ASUHAN KEPERAWATAN PADA ILEUS OBSTRUKSI.pptx

FPErsida 1 views 44 slides Oct 31, 2025
Slide 1
Slide 1 of 44
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44

About This Presentation

asuhan keperawatan pada pasien ileus obstruksi


Slide Content

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN Ileus obstruktif

DEFINISI Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus . Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu ( Uluh et al ., 2009) Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi intestinal untuk melanjutkan perjalanan menuju ke anus. Obstruksi intestinal ini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau total dari usus besar dan usus halus (Thomson, 2005).

ETIOLOGI

Lokasi Penyebab Kolon Tumor (umumnya di kolon kiri), divertikulitis ( umumnya di kolon sigmoid), volvulus di sigmoid atau sekum, fekalit, penyakit Hirschprung. Duodenum Batu empedu , benda asing Dewasa Kanker di duodenum atau kanker kepala pankreas, ulkus. Neonatus Atresia, volvulus, adhesi Jejenum dan ileum Batu empedu , benda asing Dewasa Hernia, adhesi (paling sering), tumor, benda asing, divertikulum Meckel, penyakit Crohn (jarang), ascariasis, volvulus, intususepsi karena tumor (jarang) Neonatus Ileus mekonium , volvulus , atresia , intususepsi

KLASIFIKASI Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok (Bailey,2002): Lesi - lesi intraluminal , misalnya fekalit , benda asing , bezoar , batu empedu . Lesi - lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi . Lesi - lesi ekstramural , misalnya adhesi , hernia, volvulus atau intususepsi . Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar ( Sjamsuhidajat & Jong , 2005; Sabiston,1995): Ileus obstruktif sederhana , dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah . Ileus obstruktif strangulasi , dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren . Ileus obstruktif jenis gelung tertutup , dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usu tersumbat , dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi . Untuk keperluan klinis , ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004): Ileus obstruktif usus halus , termasuk duodenum Ileus obstruktif usus besar

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS ILEUS OBSTRUKTIIF Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif ( Winslet , 2002; Sabiston , 1995) Nyeri abdomen Muntah Distensi Kegagalan buang air besar atau gas( konstipasi ). Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada ( Winslet , 2002; Sabiston , 1995): Lokasi obstruksi Lamanya obstruksi Penyebabnya Ada atau tidaknya iskemia usus Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi , oliguria , syok hypovolemik , pireksia , septikemia , penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif .

DIAGNOSIS Anamnesis Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya , misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia ( Sjamsuhudajat & Jong , 2004; Sabara , 2007). Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus , sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik . Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama

Pemeriksaan fisik Inspeksi Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi , yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering . Pada abdomen harus dilihat adanya distensi , parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah . Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik . 2. Palpasi Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan , yang mencakup ‘ defance musculair ’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal. 3. Auskultasi Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang . Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi , maka aktivitas peristaltik ( sehingga juga bising usus ) bisa tidak ada atau menurun parah . Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata .

Radiologi Pemeriksaan sinar -X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat . Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten , maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting ( Sabiston , 1995). Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi -peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi , dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus ( Anoym , 2007).

Laboratorium Leukositosis , dengan pergeseran ke kiri , biasanya terjadi bila terdapat strangulasi , tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan strangulasi . Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif , khususnya jenis strangulasi (Harrison’s, 2001) Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat mendektesi adanya hipokalemia , hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien .  

DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding ileus obstruktif , yaitu : Ileus paralitik Apendiksitis Kolesistitis , kolelithiasis , dan kolik bilier Konstipasi Pangreatitis akut Gastrointeristis akut dan inflammatory bowel disease  

PENATALAKSANAAN ILEUS OBSTRUKTIF Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah . Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif . Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien ( Sabiston , 1995). Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi . Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan . Menghilangkan penyebab ileus obstruksi adalah tujuan kedua . Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan , terutama jika disebabkan oleh perlengketan ( Sabiston , 1995; Sabara , 2007) Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk dua alasan ( Sabiston , 1995; Sabara , 2007): Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus . Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan , sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vaskular .

Pada umumnya di kenal 4 macam ( cara ) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus . Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah yang dikerjakan sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan , misalnya pada hernia incarcerate non- strangulasi , jepitan oleh streng / adhesi atau pada volvulus ringan . Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang melewati bagian usus yang tersumbat , misalnya pada tumor intralurnial , crohn disease, dan sebagianya . Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi , misalnya pada Ca stadium lanjut . Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomos ujung – ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus , misalnya pada carsinomacolon , ivaginasi strangulate, dan sebagainya . Pada beberapa obstruksi ileus , kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap , baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya , misalnya pada Ca sigmoid obstruktif , mula-mula dilakukan kolostomi saja , kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis . Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit . Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup . Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik

KOMPLIKASI Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan , serata iskemia dan perforasi usus yang dapat menyebabkan peritonitis, sepsis, dan kematian .

PROGNOSIS Mortalitas obstruksi tanpa strangulate adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan . Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainya akan meningkatkan mortalitas sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dengan cepat .

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Ny . Sri Widarti Usia : 34 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Dusun III desa marjanji spispis Status : Kawin Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tanggal masuk RS: 25 Desember 2016  

KELUHAN UTAMA Tidak bisa buang air besar dan buang angin sejak 1 minggu ini .   KELUHAN TAMBAHAN Perut terasa kembung dan begah RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke RSUD Dr. Kumpulan Pane dengan keluhan tidak bisa buang air besar dan buang angin sejak 1 minggu yang lalu . Perut dirasakan sakit , semakin membesar dan sebah . Keluhan mual (+), muntah (+), demam (+). Tidak ada keluhan pada buang air kecil . Pasien juga mengaku badannya terasa lemas , sulit tidur , dan berat badanya turun karena tidak nafsu makan selama berhari-hari . Sebelumnya pasien mengeluhkan buang air besar keras seperti kotoran kambing selama 1 minggu yang lalu dan selanjutnya buang air besar pasien cair .

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU - RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa . Riwayat keluarga tidak ada penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi , dan jantung . RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Suami pasien mengatakan bahwa os sulit makan sayur sayuran dan sering makan goreng gorengan .   ANAMNESIS SISTEM Sistem saraf pusat : pusing (-), nyeri kepala (-). Sistem integumentum : tidak ada keluhan (-) Sistem musculoskeletal : nyeri pada persendian (-) Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+), tidak bisa BAB dan flatus Sistem urinaria : BAK normal Sistem respiratori : Sesak nafas (+), Batuk (-) Sistem cardiovascular : berdebar -debar (-)

PEMERIKSAAN FISIK Kesan umum : Lemah Kesadaran : Compos mentis GCS : E4 V5 M6 Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/ menit Suhu : 38º C Pernafasan : 28 x/ menit Pemeriksaan Kepala Mata : konjungtiva anemis (-/-), dan sclera iterik (-/-) Telinga : secret (-), perdarahan (-) Hidung : secret (-), epitaksis (-), tidak ada devisiasi septum Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), pharing hiperemis (-) Bibir : kering (-), sianosis (-)

  Leher Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembekakan Kelenjar limfoid : tidak ditemukan pembekakan   Thorax Bentuk thorax : simestris (+) Inspeksi : bentuk normal, simestris Palpasi : sonor di kedua lapangan paru Perkusi : stem fermitus kiri sama dengan kanan Auskultasi : suara nafas vesikuler , ronkhi (-)   Abdomen Inspeksi : distensi (+), ikut gerak nafas , meteorismus (+), darm contour (-), darm steifung (+), warna sama dengan sekitarnya . Palpasi : hepar dan lien tidak teraba . Perkusi : hipertimpani seluruh lapangan abdomen. Auskultasi : peristatik usus meningkat (+), metallic sound (+).

Genitalia TDP   Ektremitas Atas : DBN Bawah : DBN Rectal taucher Mukosa licin Lendir bercampur darah segar Ampula recti kolaps Nyeri tekan

PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah rutin Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah ( Tanggal : 25-27 desember 2016 ) Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan hemoglobin menurun yaitu dengan nilai 7,5 g/ dL dengan nilai normal 12-16 g/ dL , nilai kalium menurun dengan nilai 1,7 mmol /l nilai normal 3,6-5,5 mmol /l, dan hasil darah rutin yang lain masih dalam nilai normal

Pemeriksaan Radiologi Kesan : Dilatasi usus , air fluid level susp ileus obstruksi

DIFFERENSIAL DIAGNOSA Ileus paralitik Apendisitis Kolesititis , kolelithiasis , dan kolik bilier Konstipasi Pankreatitis akut Gastrointeritis akut dan inflammatory bowel disease   DIAGNOSA Ileus Obstruksi letak rendah ec susp Tumor kolorektal   PENATALAKSANAAN Pemasangan Nasogastric tube Pemasangan foley kateter Pro laparotomi eksplorsi s.d ileostomi tanggal 27 desember 2016

TERAPI IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam   PEMERIKSAAN ANJURAN Biopsi jaringan FOLOW UP

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 25-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 110/70 mmHg HR : 80 x/ menit RR : 20 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 26-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 100/70 mmHg HR : 100 x/ menit RR : 24 x/ menit Temp : 36,5º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 27-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 110/70 mmHg HR : 84 x/ menit RR : 24 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 28-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 90/60 mmHg HR : 82 x/ menit RR : 20 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 29-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 90/70 mmHg HR : 80 x/ menit RR : 22 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Muntah (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 30-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 100/80 mmHg HR : 86 x/ menit RR : 24 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Muntah (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 31-12-2016 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 90/60 mmHg HR : 64 x/ menit RR : 28 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Sesak nafas (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 01-01-2017 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 90/60 mmHg HR : 80 x/ menit RR : 24 x/ menit Temp : 36,8º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Sesak nafas (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 02-01-2017 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 90/70 mmHg HR : 92 x/ menit RR : 24 x/ menit Temp : 37,6º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Sesak nafas (+) IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 03-01-2017 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 90/60 mmHg HR : 88 x/ menit RR : 24 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Sesak nafas (+) IVFD NaCl 20 gtt / i IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj Cefriaxone 1 gr / 12 jam

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 04-01-2017 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 80/60 mmHg HR : 90 x/ menit RR : 28 x/ menit Temp : 37º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Sesak nafas (+) Muntah (+) IVFD NaCl 20 gtt / i IVFD RL 20 gtt / i Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj imipenem 1gr/ 12 jam p/o cefadroxil 2x1 ksr 3x1 vit c 3x1

Nama : Sri Widarti Umur : 34 tahun Tanggal 05-01-2017 Vital Sign Keluhan Terapi Sens : Compos mentis TD : 70/60 mmHg HR : 88 x/ menit RR : 28 x/ menit Temp : 39º C Lemas (+) Nyeri perut (+) Sulit tidur (+) Lemah kaki (+) Tidak bisa mengangkat kedua kaki (+) Sesak nafas (+) Muntah (+) O² 3-4 L/ i IVFD KAEN 3B 22 gtt / i Inf Aminofluid 1 Fls / H Inf Paracetamol 1 Fls / 8 jam Inf Albumin 1 Fls / H ( selama 2 hari ) Inj Ranitidin 1 ap / 12 jam Inj Ketorolac 1 ap / 8 jam Inj imipenem 1gr/ 12 jam P/o cefadroxil 2x1 ksr 3x1 vit c 3x1

DISKUSI KASUS   Ileus obstrutif adalah keruskan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik . Sumbatan jalannya isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun dibagian proksimal obstruksi , sehingga di daerah tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus . Penyebab ileus obstruktif ada berbagai macam dan beragam jumlahnya berdasarkan umur dan tempat terjadinya obstruksi . Adhesi , hernia, dan malignansi merupakan 80% penyebab dari kasus ileus obstruktif . Obstruksi dapat terjadi di usus halus ataupun di usus besar . Akan tetapi , kasus ini karsinoma harus dipikirkan karna faktor usia tua . Metastasis karsinoma dari kolon , pangkreas , dan gaster menyebabkan obstruksi lebih sering dari pada tumor primer di instetinal . Diagnosis ileus obstruksi ditegakan berdasarkan manifestasi klinis yaitu 4 gejala klinik kardial menurut winslet dan sabiston berupa : Nyeri abdomen Muntah Distensi Kegagalan defekasi dan flatus Ditambah dengan pemeriksaan penunjang radiologi dan foto polos abdomen 3 posisi . Terapi awal yang diberikan adalah resusitasi cairan karena pada umumnya pasien datang dalam keadaan syok hipovolemia . Setelah syok teratasi dan keseimbangan cairan terpenuhi maka dilakukan terapi non- operatif dengan pemasangan nasogastric tube ini bertujuan untuk dekompresi atau mengosongkan lambung , mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Dan pemasangan foley kateter untuk menilai cairan input dan output pada pasien . Operasi dilakukan untuk menghilangkan penyebab obstruksi sebagai terapi definitive untuk kasus ini .

PENUTUP   5.1 Kesimpulan Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi intestinal untuk melanjutkan perjalanan menuju ke anus. Obstruksi intestinal ini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau total dari usus besar dan usus halus (Thomson, 2005). Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar ( Sjamsuhidajat & Jong , 2005; Sabiston,1995): Ileus obstruktif sederhana , dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah . Ileus obstruktif strangulasi , dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren . Ileus obstruktif jenis gelung tertutup , dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usu tersumbat , dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi . Untuk keperluan klinis , ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004): Ileus obstruktif usus halus , termasuk duodenum Ileus obstruktif usus besar Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif ( Winslet , 2002; Sabiston , 1995) Nyeri abdomen Muntah Distensi Kegagalan buang air besar atau gas( konstipasi ). Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada ( Winslet , 2002; Sabiston , 1995): Lokasi obstruksi Lamanya obstruksi Penyebabnya Ada atau tidaknya iskemia usus Pada pasien ini di diagnosa sebagai Ileus Obstruksi letak rendah ec susp Tumor kolorektal pada anamnesa keluhan pasien mengeluhkan tidak bisa buang air besar dan buang angin sejak 1 minggu yang lalu . Perut dirasakan sakit , semakin membesar dan sebah . Keluhan mual (+), muntah (+), demam (+). Pasien juga mengaku badanya tersa lemas , sulit tidur , dan berat badanya turun karena tidak nafsu makan selama berhari-hari . Sebelumnya pasien mengeluhkan buang air besar keras seperti kotoran kambing selama 1 minggu yang lalu dan selanjutnya buang air besar pasien cair . Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dengan foto polos abdomen 3 posisi dan di dapatkan Kesan , dilatasi usus , air fluid level susp ileus obstruksi . Terapi awal yang diberikan adalah resusitasi cairan . Dilakukan terapi non- operatif dengan pemasangan nasogastric tube ini bertujuan untuk dekompresi atau mengosongkan lambung , mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Dan pemasangan foley kateter untuk menilai cairan input dan output pada pasien . Operasi laparotomi eksplorsi s.d ileostomi dilakukan untuk menghilangkan penyebab obstruksi sebagai terapi definitive untuk kasus ini . Pasien masuk pada tanggal 25 desember 2016, selama perawatan pre op dan post op kondisi pasien makin menurun kemungkinan dikarenakan adanya malignansi pada pasien yang mengkibatkan peritonitis dan sepsis pada pasien dan diyatakan meninggal oleh dokter pada tanggal 6 januari 2017.  

5.2 Saran Demikianlah laporan kasus ini disusun serta besar harapan penulis nantinya laporan kasus ini dapat berguna bagi pembacanya khususnya bagi mahasiswa / i Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUD Kumpulan Pane, kota Tebing Tinggi . Dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulih terima kritik dan saran demi kesempurnaan laporan kasus ini .

DAFTAR PUSTAKA   Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston , Textbook of Surgery, 16 th  edition, W.B.Saunders , Philadelphia, 2001, hal 887-888. Norton J.A, Barie P.S, Bollinger R, Chang A.E, Lowry S.F, Mulvihill S. J, Thompson R.W. Surgery Basic Science and Clinical Evidence 2Ed.USA: Springer.2008.p.968-972. Snell, Richard S. 2004. Clinical Anatomy for Medical student, fifth edition, New York. Schteingart , DE. (2006). In S.A. Price, & L.M. Wilson. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta : EGC Sjamjuhidayat & Wim de Jong . 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta : EGC.p . 623-631. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A, 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of couses . JPMI 2009 volume 23 No 2 page 188-92. Whang , E,E., Ashley, S.W.,& Zinner , M. J. 2005. Small Intestine. In B. e. al ( ed ), Schwatz’s Principle Of Sugery (8 ed.,p.1018). McGraw-Hill Companies. Thompson, J.S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus , and Pseudoobstuction . In R. H. Bell, L,. F. Rikkers , & M.V. Mulholland ( Eds ). Dingestive Tract Sugery (Vol. 2,p. 1119). Philadelphia: Lippincoott -Raven Publisher.
Tags