kita menerapkan
pendekatan berdiferensiasi kedalam suatu pembelajaran, diantaranya yaitu
(1) dapat membantu proses belajar mengajar (2) dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik (3) membuat suasana kelas
menjadi nyaman sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan (4)
membuat peserta didik menjadi mandiri (5) dapat membuat guru
bersemangat dalam menyampaikan materi (6) peserta didik dapat
menentukan cara belajarnya sendiri (7) membuat kegiatan pembelajaran
menjadi lebih terstruktur (Idamayanti, 2022).
Sesuai dengan peraturan pada kurikulum merdeka dimana peserta
didik di tuntut untuk menjadi seseorang yang aktif sedangkan guru hanya
menjadi fasilitator. Maka pembelajaran model berdiferensiasi ini sangat
cocok di terapkan karena pembelajaran mandiri akan membuat peserta
didik lebih berkesan dalam belajar serta mudah untuk menyerap ilmu
pengetahuan yang di jelaskan oleh pendidik (Qomari et al., 2022). Selain
16

itu juga dapat membuat guru senang sehingga bersemangat dalam
penyampaian materi kepada peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi
menjadi tantangan tersendiri untuk guru mengasah kemampuannya,
dimana guru harus membimbing dan memfasilitasi setiap kelompok kecil
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masing-masing peserta didik. Hal
tersebut membuat guru menjadi seseorang yang lebih kreatif.
Siswa dapat menentukan cara belajarnya sendiri. Siswa dapat
konsultasi dengan guru tentang cara belajar yang di senanginya, maka
guru akan mengajar sesuai apa yang peserta didik inginkan. Misalnya,
peserta didik lebih suka melihat video daripada membaca, maka guru bisa
memfasilitasinya dengan meanayangkan sebuah video yang berisi materi
kemudian peserta didik bisa melihat video tersebut sampai selesai dan
bisa membuat kesimpulan tentang materi yang dia pelajari. Hal tersebut
akan membuat peserta didik semangat dalam mengikuti pembelajaran dan
membuat dia cepat menerima materi pembelajaran, serta membuat peserta
didik merasakan kemerdekaan belajar karena dia belajar sesuai dengan apa
yang dia inginkan dan apa yang dia sukai (Herwina, 2021). Selain itu juga
dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih terstruktur sehingga
meminimalisir kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
sudah di rancang sebelumnya.
2.1.6. Kompenen-komponen Penting dalam Pendekatan Berdiferensiasi
Beberapa hal yang menjadi komponen penting dalam pendekatan
berdiferensiasi dan harus berkaitan antara satu dengan yang lainnya serta
tidak dapat dipisahkan sehingga harus termuat semuanya kedalam sebuah
17

pembelajaran adalah (Setiyo, 2022) :
1.Isi atau konten, yang dimaksud konten yaitu materi apa yang akan
diajarkan guru kepada peserta didik dan harus di sesuaikan dengan
kurikulum. Materi yang diajarkan harus urut sesuai dengan urutan
yang ada di buku guru dan buku siswa. Materi tersebut harus diajarkan
berdasarkan panduan dari buku guru, inti dari materi tersebut tidak
boleh keluar dari buku guru Namun, guru bisa menambahkan materi
yang dikaitkan dengan lingkungan serta kehidupan sehari-hari peserta
didik agar peserta didik lebih mudah dalam memahami materi
pembelajaran. Dalam tingkatan anak Sekolah Dasar, mereka akan
lebih cepat memahami materi jika dikaitkan dengan lingkungan
serta kehidupan sehari-hari karena mereka merasa bahwa mereka
sudah pernah merasakan dan melihat hal tersebut sehingga mereka
tidak perlu berfikir kritis untuk memahami makna dari materi yang
diajarkan oleh guru.
2.Proses, yang dimaksud dengan proses yaitu media pembelajaran yang
digunakan guru. Media pembelajaran bertujuan untuk menarik minat
peserta didik sehingga peserta didik merasa tertarik sehingga akan
memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru. Media pembelajaran
yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi kelas serta kondisi
peserta didik agar mereka merasa nyaman dan tidak kesusahan dalam
pengaplikasian media pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi, Peserta didik di kelompokkan sesuai dengan bakat,
minat, serta kemampuan masing-masing peserta didik. Sehingga setiap
18

kelompok akan difasilitasi media pembelajaran yang berbeda.
Misalnya, ada peserta didik yang suka membaca, maka guru dapat
memfasilitasinya dengan memberi sebuah teks bacaan atau artikel
yang isinya sesuai dengan materi yang akan di pelajari pada hari itu,
kemudian guru menyuruh siswa menyimpulkan isi dari artikel
tersebut. Selain itu, ada peserta didik yang lebih suka melihat video
daripada membaca, maka guru dapat memfasilitasinya dengan
menayangkan sebuah video yang isinya sesuai dengan materi yang
akan dipelajari di hari itu dan menyuruh peserta didik menyimpulkan
isi dari video tersebut.
3.Produk, produk disini berarti produk yang dihasilkan oleh peesrta
didik setelah melewati konten dan proses. Produk yang dihasilkan oleh
masing-masing peserta didik berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini karena setiap peserta didik melewati proses yang berbeda
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Dalam penghasilan
produk, pasti ada beberapa peserta didik yang produknya bagus dan
produknya biasa. Tugas guru adalah tidak boleh menjelek-jelekkan
produk peserta didik yang hasilnya biasa saja, guru harus memiliki
sifat membangun. Artinya, guru harus tetap mengapresiasi prosuk
yang dihasilkan oleh masing-masing peserta didik. Jika ada produk
yang kurang sesuai, guru boleh memberi saran namun dengan kata-
kata yang baik sehingga peserta didik tidak merasa tersinggung. Saran
yang di maksud di sini adalah saran yang sifatnya membangun.
19

2.1.7.Tahap Pelaksanaan Pendekatan Berdiferensiasi
Keunggulanyang di dapat dalam penerapan pendekatan
berdiferensiasi diantaranya yaitu (Jatmiko & Putra, 2022) :
1.Fleksibel, dalam proses pembelajaran tidak di pukul rata antara peserta
didik yang satu dengan yang lainnya harus sama, namun peserta didik
akan belajar secara berkelompok sesuai dengan bakat, minat, serta
kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini akan memudahkan
peserta didik dalam menangkap materi pembelajaran serta membuat
peserta didik nyaman dalam belajar.
2.Tugas belajar diberikan sesuai dengan minat serta kesiapan masing-
masing peserta didik namun tetap pada tujuan pembelajaran yang
sudah di rancang sebelumnya.
3.Pembelajaran didasarkan pada kebutuhan belajar masing-masing
peserta didik
4.Peserta didik akan belajar dengan kurikulum yang sama namun dengan
kriteria keberhasilan yang berbeda-beda.
5.Peserta didik dapat menentukan sendiri cara belajar yang dia inginkan.
6.Kegiatan pembelajaran lebih terstruktur.
2.1.8.Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
2.1.8.1. Pengertian Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
Kompetensi sosial emosional (KSE) adalah kemampuan individu
untuk memahami dan mengelola emosi, mengembangkan hubungan yang
positif dengan orang lain, serta mengambil keputusan yang tepat dan
bertanggung jawab dalam berbagai situasi sosial. KSE juga mencakup
20

kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, berempati, dan bekerja
sama dengan orang lain.
Menurut (Wolfinger, 2005) ada empat aspek utama dalam
perkembangan sosial emosional, yaitu empati, afiliasi dan kebiasaan
positif. Aspek perkembangan sosial emosional, yakni: (1) empati meliputi
penuh pengertian, tenggang rasa, dan kepedulian terhadap sesama, (2)
aspek afiliasi meliputi komunikasi dua arah atau hubungan antar pribadi,
kerja sama, dan (3) resolusi konflik meliputi penyelesaian konflik,
sedangkan (4) aspek pengembangan kebiasaan positif meliputi tata krama,
kesopanan, dan tanggungjawab.
Kompetensi sosial emosional adalah kemampuan untuk
memahami, mengelola dan mengekspresikan aspek-aspek sosial emosional
kehidupan seseorang, dengan demikian seorang anak mampu meraih
keberhasilan, melaksanakan tugas sehari-hari seperti belajar, membentuk
hubungan atau berinteraksi, memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
serta beradaptasi dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan yang
kompleks (Hadi, 2011).
Menurut Suryani dalam jurnalnya (Suryani, 2019) Perkembangan
sosial emosional merupakan proses yang dialami anak dalam tahap
perkembangan untuk merespon lingkungan di usia sebelumnya.
Perkembanga sosial emosional ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
dirinya berhubungan dengan orang lain, baik itu teman sebaya maupun
orang yang lebih tua darinya.
21

Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial emosional adalah kemampuan
anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya baik itu guru, teman
sebaya maupun masyarakat.
2.1.8.2. Aspek-aspek Pembelajaran Kompetensi Sosial
Emosional
Pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang
perkembangan pribadi dan sosial siswa. Pembelajaran sosial dan
emosional (PSE) adalah komponen penting dari pendidikan yang sering
diabaikan, meskipun memiliki dampak besar pada perkembangan anak.
PSE adalah proses belajar yang berkaitan dengan pemahaman diri,
empati terhadap orang lain, serta kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif. Ini mencakup aspek-aspek seperti
keterampilan sosial, regulasi emosi, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan.
Ada lima kompetensi sosial emosional, yaitu kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab. Cara mengimplementasikan
pembelajaran sosial emosional di sekolah, yaitu pengajaran eksplisit,
integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum merdeka, iklim
kelas, dan budaya sekolah.
1.Kesadaran diri: kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi dan
perilaku diri sendiri.
2.Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, menahan diri dari
reaksi impulsif, dan mengendalikan perasaan negatif.
22

3.Kesadaran sosial: kemampuan untuk memahami dan menghargai
perbedaan antara diri sendiri dan orang lain, serta memahami norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat.
4.Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun hubungan yang
sehat, saling mendukung, dan positif dengan orang lain.
5.Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk
membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam berbagai
situasi sosial.
Tujuan pembelajaran sosial emosional dilakukan di dalam kelas
adalah untuk menciptakan ekosistem sekolah yang mampu mengelola
emosi; menetapkan dan mencapai tujuan positif; mampu merasakan dan
menunjukkan empati kepada orang lain; mampu membangun dan
mempertahankan hubungan yang positif; dan membuat keputusan yang
didasari kepedulian dan tanggung jawab.
2.1.9. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pendidikan tidak di lihat dari nilai siswa yang
tertera dalam raport atau ijasah, namun sering kali orang tua siswa
beranggapan bahwa jika nilai siswa yang ada di raport atau ijazah sudah
bagus maka sudah di katakana berhasil. Bahkan tidak jarang orangtua
sering membeda-bedakan nilai anaknya dengan nilai anak lainnya, hal ini
membuat anak semakin pesimis, murung, dan tidak semangat lagi untuk
belajar. Orangtua seharusnya menyadari bahwa keberhasilan suatu
pengetahuan tidak bisa di lihat dari nilai, melainkan keberhasilan dalam
23

bidang kognitif atau pengetahuan dapat dilihat dari hasil belajar seorang
siswa.
Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah
kegiatan belajar (Nugraha, 2020). Hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dan meliputi keterampilan kognitif, afektif, maupun
psikomotor (Wulandari, 2021). Pendapat dari Mustakim (2020) hasil
belajar adalah segala sesuatu yang dicapai oleh peserta didik dengan
penilaian tertentu yang sudah ditetapkan oleh kurikulum lembaga
pendidikan sebelumnya. Dari beberapa pendapat diatas hasil belajar dapat
diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor dengan penilaian yang sesuai dengan kurikulum
pembelajaran lembaga pendidikan. Hasil belajar berkaitan dengan
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku dalam diri
seseorang akibat pembelajaran yang dilakukanya.
Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin menganalisis apakah
pendekatan berdiferensiasi yang terintegrasi dengan komptetensi sosial
emosional dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas I di SD
Negeri 24 Dompu atau tidak.
2.2. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan merupakan penelitian sebelumnya sudah pernah
dibuat /dilakaukan oleh seorang peneliti yang dianggap relevan atau
mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti yang
berguna untuk menghindari kesamaan dan plagialisme dalam penulisan, maka
24

peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1.Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Herwina, 2021) dengan judul
“Optimalisasi Kebutuhan Siswa dan Hasil Belajar dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi” mendapatkan hasil bahwa pembelajaran berdiferensiasi
dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini
dikarenakan produk yang dihasilkan sesuai dengan minat masing- masing
siswa. Siswa juga bebas menentukan gaya belajar sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan mereka sehingga kebutuhan mereka dapat
terpenuhi. Selain itu, zaman akan terus berkembang, maka pembelajaran
berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang sangat
direkomendasikan karena dengan menggunakan model ini akan
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang telah di buat
sebelumnya.
Persamaanya penelitian saya dengan penelitian ini yaitu sama-
sama menganilisis pendekatan berdiferensiasi. Sedangkan perbedaannya
yaitu penelitian di atas meneliti tentang pendekatan berdiferensiasi
terhadap pengoptimalan kebutuhan siswa dan hasil belajar. Sedangkan
pada penelitian saya hanya menganalisis pendekatan berdiferensiasi yang
di intergrasikan dengan kompetensi sosial emosional pada hasil belajar
saja.
Penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuni, 2022) yang berujudul
“Literatur Review: Pendekatan Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran IPA”
mendapat kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan berdiferensiasi
25

dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dapat mengkoordinir semua
kebutuhan siswa dengan memperhatikan minat, profil, gaya belajar, serta
kesiapan belajar masing-masing siswa. Persamaan penelitian saya dengan
penelitian di atas yaittu sama-sama meneliti tentang pendekatan
berdiferensiasi. Sedangkan perbedaan penelitian saya dengan penelitian di
atas yaitu penelitian di atas meneliti tentang pendekatan berdiferensiasi
dalam pembelajaran IPA. Sedangkan pada penelitian saya menganalisis
pendekatan berdiferensiasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari, 2022) yang berjudul
“Literatur Review: Pendekatan Berdiferensiasi Solusi Pembelajaran dalam
Keberagaman” mendapat kesimpulan bahwa pembelajaran berdiferensiasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran ini
mengakomodir, melayani, serta mengakui adanya keberagamn dalam
setiap siswa, sehingga guru menyiapkan kebutuhan siswa sesuai dengan
kebutuhannya. Persamaan penelitian saya dengan penelitian di atas yaitu
sama-sama meneliti tentang pendekatan berdiferensiasi. Sedangkan
perbedaan penelitian saya dengan penelitian di atas yaitu penelitian di atas
membahas tentang pendekatan berdiferensiasi yang berkaitan dengan
solusi pembelajaran dalam keberagaman. Sedangkan penelitian saya
menganalisisi tentang pendekatan berdiferensiasi yang diintegrasikan
dengan kompetensi social emosional pada hasil belajar siswa.
26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab ini yang akan dibahas 3.1. Jenis Penelitian, 3.2.Kehadiran
Penelitian, 3.3.Lokasi Penelitian, 3.4.Sumber Data Penelitian, 3.5.Teknik
Pengumpulan Data, 3.6.Teknik Analisis Data, 3.7.Pengecekan Keabsahan
Temuan, 3.8.Tahap-Tahap Penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Suharsim (dalam Yasifa dkk 2022) dari
perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu
akan tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang
menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik
kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang
kenyataan-kenyataan. Penelitian ini mendeskripsikan tentang penerapan
pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasikan dengan komptetensi sosial
emosional pada siswa kelas 1 SDN 24 Dompu. Dalam Penelitian ini peneliti
telah mengamati siswa dengan berbagai kemampuan dan karakteristiknya.
Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif sangat sesuai dengan
jenis penelian ini dengan harapan data yang akan didapatkan lebih tepat dan
akurat sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai. Penelitian ini bermaksud
untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang
diintegrasikan dengan kompetensi sosisal emosional anak pada kurikulum
merdeka.
27

3.2 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti saat melakukan penilitian kualitatif mutlak
diperlukan karna bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data yang
utama,selain itu dalam proses pengumpulan data tidak boleh diwakilkan oleh
pihak lain yang tidak terkait sebab data yang diterima tidak diketahui
kebenaranya dan hal tersebut akan membuat data yang didapat tidak valid.
Pernyataan yang uraikan diatas diperkuat dengan pendapat Lexy
(dalam efendi 2019).Menyatakan dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpul data utama.
sebagaimana kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi penyimpul penelitian
Berdasarkan pandangan diatas maka pada dasarnya kehadiran peneliti
disini disamping sebagai instrument juga menjadi faktor penting dalam
seluruh kegiatan penelitian. Peneliti berperan sebagai pengamat partisipan
yang menjalankan dua peran sekaligus. Dalam melakukan penelitian ini
peneliti sudah terlebih dahulu melakukan pra observasi di SDN 24 Dompu
pada Senin,, 23 Oktober 2023 dan Selasa, 24 Oktober 2023 tahun
pembelajaran 2023/2024
3.3 Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di SDN 24 Dompu Lingkungan Mada
Kimbi Kelurahan Kandai Satu Kecamatan Dompu. Sekolah tersebut berdiri
ditengah hunian masyarakat terkhusus pada ruang lingkup RT 13. SD Negeri
24 Dompu bisa dikatan sekolah yang tertinggal karena sekolah ini dibutuh
28

kerja keras seorang guru untuk bisa mengembangkan atau membujuk siswa
untuk datang ke sekolah. Untuk pembelajaran Bediferensiasi merupakan hal
yang baru bagi mereka apalagi pembelajaran menggunakan media eleteronik
seperti LCD dan yang lainnya mereka sangat antusias karena baru melihat
alat seperti itu.
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data merupakan hasil catatan Penulis, baik berupa fakta
maupun kata. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data yang
diperoleh. Adapun sumber yang Penulis gunakan dalam menyusun proposal
ini dikelompokkan menjadi dua yakni sumber primer dan sekunder.
3.4.1 Data Primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli
atau langsung dari informan yang memiliki informasi data tersebut.
Dalam penelitian ini sumber data primer didapatkan melalui hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu Susmiati, S.Hi selaku
sebagai kepala sekolah dan Ibu Murwati, S.Pd. selaku guru kelas 1 dan
siswa-siswi kelas 1 SDN 24 Dompu Kelurahan Kandai Satu Dompu
tahun pembelajaran 2023/2024 yang berjumlah 14 orang, 7 perempuan
dan 7 laki-laki.
3.4.2Data Sekunder datanya diambil dari sumber asli, sumber sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber kedua sebagai data yang
digunakan untuk mendukung pembahasan-pembahasan yang ada
didalam penelitian. Adapun sumber data sekunder tersebut berupa
dokumen-dokumen nilai yang diperoleh siswa, catatan kondisi siswa
dan foto kegiatan belajar siswa.
29

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapat data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Dalam rangka untuk
memperoleh data yang alami dan obyektif dilokasi penelitian, hendaklah
seorang penulis menggunakan bermacam-macam metode pengumpulan data
untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Maka penulis menggunakan
metode untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
3.5.1 Observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui
pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang terkait
dengan masalah dalam penelitian. Metode observasi ini terdiri dari dua
macam observasi yaitu observasi terbuka (partisipatif) dan observasi
tertutup (nonpartisipatif). Maka dengan serbagai pertimbangan
penelitian ini menggunakan metode observasi terbuka, dikarenakan
dalam kegiatan sehari-hari penulis berinteraksi langsung dengan
subjek penelitian.
a.Observasi kepada kepala sekolah terhadap proses pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan berdiferensiasi yang
diintegrasikan dengan kompetensi sosial emosional. Peneliti
mengamati secara langsung dengan datang ke SD Negeri 24
Dompu untuk melakukan wawancara awal penerapan kurikulum
merdeka yang didalamnya terdapat pendekatan berdiferensiasi
30

yang diintegrasikan dengan kompetensi sosial emosional .
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kepala Sekolah
No Indikator Sub Indikator Nomor
Pernyataan
Jumlah
Pernyataan
1.Mengamati a.Keadaan fisik sekolah
b.Proses pembelajaran
c.Interaksi seluruh warga
sekolah
1 3
2.Menanya a.Penggunaan perangkat
pembelajaran
b.Pelaksanaan proses
pembelajaran

2 2
b.Observasi kepada guru terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan berdiferensiasi. Peneliti mengamati secara langsung dengan
datang ke SD Negeri 24 Dompu tepatnya di kelas 1 untuk mengamati guru
dalam penerapan pendekatan berdiferensiasi. Skala likert yang digunakan
yaitu:
1: Guru tidak antusias dalam pembelajaran
2: Guru kurang antusias dalam pembelajaran
3: Guru sangat antusias dalam pembelajaran
31

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru
NoIndikator Sub Indikator Nomor
Pernyataan
Jumlah
Pernyataan
1. Mengamati a.Menampilkan media
pembelajaran
b.Mengamati gambar
c.Membimbing peserta
didik dalam
Pembelajaran
1 3
2.Menanya a.Melakukan tanya jawab
b.Membimbing peserta
didik melakukan tanya
jawab
Melakukan diskusi
c.Melakukan diskusi
2

3
3.Mengumpulkan
Informasi
a.Membagi kelompok kerja
sesuai dengan kebutuhan
belajar

3 4
b.Melakukan kolaborasi
c.Memfasilitasi kelompok
dengan media pembelajaran
d.Membimbing peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran
yang berdiferensiasi
4.Menganalisis
Data
a.Meninjau kembali hasil
diskusi kelompok
b.Membuat kesimpulan
c.Melakukan penilaian
4 3
d.Mengkomunika
sikan
a.Melakukan pembimbingan
terhadap peserta didik saat
mempresentasi kan hasil
kerja kelompoknya
b.Memberikan kesempatan
yang sama kepada semua
kelompok
c.Memberikan umpan balik
atas hasil kerja peserta
didik
d.Menyimpulkan pembelajaran
bersama peserta didik
c.Observasi kepada siswa terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan berdiferensiasi. Peneliti mengamati secara langsung dengan
32

datang ke SD Negeri 24 Dompu tepatnya di kelas 1 untuk mengamati siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan
1: Peserta didik tidak antusias dalam pembelajaran
2: Peserta didik kurang antusias dalam pembelajaran
3: Peserta didik sangat antusias dalam pembelajaran
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa
No Indikator Sub Indikator Nomor
Pernyataan
Jumlah
Pernyataan
1.Mengamati a.Mengamati media
pembelajaran
1 1
2.Menanya a.Melakukan tanya
jawab
b.Antusis dalam
bertanya dan
memberi
tanggapan
2 2
3.Mengumpulkan
Informasi
a.Membentuk
kelompok sesuai
dengan kebutuhan
belajar
b.Saling berkolaborasi
c.Mengamati media
pembelajaran
kelompoknya
d.Menulis hasil
pengamatan dan hasil
diskusi
kelompok

3 4
4.Menganalisis Dataa.Meninjau kembali
hasil
pekerjaannya
b.Membuat
kesimpulan

4 2
5.Mengkomunikasikana.Presentasi
Memberi
tanggapan atas
prsentasi temannya

5 4
33

c.Memperhatikan
umpan balik dari
guru
d.Menyimpulkan
materi pembelajaram
4.5.2Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang wajib diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal berasal responden yang lebih mendalam. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.
Wawancara dipergunakan untuk memperoleh informasi atau data
berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan kesadaran sosial. Dengan
wawancara diharapkan informasi tentang peran guru dalam membimbing
siswa saat berada disekolah, hambatan yang dialami guru dalam
meningkatkan motivasi belajar anak serta faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar anak dapat terungkap dan terekam oleh
peneliti secara cermat.
a.Wawancara dengan Kepala sekolah. Pertanyaan-pertanyaan yang akan
di tanyakan kepada kepala sekolah tentang penerapa kurikulu merdeka
dalam kegiatan pembelajaran.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
34

a.Wawancara dengan guru. Pertanyaan-pertanyaan yang akan di tanyakan
kepada guru tentang penggunakan pendekatan berdiferensiasi yang
diitegrasikan dengan kompetensi sosial emosional dalam kegiatan
pembelajaran
35
NoIndikator Sub Indikator Butir
Pertanyaan
Jumlah
Pertanyaan
1Isi a.Penggunaan kurikulum
merdeka
1 butir
2 butirb. Penerapan kurikulum
merdeka
1 butir
2Prosesa.Cara membibing atau
menfasilitasi guru
memahami kurikulum
merdeka.
1 butir
1 butir
3. Produk a.Hasil belajar tentang
penerapan kurikulum
merdeka.
1 butir 1 butir

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Wawancara Guru
NoIndikator Sub Indikator Butir
Pertanyaan
Jumlah
Pertanyaan
1Isi a.Hal yang mendasari
pemilihan pendekatan
pembelajaran
berdiferensiasi yang
diitegrasikan dengan
kompetensi sosial
emosional
1 butir 2 butir
b.Kriteria materi
pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi
lingkungan kelas dan
masing-masing
peserta didik.
1 butir
2Proses a. Cara memilih media
pembelajaran yang
digunakan dalam
pembelajaran
berdiferensiasi yang
diitegrasikan dengan
kompetensi sosial
emosional
1 butir 1 butir
3. Produk a.Cara membimbing
peserta didik untuk
menghasilkan suatu
produk.
b.Hasil belajar peserta
didik sebelum dan
sesudah mengikuti
pembelajaran dengan
pendekatan
berdiferensiasi.
1 butir2butir
c.Wawancara dengan siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang akan di tanyakan
kepada siswa bersangkutan dengan kepuasan pembelajaran dengan
pendekatan berdiferensiasi.
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedomaan Wawancara siswa
36

NoIndikator Sub Indikator Butir
Pertanyaan
Jumlah
Pertanyaan
1Isi a.Ketertarikan terhadap
materi pembelajaran
b.Ketertarikan terhadap
media pembelajaran
yang di sediakan oleh
guru
1 butir1 butir
2. Proses a.Pembelajaran
menyenangkan
b.Kesesuaian media dengan
materi pembelajaran
c.Keaktifan peserta didik
1 butir 1 butir
3Produka.Menghasilkan karya
atau produk sesuai
dengan bakatnya
1 butir 1 butir
3.5.2 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan satu teknik pengumpulan data yang terkait
dokumen-dokumen penting, baik dokumen tertulis, foto kegiatan belajar
siswa, foto guru yang sedang diwawancarai nilai-nilai siswa maupun
informasi lainnya yang dapat mendukung penelitian. Studi Dokumen.
Peneliti menggunakan beberapa dokumen yaitu dokumen pengelompokan
masing-masing peserta didik sesuai dengan kemampuan masing-masing
peserta didik serta hasil belajar peserta didik.
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Studi Dokumen
37

No Instrumen
1Dokumen pengelompokan masing-masing peserta didik sesuai
dengan kemampuan masing-masing peserta didik
2Dokumen hasil belajar peserta didik
3.6 Teknik Analisis Data
adalah sebuah metode untuk memproses atau mengolah data menjadi
informasi valid yang mudah dipahami ketika disajikan kepada khalayak
umum untuk kemudian dimanfaatkan untuk menemukan solusi dari
permasalahan.
Menurut Sugiyono (Octaviani & Sutriani 2019), analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban, yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
. Teknik analisis data memerlakukan daya kreatif serta kemampuan
intelektual yang tinggi, tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk
mengadakan Teknik analisis data sehingga setiap peneliti harus mencari
sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
38

3.6.1 Reduksi
Reduksi data adalah merangkum, memilih, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pegumpulan data. Reduksi data, penelitian ini
memfokuskan pada pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan
dengan sosial emosioanl pada siswa kelas 1 SDN 24 Dompu.
3.6.2 Penyajian Data
Menyajikan Data, dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data
mengenai pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan
kompetensi sosial emosional pada siswa kelas I SDN 24 Dompu. Data
yang disajikan merupakan kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi
dengan Ibu Murwati, S.Pd selaku wali kelas 1 SDN 24 Dompu Kelurahan
Kandai Satu Dompu.
3.6.3 Kesimpulan
Setelah mereduksi dan menyajikan data, langkah selanjutnya
dalam menganalisis Data ialah menarik kesimpulan data tentang
penggunaan metode pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan
dengan sosial emosional pada siswa kelas I SDN 24 Dompu Kelurahan
Kandai Satu Dompu.
3.7. Mengecek Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk
menguji data yang diperoleh,hal ini didukung oleh pemahan ahli yaitu;
39

Menurut Sugiyono (Octaviani & Sutriani 2019) Dalam penelitian
kualitatif peneliti harus berusaha mendapatkan data yang valid untuk itu
dalam pengumpulan data peneliti perlu mengadakan validitas data agar
data yang diperoleh tidak invalid (cacat). Untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang
dapat digunakan, yaitu;
3.7.1.Derajat kepercayaan (Credibility)
Uji credibility atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analasis kasus negatif, dan member check
3.7.2Keteralihan (Transferability)
Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan
pertanyaan, hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau digunakan
dalam situasi lain. Transferability tergantung pada pemakai, manakala
hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi
sosial lain. Oleh karena itu, peneliti harus membuat laporannya dengan
uraian yang rinci, jelas, sistematik sehingga dapat dipercaya. Dengan
demikian pembelajaran yang berdiferenssiasi yang diitegrasikan
dengan kompetensi sosial emosional dapat atau tidaknya hasil
penelitian tersebut diaplikasikan ditempat lain.
40

3.7.3 Kebergantungan ( Dependability )
Uji dependability dilakukan melalui audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Sering terjadi seorngan peneliti tidak melakukan
proses penelitian yang sebenarnya tetapi peneliti tersebut dapat
memberikan data. Oleh karena itu harus dilakukan diuji dependability.
Pengujian dependability biasanya dilakukan oleh tim auditor
independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melaksanakan penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai
atau tidak mampu menunjukkan aktivitasnya di lapangan maka
dependabilitas penelitiannya patut diragukan. Peneliti harus mampu
membuktikan bahwa seluruh rangkaian proses penelitian mulai dari
menentukan fokus/masalah, memasuki lapangan, mengumpulkan data,
menganalisis data, sampai membuat suatu kesimpulan benar-benar
dilakukan
3.7.4 Kepastian (Confirmability)
Obyektivitas dalam penelitian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian
kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan, apabila hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability
41

Beberapa uraian diatas adalah langkah-langkah dalam melakukan
mengecek keabsahan data serta hal tersebut juga dilakukan pihak-
pihak yang terkait dengan hal yang sudah diuraikan diatas
3.7.5 Triangulasi
Triangulasi merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
peneliti untuk menggali dan melakukan teknik pengolahan data
kualitatif. Teknik triangulasi bisa diibaratkan sebagai teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. Dalam teknik pengolahan data kualitatif,
instrumen terpenting adalah dari peneliti itu sendiri. Melalui hal
tersebut, maka kualitas penelitian kualitatif sangat bergantung dari
seorang penelitinya. Ketika seorang peneliti memiliki banyak
pengalaman dalam melakukan penelitian atau riset maka semakin lebih
peka juga terhadap penggalian data serta gejala atau fenomena yang
diteliti. Terlepas dari apapun aktivitasnya yang dilakukan oleh peneliti,
pastinya selalu diwarnai dengan sudut pandang subjektivitas peneliti.
Akan tetapi, hal ini harus dihindari oleh seorang peneliti karena sebisa
mungkin setiap peneliti haruslah berusaha untuk semaksimal mungkin
bersikap netral dalam penelitiannya sehingga kebenaran yang
diperoleh menjadi sebuah kebenaran yang valid atau ilmiah.
3.8. Tahap-Tahap Penelitian
3.8.1. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan diantaranya ialah:
42

3.8.1.1 Mengidentifikasi masalah/mencari permasalahan, dalam tahap
ini peneliti harus terlebih dahulu mencari apa masalah yang
hendak diteliti.
3.8.1.2 Merumuskan masalah, dalam tahap ini merupakan kelanjutan
dari penemuan masalah yang kemudian peneliti membuat
rumusan masalah-masalah yang akan diteliti.
3.8.1.3 Mengadakan studi pendahuluan, dalam hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi-informasi
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sehingga dapat
diketahui keadaan atau kedudukan masalah tersebut, baik
secara teoritis maupun praktis.
3.8.1.4 Menyusun rencana penelitian, dalam tahapan ini merupakan
pedoman selama melaksanakan penelitian.
3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
3.8.2.1 Pengumpulan data, dalam tahap ini, kegiatan ini harus
didasarkan pada pedoman yang sudah dipersiapkan dalam
rancangan penelitian.
3.8.2.2 Analisis data, dalam tahap ini pengola data atau analisis ini
dilakukan setelah data terkumpul semua yang kemudian
dianlisis dan di uji kebenaran melalui analisis tersebut. Jika
analisis data berupa kualitatif untuk pengolahan datanya
dilakukan dengan cara menarik kesimpulan deduktif induktif.
43

3.8.2.3 Laporan Penelitian, dalam tahap ini untuk kepentingan
publikasi maka penelitian harus dilaporkan kepada orang-
orang yang berkepentingan.
3.8.2.4 Tahap Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan hasil
belajar siswa, Tahap evaluasi sedikit dapat membantu siswa
dalam meningkatkan hasil belajar sehingga tahap evaluasi
menjadi tolak ukur atau pedoman guru maupun siswa dalam
belajar mengajar disekolah.
44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 4.1. Hasil Penelitian, dan 4.2.
Pembahasan.
4.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai implementasi pembelajaran
berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan kompetensi sosial emosional
pada kelas 1 SD Negeri 24 Dompu pada pembelajaran bahasa Indonesia
dijabarkan pada bagian ini. Penjabaran data hasil penelitian terdiri atas: (1)
Langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan
kompetensi sosial Emosional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
kelas 1 Sekolah Dasar, (2) Implementasi pembelajaran berdiferensiasi
diintegrasikan dengan kompetensi sosial Emosional pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada kelas 1 Sekolah Dasar
Peneliti melakukan penelitian ini selama sekitar 1 bulan, dimulai
dengan pengajuan surat izin observasi untuk melakukan studi pendahuluan
di SDN 24 Dompu, hingga kemudian izin penelitian diterima oleh kepala
sekolah. Observasi awal dilakukan guna mengetahui secara langsung dan
jelas mengenai gambaran yang ada di SDN 24 Dompu, lalu wawancara
pun dilakukan untuk mengetahui gambaran awal dan fokus penelitian.
Setelah observasi awal selesai dan proposal penelitian selesai
diseminarkan, peneliti mengajukan surat izin penelitian untuk melakukan
penelitian secara berkala.
Penjabaran data didapat dari mulai mencari guru kelas sebagai
subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai informan dalam wawancara
45

melalui rekomendasi kepala sekolah. Penelitian berfokus hanya pada
rumusan masalah penelitian, yakni langkah-langkah pembelajaran
berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan kompetensi sosial emosional
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas 1 Sekolah Dasar dan
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi diintegrasikan dengan
kompetensi sosial Emosional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
kelas 1 Sekolah Dasar
Penjabaran data didapat dari mulai mencari guru kelas sebagai
subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai informan dalam wawancara
melalui rekomendasi kepala sekolah. Penelitian berfokus hanya pada
rumusan masalah penelitian, yakni langkah-langkah pembelajaran
berdiferensiasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar;
implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan
sosial emosional (KSE).
4.1.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berdiferensiasi yang Diintegrasikan
dengan Kompetensi Sosial Emosional Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas 1 Sekolah Dasar
Pembelajaran berdiferensiasi dilakukan dengan dimulai dari
memetakan kebutuhan belajar, merancang pembelajaran sesuai hasil
pemetaan, dan mengevaluasi serta merefleksikan pembelajaran yang
sudah berlangsung. Ketiga langkah tersebut saling bersambung dan
melengkapi agar tercipta pembelajaran yang memenuhi kebutuhan siswa.
Guru memiliki andil utama dalam memastikan langkah pembelajaran
berdiferensiasi, khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia bisa
berjalan dengan sukses.
46

Gaya belajar adalah suatu cara dalam menerima, mengolah,
mengingat dan menerapkan informasi dengan mudah (Widayanti, 2010).
Dengan mengetahui gaya belajar peserta didik, guru dapat membantu
peserta didik belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki peserta
didik sehingga prestasi belajar peserta didik dapat tumbuh dengan baik
melalui pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. Menurut
DePorter (Ari Nilandri, 2000) masing-masing peserta didik cenderung
mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda yang berguna untuk
pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi. Setiap peserta didik tidak
hanya cenderung pada satu gaya belajar, mereka juga memanfaatkan
kombinasi gaya belajar tertentu yang memberikan mereka bakat dan
kekurangan alami tertentu. Sedangkan gaya belajar adalah cara
mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih
efektif bagi peserta didik tersebut. (Kemp, 1994)
Hasil observasi menunjukkan bahwa guru sudah menjalankan
langkah- langkah pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan baik, walaupun masih saja ada kekurangan.
Guru sudah melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa dengan
caranya sendiri yang bermuara pada penyebutan asesmen diagnostik.
Namun, peneliti tidak menemukan bahwa hasil pemetaan ini dituangkan
dalam catatan yang dapat dibuka sewaktu-waktu.
Pembelajaran pun sudah dirancang sesuai hasil pemetaan
kebutuhan belajar siswa tersebut, walaupun masih saja terkadang belum
memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Selain itu, sistem evaluasi
47

sumatif dan formatif sudah dijalankan. Sistem evaluasi formatif dilakukan
guru saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan, evaluasi sumatif
dilakukan melalui penilaian hasil belajar tiap bulan dan ujian akhir
semester. Guru juga merefleksikan pembelajaran yang sudah berlangsung
untuk menjawab apa yang dibutuhkan siswa dalam belajar Bahasa
Indonesia pada pembelajaran selanjutnya.
Khusus mengenai langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, peneliti mengulik informasi terkait
kepada guru kelas I yaitu Ibu Murwati, S.Pd. Peneliti menanyakan
mengenai bagaimana Ibu MW memetakan kebutuhan belajar siswa.
Wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2024 dan
menghasilkan pernyataan sebagai berikut:
“Biasanya kalau di Kurikulum Merdeka ada survei awal
atau asesmen diagnostik. Jadi, kita sebagai guru
mengetahui terlebih dahulu mengenai kondisi siswa dalam
pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pengetahuan
membaca. Mulanya, saya akan memberikan soal atau sebut
saja pretes terkait bacaan di awal pelajaran baru. Hasil dari
pengerjaan soal tersebut menjadi dasar untuk mengetahui
dimana kelemahan siswa dan bagaimana kebutuhan
belajarnya”
Asesmen diagnostik merupakan asesmen atau penilaian secara
spesifik pada Kurikulum Merdeka guna mengidentifikasi kondisi
kompetensi, karakteristik, kelemahaman model siswa dalam belajar,
sehingga pembelajaran yang dirancang memenuhi perbedaan kondisi dan
kompetensi siswa. Guru memetakan kebutuhan belajar siswa dengan cara
mengadakan asesmen diagnostik awal. Asesmen tersebut bisa dilakukan
melalui penyebaran angket, survei, wawancara dengan siswa, koordinasi
48

dengan wali murid, pretes, dan sebagainya.
Ibu MW melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa dengan
cara yang ia namakan survei awal, pretes, dan koordinasi dengan wali
murid. Ibu MW memberikan soal-soal terkait pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu mengenal huruf dan pemahaman mengenai bacaan untuk
mengukur kesiapan belajar siswa pada pembelajaran yang akan
berlangsung di tahun ajaran baru.
Wawancara mengenai pertanyaan yang sama, yakni bagaimana
guru memetakan kebutuhan belajar siswa kembali peneliti lakukan pada
tanggal 15 Mei 2024 guna memastikan kekonsistenan data. Ibu MW
menjawab pertanyaan wawancara peneliti dengan jawaban sebagai
berikut.
“Pada awal tahun ajaran baru, saya melakukan survei awal
atau dalam Kurikulum Merdeka dikenal dengan istilah
analisis diagnostik. Survei awal ini dilakukan dengan
memberikan beberapa soal terkait pelajaran Bahasa
Indonesia. Hasil pengerjaan soal tersebutlah yang menjadi
dasar bagi saya mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa, dimana letak kelamahan mereka dalam belajar
Bahasa Indonesia.”
Hal ini diperkuat oleh Ibu kepala sekolah yang mengatakan
bahwa setiap guru harus mampu memahamini dan menganalisis
kemampuan anak sebelum menyusun racangan pembelajaran
“Melalui observasi pada saat melakukan supervisi
akademik saya memberikan bimbingan untuk mempelajari
pribadi siswa sehingga bapak ibu guru dapat memperbaiki
kesesuaian rencana pembelajaran dengan pelaksanaannya.
Misalnya setelah observasi kelas saya memberi masukan
dengan tipe anak-anak yang demikian maka bapak ibu guru
seharusnya menggunakan metode yang demikian begitu”
(14 Mei 2024)
Hasil dari beberapa wawancara yang sudah peneliti lakukan
tersebut menjadikan peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa guru
49

sudah melakukan pemetaan kebutuhan belajar Bahasa Indonesia siswa.
Guru memetakan kebutuhan belajar dengan melakukan survei awal atau
pretes berupa pemberian soal-soal sebelum menjalankan pembelajaran
Bahasa Indonesia. Selain melakukan survei awal dan pretes, guru juga
melakukan koordinasi dengan wali murid guna menanyakan
perkembangan kondisi belajar siswa. Pada Kurikulum Merdeka, hal
tersebut dikenal sebagai Asesmen Diagnostik. Walaupun menurut studi
dokumen, peneliti tidak menemukan hasil pemetaan kebutuhan belajar
tersebut dituangkan dalam catatan tertulis yang bisa dibuka sewaktu-
waktu.
Selanjutnya, setelah pemetaan kebutuhan belajar siswa telah
dilakukan, langkah selanjutnya adalah merancang pembelajaran
berdasarkan hasil pemetaan. Peneliti melakukan wawancara tentang
bagaimana Ibu Mw merancang pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai
hasil pemetaan kebutuhan belajar yang telah dilakukan. Wawancara
pertama terkait hal ini dilakukan pada 11 Oktober 2024 dan Ibu Mw
menjawab sebagai berikut.
“Tidak! Jadi, kita lihat dari hasil survei awal kita tadi kan,
barulah kita buat modulnya, kita buat ketercapaiannya.
Modulnya tetap sama, ketercapaian siswanya saja yang
kita beda-bedakan, namun tidak kita tampakkan saat
pembelajaran supaya tidak terdapat kecemburuan sosial
antar siswa. Ketika ada siswa yang memiliki kelemahan,
bimbingan khusus sulit diberikan karena keterbatasan
waktu, maka bimbingan saya berikan secara langsung
untuk semua anak supaya mereka bisa belajar ulang.
Kecuali, jika siswa sudah sangat parah dan tidak bisa sama
sekali, barulah diberikan bimbingan khusus. Tapi,
Alhamdulillah sampai saat ini belum saya temui siswa
yang sangat parah kelemahannya.”
50

Rancangan pembelajaran dituangkan dalam modul ajar yang
menjadi wujud rencana pembelajaran seperti apa yang akan dilaksanakan
guru. Kegiatan dalam modul ajar ini berupa kegiatan yang memenuhi
kebutuhan siswa sesuai hasil pemetaan yang telah dilakukan. Guru
dapat dengan leluasa memilih perangkat ajar sehingga pembelajaran
dapat disinkronkan dengan kebutuhan belajar siswa.
Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan
dan pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran, tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum,
juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada
di sekolah masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada
model atau isi perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap
guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah.
(Agustina: 2011)
Wawancara mengenai hal yang sama, yakni bagaimana guru
merancang pembelajaran sesuai hasil pemetaan yang sudah dilakukan
dilakukan lagi pada 15 Mei 2024. Wawancara tersebut menghasilkan
jawaban sebagai berikut.
“Pembelajaran kita rancang dengan membuat modul ajar
yang mendukung diferensiasi. Kita buat CP dengan
menyesuaikan hasil pemetaan kebutuhan belajar siswa
yang sudah dilakukan sebelumnya kan. Kita merancang
pembelajaran yang memenuhi kebutuhan yang dimiliki
setiap siswa, siswa yang berkebutuhan sangat khusus
secara intelektual dari teman-teman lainnya akan diberikan
tantangan yang lebih mudah.”
Hal ini diperkuat oleh kepala sekolah sebelum merancang
modul guru diberikan pelatihan dalam menyusun rancangan
51

pembelajaran. Pelatihan ini dilakukan suapaya guru bisa dan
mampu untuk menyusun perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
“Saya terus mengajak Bapak/Ibu guru untuk selalu
mengembangkan komptetensinya dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan secara madiri. Baik Lewat Pfafon
merdeka mengajar maupun lewat daring yang sering saya
bagikan di grub sekolah yag sering diadakan oleh
komunitas belajar”
Guru sebenarnya sudah diberikan bekal mulai dari
rancangan pembelajaran sampai dengan menyedikan fasilitas yang
bisa menunjang pembelajaran. Tinggal guru bisa memanfaatkan
fasilitas yang ada dengan mengikuti pelatihan yang di adakan di
sekolah maupun pelatihan mandiri.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bisa dibuatkan kesimpulan
bahwa merancang pembelajaran sesuai hasil pemetaan sudah dijalankan,
walaupun belum sepenuhnya baik. Rancangan pembelajaran
berdiferensiasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dibuat dengan
mengedepankan diferensiasi. Modul ajar sebagai menifestasi rancangan
pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan dilakukan oleh guru sesuai
hasil pemetaan kebutuhan belajar siswa yang sudah dilakukan
sebelumnya.
Pada modul ajar yang dibuat, guru mencantumkan bentuk rencana
tindakan mengajar yang memenuhi kebutuhan belajar siswa. Namun,
yang perlu ditekankan di sini ialah memenuhi kebutuhan belajar siswa
bukan berarti dengan mengajarkan materi yang berbeda-beda, mengajar
dengan cara yang berbeda-beda, memberikan jenis produk yang perlu
52

dibuat siswa yang berbeda-beda, apalagi membuat paket soal yang
berbeda-beda untuk satu per satu siswa. Materi yang diajarkan akan
sama, produk yang harus dibuat siswa juga sama, cara mengajar yang
dijalankan juga sama, serta soal yang diberikan juga sama untuk setiap
siswa. Hanya saja, tantangan dan taraf kompetensi yang diberikan akan
berbeda.
Hasil observasi menunjukkan pula bahwa rancangan
pembelajaran sudah dijalankan sesuai hasil pemetaan. Guru juga
sudah membuat modul ajar yang menjadi wadah menuangkan
rancangan pembelajaran yang akan dilakukan. Modul ajar yang dibuat
disesuaikan dengan hasil pemetaan kebutuhan belajar siswa. Studi
dokumen yang peneliti lakukan juga menunjukkan adanya modul ajar
Bahasa Indonesia yang dibuat oleh guru sesuai dengan apa yang
diterangkannya, dalam modul tersebut guru mencantum pembelajaran
berdiferensiasi pada mata pelajara Bahasa Indonesia.
Selanjutnya, setelah langkah merancang pembelajaran sudah
dilakukan, maka langkah berikutnya ialah melakukan evaluasi dan
refleksi. Peneliti melakukan wawancara pada 11 Oktober 2024 untuk
menanyakan bagaimana sistem evaluasi dan refleksi dalam pembelajaran
berdiferensiasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dijalankan
oleh Ibu Mw memberikan keterangan sebagai berikut.
“Evaluasi kita lakukan dengan memberikan soal sesuai
pemahaman siswa. Ketika hasil evaluasi belum
memuaskan, maka kita mengulang lagi memberikan
pemahaman kepada siswa. Kami juga meminta bantuan
53

kepada wali murid. untuk membantu anaknya dalam
belajar di rumah supaya hasil pembelajarannya lebih baik.
Jika dalam kurikulum sebelumnya siswa dituntut untuk
bisa (mencapai tujuan pembelajaran), maka di Kurikulum
Merdeka, jika siswa belum sanggup untuk menuju ke tahap
pembelajaran berikutnya, maka guru tidak akan memaksa.”
Guru juga melakukan evaluasi atau disebut asesmen formatif
yang merupakan bagian dalam pembelajaran. Asesmen formatif ini
dilakukan guru saat proses pembelajaran berlangsung atau sama dengan
merefleksikan kegiatan pembelajaran. Melalui asesmen formatif atau
refleksi ini, guru melakukan introspeksi diri, apa saja hal-hal yang perlu
dibenahi dan hal mana pula yang perlu dipertahankan dalam KBM yang
dijalankan. Lewat refleksi, guru akan mengetahui kesulitan belajar yang
dialami siswa, kemudian menentukan hal-hal yang dibutuhkan siswa
untuk pembelajaran selanjutnya. Hasil asesmen formatif atau refleksi ini
tentu tidak menentukan nilai akhir siswa.
Melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif. Setelah semua tahap
perancangan sistem pembelajaran selesai dikembangkan tahap berikutnya
adalah melakukan evaluasi formatif terhadap keseluruhan kegiatan
perancangan tersebut. Menurut Suparman (1994), evaluasi formatif
adalah proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kualitas produk
atau program pembelajaran. Evaluasi formatif bertujuan untuk
menentukan apa yang harus ditingkatkan atau direvisi agar produk
tersebut lebih efektif dan efisien.
Hal mengenai evaluasi dan refleksi pembelajaran ditanyakan lagi
oleh peneliti kepada Ibu Mw pada wawancara tanggal 15 Mei 2024 dan
54

didapatkan pernyataan sebagai berikut.
“Untuk mengevaluasi biasanya saya lakukan PH dan
dilakukan pula ujian yang diadakan oleh sekolah. Dan
mengenai ujian, walaupun ini pembelajaran
berdiferensiasi, bukan berarti soal yang diberikan dalam
ujian itu dibeda-bedakan untuk setiap siswa. Kecuali, jika
ada siswa yang memang sangat berkebutuhan khusus,
barulah kita berikan soal yang berbeda dari siswa lainnya
sesuai tingkat kemampuannya. Tapi, alhamdulillah sampai
saat ini di sini belum ada siswa yang berkebutuhan sangat
khusus seperti itu.”
Sistem evaluasi masih dijalankan sebagaimana evaluasi dan
refleksi pada umumnya. Asesmen terdiri dari jenis asesmen sumatif
dan asesmen formatif. Asesmen sumatif bertujuan untuk mengetahui
atau mengukur sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran atau
capaian pembelajaran. Hasil dari asesmen sumatif ini dipakai untuk
menentukan nilai akhir siswa. Bentuknya seperti penilaian hasil belajar
tiap bulan, ujian akhir semester, dsb. Tidak ada pengkhususan berupa
soal-soal yang dibedakan untuk setiap siswa karena sampai saat ini
kemampuan siswa yang ada masih pada titik rata-rata atau di atasnya.
Hanya saja, ketika ada siswa yang benar-benar kemampuannya jauh di
bawah rata- rata, barulah akan ada pembedaan soal dalam evaluasinya,
yakni diturunkan tantangan soalnya sesuai dengan kemampuan siswa
tersebut.
Observasi yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa guru sudah
menjalankan asesmen sumatif tersebut. Guru mengadakan evaluasi pada
periode- periode tertentu. Peneliti dapati guru melakukan penilaian hasil
belajar bulanan dan ujian akhir semester. Studi dokumen juga
menunjukkan hal yang sama.
55

4.1.2.Penerapan Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional dalam
Pemebalajaran Bahasa Indonesia
Pengembangan kompetensi sosial emosional anak usia dini akan
memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Kompetensi sosial emosional pada anak akan membantu
meningkatkan pandangan positif terhadap dirinya sendiri dan orang
disekitarnya. Anak yang memiliki ketrampilan sosial emosional yang baik
memiliki beberapa karakteristik yaitu 1) Lebih mudah dalam beradaptasi
dan bergaul dengan lingkungan, 2) memiliki rasa tanggung jawab, 3)
Bersifat sosial dan suka menolong, 4) Peduli 5) Mampu menngatur strategi
dan menyelesaikan masalah secara mandiri (Goleman, 1997 dalam
Afrianti, 2014).
Penerapan pembelajaran sosial emoisonal terhadap karakter
peserta didik dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran
yaitu pada mata pelajaran salah satunya Bahasa Indonesia di kelas I
SDN 24 Dompu. Pelaksanaan pembelajaran sosial emosional dapat
menciptakan interaksi positif dan hubungan harmonis anatara guru
dan peserta didik. Sehingga, perannya menjadi baik dalam mencapai
keberhasilan akademik dan kehidupan sosial bagi peserta didik. Tujuan
pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi dengan mata
pelajaran di kelas adalah untuk menciptakan keseimbangan
kompetensi akademik dan sosial emosional yang dimiliki peserta
didik.
56

Metode pembiasaan yang dilakukan oleh Ibu Murwati, S.Pd.
untuk menerapkan pembelajaran sosial emosional dalam proses
belajar ialah ice breaking dengan teknik stop, beristirahat sejenak,
mengajarkan anak mengenali emosi, memberikan contoh berempati,
dan mengajari anak sopan santun. Guru yang menerapkan metode
tersebut pada proses pembelajaran dapat memberikan peran penting
dalam proses perkembangan ataupun karakteristik peserta didik karena
bagi mereka seorang guru adalah sumber kepercayaan dalam mencari
solusi atas kesulitan yang dialaminya. Beberapa peserta didik
mungkin akan memerlukan dukungan tambahan dari gurunya agar
bisa lebih percaya diri dan merasa aman. Pada kondisi ini, pastikan
bahwa guru dan lingkungan belajar siap serta responsive terhadap
kebutuhan sosial dan emosional mereka.
Menerapkan metode pembiasaan pada pembelajaran dalam
implementasi pembelajaran sosial emosional terhadap karakteristik
peserta didik dikelas II dapat dilakukan, sebagai berikut:
Ice Breaking
Gambar 4.1. Foto Kegiatan Belajar
57

M. Said (2010, hlm, 15) menyatakan, yang dimaksud ice breaker
adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana
kebekuan dalam kelompok. Istilah ice breaker berasal dari dua kata asing,
yaitu ice yang berarti es yang memiliki sifat kaku, dingin, dan keras,
sedangkan breaker berarti memecahkan. Arti harfiah ice-breaker adalah
„pemecah es Jadi, ice breaker bisa diartikan sebagai usaha untuk

memecahan atau mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi
lebih nyaman mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi
yang disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi
pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih bersahabat.
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan peneliti ketika
siswa merasa bosan dengan pembelajran guru melakukan ice
breaking, peserta didik dapat merasa lebih terbuka untuk
berkomunikasi, berbagai pendapat dan berkolaborasi dalam mencapai
tujuan bersama. Ice breaking biasanya dilakukan di awal pertemuan
atau sesi pembelajaran untuk menghilangkan rasa canggung dan
mempercepat proses pembentukan ikatan antar individu. Ice breaking
yang dilakukan digunakan Ibu Murwati, S.Pd. gunakan ialah teknik
stop. Selain itu, ice breaking membantu membangun keterampilan
sosial dan kerja sama tim. Bagi pendidik, ice breaking menjadi alat
efektif untuk membuka saluran komunikasi dengan siswa, memahami
kebutuhan individu, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif.
58

Beristirahat Sejenak
Gambar 4.2 Foto Kegiatan Belajar
Untuk mencapai pemahaman kesadaran diri dan mampu
mengenali emosinya, dapat mempraktikkan kesadaran penuh
(mindfulness). Teknik STOP adalah salah satu teknik mindfulness yang
dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini dengan
kesadaran penuh. STOP yang merupakan akronim dari: Stop/ Berhenti.
Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan. Take a deep Breath/ Tarik
napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara
segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari
lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/
Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut
yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang
mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang
dapat Anda lakukan. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan
lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang,
pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.
59

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti mengenali
kompentesi sosial emsoional saat proses pembelajaran
berlangsung berilah waktu peserta didik untuk beristirahat
sejenak. Beristihat sejenak membantu belajar karena
memungkinkan otak peserta didik beristirahat dari belajar.
Istirahat memberikan energi dan meningkatkan suasana hati
peserta didik, membantu bangun secara fisik dan mental, tenang
dan merangsang konsentrasi ketika peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. Salah satu contoh pembiasan ialah memberikan
waktu peserta didik untuk minum
Mengajarkan Anak Mengenali Emosi
Gambar 4.3 Foto Kegiatan Belajar
Peserta didik dapat memahami dan mengelola
emosinya dengan baik saat mampu mengenali perasaanya.
Sebagai guru, dapat membantu mengenali perasaanya dengan
berbagai cara. Salah satu contohnya, ketika ada peserta didik
menangis karena saat berantem dengan teman satu kelasnya.
Hal yang guru harus lakukan ialah memberikan pengertian dan
tidak langsung menghakimi peserta didik didepan teman-
60

temannya. Metode tersebut dapat membantu mengendalikan
emosional peserta didik agar tidak berkelahi lagi.
Memberikan Contoh Berempati
Gambar 4.4. Foto Kegiatan Belajar
Melatih emosional peserta didik akan sulit jika sebagai
pendidik tidak memberikan contoh empati yang tepat kepada peserta
didik. Dengan cara memberikan arahan atau pengertian bahwa sebagai
makhluk sosial kita harus saling tolong menolong. Dengan kita saling
tolong menolong dapat mempererat persaudaraan, pekerjaan yang
berat menjadi ringan, menumbuhkan kerukunan antara sesama
manusia dan menghemat tenaga karena dikerjakan bersama-sama.
Misalnya, ketika ada temannya yang mau meminjamkan pensil saat
teman kita tidak membawa pensil ke sekolah.
61

Mengajari Anak Sopan Santun
Gamabr 4.5. Foto Pamitan Pulang Sekolah
Guru dalam pembelajaran dapat melatih peserta didik dengan
cara mengajari kesopanan. Memberikan pengertian kepada semua
peserta diidk pentingna menunjukkan rasa peduli dan hormat kepada
semua orang baik dilingkungan sekolah ataupun masyarakat. Misal
dengan mengajari peserta didik membiasakan 4 kata ajaib yaitu
tolong, terimakasih, maaf dan permisi.
4.2. Pembahasan
Penjabaran hasil penelitian mengenai pembelajaran
berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan kompetensi sosial emsional
anak di SDN 24 Dompu dibagi dalam 2 sub bab. Pembagian ini
didasarkan atas tujuan dilakukannya penelitian ini, yakni
mendeskripsikan mengenai langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi
dan analisis pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan
komptensi sosial emosional anak.
62

4.2.1.Analissi Data
Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam
bentuk lebih mudah dibaca dan diinterpretasi yang seringkali
menggunakan deskriptif. kualitatif sebagai alatnya. Pada umumnya
analisis data menggunakan metode triangulasi sebagai metode yang
menjamin kredibilitas data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu data yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sember lainnya (Meleong, 2005:330). Selain dengan sumber, peneliti
dapat juga menggunakan triangulasi dengan metode, triangulasi penyidik
dan triangulasi teori.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber dan triangulasi teknik/Metode. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek informasi/data yang diperoleh melalui wawancara
dengan informan. Kemudian data tersebut ditanyakan kepada informan
lain yang masih terkait satu sama lain.
a)Triangulasi Sumber
Dalam penelitian ini informan utama adalah sebanyak 2 (orang)
orang, dan informan tambahan adalah Supervisor 1 (satu) orang.
63

Tabel 4.2.1. Triangulasi Sumber
Pertanyaan Sumber Data Kesimpulan
Kepala sekolah Guru
Bagaimana
upaya sekolah
mengembangkan
kurikulum
merdeka dan
merancang
pembelajaran
sesuai dengan
kebutuhan
peserta didik?
Saya terus
mengajak
Bapak/Ibu guru
untuk selalu
mengembangkan
komptetensinya
dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan
secara madiri. Baik
Lewat Pfafon
merdeka mengajar
maupun lewat
daring yang sering
saya bagikan di
grub sekolah yag
sering diadakan
oleh komunitas
belajar.
Biasa kami
diberikan
bimbingan oleh
kepala sekolah
melalui pelatihan
dan observasi
kelas. Kami juga
mengikuti peltihan
secara mandiri
secara daring
melalui plafon
merdeka belajar
dan pelatihan dari
komunitas belajar.
Untuk
meningkatkan
kompetensi yang
dimiliki guru
mengikuti
pelatihan secara
mandiri secara
daring baik
melalui PMM
maupun peltihan
yang diadakan
komunitas
belajar.
Apakah Ibu
pernah dengar
pembelajaran
berdiferensiasi?
Pembelajaran
berdiferensiasi
itukan
pembelajaran untuk
memenuhi
kebutuhan peserta
didik. Jadi guru
harus memetakan
terlebih dahulu
kebutuhan peserta
didik baru
menysusun
rancangan
pembelajaran
Seperti yang kita
ketahui, bahwa
setiap anak itu
memiliki
kemampuan yang
berbeda-beda. Ada
siswa yang sebelum
masuk SD mereka
ada yang masuk
TK, ada juga siswa
yang belum sama
sekali masuk TK.
Hal ini yang
menjadi kendala
saya dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran.
Namun, hal itulah
yang ingin
diterapkan dalam
kurikulum merdeka
yaitu pembelajaran
berdiferensiasi. Jadi
pembelajaran
berdiferensiasi itu
Pembelajaran
berdiferensiasi
adalah
pembelajaran
untuk memenuhi
kebutuhan
belajar siswa
sesuai dengan
kemampuan
belajar siswa.
64

adalah
pembelajaran yang
disesuaikan dengan
kemampuan dan
bakat yang dimiliki
oleh siswa tersebut.
Bagaimana cara
ibu menyusun
perangkat ajar,
apakah bapak/ibu
guru menyusun
perangkat ajar
berbeda-beda
sesuai
kemampuan
anak?
Tidak, Guru tentu
diberikan bekal
terlebih dahulu
dalam menyusun
perangkat ajar
melalui pelatihan
sebelum tahun
pelajaran baru
dimulai. Jadi
rancangan
pembelajaran tetap
satu hanya saja.
Tidak, melalui
pelatihan mandiri
maupun terstruktur
kami belajar
memahami cara
menyusun
perangkat
kurikulum
merdeka. Melalui
hal kami belajar
menyusun
rancangan
pembeljaran
berdiferensiasi
dalam moduil ajar.
Melalui pelatihan
tatap muka
maupun daring
guru menyusun
pembelajaran
berdiferensi
dalam rancangan
pembelajaran
untuk memenuhi
kebutuhan
peserta didik.
Apakah setiap
pelajaran atau
guru diwajibkan
membuat
rancangan
pembelajaran
berdiferensiasi.
Tidak, saya
memberikan
kebebsan kepada
guru dalam
menyeusun
perangkat ajar
karena kurikulum
merdeka baru satu
tahun berjalan di
sekolah ini.
Dibutuhkan
pemahaman
mendalam untuk
menysun
pembelajaran
berdiferensiasi.
Hanya guru-guru
tertentu saja yang
menerapkan
pembelajaran
berdiferensiasi.
Tidak,
pembelajaran
berdiferensiasi ini
dibutuhkan
pehaman yang
mendalam dan
butuh proses
dalam
menyusunnya.
Tentu melalui
pelatihan tadi
saya coba
terapkan di kelas
saya ajarkan. Itu
pun hanya
beberapa mata
pelajaran saja.
Jadi bertahaplah
Tidak, jadi tidak
semua guru atau
mata pelajaran
disusun
rancangan
pembelajaran
berdiferensiasi.
Hanya guru-guru
tertentu yang
mempunyai
kompetensi dan
memliki keahlian
dalam
menerapkan
pembelajaran
berdiferensiasi.
65

b)Tringulasi Metode/Tehnik
Triangulasi metode adalah suatu metode yang melakukan
pengecekan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data yang
berbeda yakni wawancara, observasi dan dokumentasi sehingga derajat
kepercayaan dapat valid. Peneliti menggunakan semua teknik
pengumpulan data untuk memperkuat keabsahan data yang diperoleh.
Triangulasi metode/teknik peneliti lakukan untuk melakukan mengecekan
informasi/data antara hasil wawancara, observasi dokumen, sebagaimana
terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2.2. Triangulasi Metode/Tehnik
Pertanyaan Metode /Tehnik
Wawancara Observasi Dokumentasi
Bagaimana
upaya sekolah
mengembangkan
kurikulum
merdeka dan
merancang
pembelajaran
sesuai dengan
kebutuhan
peserta didik?
Untuk
meningkatkan
kompetensi yang
dimiliki guru
mengikuti pelatihan
secara mandiri
secara daring baik
melalui PMM
maupun peltihan
yang diadakan
komunitas belajar.
Dari pengamatan
peneliti upaya
sekolah dalam
mengembangkan
kurikulum merdeka
guru diberikan
kebebasan dalam
menyusun perangkat
ajar sesuai dengan
kebutuhan guru dan
peserta didik.
Modul ajar
Apakah Ibu
pernah dengar
pembelajaran
berdiferensiasi?
Pembelajaran
berdiferensiasi
adalah
pembelajaran untuk
memenuhi
kebutuhan belajar
siswa sesuai dengan
kemampuan
belajar siswa.
Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti
tidak semua guru
memahami
pembelajaran
berdiferensaisi.
Modul ajar
Bagaimana cara
ibu menyusun
perangkat ajar,
apakah bapak/ibu
guru menyusun
perangkat ajar
Melalui pelatihan
tatap muka maupun
daring guru
menyusun
pembelajaran
berdiferensi dalam
Berdasarkan
pengamatan
peneliti, guru
diberikan
kebebasama dalam
menyusun
Modul ajar
66

berbeda-beda
sesuai
kemampuan
anak?
rancangan
pembelajaran untuk
memenuhi
kebutuhan peserta
didik.
perangkat
mengajar sesuai
dengan kebutuhan
mengajar.
Apakah setiap
pelajaran atau
guru diwajibkan
membuat
rancangan
pembelajaran
berdiferensiasi.
Tidak, jadi tidak
semua guru atau
mata pelajaran
disusun rancangan
pembelajaran
berdiferensiasi.
Hanya guru-guru
tertentu yang
mempunyai
kompetensi dan
memliki keahlian
dalam menerapkan
pembelajaran
berdiferensiasi.
Berdasarkan hasil
pengamatan
peneliti, tidak
semua guru bisa
menysusun
perangkat ajar
berdiferensiasi
hanya guru-guru
tertentu yang
memiliki keahlian
dan keterampilan
pembelajaran ini.
Modul ajar
Bagaiamana cara
guru memenuhi
kebutuhan
peserta didik
dalam kegiatan
pembelajaran?
Guru memetakan
kebutuhan peserta
didik melalui
diagnosis awal untuk
mengetahui
kemampuan peserta
didik. Kemudia
menyusun perangkat
ajar sesuai dengan
kebutuhan peserta
didik sehingga
pembelajran berjalan
efektif
Berdasarkan hasil
pengamatan
peneliti pada saat
proses
pembelajaran
bediferensiasi.
Anak terlihat
antusias mengikuti
pembelajaran yang
diberikan oleh
gurunya. Terlihat
guru menggunaan
berbagai cara dan
sumber belajar
untuk memenuhi
kebutuhan belajar
peserta didik.
Mulai dari
diferensi konten,
proses dan produk
semua diterapkan
serta berbagai
macam Ice briking
untuk
menghidupkan
suasana belajar
sisswa
67

4.2.2.Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi yang Terintegrasi
dengan Kompetensi Sosial Emosional Pada Kelas I Di SD
Negeri 24 Dompu
Di dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan interaksi
antara guru dan peserta didik serta adanya komunikasi timbal balik
yang bersifat edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Di dalam
proses pembelajaran ini guru dan peserta didik merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang mana diantara guru dan
peserta didik terjalin interaksi yang menunjang yg membuat hasil
belajar dari peserta didik dapat tercapai secara optimal. Berikut
hasil analisis proses pem belajaran berdiferensiasi yang
terintegrasikan dengan komptenesi sosial emosioanal pada siswa
kelas I SDN 24 Dompu:
1.Perencanaan Pembelajaran
Sebelum membuat rancangan perencanaan pembelajaran
atau RPP, diawal tahun pembelajaran guru yang ada di SD Negeri
24 Dompu terlebih dahulu me lakukan asesmen diagnostik non-
kognitif. Asesmen diagnostik non-kognitif bertujuan untuk
mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional yang dimiliki
oleh peserta didik sebelum memulai pembelajaran, pelaksanaan
asesmen diagnostik non-kognitif lebih menekankan pada
kesejahteraan emosional dan psikologis peserta didik. Dengan
melakukan asesmen diagnostik non-kognitif ini akan melakukan
pemetaan sesuai dengan kemampuan bakat, minat, dan gaya belajar
yang dimiliki oleh siswa. Peneliti melakukan wawancara terhadap
68

guru yaitu Ibu Murwati tentang asesmen diagnostik non-kognitif,
Ibu Murwati mengatakan :
“Jadi di awal tahun pelajaran itu sudah diberikan
asesment diagnostik nonkognitif disitu guru dapat
melihat minat belajar dan gaya belajar dari peserta
didiknya itu mau kemana…”, (Hasil wawancara Ibu
Mw, 22/05/2024)
Secara umum, asesmen diagnostik bertujuan untuk
melakukan diagnosis terhadap kemampuan dasar peserta didik
dan untuk mengetahui kondisi awal dari peserta didik,
mengetahui kesejahteraan psikologis dan sosial emosi peserta
didik, kondisi keluarga peserta didik, latar belakang peserta didik,
dan untuk mengetahui gaya belajar, karakter serta minat belajar
dari peserta didik.
“Cara saya melakukan pemetaan itu diawal tahun
ajaran pada pembelajaran bahasa indonesia, yaitu
dengan cara mengetahui tes kemampuan baca siswa
tersebut. Kemudian saya petakan kemampuan baca
siswa tersebut berdasarkan hasil diagnosis awal sebagai
bahan saya dalam menentukan kegiatan pembelajaran
berdirensiasi”. (Hasil wawancara Ibu Mw, 22/05/2024
Asesmen diagnostik non-kognitif oleh guru atau wali
kelas I di lakukan awal tahu ajaran pada pembelajaran bahasa
Indonesia dilakukan dengan cara mengetahu tes kemampuan
baca. Hasil dari kemampuan baca tersebut akan menjadi acuan
dalam menyusun langkah-langkah pembelaran berdiferensiasi
yang diintegrasikan dengan sosial emosional siswa. Berikut hasil
tes kemampuan baca siswa kelas I SDN 24 Dompu berdasarkan
Asesmen diagnostic awal yang dilakuakn oleh Ibu Murwati, S.Pd.
69

Tabel 4.1. Pemetaan Kebutuhan belajar Siswa berdasarkan
Kemampuan Baca Siswa
Kemapuan
siswa
Lancar MembacaKurang LancarBaru Mengenal Huruf
Nama
siswa
1.Mishory Rasid
Al Fasi
2.Muhammad
Rizki
3.Nia Ramdhani
4.Saskya
1.Puput Melati
2.Muhammad
Faisal Saputra
3.Muhammad
Al Fatin
4.Nurul Mahesa
1.Alda Elvira
2.Cahaya Putri Dewi
3.Nuraini
4.Muhammad Saiful
Rahman
5.Wavir Mubarak
6.Narafa Putra
Dari hasil asesmen diagnostik nonkognitif yang telah
dilakukan oleh guru berdasarkan kebutuhan berjar peserta didik
berdasarkan minat/kemampuan belajar yaitu terdapat 4 peserta
didik lancar membaca, 4 peserta didik yang kurang lancar
membaca, dan 6 peserta didik yang baru mengenal huruf.
Perencanaan pembelajaran merupakan tahap awal dalam
melakukan persiapan untuk melaksanakan pembelajaran yang di
dalamnya memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat
menyeluruh dan sistematis. Berdasarkan hasil pengamatan pada
tanggal 19 Oktober 2024, ketika melakukan perencanaan
pembelajaran Ibu Murwati mengatakan bahwa, sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran di kelas terlebih dahulu guru membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran atau Modul ajar dengan melihat
kemampuan siswa agar nantinya pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan alokasi waktu yang telah direncanakan dan pembelajaran
dapat berlangsung secara optimal.
70

2.Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yaitu adanya interaksi guru dan
peserta didik di lingkungkan belajar dengan memanfaatkan sarana
dan prasarana belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan pada tanggal 24 Mei 2024 tentang proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang ada di SD Negeri 24
Dompu di dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan
kegiatan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik,
melakukan pembelajaran diferensiasi, dan menyelenggarakan
pembelajaran serta mampu mengelola emosi dan mengembangkan
keterampilan sosial yang menunjang pembelajaran. Berikut hasil
analis peneliti tentang proses kegiatan pembelajaran berdiferensiasi
yang diintegrasikan dengan sosial emosional pada pembelajaran
Bahasa Indonesia pada kelas I:
a)Menerapkan Diferensiasi Aspek Konten
Diferensiasi konten adalah salah satu elemen penting dalam
pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Ini mengacu pada proses
penyusunan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan tingkat pemahaman murid yang berbeda.

Dalam
diferensiasi konten, guru memiliki tanggung jawab untuk
mengidentifikasi perbedaan dalam pemahaman murid terhadap
materi pembelajaran dan merancang materi yang sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing murid.

71

Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan materi yang
lebih mendalam dan kompleks bagi murid yang telah menguasai
konsep dasar, sementara murid yang memerlukan dukungan
tambahan akan diberikan materi yang lebih sederhana dan lebih
mudah dipahami.
Dengan menerapkan diferensiasi konten, guru dapat
memastikan bahwa tidak ada murid yang merasa tertinggal atau
terlalu dimudahkan dalam proses pembelajaran.

Ini menciptakan
peluang bagi semua murid untuk berkembang sesuai dengan
potensi mereka. Selain itu, diferensiasi konten juga membantu
menjaga motivasi murid, karena mereka akan merasa terlibat dan
relevan dengan materi pembelajaran. Dalam lingkungan
pembelajaran yang diferensiasi, setiap murid diberikan kesempatan
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kecepatan dan gaya
belajar mereka sendiri, yang pada akhirnya mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran secara lebih efektif.
Kegiatan pembelajaran yang peneliti amati dari
pembelajaran diferensi, bahwa dalam mengajar guru memberikan
kebebasan kepada peserta didik dalam belajar, guru menyesuaikan
kegiatan pembelajaran dengan kesiapan belajar peserta didik.
Dalam melakukan proses pembelajaran diferensiasi konten guru
menampilkan pembelajaran dengan menggunaka media eletronik
yaitu menampilkan gambar dengan mengunakan LCD, sehingga
siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelalajaran yang
72

diberikan oleh gurunya.
Gambar 4.6. Foto Kegiatan Belajar Diferensiasi Konten
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
guru yang mengajar Bahasa Indonesia di kelas 1 SD Negeri 24
Dompu maka dapat disimpulkan bahwa, penerapan diferensiasi
konten belum berjalan maksimal dan efektif. Pendidik belum
sepenuhnya paham untuk menjalankannya sehingga masih terjadi
kurang efektif pada saat penerapan diferensiasi konten. Pada
temuan penelitian ini, diferensiasi konten masih belum terlaksana
73

sesuai dengan strategi pembelajaran yang sudah di rancang. Sebab
pada tahap ini selalu bersifat kondisional. Sehingga akan ada
perubahan strategi saat proses pembelajaran berlangsung.
b)Menerapkan Diferensiasi Aspek Proses
Mengidentifikasi gaya belajar murid adalah langkah
penting dalam mempersiapkan dan menyajikan pembelajaran yang
lebih efektif. Guru menekankan bahwa pengamatan aktif dan
interaksi personal dengan murid adalah cara yang efektif untuk
mencapai pemahaman tentang gaya belajar individu mereka.
Dengan pemahaman ini, guru dapat merancang pembelajaran yang
lebih sesuai dengan preferensi belajar murid, sehingga
meningkatkan keterlibatan dan pemahaman mereka. Dalam
konteks diferensiasi pembelajaran, langkah ini membantu guru
untuk menyesuaikan materi, metode, dan sumber daya
pembelajaran sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan beragam
murid dalam kelas.
Mengidentifikasi gaya belajar individu murid dalam kelas
memiliki manfaat yang signifikan dalam menerapkan diferensiasi
proses pembelajaran. Pertama, dengan memahami gaya belajar
masing-masing murid, guru dapat merancang pengalaman
pembelajaran yang lebih relevan dan efektif. Misalnya, jika
seorang murid lebih cenderung belajar melalui pengalaman praktis,
guru dapat menyediakan aktivitas lapangan atau demonstrasi
praktis untuk memfasilitasi pemahaman mereka. Sementara murid
74

lain yang lebih responsif terhadap pembelajaran visual dapat
mendapatkan manfaat dari penggunaan gambar, diagram, atau
materi visual dalam presentasi.
Dengan mengidentifikasi gaya belajar individu ini, guru
dapat menciptakan lingkungan di mana setiap murid dapat belajar
sesuai dengan preferensi mereka, yang pada gilirannya
meningkatkan tingkat keterlibatan dan pemahaman mereka. Selain
itu, mengidentifikasi gaya belajar murid juga membantu guru
dalam penyesuaian materi pembelajaran. Ini memungkinkan guru
untuk menyediakan berbagai pendekatan dan sumber daya
pembelajaran yang berbeda, sehingga setiap murid dapat
mengakses konten dengan cara yang paling sesuai dengan gaya
belajar mereka.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
guru yang mengajar Bahasa Indonesia di kelas 1 SD Negeri 24
Dompu maka dapat disimpulkan bahwa sudah diimplementasikan
dengan baik dan berjalan dengan efektif. Pada tahap ini sebelum
Pendidik membuat strategi pembelajaran, Pendidik harus
melakukan asesmen awal barulah menentukan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
Pendidik merancang strategi bahwa proses pembelajaran tidak
hanya berfokus pada satu karakteristik anak, melainkan
menyesuaikan strategi sesuai dengan minat belajar peserta didik.
Guru mengajarkan anak sesuai dengan kemampuan yang mereka
75

miliki yaitu lancar membaca, kurang lancar, dan baru mengenal
huruf.
Pada aspek pembelajaran berdiferensiasi proses guru
memberikan materi yang sama yaitu mengenal huruf G dengan
membacakan cerita bergambar dengan judul “Berbeda Itu Tak
Apa”. Dalam proses pembelajaran guru dan siswa membaca cerita
bergambar sedangkan untuk siswa yang belum lancar membaca
dan yang baru mengenal huruf mendengarkan secara seksama apa
yang dibacakan oleh guru dan kelompok teman yang sudah lancar
membeca. Supaya tidak bosan sesekali ibu guru memberikan
pertanyaan ditengah-tengah cerita untuk hidupkan suasana
belajar.
Di sini terlihat antusias siswa walaupun belum bisa
membaca mereka bisa menembak cerita dengan melihat gambar
dalam buku cerita yang ditampilkan oleh ibu gurunya dengan
menggunakan LCD. Di akhiran proses kegiatan pembelajaran,
guru memberikan pertanyaan secara lisan untuk mengevaluasi
kemampuan siswa memahami pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Terlihat semua siswa sangat antusias memberikan jawabana
dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.
c)Menerapkan Diferensiasi Aspek Produk
Usaha guru dalam menerapkan diferensiasi produk atau
tugas pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran
berdiferensiasi tidak dapat diabaikan. Pertama-tama, pendekatan
76

ini memungkinkan guru untuk memenuhi kebutuhan dan tingkat
keterampilan yang berbeda di antara murid mereka. Setiap murid
memiliki kemampuan, minat, dan kecepatan belajar yang berbeda,
dan dengan menyusun tugas yang beragam, guru dapat
memastikan bahwa setiap murid diberikan kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya.
Selain itu, diferensiasi produk atau tugas pembelajaran
yang tepat juga dapat meningkatkan motivasi murid. Ketika murid
diberikan kesempatan untuk memilih atau memiliki sedikit kendali
dalam tugas yang mereka kerjakan, mereka merasa lebih
bersemangat dan memiliki rasa kepemilikan atas pembelajaran
mereka. Hal ini dapat memicu minat yang lebih tinggi terhadap
materi pembelajaran dan memotivasi murid untuk bekerja lebih
keras.

Dengan kata lain, diferensiasi produk atau tugas
pembelajaran bukan hanya alat untuk memenuhi kebutuhan
individu murid, tetapi juga merupakan kunci untuk menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan memotivasi bagi semua murid
dalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan guru yang mengajar
Bahasa Indonesia di kelas 1 SD Negeri 24 maka dapat disimpulkan
bahwa pada difrensiasi produk ini sudah diimplementasikan
dengan baik dan sudah berjalan efektif. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan hasil belajar Peserta Didik dan tingkat
pemahaman yang ditunjukan kepada Pendidik. Pada tahapan
77

pelaksanaan diferensiasi produk ini, proses belajar mengajar
dilakukan dengan assessment awal yang kemudian memetakan
kebutuhan belajar dari masing-masing peserta didik. Pendidik
yang mengajar Bahasa Indonesia di kelas 1 SD Negeri 24
merancang strategi dalam pembelajaran berdiferensiasi yang
tentunya berfokus pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Dalam strategi ini pendidik memberikan pilihan kepada peserta
didik untuk menyelesaikan tugas atau proyek dengan tujuannya
yakni untuk memenuhi kebutuhan dan karakteristik belajar peserta
didik yang beragam. Pendidik memberikan tugas atau proyek
dengan tingkat kesulitan yang berbeda- beda sehingga peserta
didik dapat memilih tugas yang sesuai dengan kemampuan
mereka.
Adapun tugas yang guru berikan kepada peserta didik yang
lancar membaca adalah menyusun atau membuat kalimat dengan
menggunakan huruf G sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
78

Gambar 4.7. Foto Kegiatan Belajar Diferensiasi Produk
Kemudian untuk kelompok kedua siswa yang belum melancar
membaca diberikan tugas untuk memasangkan Gambar dengan
kata/nama benda yang awalan G yang sudah disediakan oleh guru. Di sini
siswa hanya mencocokan gambar dengan kata yang sudah di tulis oleh
guru pada lembaran kerja siswa.
79

Gambar 4.8. Foto Kegaiatan Belajar Diferensiasi Produk
Terakhir untuk kelompok ketiga yaitu siswa yang baru mengenal
huruf diberikan tugas untuk menebalkan huruf G yang sudah disediakan
oleh guru kemudian menempalkan gambar sesuai dengan bunyi huruf
tersebut.
80

Gambar 4.9. Foto Kegaiatan Belajar Diferensiasi Produk
Pedekatan yang dia terapkan dalam pembelajaran
berdiferensiasi sangat sistematis dan berorientasi pada
kebutuhan murid. Pendekatan ini dimulai dengan asesmen awal
yang cermat untuk memahami tingkat pemahaman murid.
Kemudian, tindakan konkret diambil dengan mengelompokkan
murid sesuai dengan tingkat pemahaman mereka, yang
kemudian memandu penugasan yang sesuai. Dalam hal ini,
penggunaan panduan dan rubrik penilaian yang disesuaikan
dengan tingkat pemahaman murid menjadi penting.
Keseluruhan, pendekatan ini menunjukkan komitmen untuk
memastikan bahwa setiap murid mendapatkan pengalaman
pembelajaran yang sesuai dengan tingkatnya, yang dapat
81

membantu meningkatkan pemahaman dan prestasi murid secara
keseluruhan.
4.2.3.Analisis Penerapan Pembelajaran Kompetensi Sosial
Emosional dalam Pemebalajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas
1 SD
Pembelajaran sosial emosional (PSE) dan pembelajaran
yang berpihak pada peserta didik memiliki hubungan yang erat.
Pembelajaran sosial emosional bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan sosial dan emosional peserta didik, seperti kesadaran
diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Sementara itu,
pembelajaran yang berpihak pada peserta didik menekankan
pengakuan akan keberagaman individu dalam hal kemampuan,
minat, budaya, dan cara belajar. Integrasi pembelajaran sosial
emosional dalam proses pembelajaran yang berpihak pada peserta
didik akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang
inklusif, mendukung, dan memperhatikan kebutuhan individu
setiap siswa.
Melalui pembelajaran sosial emosional, peserta didik dapat
mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam mengatur
emosi, berkomunikasi secara efektif, berempati, bekerja sama, serta
mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Hal ini akan
memungkinkan mereka untuk lebih siap menghadapi berbagai
tantangan sosial dan emosional dalam kehidupan sehari-hari, baik
di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
82

Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, dengan
memperhatikan keberagaman individu dan menyesuaikan
pendekatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, akan
memberikan ruang bagi pengembangan keterampilan sosial dan
emosional tersebut. Guru yang menerapkan model pembelajaran
yang berpihak pada peserta didik dapat menyesuaikan metode dan
materi pembelajaran sehingga sesuai dengan kebutuhan dan minat
peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung pertumbuhan holistik setiap individu. Dengan
demikian, integrasi pembelajaran sosial emosional dalam
pembelajaran yang berpihak pada peserta didik merupakan langkah
yang penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif,
mendukung, dan memperhatikan kebutuhan individual setiap
siswa. Hal ini tidak hanya akan membantu peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, tetapi juga
dalam mencapai potensi akademik dan pribadi mereka secara
maksimal.
1.Kompetensi Sosial Emosional Kedasaran Diri
Penerapan kompetensi sosial emosional kesadaran diri
dalam kegiatan pembelajaran adalah guru mengucapkan salam
pembuka, menanyakan kabar, mengecek kehadiran peserta didik,
dan berdoa untuk memulai pembelajaran. Hal ini memberikan
kesadaran kepada siswa atau kita sebagai manusia patut bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa denga cara memulai pembelajar
83

dengan berdo’a dan memberikan semangat belajar kepada siswa
agar tumbuh rasa senang siswa sebelum memulia pembelajaran.
Guru meminta murid sebagai perwakilan untuk memimpi
do’a sebelum belajar
"Ayo ketua kelas, pimpin do’a sebelum kegiatan
pembelajaran"
Kemudian guru menjelaskan pentingnya do’a sebelum
belajar dan sesudah belajar
"Anak-anak , manfaat berdo’a dapat membuat perasaan
dalam diri kita menjadi baik, mendapatrkan ampunan
dari Tuhan , dan mendapatkan ilmu yang berkah dan
bermanfaat"
2.Kompetensi Sosial Emosional Manajemen Diri
Manejemen diri adalah kemampuan mengelola emosi,
menahan diri dari reaksi impulsif dan mengendalikan perasaan
negatif. Kompetensi manajemen diri atau self-management
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengelola emosi,
pikiran, dan perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga
berhubungan dengan cara siswa menangani stres, mengontrol
keinginannya, dan bertahan saat menghadapi tantangan. Kaitan
dengan penerapan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Guru mengajak siswa untuk melakukan Ice breaking secara
klasikal saat proses pembelajaran atau yel-yel untuk menambah
semangat belajar
"Coba anak anak ikuti arahan pak guru, hal ini untuk
melatih kosentari kalian sebelum menerima pelajaran!"
84

Ice breaking bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan
atau mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih
nyaman mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi
yang disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat
menerima materi pelajaran jika suasana tidak tegang, santai,
nyaman, dan lebih bersahabat. Ice breking merupakan cara atau
metode seorang guru untuk hidupkan suasana belajar. Ice breaking
bertujuan untuk peralihan situasi dari yang membosankan,
membuat mengantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks,
bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan
ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang
berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan.
3.Kompetensi Sosial Emosional Kesadaran Sosial
Kesadaran sosial adalah kemampuan yang berkaitan dengan
empati. Siswa yang memiliki empati yang tinggi mampu
memahami, menghormati, dan menempatkan diri pada posisi orang
lain yang mungkin berasal dari latar belakang atau budaya yang
berbeda darinya.
Kaitan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru adalah Guru mengajak siswa untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan sekolah dengan bekerja sama atau gotong royong
"Anak-anak, untuk menjaga kebersihan sekolah tentu kita
harus membuang sampah pada tempat. Kalau melihat
sampah, pungut dan buang pada tempatnya. Jangan Lupa
petugas piket harus datang lebih awal untuk membersihkan
ruang kelas."
85

Dalam kesadaran selalu mengajak anak-anak untuk selalu
bahu membahu, tolong menolong satu sama lain untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Selain itu guru juga selalu
mengingatkan kepda siswa bahwa kegiatan tolong menolong itu
adalah hal yang perlu diterapkan dalam lingkungan maupun
lingkungan keluarga atau masyarakat.
4.Kompetensi Sosial Emosional Kemampuan Keterampilan
Relasi
Kompetensi ini berkaitan erat dengan kemampuan
berkomunikasi dan mendengarkan siswa. Siswa yang pandai
berkomunikasi dapat membangun dan memelihara hubungan yang
sehat dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Mereka
juga mampu mendengarkan dan mampu berkomunikasi dengan
orang lain, menyelesaikan konflik secara damai, dan mengetahui
kapan harus meminta atau menawarkan bantuan.
Kaitan dengan penerapan pembelajaran adalah guru
mebagikan kelompok belajar siswa sesuai dengan bakat dan minat
atau kemampuan siswa.
"Anak-anak, hari ini kita akan berdiskusi secara kelompok.
Ibu guru akan membagikan kelompoknya"
Pembagian diskusi kelompok ini dibentuk oleh guru
suapaya siswa-siswi bisa saling berinteraksi mancari solusi atau
jawaban sesuai dengan arahan gurunya. Jadi, semua siswa
diharapkan untuk saling berinteraksi atau saling bertukar pikiran
86

untuk menyelesai tugas kelompoknya sehigga terjadilah interaksi
sosial seperti yang diharapkan.
5.Kompetensi Sosial Emosional Pengambilan Keputusan
Bertangngung jawab
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
sesungguhnya adalah kemampuan yang jika secara konsisten dan
berkelanjutan ditumbuhkan dan dibiasakan sejak dini, akan
memungkinkan seseorang untuk bertumbuh menjadi pribadi yang
bertanggung jawab dan lebih berdaya lenting (resilience) dalam
menghadapi segala konsekuensi yang harus dihadapi akibat
keputusan yang dibuat dalam hidupnya.
Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab tidak datang secara alami. Kemampuan ini perlu dengan
sengaja ditumbuhkan. Seorang pengambil keputusan yang
bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek,
alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian
mengambil keputusan.
Berikut kaitan dengan penerapan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah guru memberikan kesempatan kepada murid
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok
mendengarkan apa yang disampaikan kelompok di depan kelas.
"Baik anak anak, kita dengarkan hasil kerja kelompok
teman kalian. Mohon perhatikan dan dengarkan."
Kegiatan presentasi yang dilakuan oleh siswa membantu
siswa untuk bertanggungjawab atas apa yang telah mereka lakukan
87

atau diskusikan di depan teman-teman kelas. Begitu juga dengan
kelompok yang lain saling berliran. Hal ini dilakukan supaya anak-
anak bisa memahami dan mau mengerkan tugas yang diberikan
oleh guru dan bisa diterapkan nanti di kehidupan masyarakat.
Selain itu guru juga bisa membuat kesepakatan kelas
dengan melibatkan peserta didik dengan begitu apa yang siswa
tulis atau sepakati maka hal ini akan ditati oleh siswa tersebut
karena kesepakatan kelas dibuat dan disepakati secara bersama.
BAB V
SIMPULAN
5.1. Simpulan
Hasil dari data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi.
Dan studi dokumen menjadi peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan.
88

Pertama, penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan
dengan kompetensi sosial emosional pada kelas 1 mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SDN 24 Dompu bisa dikatan berhasil. Hal ini terlihat dari
minat belajar siswa meningkat, dalam pembelajaran berdiferensiasi guru
tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu agar ia mengerti
apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok besar, kecil
atau secara mandiri dalam belajar.
Pembelajaran Berdiferensiasi dibentuk melalui cara berpikir guru
yang menganggap setiap anak dapat bertumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan kapasitasnya atau minat dan kemamapuan belajar
masing-masing. Setiap anak itu istimewa dan unik, maka pembelajaran
berdiferensiasi merupakan persyaratan bagi terlaksananya pembelajaran
untuk semua. Inilah urgensinya mengapa setiap guru sudah harus
menjadikan pembelajaran berdiferensiasi ini sebagai salah satu strategi
untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa di kelasnya.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 3 aspek yang bisa
dibedakan oleh guru agar peserta didiknya dapat mengerti bahan pelajaran
yang mereka pelajari, yaitu aspek konten yang mau diajarkan, aspek
proses atau kegiatan bermakna yang akan dilakukan oleh peserta didik di
kelas, dan aspek ketiga adalah asesmen berupa pembuatan produk yang
dilakukan di bagian akhir yang dapat mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran.
5.2.Saran
Pengimplementasian pembelajaran berdiferensiasi yang secara
ketentuan menjadi hal baru di dunia pendidikan Indonesia membuat guru
89

sebaiknya banyak mempelajari hal ini. Penerapan pembelajaran
berdiferensiasi perlu diupayakan oleh semua guru khususnya guru di SDN 24
Dompu karena pembelajaran ini mengakomodasi kebutuhan belajar siswa
yang berbeda yang tentunya itu sangat bermakna bagi siswa. Pembelajaran
berdiferensiasi adalah pembelajaran yang ramah anak dan hal tersebut sesuai
dengan komitmen Indonesia yang mendukung pembelajaran untuk semua.
Dampak positif lain dari diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi ini ialah
meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran, khususnya
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena semangat
dan ketertarikan belajar siswa yang meningkat akibat dari pengajaran yang
disesuaikan dengan minat dan gaya belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Amaliyah, Nurrohmatul. 2020. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
Amin, Muhammad. (2019). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Terhadap Kreativitas Belajar Siswa. DIRASA. 2(1): 64-74
Aminuriyah, S., Markhamah, & Sutama. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi:
Meningkatkan Kreatifitas Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Mitra Swara
Ganesha, 9(2), 89–100
90

Asyafah, A. (2019). Menimbang Model Pembelajaran ( Kajian Teoretis-Kritis atas
Model Pembelajaran dalam Pendidikan Islam ). Indonesian Journal of
Islamic Education, 6(1), 19–32.
Aqib, Zainal. 2020. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Bandung: Yrama
Widya
Bararah, I. (2017). Efektifitas Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jurnal MUDARRISUNA, 7(1), 131–
147.
Gusteti, M. U., & Neviyarni. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi pada
Pembelajaran Matematika di Kurikulum Merdeka. Lebesgue: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika, Matematika Dan Statistika, 3(3), 636–646
Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Siswa dan Hasil Belajar dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi. Jurnal Universitas Negeri Jakarta, 35(2).
Idamayanti, R. (2022). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berdiferensiasi di SMP Negeri 4 Pangkajene di Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan. UMMAT Scientific Journals, 2, 75–83.
Indarta, Y., Jalinus, N., Waskito, W., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H.
(2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model
Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0. Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan , 4(2), 3011–3024
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2589
Isrok’atun, Amelia Rosmala.2018. Model-Model Pembelajaran Matematika.
Jakarta: BumiAksara.
Jannah, M. M., & Rasyid, H. (2023). Kurikulum Merdeka : Persepsi Guru
Pendidikan Anak Usia Dini . 7(1), 197–210.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i1.3800
Jatmiko, H. T. P., & Putra, R. S. (2022). Refleksi Diri Guru Bahasa Indonesia
dalam Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Penggerak. Jurnal Bahasa,
Sastra, Dan Pengajarannya, 6(2), 224–232.
Markham, T. (2020). Handbook Project Based Learning : Second Edition. A
guide to Standards Focused Project Based Learning : For Middle and High
School Teacher.
Kristiani, H., Susanti, E. I., Purnamasari, N., Purba, M., Saad, M. Y., & Anggaeni.
(2021). Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi.
Lestari, I. (2015). Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil
Belajar Matematika. Jurnal Formatif, 3(2), 115–125
Marlina, Efrina, E., & Kusumastuti, G. (2019). Model Pembelajaran
Berdiferensiasi untuk Peningkatan Keterampilan Sosial Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif. Laporan Akhir Penelitian
Terapan Unggulan Perguruan Tnggi UNP.
Marlina. (2019). Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di
Sekolah Inklusif.
91

Masitoh, S. , & Cahyani, F. 2020. “Penerapan Sistem Among Dalam Proses
Pendidikan Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru. ”
Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan, 8(1), 122. https://doi. org/10.
31800/jtp. kw. v8n1. p122--141.
Morgan, H., Darwin, C., Henry, P., Newton, S. I., Pasteur, L., Curie, M., &
Wright, O. (2014). Maximizing Student Success Success with
Differentiated Learning . A Journal of Education Strategies, 87(1), 34–38.
https://doi.org/10.1080/00098655.2013.832130
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Keislaman, 03(2), 333–352.
Permendikbudristek No 16 Tahun 2022. “Standar Proses Pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah
Purba, M., Purnamasari, N., Soetantyo, S., Suwarma, I. R., & Susanti, E. I.
(2021). Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi
(Differentiated Instruction) (M. F. Mariati Purba, A.M. Yusri Saad (Ed.);
1st ed.). Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi, Republik Indonesia.
Qomari, M. N., Lestari, S. A., & Fauziyah, N. (2022). Learning Trejectory pada
Pembelajaran Berdiferensiasi Materi Keliling Bangun Datar Berdasarkan
Perbedaan Gaya Belajar. Jurnal Pemikiran Pendidikan, 28(2), 29–41.
https://doi.org/10.30587/didaktika.v28i2(1).4399
Rosnawati, G. dan. (2020). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. CV. Adanu
Abimata.
Setyo Budi. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Dua Satria Offset
Setiyo, A. (2022). Penerapan Pembelajaran Diferensiasi Kolaboratif dengan
Melibatkan Orang Tua dan Masyarakat untuk Mewujudkan Student ’ S
Well- Being di Masa Pandemi. Jurnal Ilmiah Biologi, 11(April), 61–78.
Siagian, B. A., Situmorang, S. N., Siburian, R., & Sihombing, A. (2022).
Sosialisasi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Program Merdeka Belajar
di SMP Gajah Mada Medan. Jurnal Indonesia Berdaya, 3(April), 339–
344.
Simatupang Halim. 2019. Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21. Surabaya: CV.
Cipta Media Guru
Suardi, Moh. (2019). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (2003).
Wasih, W., Hayati, M. N., & Fatkhurrohmah, M. A. (2020). Pengaruh POE
berbasis Blended Learning Terhadap High Order Thingking Skill (HOTS)
Peserta Didik SMP. Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti, 4(1), 1-11.
https://doi.org/10.24905/jpmp.v4i1.1516
92

Wulandari, A. S. (2022). Literature Review: Pendekatan Berdiferensiasi Solusi
Pembelajaran dalam Keberagaman. Jurnal Pendidikan MIPA,
12(September), 682–689.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian/Observai/Pengamatan
Lampiran 2 Identitas Informan/Narasumber
Lampiran 3 Intrumen Wawancara Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
Lampiran 4 Instrumen Hasil Wawancra Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
93

Lampiran 5 Foto atau Dokumentasi Penelitian
Lampiran 6 Kartu BAP Skripsi
Lampiran 7 Riwayat Hidup
Lampiran 8 Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 9 Lembar Perbaikan Skripsi
94

LAMPIRAN
Lampiran 5
Foto dan Dokumentasi Penelitian
95

Foto Sekolah Tempat Penelitian
96

Wawancara dengan Kepala SDN 24 Dompu
97

Wawancara Guru Kelas/Guru Bahasa Indonesia
Kelas 1 SDN 24 Dompu
98

Foto Wawancara dengan Peserta Didik Kelas 1
99

100

Aktivitas Pembelajaran Berdiferensiasi

101

102

103

104

105

Dokumentasi Jadwal Pelajaran dan Absen Kehadiran Siswa
106

Dokumentasi Tugas Siswa
107

Tugas Kelompok
108

Tugas individu
109

110

111

112

113

114

Lampiran 2
PROFIL INFORMAN/NARASUMBER
Profil Narasumber
Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai 3 (Tiga) kategori narasumber yang
kepala program studi dan sekretaris pimpinan, narasumber tersebut adalah:
1.Kepala Sekolah
Nama : Susmiati, S.Hi.
NIP ; 1981010520090120004
Jabatan : Kepala Sekolah
Masa Kerja : 2009-Sekarang/ 15 Tahun
Umur : 43 Tahun
2.Guru Kelas
Nama : Murwati, S.Pd.
NIP : 198205152022212038
Jabatan : Guru Kelas 2
Masa Kerja : 2005-sekarang/ 19 Tahun
Umur : 42 Tahun
3.Siswa
Untuk informan siswa diambil hanya 4 orang sebagai sampel penelitian.
a.Nama ; Muhammad Al Fatin
Umur : 7 Tahun
Kelas ; 1 (Satu)
Alamat : Lingkungan Mada Kimbi Kel. Kandai 1
b.Nama ; Puput Melati
Umur : 7 Tahun
Kelas ; 1 (Satu)
115

Alamat: Lingkungan Mada Kimbi Kel. Kandai 1
c.Nama ; Nia Ramadhani
Umur : 7 Tahun
Kelas ; 1 (Satu)
Alamat : Lingkungan Mada Kimbi Kel. Kandai 1
d.Nama ; Nur Mahesa
Umur : 7 Tahun
Kelas ; 1 (Satu)
Alamat : Lingkungan Mada Kimbi Kel. Kandai 1
116

KARTU KEIKUTSERTAAN SEMINAR
NAMA : Muhammad Faqih
NIM : C722201901001
PROGRAM STUDI : Pendidikan Sejarah
SEMESTER : VIII
No
NAMA
PEMAKALAH
WAKTU DAN
TEMPAT
PRODI
KETUA DEWAN
PENGUJI
NAMA
TANDA
TANGAN
1Rosmiati
NIM C722201901001
14.00-16.00
WITA / R.3
P-SJ Nurjanah, M. Pd.
3dst…………… dst…………… dst……..dst…………… dst…………
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Mengetahui/Mengesahkan
Program Studi Pendidikan
Sejarah,
Ketua,
Sumiyati, M. Pd.
NIDN. 082828078802
117

BERITA ACARA PEMBIMBINGAN (BAP)
PROPOSAL PENELITIAN/SKRIPSI
Nama : Muhammad Faqih
NIM : C722201901001
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Semester : VIII
Alamat Rumah: Jl. Nusantara, RT 02, RW 05 Lingk. Bada-Dompu
Judul Penelitian: Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil belajar Siswa SMA.
No.
Tanggal,
Bulan &
Tahun
Materi Bimbingan
Tanda Tangan
Pembimbing
1
2
3
4
dst.
*) cetak yang sesuai
Mengetahui
Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
Sumiyati, M. Pd.
NIDN 082828078802
Dompu, 12 Maret 2020
Pembimbing I/II, *)
Sugerman, M. Pd.
NIDN. 0812118603
118
Pas Foto
Warna
(3x4)

LEMBAR PERBAIKAN SKRIPSI PENELITIAN/SKRIPSI
Nama : Fita Andryani
NIM : C79201130
Program Studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Judul Penelitian:
No. BAB /SUB-BAB MATERI YANG DIREVISI
1.
2.
3.
dst.
*
) pilih yang sesuai
Dompu, 21 Agustus 2024
Mengetahui,
Penguji I/II/III/IV
*
)

Jama’ah M.Pd.
NIDN 0812057501
119
ANALISIS PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI YANG
DIINTEGRASIKAN DENGAN KOMPETENSI SOSIAL
EMOSIONAL (KSE)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fita Andryani.
NIM : C-7932202001130
Program Studi : PGSD (S-1)
Perguruan Tinggi: STKIP Yapis Dompu
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang Saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya Saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang Saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran Saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Dompu, Agustus 2024
Yang membuat pernyataan,

Fita Andryani
NIM 79322020011305
120

RIWAYAT HIDUP
Fita Andryani, dilahirkan di Dompu Provinsi NTB pada tanggal
07 April 1994, anak ke tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan
Bapak Sulaiman dan Ibu Rukmini. Tamat SDN No. 24 Dompu
(2005) masuk SMPN 3 Dompu hingga tamat tahun 2008,
kemudian melanjutkan ke SMKN 1 Dompu dan tamat tahun
2011. Semuanya diikuti di kabupaten Dompu NTB. Setelah Lulus SMKN 1
Dompu saya sempat mengikuti tes Kowat di Mataram namun saya dinyatakan
tidak Lulus. Tahun 2012 saya mengikuti tes pegawai Honor di SDN 24 Dompu
dan saya diterima dan bekerja di SDN 24 Dompu mulai dari 2012-Sekarang
sebagai Pegawai. Kemudian Tahun 2020 saya mengikuti kuliah di STKIP Yapis
Dompu sebagai Mahasiswa Reguler Jurusan PGSD. Saya mengambil jurusan
PGSD karena bertugas atau bekerja di Sekola Dasar. Saya sering kali mengajar
menggatikan guru-guru yan g tidak ada atau yang sedang bertugas keluar sekolah.
Pada saat itulah saya memiliki cita-cita menjadi guru, sampai sekarang saya
dipercaya menjadi guru pendamping kelas 2 SDN 24 Dompu. Saya berharap
ketika saya keluar bisa mengaplikasin ilmu yang diberikan oleh dosen-dosen
hebat STKIP Yapis Dompu. Saya juga berharap tahun ini bisa mengikuti Tes
Pengawai P3K atau PNS sehingga bisa menjadi kebangga kampusku tercinta ini.
121
Tags