Waktu SD
Pada saat saya berusia 6 tahun, saya di sekolahkan oleh Bapak saya di SD
309/III Desa Dalam, saya melihat ada banyak teman sedesa saya yang bersekolah
disana, yang diantara nya adalah Pugki Kristobal (Pungki), Ebit Sugandi (Ebit) dan
Node Kesta (Node). Di SD ini saya di tempatkan dikelas I A bersama teman sedesa
saya yang bernama Ebit, sedangkan Pungki dan Node yang juga satu desa dengan
saya di tempatkan dikelas I B.
Pernah pada waktu upacara, saya dan teman sekelas saya yang bernama
Rakes di hukum oleh Bapak Muhammad Yakin, karena pada waktu itu kami sangat
berisik. Kami disuruh kedepan dan berdiri disebelah mimbar, kami sangat malu
sehingga kami tidak berani menampakkan wajah kami. Kami berdiri sambil
menundukkan kepala dengan hati yang bertanya-tanya, “Kapan upacaranya selesai
ya?”. Tidak lama kemudian upacaranya pun selesai, saya dan Rakes merasa sangat
lega.
Sepulang dari sekolah, kakak sepupu saya yang bernama Fika Dea Nuanda
(Fika) mengadukan kejadian itu kepada orang tua saya, orang tua saya sangat marah
sehingga membuat saya tidak berani pulang. Setelah dua jam saya belum juga pulang,
orang tua saya mencari saya. Pada saat itu saya bersembunyi di belakang lumbung
padi yang letaknya tidak jauh dari rumah saya, beberapa menit kemudian saya
mendengar suara hentakan kaki yang sedang menuju ditempat saya bersembunyi.
Saya sangat takut dan mengira-ngira kalau itu adalah orang tua saya yang sedang
mencari saya. Setelah saya lihat, ternyata itu bukan orang tua saya, melainkan orang
lain yang ingin membuang sampah. Setelah orang itu selesai membuang sampah,
orang itu melihat saya dan bertanya , “Nak, kenapa kamu belum juga pulang?”.
Dengan singkatnya saya menjawab, “Nanti saja”. Lalu orang itu pergi, dan saya pun
masih bersembunyi disitu.
Setelah lama saya bersembunyi ditempat tersebut, saya pun keluar dan
pulang kerumah karena mengingat hari sudah semakin sore. Sesampainya saya
dirumah, Bapak saya dengan tegasnya bertanya, “Kamu dari mana?”. Dengan tubuh
gemetar saya menjawab, “Saya dari rumah teman”. Mendengar jawaban dari saya,
Bapak saya tidak jadi marah karena rasa cemas yang masih dia rasakan.
Pada saat saya ingin naik ke kelas III, Bapak saya memindahkan saya
sekolah di MIN Siulak Gedang karena lokasinya cukup dekat dengan rumah saya.
Setelah saya dipindahkan bersekolah disana, saya merasa sangat berbeda sekali
dengan sekolah baru saya itu, tetapi saya mulai membiasakan diri. Lama-kelamaan
saya sudah mulai terbiasa dengan lingkungan dan cara pergaulan di sekolah tersebut.
Setelah 4 tahun di MIN, UAN pun dilaksanakan. Pada saat UAN saya
sangat takut dan berfikir kalau saya tidak bisa mengisinya. Tetapi setelah melihat soal
ujian nya, ternyata soal nya sangat mudah-mudah sekali, sehingga tidak ada satu soal
pun yang belum saya jawab.