Artikel Pendidikan-model-model pembelajaran.pdf

703503f 118 views 12 slides Mar 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 12
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12

About This Presentation

Model-model pembelajaran


Slide Content

1

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Oleh :
Yusuf
ABSTRAK
Pembelajaran merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai pendekatan untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta didik. Model pembelajaran dikembangkan
untuk memberikan struktur dan strategi yang efektif dalam menyampaikan materi sesuai dengan
tujuan pendidikan. Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar, seperti model pembelajaran langsung, kooperatif, berbasis masalah, dan
berbasis proyek. Setiap model memiliki karakteristik, keunggulan, serta keterbatasan yang
berbeda, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, tujuan pembelajaran, dan
kondisi lingkungan belajar. Penelitian dan inovasi dalam model pembelajaran terus berkembang
untuk meningkatkan efektivitas pendidikan serta menciptakan pengalaman belajar yang lebih
interaktif dan bermakna. Dengan memahami berbagai model pembelajaran, pendidik dapat
memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Inovasi Pendidikan, Efektivitas
Pembelajaran.
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa dapat
melakukan aktivitas belajar guna mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Menurut
Sudjana (2005), pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu, dalam merancang
kegiatan pembelajaran, seorang guru perlu memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, serta
metode yang digunakan untuk menyampaikan materi. Selain itu, guru juga harus
mempertimbangkan bentuk dan jenis penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa (Arends, 2012).
Dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, guru harus memahami
berbagai pendekatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman yang baik tentang hal ini
memungkinkan guru untuk memilah, memilih, dan menetapkan metode pembelajaran yang
paling sesuai dengan kebutuhan siswa serta tujuan pembelajaran (Joyce & Weil, 2011). Setiap
model pembelajaran memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing yang perlu
disesuaikan dengan kondisi kelas, karakteristik peserta didik, serta materi yang akan diajarkan.
Menurut Slavin (2018), model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran agar tujuan dapat tercapai
secara efektif. Model pembelajaran juga dirancang untuk menciptakan pengalaman belajar yang
menarik dan bermakna bagi siswa. Oleh sebab itu, guru harus cermat dalam memilih model
pembelajaran yang tidak hanya relevan dengan materi, tetapi juga sesuai dengan gaya belajar
siswa.
Setiap pendekatan pembelajaran memiliki perspektif yang berbeda mengenai konsep dan
makna pembelajaran, peran guru, serta karakteristik siswa. Menurut Piaget (1952), pendekatan

2
pembelajaran yang efektif harus mempertimbangkan tahap perkembangan kognitif siswa,
sehingga materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami. Pendekatan konstruktivisme,
misalnya, menekankan bahwa pembelajaran terjadi melalui pengalaman aktif dan interaksi
dengan lingkungan (Vygotsky, 1978).
Perbedaan pendekatan ini juga berdampak pada variasi strategi dan model pembelajaran
yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. Sebagai contoh, pendekatan behavioristik lebih
menekankan pada penguatan perilaku melalui stimulus dan respons (Skinner, 1953), sementara
pendekatan kognitif lebih fokus pada proses internal dalam memahami informasi (Bruner,
1966). Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai serta karakteristik siswa.
Menurut Gagne (1985), keberhasilan pembelajaran bergantung pada bagaimana seorang
guru mengorganisir materi dan aktivitas belajar secara sistematis. Model pembelajaran
langsung, misalnya, cocok untuk materi yang bersifat konseptual dan prosedural, sedangkan
model pembelajaran berbasis proyek lebih sesuai untuk pengembangan keterampilan berpikir
kritis dan kolaboratif (Kilpatrick, 1918). Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan harus berbasis pada pertimbangan yang
matang.
Seiring dengan perkembangan zaman, model pembelajaran juga mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pendidikan modern. Menurut Reigeluth
(1999), pembelajaran berbasis teknologi memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam
proses belajar-mengajar, terutama dalam mendukung pembelajaran mandiri dan kolaboratif.
Model pembelajaran blended learning, misalnya, mengombinasikan pembelajaran tatap muka
dengan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa (Graham,
2006).
Selain itu, pendidikan abad ke-21 menuntut keterampilan berpikir kritis, kreativitas,
kolaborasi, dan komunikasi (Trilling & Fadel, 2009). Oleh karena itu, model pembelajaran
inovatif seperti pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dan pembelajaran
berbasis proyek (Project-Based Learning) semakin banyak diterapkan untuk membekali siswa
dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan global. Model-model ini memberikan
pengalaman belajar yang lebih nyata dan menantang, sehingga dapat meningkatkan motivasi
serta keterlibatan siswa dalam pembelajaran (Hmelo-Silver, 2004).
Dalam praktiknya, pemilihan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti kesiapan guru, sarana dan prasarana, serta lingkungan belajar. Menurut Marzano (2007),
guru yang memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai model pembelajaran dapat lebih
fleksibel dalam menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas. Dengan
demikian, guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif serta memfasilitasi siswa
dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penelitian dalam bidang pendidikan terus berkembang untuk menemukan model
pembelajaran yang lebih efektif dan adaptif terhadap perubahan zaman. Menurut Mayer (2014),
pendekatan pembelajaran yang berbasis pada penelitian empiris dapat membantu guru dalam
merancang pengalaman belajar yang lebih efektif. Oleh karena itu, penting bagi para pendidik
untuk terus mengembangkan wawasan mereka mengenai berbagai model pembelajaran agar
dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa.

3
Dengan memahami berbagai model pembelajaran, guru dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap model memiliki karakteristik dan
keunggulan tersendiri, yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai model-model
pembelajaran menjadi aspek krusial dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai
jenjang sekolah (Arends, 2012).

DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti
yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Pengertian model pembelajaran menurut para ahli :
1. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran yang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran
kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
2. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
3. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap
sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas
(Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).
4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
5. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model
tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14).
6. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model
pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan
model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain
guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Prinsip reaksi (principles of reaction) yang
menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap
apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah
dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan

4
penilaian terhadap siswanya, terutama untuk halhal yang berkait dengan kreativitas. Sistem
pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat
digunakan untuk mendukung model tersebut.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga
model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti .

DEFINISI DAN PERBEDAAN KOMPONEN PEMBELAJARAN ( PENDEKATAN,
STRATEGI, TAKTIK TEKNIK , METODE)
Pendekatan pembelajaran memiliki berbagai definisi, tetapi secara umum dapat diartikan
sebagai cara pandang atau orientasi terhadap proses pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan instruksional tertentu (Sanjaya, 2016). Pendekatan ini memberikan dasar
teoretis bagi metode pembelajaran yang digunakan dalam suatu proses belajar-mengajar.

Secara umum, pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua kategori utama:
1. Pendekatan berorientasi pada siswa (Student-Centered Approach)
o Menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
o Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan konsep
secara mandiri.
o Contoh: Model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) dan
pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning).
2. Pendekatan berorientasi pada guru (Teacher-Centered Approach)
o Guru memiliki peran utama dalam menyampaikan materi dan menjadi sumber
utama informasi.
o Siswa berperan sebagai penerima pengetahuan secara langsung dari guru.
o Contoh: Metode ceramah dan demonstrasi.
Pendekatan dalam pembelajaran dapat diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan berbagai
disiplin ilmu, seperti pendekatan filosofis, psikologis, dan sistematis.
a. Pendekatan Filosofis
• Idealisme: Pembelajaran dilakukan melalui dialektika dan penanaman nilai moral
(Brubacher, 1982).
• Realisme: Menekankan pembelajaran berbasis pengalaman langsung.
• Pragmatisme: Menekankan pembelajaran berbasis aktivitas dan pemecahan masalah.
• Konstruktivisme: Siswa mengembangkan konsep sendiri berdasarkan pengalaman.
• Eksistensialisme: Memfokuskan pembelajaran pada minat dan kebutuhan siswa.
• Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila): Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila
dalam pembelajaran.
b. Pendekatan Psikologis
• Behaviorisme: Menekankan pembiasaan dan latihan (Skinner, 1953).
• Kognitivisme: Berfokus pada pemrosesan informasi dan pengembangan fungsi kognitif
(Piaget, 1952).
• Humanisme: Mengutamakan pengalaman belajar yang bermakna dan pengembangan
kepribadian (Maslow, 1987).

5
c. Pendekatan Sistem
Pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai komponen yang berinteraksi,
seperti tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi (Dick & Carey, 1990).
Strategi pembelajaran adalah pola umum interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar
dalam lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran (Joyce & Weil, 2000). Strategi
pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Rasio Guru dan Siswa
• Pembelajaran klasikal (satu guru, banyak siswa).
• Pembelajaran kelompok kecil (5-7 siswa).
• Pembelajaran individual.
• Pembelajaran berbasis tim guru.
b. Berdasarkan Pola Hubungan Guru dan Siswa
• Pembelajaran tatap muka.
• Pembelajaran melalui media.
• Kombinasi keduanya.
c. Berdasarkan Peran Guru dan Siswa
• Pembelajaran berpusat pada guru.
• Pembelajaran berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan strategi
pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Arends, 2012). Beberapa metode
pembelajaran umum meliputi:
• Metode Ceramah: Efektif untuk menyampaikan banyak informasi dalam waktu singkat.
• Metode Diskusi: Meningkatkan pemahaman konsep melalui interaksi.
• Metode Demonstrasi: Menunjukkan proses secara langsung kepada siswa.
• Metode Eksperimen: Mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep
pembelajaran.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan metode
harus disesuaikan dengan strategi pembelajaran dan kondisi kelas.
Teknik pembelajaran adalah cara spesifik dalam mengimplementasikan metode
pembelajaran di dalam kelas (Gagne, 1985). Teknik dapat bervariasi tergantung situasi, seperti:
• Variasi dalam penyampaian ceramah, misalnya menggunakan humor atau alat bantu
visual.
• Teknik diskusi yang berbeda, misalnya diskusi kelompok kecil atau debat.

MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
1. Model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw
a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota
kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah disiapkan
oleh guru (misal ada 5 materi/topik).

6












b. Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung
membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai
berikut:












c. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-
masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk
menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok
ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:













d. Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar
pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok
asal berjalan secara efektif dan optimal.
e. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang
dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa.
Soal harus dikerjakan secara individual.
- Misal 1 kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
Kelompok Asal
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A
Materi B Materi C Materi D Materi E

7
f. Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai
penghargaan untuk masing-masing kelompok.

2. Model Pembelajaran Make A match
Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe Make A Match atau
bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja
sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.Teknik pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas
dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk
berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (membuat pasangan) ini
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu
soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta gambar).
2. Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban
3. atau soal dari kartu yang dipegang.
4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi point)
5. Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya.
Model pembelajaran Make A Match dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerjasama dengan anggota kelompoknya
agar tanggung jawab dapat tercapai, sehingga semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make A Match menurut
Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah :
1. Kelebihan model pembelajaran tipe Make A Match antara lain: (1) dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; (2) karena ada unsur
permainan, metode ini menyengkan; (3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (4) efektif sebagai
sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan (5) efektif melatih
kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
2. Kelemahan media Make A Match antara lain: (1) jika strategi ini tidak dipersiapkan
dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang; (2) pada awal-awal penerapan metode,
banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya; (3) jika guru tidak
mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada
saat presentasi pasangan; (4) guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman
pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan (5)
menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
3. Model Pembelajaran Snowball throwing
Model Pembelajaran snowball throwing (melempar bola) merupakan jenis
pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. Metode ini bertujuan
untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang
disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam
keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar.

8
Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing
a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru membentuk kelompok –
kelompok dan memnggil masing – masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
b) Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
c) Kemudian masing – masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
d) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain
selama kurang lebih 5 menit.
e) Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
f) Evaluasi
g) Penutup.

4. Model Pembelajaran Talking stick
Model pembelajaran talking stick merupakan sebuah model belajar yang mana dalam
pengaplikasiannya siswa akan mempergunakan tongkat dalam kegiatannya. Hal yang pertama
kali guru lakukan adalah mengambil tongkat dan memberikannya kepada siswa, setelah itu
pendidik memberikan sebuah pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat mesti menjawab
pertanyaan dari gurunya tersebut. Demikian seterusnya sampai semua siswa mendapatkan
giliran menjawab pertanyaan.
a. Langkah-langkah model pembelajaran talking stick
Untuk langkah-langkah penerapan model pembelajaran talking stick bisa dilihat pada
poin-poin berikut:
1. Pendidik mempersiapkan tongkat yang panjangnya sekitar 20 cm.
2. Pendidik menyampaikan materi yang hendak dipelajari, dan memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok untuk mempelajari dan membaca materi.
3. Peserta didik melakukan diskusi untuk membahas permasalahan dari sebuah wacana
yang diberikan.
4. Setelah siswa melakukan kegiatan diskusi dan mempelajari materi, guru
mengintruksikan siswa untuk menutup buku.
5. Pendidik mengambil sebuah tongkat dan memberikannya kepada salah seorang peserta
didik, setelah itu pendidik memberikan suatu pertanyaan dan bagi peserta didik yang
sedang memegang tongkat tersebut mesti menjawab pertanyaan dari guru. demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat pertanyaan.
6. Guru membuat kesimpulan.
7. Kegiatan evaluasi/penilaian.
8. Selesai
b. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran talking stick
• Menguji kesiapan peserta didik dalam KBM
• Melatih kecepatan peserta didik dalam mempelajari materi
• Melatih keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat
• Melatih siswa dalam menghargai ide serta jawaban orang lain
• Menumbuhkan tingkat kepercayaan diri siswa

9
5. Model Pembelajaran Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media
gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di
urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture
and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
a.Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
b.Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

6. Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih
kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind
mapping).
Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan (2002) sejak akhir tahun 1960-an sebagai cara untuk
mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar. Iwan
Sugiarto (2004: 75) mengemukakan “pemetaan pikiran (mind mapping) adalah teknik meringkas
bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta
atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya”. Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat
mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat
membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Hasil mind mapping
berupa mind map. Mind map adalah suatu diagram yang digunakan untuk merepresentasikan
kata-kata, ide-ide, tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya yang dikaitkan dan disusun
mengelilingi kata kunci ide utama.
7. Model Pembelajaran Two stay Two stray
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1990). Metode in bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia peserta didik. Metode Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran

10
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2014:207).
Menurut Suprijono (2010:93) model Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu.
Pembelajaran dengan model ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok
terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka
diskusikan jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok usai, dua orang dari masing-masing
kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota
kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima
tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada
tamu tersebut. Dua orang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok.
Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompok asal, baik peserta
didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan
membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray menurut Ika Berdiati (2010: 92)
adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua bertamu merupakan
bagian dari pembelajaran kooperatif yang memberi pengalaman kepada siswa untuk berbagi
pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya. Dalam diskusi
berkelompok siswa dituntut berperan sacara aktif untuk memecahkan suatu masalah secara
bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Setelah itu hasil dari diskusi kelompok akan
dicocokkan dengan jawaban dengan kelompok lain yang diperoleh dari dua teman mereka yang
bertamu ke kelompok lain.

8. Model Pembelajaran Artikulasi
Model Pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai,
artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada
siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut
untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa
dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi
yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.

Langkah-langkah Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.

9. Model Pembelajaran scramble
Model Pembelajaran scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan
mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal.(
Fadmawati,2009). Sedangkan menurut Soeparno (1998:60) berpendapat bahwa metode
scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan
suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.

11
Harjasurjana dan Mulyati dalam Rahayu (2007) “Mengemukakan bahwa Istilah
“Scramble” di pinjam dari bahasa inggris yang berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan.”
Istilah ini digunakan untuk sejenis permainan kata, dimana permainan menyususn huruf huruf
yang telah diacak susunannya menjadi suatu kata yang tepat. Pembelajaran model scramble,
memiliki kesamaan dengan model pembelajaran lainnya, siswa dikelompokkan secara acak
berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. Pernyataan ini
diungkapkan oleh Lestari (2009).

Manfaat Model Pembelajaran Scramble
a.Bagi Peserta Didik :
1. Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengingat istilah yang sulit akan
terkurangi bebannya.
2. Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.
3. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi.
b.Bagi guru :
1. Mendapat Pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
2. Sebagai motivasi meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang
bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan
yang terbaik bagi peserta didik.
3. Guru dapat semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi
tetap serius.

KESIMPULAN
Model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih
menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan
sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan
isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti . Pendekatan pembelajaran memiliki banyak
sekali definisi namun masing-masing masih memiliki hubungan. Dalam pendekatan
pembelajaran filsafat ada 3 yaitu : idealism, realiasme, pragmatisme, kontruktivisme,
eksistensialisme, dan pendidikan nasional pancasila. Pada model – model pembelajaran yang
kita bahas ada 4 yaitu : saintific, problem based learning, Discovery Learning, dan Pembelajaran
berbasis proyek .Dalam penyusunan artikel ini. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran,
meskipun semuanya saling berhubungan:
• Pendekatan: Kerangka teoretis yang mendasari pembelajaran.
• Strategi: Rencana umum untuk mengatur interaksi pembelajaran.
• Metode: Cara spesifik yang digunakan untuk melaksanakan strategi.
• Teknik: Cara khusus dalam menerapkan metode di dalam kelas.
Model-model pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan proses belajar-
mengajar. Setiap model memiliki karakteristik yang berbeda dan dapat diterapkan sesuai dengan
kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah dan berbasis
proyek, misalnya, sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Selain itu, model pembelajaran konstruktivis menekankan pada pengalaman langsung dan
penemuan konsep oleh siswa, yang memungkinkan pemahaman lebih mendalam. Model
pembelajaran berbasis kooperatif, seperti jigsaw dan think-pair-share, membantu meningkatkan
keterampilan sosial dan kerja sama antar siswa. Penerapan model pembelajaran juga harus

12
memperhatikan kondisi kelas dan karakteristik siswa. Guru perlu fleksibel dalam mengadaptasi
model yang digunakan agar sesuai dengan situasi pembelajaran yang dinamis. Evaluasi model
pembelajaran juga menjadi aspek penting dalam memastikan efektivitasnya. Guru harus
melakukan refleksi terhadap implementasi model yang digunakan serta mengukur dampaknya
terhadap hasil belajar siswa.
Dengan memahami berbagai model pembelajaran, guru dapat menciptakan pengalaman
belajar yang lebih menarik, bermakna, dan efektif. Model yang tepat akan membantu siswa
tidak hanya memahami materi, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir dan sosial
yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill.
Brubacher, J. S. (1982). Modern Philosophies of Education. New York: McGraw-Hill.
Dick, W., & Carey, L. (1990). The Systematic Design of Instruction. New York: Harper Collins.
Gagne, R. M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York: Holt,
Rinehart & Winston.
Joyce, B., & Weil, M. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.
Maslow, A. H. (1987). Motivation and Personality. New York: Harper & Row.
Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. New York: International Universities
Press.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Skinner, B. F. (1953). Science and Human Behavior. New York: Free Press.
Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn &
Bacon.
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes.
Cambridge: Harvard University Press.
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational
Goals. New York: Longmans.
Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory.
Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Merrill, M. D. (2002). First Principles of Instruction. Educational Technology Research and
Development.
Reigeluth, C. M. (1999). Instructional-Design Theories and Models: A New Paradigm of
Instructional Theory. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Tags