Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran.pptx

FadhilaAzkiya4 1 views 30 slides Sep 04, 2025
Slide 1
Slide 1 of 30
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30

About This Presentation

Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran


Slide Content

Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran

Asuhan Sayang Ibu Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) 1996 : Menawarkan ibu : memilih mendampingi untuk suport fisik & emosional Menginformasikan praktek , intervensi dan hasil asuhan Asuhan ; peka & responsif pada keyakinan , nilai , adat istiadat Memberi kebebasan memilih posisi & bergerak Kebijakan & prosedur yang jelas & asuhan berkesinambungan Menghindari tindakan rutin yang tidak jelas (evidence based) mendidik pemberi asuhan : pengurangan rasa nyeri tanpa obat Mendorong semua ibu : bounding attachment & breastfeeding Menghindari penyunatan bayi baru lahir yang tdk diperlukan Sayang bayi ; pemberian ASI dengan suskses

Landasan filosofi Asuhan Sayang ibu ? Proses kelahiran: proses yang normal & alamiah -----> Suport & perlindungan proses normal Pemberdayaan ; wanita & keluarga Otonomi ; pengambilan keputusan Jangan menimbulkan penderiataan Tanggung jawab: Pemberi asuhan berorientasi pada kebutuhan klien

ASUHAN SAYANG IBU DALAM PROSES PERSALINAN 1. Suami, ibu, saudara wanita a/ keluarga lainnya harus diperkenankan untuk mendampingi ibu selama proses persalinan bila ibu menginginkannya. 2. Standar persalinan y bersih harus selalu dipertahankan. 3. Kontak segera antara ibu dan bayi serta pemberian air susu ibu harus dianjurkan untuk dikerjakan. 4. Penolong persalinan harus bersikap sopan dan penuh pengertian. 5. Penolong persalinan harus menerangkan pada ibu maupun keluarga mengenai seluruh proses persalinan.

6. Penolong persalinan harus mau mendengarkan dan memberi jawaban atas keluhan maupun kebutuhan ibu. 7. Penolong persalinan harus cukup mempunyai fleksibilitas dalam menentukan pilihan mengenai hal-hal y biasa dilakukan selama proses persalinan maupun pemilihan posisi saat melahirkan. 8. Tindakan -tindakan y secara tradisional sering dilakukan dan sudah terbukti tidak berbahaya harus diperbolehkan untuk dikerjakan. 9. Ibu harus diberikan privasi bila mereka menginginkannya. 10.Tindakan-tindakan medik y rutin dikerjakan dan ternyata tdk perlu harus dihindari (episiotomi, pencukuran, dan klisma).

POSISI IBU SAAT MENERAN Posisi telentang dpt menyebabkan hipotensi & fetal distress krn kurangnya suplai darah akibat penekanan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh vena lain. Posisi supinasi bisa menyebabkan nyeri saat kontraksi y lebih kuat & mengakibatkan wkt persalinan bertambah panjang. Posisi lithotomi menyebabkan kerusakan syaraf dikaki & punggung dan rasa sakit di punggung saat PP lebih banyak. Bila harus posisi Supine usahakan letakkan selimut a/ bantal kecil di bwh punggungnya u/ mencegah bobot uterus menekan pembuluh darah.

2. Posisi duduk atau setengah duduk Biasanya ini posisi y paling nyaman & memudahkan penolong persalinan u/ m'bantu melahirkan kepala janin. Ibu duduk bersandar pada suami/pendamping. Kedua kaki ibu ditekuk dan dibuka, tangan ibu memegang lutut, tangan suami membantu memegang perut ibu. Ibu tidur dengan posisi kepala ditinggikan, kedua kaki ditekuk dan dibuka, suami/pendamping berdiri disamping ibu.

3. Posisi jongkok atau berdiri Posisi ini dapat membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat. Ibu duduk dengan posisi jongkok, tangan ibu memegang tangan suami/pendamping Ibu dan suami pendamping berdiri, kaki ibu dibuka, tangan diletakkan didada, tangan suami membantu menyangga perut ibu

4. Posisi merangkak Posisi ini cocok jika ibu merasa nyeri pada punggungnya, dan dapat membantu jika terdapat kesulitan pd proses perputaran janin. Ibu merebahkan badan dengan posisi merangkak, kedua tangan menyanggah tubuh, kedua kaki ditekuk dan dibuka.

5. Posisi miring Posisi ini memberikan relaksasi dan membantu mencegah laserasi perineum (minta seseorang untuk membantu memegang kaki ibu). Ibu tidur miring ke kiri, kedua kaki ditekuk dan dibuka, kaki kanan diangkat dibantu oleh suami/pendamping

Penggunaan posisi tegak atau lateral dibandingkan dengan posisi telentang atau lithotomi dihubungkan dengan: Lebih sedikitnya persalinan yang harus dibantu dgn alat Lebih sedikitnya episiotomi Lebih sedikitnya laporan nyeri yang parah Lebih sedikitnya pola denyut jantung bayi abnormal Membiarkan ibu memilih posisi y diinginkannya selama meneran dlm persalinan memberi manfaat : sedikit rasa sakit mengurangi ketidak­nyamanan, lama kala II y lebih pendek, laserasi perineum y lebih sedikit, lebih membantu meneran nilai apgar y lebih baik.

MEKANISME PERSALINAN TURUN KEPALA Gerakan utama : Turunnya kepala Fleksi Putaran paksi dalam Ekstensi Putaran paksi luar Expulsi

Penurunan Terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi, serta peneranan (selama kala II) ibu. Kepala masuk ke PAP pada primi gravida sudah terjadi sejak minggu ke-36 edangkan pada multi gravida selambat-lambatnya pada akhir kala II. Penguncian (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul ibu.

Dengan adanya tekanan : cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan mengejan, Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim maka kepala mesuk ke PAP dengan sutura sagitalis melintang dengan fleksi ringan. Kalau sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara symphysis dan promontorium maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus , dimana os parietal depan dan belakang sama tingginya.

Tapi, apabila sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promontorium disebut dengan asynclitismus. Kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan maka disebut asynclitismus anterior. Tetapi jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parital belakang maka disebut asynclitismus posterior .

Fleksi Adalah sangat penting bagi penurunan selama kala II.Melalui fleksi ini, diameter terkecil dari kepala janin dpt bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Dengan adanya his dan tahanan dari otot pinggir PAP, otot cervik, otot dasar panggul maka kepala akan semakin maju dan semakin fleksi (fleksi maksimal) sehingga UUK jelas lebih rendah dari UUB. Dengan adanya fleksi maksimal maka ukuran kepala janin yang tadinya melalui jalan lahir dengan diameter suboccipito frontalis (11 cm) menjadi soboccipito bregmatica (9,5 cm). Pada saat kepala bertemu dg dasar panggul tahanannya akan me ↑ fleksi bertambah besar y sangat diperlukan agar supaya diameter terkecil y paling mungkin terus bisa turun.

Rotasi internal/ Putaran paksi dalam Dari kepala akan membuat diameter anteroposterior (yang lebih panjang ) dari kepala menyesuaikan diri dg diameter anteroposterior dari panggul ibu . Kepala akan berputar dari arah diameter kanan miring kearah diameter AP dari panggul.Tetapi bahu tetap miring ke kiri dan demikian , hubungan normal antara as panjang kepala janin dg as panjang dari bahu akan berubah dan leher akan berputar 45°. Hubungan antara kepala dan panggul ini akan terus berlangsung selama kepala janin masih berada di dalam panggul . Pada umumnya , rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah mencapai dasar panggul atau segera setelah itu . Perputaran kepala y dini kadang­kadang bisa terjadi pada wanita multipara atau wanita lainnya y mempunyai kontraksi uterus y efisien .

Dengan semakin turunnya kepala janin dalam jalan lahir maka, kepala janin akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang keplala janin akan menyesuaikan dengan diameter terpanjang rongga panggul atau dengan perkataan lain diameter terkecil anterior poterior kepala janin akan bersesuaian dengan diameter terkecil tranversa (oblik) PAP, dan selanjutnya diameter anterior posterior PBP. Dan berakhir dengan UUK di depan. Putaran paksi dalam ini terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III. Dengan adanya putaran paksi dalam maka kepala janin mengalami gerakan seperti spiral atau seperti sekrup pada waktu turun dalam jalan lahir. Hal ini disebabkan karena bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala. Dengan demikian sumbu panjang bahu akan membuat sudut 45 ° terhadap sumbu panjang kepala, selama kepala di dalam rongga panggul.

Lahirnya kepala/Ekstensi Dengan cara ekstensi ( untuk posisi­posisi occiput anterior ) terjadi oleh karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut memebentuk lengkungan Carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju ke lubang vulva. Bagian leher belakang di bawah occiputnya akan bergeser di bawah symphysis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkannya berekstensi lebih lanjut saat lubang vulvo-vaginal membuka lebar. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala sehingga lahirlah berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. Ektensi terjadi karena sumbu jalan lahir pada PBP mengarah ke depan dan ke atas. Kalau tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada waktu terjadinya ekstensi maka maka yang menjadi pusat putaran adalah suboociput.

Putaran Paksi Luar/ Restitusi ialah peputaran kepala sejauh 45° balik ke arah kiri atau ke arah kanan, begantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi occiput anterior. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam, dan gerakan ini disebut dengan restitusi. Selanjutnya putaran ini dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischisdicum sefihak atau kepala mengahadap ke salah satu paha ibu.

Rotasi eksternal tjd secara bersamaan dg perputaran intern dr bahu. Pd saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dlm arah y sama dg kepala janin agar terletak di dlm diameter y besar dr kubah panggul (AP). Bahu anterior akan terlihat pd lobang vulvo-vaginal, dimana is akan begeser di bwh sympisis.

Ekspulsi Bahu posterior kemudian akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, sisa tubuh akan segera lahir mengikuti lengkung Carus. Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian janin dibawa ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan di bawa ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian menyusul lahirnya seluruh tubuh janin.

Molding (molase) Molding atau molase ialah perubahan bentuk kepala sebagai akibat tulang tengkorak lembek yang saling tindih, atau overlapping, satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan pergeseran sepanjang garis sambungannya masih dimungkinkan. Molding melibatkan seluruh kapala, dan merupakan hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh struktur jalan lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molding akan memungkinkan diameter yang lebih besar bisa menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa pas melewati panggul ibu.

Asuhan Kala II Pemantauan Dalam Kala II Petugas harus terus memantau : Tenaga. atau usaha meneran dan kontraksi uterus. Janin, atau penurunan kepala janin, dan normalnya kembali detak jantung bayi yang di ikuti dengan kontraksi. Pasien, atau tingkat tenaga yang dimiliki ibu.

Kemajuan persalinan (Tenaga) Kondisi ibu (pasien) Kondisi janin (Penumpang) • Penurunan kepala • Molding • Usaha Meneran • Palpasi kontraksi uterus : - Frekuensi - Lamanya - Kekuatan • Tanda2 vital setiap 30 menit • Respon keseluruhan pd kala II - keadaan dehidrasi - perubahan sikap pribadi - tingkat tenaga (yg dimiliki) • Periksa detak jantung janin tiap15 menit atau lebih sering dilakukan dg makin dekatnya kelahiran. • Warna cairan amnion

Kekuatan His Kala 2 Kekuatan his pada akhir kala pertama dan permulaan kala 2 mempunyai amplitude 60 mmHg. Intervalnya 3-4 menit dan durasi 60-90 detik. Kekuatan his dan mengejan mendorong janin ke arah bawah yang dimulai keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan his menimbulkan putar paksi dalam, penurunan kepala/bagian terendah menekan serviks dimana terdapat pleksus Frankenhouser sehingga terjadi reflek mengejan. Kedua kekuatan his ini dan reflek mengejan makin mendorong bagian terendah sehingga terjadi pembukaan pintu dengan crowning dan penipisan perineum.

Kebutuhan Dasar Kala II ● Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan - Mendampingi ibu agar merasa nyaman, - Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu. ● Menjaga kebersihan diri - lbu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi, - Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan. ● Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu. ● Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara - Menjaga privasi ibu, - Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan, - Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.

● Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut : - jongkok, - menungging, - tidur miring, - setengah duduk. ● Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum serta infeksi. ● Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin. ● Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah dehidrasi.
Tags