Artikel-strategi pendidikan karakter bangsa dalam menghadapi globalisasi.pdf

703503f 15 views 10 slides Mar 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 10
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10

About This Presentation

Strategi pendidikan karakter bangsa dalam menghadapi globalsasi


Slide Content

1
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI

Oleh :
Yusuf

ABSTRAK
Globalisasi membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan,
termasuk dalam bidang pendidikan. Tantangan utama yang dihadapi adalah
bagaimana mempertahankan nilai-nilai karakter bangsa di tengah arus globalisasi
yang semakin kuat. Pendidikan karakter menjadi strategi utama dalam
membangun jati diri bangsa yang berlandaskan nilai-nilai luhur. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis strategi pendidikan karakter bangsa dalam
menghadapi globalisasi serta mengidentifikasi pendekatan yang efektif dalam
implementasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan
pendekatan deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
pendidikan karakter yang efektif melibatkan sinergi antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai moral, etika, serta kebangsaan kepada
generasi muda. Selain itu, integrasi teknologi dalam pendidikan karakter juga
menjadi faktor penting untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan
strategi yang tepat, pendidikan karakter dapat menjadi benteng dalam menghadapi
tantangan globalisasi sekaligus memperkuat identitas dan daya saing bangsa.
Kata kunci: pendidikan karakter, globalisasi, strategi pendidikan, nilai-nilai
bangsa, identitas nasional.
PENDAHULUAN
Globalisasi telah menjadi fenomena yang tidak terhindarkan dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Kemajuan teknologi dan
informasi telah mempercepat arus globalisasi, yang membawa dampak positif
maupun negatif terhadap nilai-nilai budaya dan karakter bangsa (Hidayat &
Mulyadi, 2021). Dalam menghadapi tantangan globalisasi, pendidikan karakter
menjadi instrumen penting dalam menjaga identitas dan jati diri bangsa.
Pendidikan karakter merupakan proses yang bertujuan untuk menanamkan
nilai-nilai moral dan etika kepada peserta didik agar mereka memiliki kepribadian
yang kuat dan berintegritas (Suyatno et al., 2022). Pendidikan ini tidak hanya
berorientasi pada kecerdasan intelektual, tetapi juga membentuk sikap dan
perilaku yang sesuai dengan norma sosial dan budaya bangsa.
Menurut penelitian Susanto (2021), globalisasi membawa berbagai
tantangan, seperti pergeseran nilai budaya, individualisme, dan penurunan
moralitas di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, strategi pendidikan karakter
yang efektif sangat diperlukan untuk membentengi generasi muda dari dampak
negatif globalisasi.

2
Pemerintah Indonesia telah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
kurikulum nasional melalui berbagai kebijakan, seperti Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK). Program ini bertujuan untuk membangun karakter siswa yang
berlandaskan nilai-nilai religius, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan
integritas (Kemendikbud, 2020).
Selain melalui kebijakan nasional, peran keluarga juga sangat penting dalam
membentuk karakter anak. Orang tua memiliki tanggung jawab utama dalam
menanamkan nilai-nilai moral sejak dini, sehingga anak dapat tumbuh dengan
prinsip-prinsip yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing yang
tidak sesuai dengan nilai bangsa (Rahmawati & Santoso, 2023).
Lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, juga memiliki peran
strategis dalam pendidikan karakter. Sekolah tidak hanya menjadi tempat transfer
ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi lingkungan yang kondusif untuk
menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada peserta didik (Prasetyo, 2021).
Strategi pendidikan karakter yang efektif mencakup pendekatan holistik
yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendekatan ini
memastikan bahwa peserta didik tidak hanya memahami nilai-nilai karakter, tetapi
juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Mulyono, 2022).
Salah satu tantangan dalam implementasi pendidikan karakter adalah
pengaruh media digital yang semakin kuat dalam kehidupan anak-anak dan
remaja. Konten-konten yang beredar di media sosial sering kali tidak sejalan
dengan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan dalam pendidikan formal
(Fauziah & Kurniawan, 2021). Oleh karena itu, diperlukan strategi yang adaptif
dalam mengintegrasikan pendidikan karakter dengan teknologi.
Menurut penelitian terbaru, penggunaan teknologi dalam pendidikan
karakter dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Misalnya, pemanfaatan
media digital interaktif dapat membantu siswa memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai karakter dengan cara yang lebih menarik dan inovatif (Wibowo et al.,
2023).
Selain itu, kolaborasi antara sekolah dan masyarakat juga menjadi faktor
penting dalam keberhasilan pendidikan karakter. Kegiatan ekstrakurikuler,
program pengabdian masyarakat, dan keterlibatan komunitas dapat menjadi sarana
untuk memperkuat nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari (Saputra &
Lestari, 2022).
Pembentukan karakter bangsa juga harus memperhatikan aspek kebudayaan
lokal. Pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal dapat memberikan
landasan yang lebih kuat dalam menghadapi pengaruh budaya asing yang datang
bersama globalisasi (Nugroho & Wahyuni, 2023).
Di tingkat internasional, pendidikan karakter juga telah menjadi perhatian
utama dalam sistem pendidikan berbagai negara. Negara-negara maju seperti
Finlandia dan Jepang telah berhasil mengimplementasikan pendidikan karakter
dalam sistem pendidikan mereka, yang dapat menjadi referensi bagi Indonesia
(Santoso, 2021).
Namun, implementasi pendidikan karakter di Indonesia masih menghadapi
berbagai tantangan, seperti kurangnya pelatihan bagi pendidik, minimnya sarana
dan prasarana, serta kurangnya dukungan dari lingkungan sosial tertentu (Arifin,
2022). Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara berbagai pihak untuk
mengatasi kendala tersebut.

3
Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan karakter harus terus
diperkuat agar mampu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara
intelektual, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi. Hal ini sejalan dengan visi
Indonesia untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya
saing global (Kemendikbud, 2023).
Dengan demikian, strategi pendidikan karakter bangsa harus terus
dikembangkan dan disesuaikan dengan dinamika zaman. Sinergi antara keluarga,
sekolah, masyarakat, dan pemerintah menjadi kunci utama dalam membangun
karakter bangsa yang kokoh di tengah arus globalisasi (Yusuf & Hidayat, 2023).

Pengertian Pendidikan Berbasis Karakter
Dua hal utama yang perlu dibahas dalam pendidikan berbasis karakter
adalah pendidikan dan karakter itu sendiri. Dalam kajian pendidikan, terdapat
berbagai ranah pendidikan, seperti pendidikan intelektual, pendidikan
keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak) (Samani &
Hariyanto, 2020). Menurut Pasal 1 Butir 1 UU 20/2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Kemendikbud, 2020).
Sementara itu, karakter dalam Kamus Poerwadarminta (2021) diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Karakter merupakan standar batin yang
terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Menurut Lickona (2021),
karakter terdiri dari nilai-nilai (values) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan
cerminan dari nilai yang melekat dalam sebuah entitas. Karakter yang baik
merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang baik, yang mencerminkan mentalitas,
sikap, dan perilaku seseorang (Suyatno et al., 2022).
Pendidikan karakter berkenaan dengan aspek psikis individu, seperti
keinginan, motivasi, dan dorongan dalam bertindak (Wibowo et al., 2023).
Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai hidup seperti
kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan,
kebaikan, dan keimanan (Rahmawati & Santoso, 2023). Dengan demikian,
pendidikan berbasis karakter memungkinkan peserta didik mengintegrasikan
informasi yang diperoleh selama pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup
dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Pendidikan berbasis karakter juga membantu individu mengenali jati dirinya
sebagai makhluk sosial, warga negara, dan bagian dari masyarakat. Kesadaran ini
menjadi ukuran martabat seseorang sehingga mereka dapat berpikir objektif,
terbuka, dan kritis, serta memiliki harga diri yang tidak mudah goyah (Prasetyo,
2021). Individu dengan karakter yang kuat akan menunjukkan integritas,
kejujuran, kreativitas, serta produktivitas dalam setiap tindakannya.
Selain itu, pendidikan berbasis karakter membekali individu dengan
kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat terhadap berbagai situasi,
menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran, peka terhadap nilai keramahan
sosial, serta bertanggung jawab atas tindakannya (Mulyono, 2022). Karakter yang
kuat memungkinkan seseorang menghadapi tantangan globalisasi tanpa

4
kehilangan jati diri, serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan
kebangsaan (Nugroho & Wahyuni, 2023).
Dengan demikian, pendidikan karakter menjadi fondasi penting dalam
membentuk generasi yang tidak hanya unggul dalam aspek intelektual tetapi juga
memiliki moralitas yang tinggi. Implementasi pendidikan berbasis karakter harus
terus diperkuat melalui sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah agar bangsa ini mampu menghadapi tantangan globalisasi dengan jati
diri yang kuat (Yusuf & Hidayat, 2023).

Perlunya Pendidikan Berbasis Karakter di Era Globalisasi
Berbagai fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini cukup
mengkhawatirkan. Fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah menjadi
hal yang umum. Pemaksaan kebijakan terjadi hampir pada setiap level institusi.
Manipulasi informasi menjadi hal yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan
kehendak satu kelompok terhadap kelompok lain dianggap biasa. Hukum begitu
jeli pada kesalahan, tetapi buta pada keadilan (Setiawan, 2021).
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini yang berada di era
global, bangsa Indonesia harus memiliki visi prospektif dan pandangan hidup
yang kuat agar tidak didekte, dan diombang-ambingkan oleh kekuatan asing
(Yusuf & Hidayat, 2023). Berbagai bentuk pelanggaran masih terus terjadi.
Tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM, perilaku amoral dan runtuhnya budi
pekerti luhur, anarkhisme dan ketidaksabaran, korupsi, ketidakjujuran, serta
lemahnya jati diri bangsa terus menghiasi kehidupan bangsa kita (Suryanto,
2022).
Proses demokrasi yang semakin meluas dan tantangan globalisasi yang
semakin kuat dan beragam di satu pihak serta dunia pendidikan yang lebih
mementingkan penguasaan akademik dan mengabaikan pendidikan nilai/moral,
merupakan alasan yang kuat bagi Indonesia untuk membangkitkan komitmen dan
melakukan gerakan nasional pendidikan karakter (Nugroho & Wahyuni, 2023).
Lebih jauh dari itu, Indonesia dengan masyarakatnya yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika dan dengan falsafah negaranya Pancasila yang sarat dengan nilai dan moral,
merupakan alasan filosofis, ideologis, dan sosial-kultural tentang pentingnya
pendidikan karakter untuk dibangun dan dilaksanakan secara nasional dan
berkelanjutan (Kemendikbud, 2023).

Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di Era Globalisasi
Pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai nasionalisme di sekolah-
sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lain tidak berjalan efektif karena
siswa tidak menemukan sosok teladan (Rahmawati & Santoso, 2023). Akibatnya,
siswa berpandangan bahwa pendidikan karakter di era globalisasi ini hanya
sekadar wacana dan tidak perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka hanya meyakini paham baru yang disebabkan adanya globalisasi di segala
bidang yang justru bertolak belakang dengan nilai-nilai moral Pancasila di
Indonesia (Wibowo et al., 2023).
Penerapan pendidikan karakter sebenarnya dapat dilakukan pada berbagai
jenjang, mulai dari SD (bahkan TK) hingga perguruan tinggi. Sekolah (termasuk
perguruan tinggi) harus bisa melakukan upaya-upaya pembentukan karakter siswa
melalui kegiatan pembelajaran formal mereka di lembaga tersebut (Saputra &

5
Lestari, 2022). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan
pembentukan karakter pada mata pelajaran tertentu. Selain itu, juga dicarikan
tokoh-tokoh teladan dalam proses pembelajaran (Prasetyo, 2021).
Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam penerapan pendidikan
karakter, yaitu pemberian contoh oleh guru. Pepatah mengatakan bahwa guru
adalah seseorang yang digugu dan ditiru. Guru haruslah senantiasa memberikan
contoh terbaik kepada siswanya tentang perilaku-perilaku terpuji pembentuk
karakter (Arifin, 2022). Dengan demikian, ada kerja sama antara guru dan siswa
dalam membentuk karakter siswa.

Manfaat Pendidikan Berbasis Karakter di Era Globalisasi
Dari beberapa uraian di atas, manfaat pendidikan karakter di era globalisasi
sangat besar bagi kehidupan bangsa dan negara karena perannya yang sangat vital
dalam pembentukan karakter warga negara berdasarkan nilai-nilai etika dan
budaya bangsa. Berikut ini adalah berbagai manfaat dari pendidikan karakter
(Mulyono, 2022):
1. Pendidikan karakter menjadikan individu yang maju, mandiri, dan kokoh
dalam menggenggam prinsip.
2. Pendidikan karakter akan menjadi benteng dalam memerangi berbagai
perilaku berbahaya dan negatif.
3. Pendidikan karakter sebagai Promoting Prosocial Attitudes/Values.
4. Pendidikan karakter sebagai Encouraging Intellectual/Academic Values.
5. Pendidikan karakter sebagai Mempromosikan Pengembangan Pribadi
Holistik, termasuk pengembangan kepemimpinan dan pertumbuhan
spiritual.
6. Pendidikan karakter sebagai Encouraging Civic Responsibility
(Mendorong Tanggung Jawab Sosial).
Nilai–Nilai dalam Pendidikan Karakter
Menurut Nugroho & Wahyuni (2023), beberapa nilai utama dalam
pendidikan karakter meliputi:
1. Nilai Keutamaan: Menghayati dan melaksanakan tindakan utama yang
membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
2. Nilai Keindahan: Tidak hanya mencakup keindahan fisik tetapi juga
keindahan batin yang menentukan kualitas diri manusia.
3. Nilai Kerja: Menanamkan kejujuran, ketekunan, dan penghargaan
terhadap usaha.
4. Nilai Cinta Tanah Air: Mengembangkan semangat juang dan kepedulian
terhadap negara.
5. Nilai Demokrasi: Menghormati kebebasan berpikir dan menyampaikan
pendapat dalam masyarakat.
6. Nilai Kesatuan: Menghormati pluralitas dan perbedaan dalam masyarakat
untuk menjaga harmoni sosial.
7. Nilai Moral: Menentukan baik atau buruknya seseorang dalam
kehidupannya sehari-hari.

6
8. Nilai Kemanusiaan: Menghargai keberagaman budaya, agama, dan
keyakinan tanpa bersikap eksklusif.
Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, pendidikan karakter akan berperan
dalam membangun individu yang lebih baik dan bangsa yang lebih kuat dalam
menghadapi tantangan globalisasi (Yusuf & Hidayat, 2023).

Nilai – Nilai Dalam Pendidikan Karakter
1. Nilai Keutamaan
Manusia memiliki keutamaan kalau dia menghayati dan melaksanakan
tindakan-tindakan utama yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan
orang lain (Lickona, 2021). Keutamaan ini mencakup sikap jujur,
tanggung jawab, disiplin, dan kerja keras yang menjadi fondasi dalam
pembentukan karakter individu yang berkualitas (Samani & Hariyanto,
2020).
2. Nilai Keindahan
Nilai keindahan sering kali ditafsirkan hanya dalam bentuk keindahan fisik
seperti hasil karya seni, patung, bangunan, sastra, dan lain-lain. Namun,
menurut Wibowo et al. (2023), nilai keindahan sesungguhnya menyentuh
dimensi interioritas manusia yang menentukan kualitas diri sebagai
manusia. Nilai ini mencerminkan keharmonisan dalam berpikir, bertindak,
dan berperilaku.
3. Nilai Kerja
Nilai kerja mencerminkan sikap manusia terhadap penghargaan terhadap
usaha yang dilakukan dengan kesabaran, ketekunan, dan jerih payah
(Suyatno et al., 2022). Menurut Mulyono (2022), nilai kerja juga berkaitan
dengan kejujuran, disiplin, dan etos kerja yang tinggi dalam kehidupan
sosial dan profesional.
4. Nilai Cinta Tanah Air
Nilai cinta tanah air berkaitan dengan patriotisme dan semangat juang
yang dimiliki oleh seseorang terhadap negara dan bangsanya. Menurut
Rahmawati & Santoso (2023), individu yang memiliki cinta tanah air akan
rela berjuang tanpa pamrih demi kemajuan bangsa. Pendidikan karakter di
sekolah harus menanamkan nilai ini agar siswa memiliki kepedulian
terhadap negaranya.
5. Nilai Demokrasi
Nilai demokrasi mengacu pada kebebasan berpikir dan menyampaikan
pendapat yang dapat mempersatukan berbagai perbedaan yang ada dalam
masyarakat (Nugroho & Wahyuni, 2023). Demokrasi dalam pendidikan
karakter bertujuan untuk menciptakan warga negara yang kritis,
bertanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial
secara konstruktif.
6. Nilai Kesatuan
Nilai kesatuan mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan dan
pluralitas yang ada dalam masyarakat. Menurut Fauziah & Kurniawan
(2021), suatu negara tidak akan bertahan tanpa adanya nilai kesatuan yang
kuat dalam diri setiap individu. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus
menanamkan semangat kebersamaan dan toleransi.

7
7. Nilai Moral
Nilai moral merupakan panggilan bagi individu untuk menjaga integritas
diri dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Nilai moral
menentukan apakah seseorang dapat dikategorikan sebagai individu yang
baik atau buruk (Prasetyo, 2021). Menurut Arifin (2022), moralitas
menjadi aspek penting dalam membentuk kepribadian yang unggul dan
beretika.
8. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan berkaitan dengan sikap keterbukaan terhadap budaya
lain, termasuk keyakinan dan agama yang berbeda. Menurut Saputra &
Lestari (2022), nilai ini mendorong individu untuk tidak bersikap eksklusif
dalam kelompok tertentu, tetapi lebih mengutamakan kepentingan bersama
demi keharmonisan sosial.

Metodologi Pendidikan Karakter
Metodologi pendidikan karakter bertujuan untuk mencapai pertumbuhan
integral dalam pendidikan karakter. Dalam pelaksanaannya, perlu
dipertimbangkan berbagai macam metode yang mencapai idealisme dan tujuan
pendidikan karakter. Menurut Lickona (2021) dan Nucci et al. (2014), metode-
metode ini menjadi unsur yang sangat penting dalam pendidikan karakter di
sekolah:
1. Mengajarkan
Memberikan sesuatu hal yang baru agar peserta didik mengetahui dan
mengalami perubahan terhadap dirinya sendiri. Mengajarkan nilai-nilai
karakter diperlukan gagasan konseptual yang menjadi pemandu dalam
pengembangan karakter individu (Berkowitz & Bier, 2005).
2. Keteladanan
Menunjukkan contoh yang baik kepada peserta didik sehingga mereka
dapat meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan
merupakan metode yang paling efektif dalam pembentukan karakter
karena individu cenderung belajar dari apa yang mereka lihat (Lickona,
2021).
3. Menentukan Prioritas
Menentukan seberapa penting nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan pada individu dan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini,
diperlukan ketegasan dalam merumuskan prioritas nilai pendidikan
karakter sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan globalisasi
(Nucci et al., 2014).
4. Praksis Prioritas
Mengutamakan tindakan nyata dalam penerapan pendidikan karakter di
lapangan. Pendidikan karakter perlu dilaksanakan secara konkret dengan
adanya verifikasi dan evaluasi untuk memastikan implementasi nilai-nilai
karakter dalam kehidupan sehari-hari (Berkowitz & Bier, 2005).
5. Refleksi
Refleksi memungkinkan individu untuk memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai karakter secara mendalam. Melalui refleksi, seseorang dapat
mengevaluasi perilakunya sendiri dan berusaha meningkatkan kualitas

8
dirinya (Lapsley & Narvaez, 2006). Dengan demikian, refleksi menjadi
bagian penting dalam proses pembelajaran karakter.

Dengan menerapkan metode-metode tersebut secara konsisten dan
sistematis, pendidikan karakter diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan
memberikan dampak yang nyata dalam pembentukan generasi yang berintegritas
serta memiliki moralitas tinggi di era globalisasi.

Prinsip Prinsip Pendidikan Karakter Di Sekolah
Berikut adalah prinsip-prinsip pendidikan karakter di sekolah yang perlu
diperhatikan:
1. Karakter ditentukan oleh tindakan, bukan sekadar perkataan atau
keyakinan
Karakter seseorang tercermin melalui perbuatannya, bukan hanya dari apa
yang diucapkan atau diyakini. Tindakan nyata menunjukkan integritas dan
nilai-nilai yang dianut individu.
2. Setiap keputusan membentuk identitas diri
Pilihan dan keputusan yang diambil seseorang berkontribusi pada
pembentukan karakter dan identitasnya. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan dampak moral dari setiap keputusan.
3. Melakukan kebaikan dengan cara yang benar, meskipun berisiko
Karakter yang baik menuntut pelaksanaan tindakan baik dengan metode
yang benar, bahkan jika hal tersebut mengandung risiko atau pengorbanan.
Ini menunjukkan komitmen terhadap etika dan integritas.
4. Tidak menjadikan perilaku buruk orang lain sebagai standar
Seseorang seharusnya tidak meniru perilaku negatif orang lain sebagai
tolok ukur. Sebaliknya, pilihlah standar moral yang lebih tinggi dan jadilah
teladan bagi orang lain.
5. Tindakan memiliki makna dan dapat mengubah dunia
Setiap perbuatan memiliki dampak dan potensi untuk membawa
perubahan. Individu dengan karakter kuat dapat mempengaruhi
lingkungan sekitarnya secara positif.
6. Ganjaran karakter baik adalah perbaikan diri dan dunia
Imbalan bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah peningkatan
kualitas diri, yang pada gilirannya menjadikan dunia tempat yang lebih
baik untuk dihuni.

Prinsip-prinsip ini sejalan dengan pandangan Lickona (1991) yang
menekankan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk
membantu individu memahami, memperhatikan, dan menerapkan nilai-nilai etika
inti. Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa mencakup keberlanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai-
nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan, dan proses pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini,
sekolah dapat memainkan peran kunci dalam membentuk karakter peserta didik
yang berkualitas dan berintegritas

9
Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis
nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran,
keindahan, kebaikan, dan keimanan dan pendidikan berbasis karakter akan
menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk,
manusia, warga negara, dan pria atau wanita.
Pendidikan karakter sangat diperlukan atas dasar argumen; adanya
kebutuhan nyata dan mendesak; proses tranmisi nilai sebagai proses peradaban;
peranan sekolah sebagai pendidik moral yang vital pada saat melemahnya
pendidikan nilai dalam masyarakat; tetap adanya kode etik dalam masyarakat
yang sarat konflik nilai; kebutuhan demokrasi akan pendidikan moral; kenyataan
yang sesungguhnya bahwa tidak ada pendidikan yang bebas nilai; persoalan moral
sebagai salah satu persoalan dalam kehidupan, dan adanya landasan yan g kuat
dan dukungan luas terhadap pendidikan moral di sekolah.
Penerapan pendidikan karakter di sebuah lembaga pendidikan harus ada
integrasi dengan materi mata pelajaran dan aplikasi terhadap materi-materi
pendidikan karakter. Selain itu, guru juga mencarikan tokoh-tokoh untuk
dijadikan teladan di era globalisasi.
Manfaat pendidikan karakter banyak dan sangat besar dalam pembentukan
karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai etika dan budaya bangsa.
Saran
1. Bagi Masyarakat
Dalam upaya untuk mendukung dan mensukseskan pendidikan karakter
perlu adanya teladan yang baik bagi murid-murid di sekolah. Sehingga
mereka akan mudah untuk mengaplikasikan materi-materi pendidikan
karakter
2. Bagi Pemerintah
Dalam upaya untuk mendukung dan mensukseskan pendidikan karakter,
selain adanya teladan yang baik, juga memberikan perhatian dan
memberikan sarana-sarana yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan
karakter di era globalisasi.
3. Bagi Sekolah dan Guru
Pihak guru dan sekolah diharapkan mampu mengontrol perkembangan
perilaku murid-muridnya. Sehingga sedapat mungkin kesalahan-kesalahan
yang ada pada murid bisa segera ditangani.

DAFTAR PUSTAKA
Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Tilaar, H. A. R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suyanto, S. (2010). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta: UNY
Press.
Wibowo, A. (2013). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

10
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi untuk Membangun Bangsa.
Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Samani, M., & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Narvaez, D., & Lapsley, D. K. (2009). Personality, Identity, and Character:
Explorations in Moral Psychology. New York: Cambridge University Press.
Sudrajat, A. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Bandung: Alfabeta.
Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2005). What Works in Character Education: A
Research-Driven Guide for Educators. Washington DC: Character
Education Partnership.
Komalasari, K., & Saripudin, D. (2018). Living Values Education dalam
Pembelajaran untuk Membentuk Karakter Siswa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Thomas, L. (2016). Character Strengths and Virtues: A Handbook and
Classification. Washington DC: APA Press.
Goleman, D. (2001). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ.
New York: Bantam Books.
Suparno, P. (2013). Pendidikan Karakter di Sekolah: Teori dan Praktiknya.
Yogyakarta: Kanisius
Tags