BAB 1,2,3,4,5 HIDROLOGIIII semester5.docx

GalihArdiAnanda 13 views 67 slides Oct 28, 2024
Slide 1
Slide 1 of 67
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67

About This Presentation

hidrologi teknik sipil


Slide Content

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hidrologi adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kejadian, perputaran dan penyebaran air di atmosfer dan di permukaan bumi serta
di bawah permukaan bumi. Faktor hidrologi yang berpengaruh pada wilayah hulu
adalah curah hujan (presipitasi). Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di
permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
milimeter (mm) di atas permukaan horizontal. Turunnya hujan biasanya tidak
lepas dari pengaruh kelembaban udara yang memacu jumlah titik-titik air yang
terdapat pada udara. Indonesia memiliki daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan
sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah tropis, walaupun demikian
beberapa daerah di Indonesia memiliki intensitas hujan yang cukup besar
(Wibowo, H. 2008). Ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga karena
adanya hujan. Hujan dapat tercipta karena adanya suatu mekaisme alam yang
berlangsung secara siklus dan terus menerus. Curah hujan memiliki peranan
penting dalam siklus hidrologi, dalam pengaturan penyebaran air di daratan bumi,
mekanisme alam yang bermaksud tersebut dikenal dengan istilah siklus hidrologi
atau siklus air.
Daur hidrologi merupakan salah satu dari daur biogeokimia. Siklus
Hidrologi yaitu salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di bumi.
Secara alami, air memiliki sistem daur yang disebut siklus hidrologi. Siklus
Hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air yang berasal dari bumi kemudia
menuju ke atsmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus
menerus atau berulang-ulang. Panas matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi agar bisa terjadinya penguapan. Penguapan yang berasal dari air disebut
(evaporasi). Penguapan yang berasal dari tumbuhan atau tanaman disebut
(transpirasi). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi, hasil air yang diuapkan
dari tumbuhan disebut (evapotranspirasi). Apabila evaporasi atau evapotranspirasi
sudah naik akan terjadi (kondensasi) atau membentuk gumpalan awan. Proses
pergerakan butiran air dalam bentuk awan, secara horizontal dari satu tempat ke

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
tempat yang lain karena adanya pengaru angin. Setelah terjadi kondensasi,
kemudian terjadi (prespirasi) yaitu proses turunnya air ke permukaan bumi dalam
bentuk butiran air hujan.
Curah hujan dan ketersediaan air tanah merupakan faktor utama yang
saling berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air pada tumbuhan atau tanaman.
Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Indonesia
merupakan negara yang memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan
daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan daerah
ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Hal yang
penting dalam pembutan rancangan dan rencana disebut distribusi curah hujan.
Distribusi curah hujan ini bermacam-macam sesuai dengan jangka waktu yang
ditinjau yakni curah hujan tahunan, curah hujan bulanan, curah hujan mingguan,
curah hujan harian, curah hujan per-jam. Pola distribusi curah hujan ini berfungsi
untuk mendapatkan suatu pola distribusi curah hujan suatu daerah yang nantinya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menghitung dan menganalisa
data curah hujan khususnya data curah hujan jam-jaman sebagai dasar untuk
menentukan perencanaan banjir rencana.
Hal yang perlu dilakukan adalah menentukan curah hujan maksimum
harian setiap tahun. Kemudia analisis curah hujan maksimum harian rata-rata
daerah dengan cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan
dibeberapa stasiun adalah dengan menggunakan metode Thiessen, yaitu
perhitungan curah hujan rencana yang sesuai dengan analisis frekuensi dengan
meninjau beberapa parameter statistic (standar deviasi, koefisien skewness,
koefisien kurtosis, dan koefisien variasi), cara grafis yaitu plotting data di kertas
probabilitas dan dilakukan uji keselarasan CH Kuadrat dan Smirnov –
Kolmogorov.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.Siklus hidrologi berperan dalam memelihara kehidupan serta
ekosistem yang ada di bumi, karena mengingat teraturnya suhu
lingkungan, cuaca, hujan dapat tercipta karena proses siklus hidrologi
ini.
2.Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik
pengamatan curah hujan.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atasa maka adapun rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1.Bagaimana cara menghitung curah hujan harian, bulanan, tahunan ?
2.Bagaimana cara menghitung curah hujan maksimal harian ?
3.Bagaimana cara menghitung uji konsistensi ?
4.Bagaimana cara menghitung rata-rata curah hujan dengan metode
Aritmatik ?
5.Bagaimanacaramenghitung rata-rata curah hujan dengan metode
Polygon Thiessen ?
6.Bagaimana cara menghitung curah hujan dengan metode Log Pearson
III ?
7.Bagaimana cara menghitung curah hujan dengan metode Gumbel ?
8.Bagaimana cara menghitung debit banjir dan debit banjir kala ulang ?
1.4.Batasan dan Ruang Lingkup Laporan
Dalam laporan ini diperlukan batasan laporan dan ruang lingkup laporan
sebagai berikut :
1.Peta DAS (Daerah Aliran Sungai).
2.Data curah hujan dari stasiun Talun, stasiun Garum, dan stasiun Wlingi
tahun 2010-2019.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
3.Laporan data curah hujan mentah yang diolah untuk menentukan debit
banjir dan debit banjir kala ulang untuk daerah yang dipilih.
4.Perancangan laporan praktikum ini menggunakan test data statistic dan
penggambaran data melalui perhitungan hasil rata-rata menggunakan
metode Log Pearson III, metode Aritmatik, dan metode Polygon
Thiessen.
1.5.Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai
berikut :
1.Mengetahui cara menghitung curah hujan harian, bulanan, tahunan.
2.Mengetahui cara menghitung curah hujan maksimal harian.
3.Mengetahui cara menghitung uji konsistensi.
4.Mengetahui cara menghitung rata-rata curah hujan dengan metode
Aritmatik.
5.Mengetahui cara menghitung rata-rata curah hujan dengan metode
Polygon Thiessen.
6.Mengetahui cara menghitung curah hujan metode Log Pearson III.
7.Mengetahui cara menghitung curah hujan dengan metode Gumbel.
8.Mengetahui cara menghitung debit banjir dan debit banjir kala ulang.
1.6.Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari laporan Tugas Besar Rekayasa Hidrologi ini
adalah manfaat praktis, yaitu :
a.Bagi Mahasiswa dan Pembaca.
Hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
tambahan sumber pengetahuan dan pengembangan ilu hidrologi.
b.Bagi Intensi / Pemerintah.
Hasil laporan ini diharapkan mampu menjadi salah satu upaya
dalam melestarikan dan menjaga daerah sekitar sebagai bagian dari
menjaga lingkungan hidup dan menghindari bencana seperti banjir
dan tanah longsor.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
c.Bagi Penulis.
Hasil laporan ini diharapkan menjadi tambahan ilmu
pengetahuan hidrologi yang bertitik berat pada curah hujan dan
sebagai kelengkapan tugas mata kuliah Rekayasa Hidrologi.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Definisi Hujan
Hujan adalah uap yang mengkondensasi dan dapat jatuh ke tanah dalam
merangkai siklus hidrologi. Data hujan dapat diperoleh dari stasiun pengamatan
hujan yang dimiliki oleh instasi yang membutuhkan data hujan. Instasi tersebut
diantaranya adalah Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dinas Perairan, dan
Instasi Pengolahan Bandara.
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari
awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan
asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap
air dari udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau
inchi namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam
satuan millimeter (mm).
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik
menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta
faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi
iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama. Curah
hujan memiliki hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia
telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan
adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan
indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian
iklim.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 7
2.2.Jenis-Jenis Hujan
Berikut adalah beberapa jenis hujan berdasarkan proses terjadinya :
2.2.1.Hujan Konveksi
Gambar 2.1. Hujan Konveksi
Hujan yang terjadi akibat adanya aliran konvektif udara,
yaitu naiknya udara hangat (yang mengandung uap air) yang lebih
ringan kearah tempat yang lebih dingin dan lebih pekat
lingkungannya sehingga timbul kondensasi dan terjadinya hujan.
2.2.2.Hujan Frontal
Gambar 2.2. Hujan Frontal
Hujan ini terbentuk akibat pertemuan antara massa udara
panas yang lebih ringan dan bergerak keatas dengan udara yang
lebih dingin yang bergerak kebawah.
2.2.3.Hujan Orografis

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 8
Gambar 2.3. Hujan Orografis
Terjadi akibat gerakan udara (yang mengandung uap air)
yang berasal dari daerah menguap air(laut, danau, sungai, dsb)
menuju ketempat yang lebih tinggi akibat halangan gunung atau
pegunungan, sehingga tercapai titik kondensasi dan terjadilah
hujan.
2.2.4.Hujan Slikonal
Gambar 2.4. Hujan Slikonal
Hujan terjadi karena adanya udara yang panas, suhu
lingkungan yang tinggi serta bersamaan dengan angina yang
berputar-putar. Biasanya terjadi di daerah yang dilewati garis
khayal khatulistiwa atau ekuator. Ciri identik dari hujan ini bisa
dilihat dengan mendung gelap pekat secara mendadak dan
menghasilkan guyuran hujan yang sangat deras.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 9
2.2.5.Hujan Muson (hujan musiman)
Gambar 2.5. Hujan Muson
Hujan ini diakibatkan pengaruh angin muson. Angin muson
sendiri terjadi akibat pengaruh gerak semu tahunan matahari
terhadap katulistiwa bumi. Di Indonesia, jenis jenis hujan ini terjadi
antara Oktober sampai April, sementara di kawasan Asia Timur
terjadi antara Mei sampai Agustus. Karena siklus angin dan hujan
muson inilah kita mengenal adanya musim hujan dan musim
kemarau. Berikut ini merupakan karakteristik yang dimiliki oleh
hujan muson:
Terjadikarenadisebabkanolehberhembusnyaangin
muson barat.
Biasanya terjadi rutin atau setiap hari dan disebut sebagai
musim penghujan.
Biasanya terjadi selama enam bulan lamanya.
Terjadi di antara bulan Oktober hingga Maret.
Terjadinya rata di wilayah Indonesia.
2.2.6.Hujan Buatan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
Gambar 2.6. Hujan Buatan
Hujan ini terjadi akibat campur tangan manusia dalam
memanipulasi keadaan fisik atmosfer lokal, tepatnya dengan
memanfaatkan proses tumbuhkan dan penggabungan dalam
pembentukan awan (ice nucleation). Di antara jenis-jenis hujan
lainnya, hujan buatan-lah yang biasanya hanya menghasilkan curah
hujan yang sedikit. Berdasarkan ukuran partikelnya, hujan ini
dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
Hujan Gerimis adalah hujan yang menjatuhkan partikel air
dengan butiran berukuran diameter < 0,5 mm.
Hujan deras adalah hujan yang menjatuhkan partikel air
dengan butiran berukuran diameter >7,0 mm.
Hujan Salju adalah hujan yang menjatuhkan kristal-kristal
es dengan suhu di bawah 0 Celcius.
Hujan Es adalah hujan yang menjatuhkan es berukuran
lebih besar dari salju. Fenomena hujan es sangat jarang
terjadi
Hujan asam adalah hujan yang menjatuhkan partikel air
dengan tingkat keasaman tinggi. biasanya air hujan ini
mengandung senyawa NO3 atau H2S.
2.2.7.Hujan Asam

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
Gambar 2.7. Hujan Asam
Hujan ini terjadi dikarenakan kandungan karbondioksida
atau CO yang larut dengan air hujan itu dan memiliki bentuk

sebagai asam lemah. Hujan asam terjadi ketika sulfur dioksida
(SO2) dan nitrogen oksida (NOX) menyebar di atmosfer setelah
diangkut oleh angin atau arus udara. SO2 dan NOX dapat bereaksi
terhadap air, oksigen, dan bahan kimia lainnya untuk membentuk
asam sulfat dan nitrat. Unsur-unsur itu kemudian bercampur
dengan air dan bahan lainnya sebelum jatuh ke permukaan bumi.
Sebagian kecil SO2 dan NOX yang menyebabkan hujan asam
berasal dari sumber alami, seperti erupsi gunung api. Sementara
sebagian besarnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dari
proses di pembangkit listrik, kendaraan bermotor dan alat berat,
industri manufaktur, kilang minyak serta lainnya. Segala bentuk
presipitasi (pengendapan) dengan komponen berupa asam, seperti
asam sulfat atau nitrat, yang jatuh ke tanah dari atmosfer dalam
bentuk basah atau kering. Proses ini bisa berupa hujan, salju, kabut,
hujan es atau bahkan debu yang bersifat asam.
2.3.Keragaman Hujan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
Curah hujan di Indonesia sendiri berkisar antara 2.000-3.000 mm/tahun.
Untuk mendapatkan data curah hujan yang akurat maka data lapangan harus
diperiksa dan diteliti kebenarannya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
keperluan penyelesaian masalah-masalah hidrologis. Ada 4 unsur untuk
mencirikan curah hujan yang jatuh pada suatu daerah/wilayah, unsur tersebut.
2.3.1.Derajat Hujan dan Intensitas Hujan
Derajat hujan adalah jumlah curah hujan dalam satuan waktu
tertentu yang biasanya satuanya adalah mm/jam. Sedangkan Intensitas
hujan adalah jumlah CH dalam waktu yang relatif singkat, besarnya
jumlah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Berikut ini
disajikan kondisi daerah berdasarkan derajat hujan (Tabel 2.1) dan
intensitas hujan serta keadaan curah hujan yang berdasarkan intensitas
hujan (Tabel 2.2).
Tabel 2.1. Kondisi Daerah Berdasarkan Derajat dan Intensitas Hujan.
Derajat Hujan Intensitas Hujan
(mm/menit)
Kondisi
Hujan sangat lemah <0,02 Tanah agak basah atau dibasahi
sedikit
Hujan lemah 0,02 – 0,05 Tanah menjadi basah semuanya,
tetapi sulit membuat pudel
Hujan normal 0,05 – 0,25 Tanah dapat dibuat pudel dan
bunyi curah hujan kedengaran
Hujan Deras 0,25 – 1 Air tergenang diseluruh
permukaan tanah dan bunyi
keras hujan kedengaran dari
genangan
Hujan sangat deras >1 Hujan seperti ditumahkan,
saluran dan drainase meluap.
(Sumber: hidrologi untuk pengairan, Sosrodarsono, 1997)
Tabel 2.2. Keadaan Curah Hujan Berdasarkan Intensitas Curah Hujan.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
Keadaan
Curah Hujan 1 Jam 24 Jam
Hujan sangat ringan <1 <5
Hujan ringan 1 – 5 5 – 20
Hujan normal 5 – 20 20 – 50
Hujan lebat 10 – 20 20 – 100
Hujan sangat lebat >20 >100
(Sumber: Hidrologi untuk pengairan, Sosrodarsono, 1997)
2.3.2.Durasi Hujan
Durasi hujan atau periode hujan yaitu periode waktu selama hujan
selama berlangsung. Durasi hujan dapat dinyatakan dengan satuan menit,
jam, dan hari, tergantung dari pencatatan yang dilakukan. Hampir setiap
stasiun penakar hujan akan mencatat lama hujan setiap hari dengan
bantuan alat pengukur otomatis, dengan menganalisis kertas rekam atau
grafik yang telah tergores ditinta pencatat.
2.3.3.Frekuensi Hujan
Frekuensi hujan adalah harapan hujan yang akan jatuh dalam
waktu tertentu. Frekuensi hujan dapat diperkirakan dengan beberapa
analisis hujan hari terdahulu, karena frekuensi hujan setiap hari, bulan dan
tahun berbeda-beda.
2.3.4.Luas Areal
Luas areal adalah penyebaran hujan menurut ruang. Luas areal
dapat dilihat pada peta isohyet yang dibuat dengan data-data curah hujan
yang diperoleh dari stasiun meteorology daerah yang akan diteliti.
2.4.Proses Terjadinya Hujan
Hujan atau presipitasi adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi.
Proses terjadinya hujan biasa dikatakan daur hidrologi. Daur hirologi, sering juga
dipakai istilah water cycle atau siklus air. Suatu sirkulasi air yang meliputi
gerakan mulai dari laut ke atmosfer, dari atmosfer ke tanah, dan kembali ke laut
lagi atau dengan arti lain siklus hidrologi merupakan rangkaian proses
berpindahnya air permukaan bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya hingga
kembali ketempat asalnya.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
Air naik keudara dari permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi.
Air di atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam masa yang besar
diatas benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik
lagi sehingga cukup tinggi/dingin untuk terjadi kondensasi. Uap air beruabah jadi
embun dan seterusnya jadi hujan/ presipitasi atau salju.
Curahan (presipitation) turun kebawah, kedaratan, atau langsung kelaut.
Air yang tiba didaratan kemudian mengaklir diatas permukaan sebagai sungai,
terus kembali kelaut. Air yang tiba didaratan kemudian mengalir diatas
permukaan sebagai sungai, terus kembali kelaut melengkapi siklus air. Dalam
perjalanannya dari atmosfer keluar air mengalami banyak interupsi sebagian dari
air hujan yang turun dari awan menguap sebelum tiba dipermukaan bumi,
sebagian lagi jatuh diatas daun, tumbuh-tumbuhan (interception) dan menguap
dari permukaan daun-daun. Air yang tiba ditanah dapat mengalir terus kelaut,
namun ada juga yang meresap dulu kedalam tanah (infiltration) dan sampai
kelapisan batuan sebagai air tanah. Sebagian dari air tanah dihisap oleh tumbuh-
tumbuhan melalui daun-daunan lalu menguapkan airnya ke udara (transpiration).
Air yang mengalir diatas permukaan menuju sungai kemungkinan tertahan
dikolam, selokan dan sebagainya (surface detention), ada juga yang sementara
tersimpan di danau, tetapi kemudian menguap atau sebaliknya sebagian air
mengalir diatass permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut
(surface run off), sebagian lagi infiltrasi ke dasar danau-danau dan bergabung
didalam tanah sebagai air tanah yang pada akhirnya keluar sebagai mata air.
2.5.Penggolongan Hujan
Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan menjadi :
1.Hujan gerimis/ drizzle, diameter butir-butirannya 0,5 mm.
2.HujanSalju/snow,terdiridarikristal-kristalesyangteperatur
udaranya berada di bawah titik beku.
3.Hujan Batu Es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca
panas dari awan yang teperaturnya di bawah titik beku.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
4.Hujan Deras/ rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang
temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih
7 mm.
2.6.Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan
es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Secara lebih kompleks siklus
hidrologi ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Proses Terjadinya Siklus Hidrologi
2.6.1.Tahapan – Tahapan Siklus Hidrologi
Proses terjadinya siklus hidrologi berlangsung melalui beberapa
tahapan. Berikut penjelasan masing masing prosesnya :
1.Evaporasi
Proses terjadinya siklus hidrologi yang pertama ialah
tahap evaporasi. Tahap ini mengawali terjadinya siklus
hidrologi. Dalam tahap tersebut terjadi penguapan air yang
berada dipermukaan bumi. Air air di bumi yang telah

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
ditampung di badan air seperti sungai, sawah, waduk,
bendungan dan danau akan berubah menjadi uap air karena
sinar matahari. Penguapan air ini juga terjadi dipermukaan
permukaan tanah. Tahap penguapan iniah yang disebut
evaporasi.
Proses terjadinya siklus hidrologi pada tahap evaporasi
melakukan pengubahan air yang awalnya berwujud cair
menjadi gas. Uap air tadi akan naik menuju atmosfer bumi.
Panas matahari yang semakin tinggi (seperti musim kemarau)
akan mengakibatkan pengubahan uap air dan akan naik ke
atmosfer bumi kemudian menjadi semakin besar pula.
2.Transpirasi
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
transpirasi. Air yang mengalami peguapan tidak hanya
berlangsung di tanah maupun badan air. Penguapan air ini
juga berlangsung pada jaringan makhluk hidup, baik
tumbuhan ataupun hewan. Tahap penguapan pada makhluk
hidup inilah yang dinamakan transpirasi, memiliki kesamaan
dengan tahap evaporasi. Tahap ini juga mengubah air pada
jaringan makhluk hidup yang wujudnya cair menjadi uap air,
kemudian membawanya menuju atmosfer bumi. Namun
untuk jumlah air yang menguap pada tahap transpirasi akan
lebih sedikit daripada jumlah air pada tahap evaporasi.
3.Evapotranspirasi
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
evapotranspirasi. Evapotranspirasi ialah tahap penguapan air
yang terjadi dipermukaan bumi secara menyeluruh, baik yang
berada di dalam tanah, badan air, maupun di dalam jaringan
makhluk hidup. Tahap ini merupakan kombinasi antara tahap
evaporasi dengan tahap transpirasi. Laju evapotranspirasi
pada siklus hidrologi akan berpengaruh pada jumlah air yang
menuju permukaan atmosfer.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
4.Sublimasi
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
sublimasi. Sublimasi ialah tahap perubahan es yang berada
dikutub maupun di puncak gunung menjadi uap air melalui
proses pencairan terlebih dahulu. Tahap sublimasi tetap
berpartisipasi dalam mengangkut jumlah uap air menuju
atmosfer walaupuan hanya sedikit dan berlangsung dengan
siklus yang panjang. Tahap sublimasi memang berlangsung
lebih lambat daripada tahap penguapan.
5.Kondensasi
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
kondensasi. Saat uap air yang berhasil dihasilkan melalui
tahap evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan sublimasi
naik sampai ketinggian tertentu akan berubah menjadi
partikel es dengan ukuran kecil. Perubahan partikel menjadi
es inilah melalui tahap kondensasi. Uap air yang berubah
menjadi es diakibatkan oleh suhu udara yang sangat rendah
pada ketinggian tertentu. Proses terjadinya siklus hidrologi
pada tahap kondensasi akan mengakibatkan partikel es
menjadi saling mendekat hingga akhirnya bersatu dan
membentuk awan. Jika partikel es yang saling bergabung
semakin banyak akan membentuk awan hitam dan tebal.
6.Adveksi
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
adveksi. Awan yang telah terbentuk melalui tahap kondesasi
akan mengalami adveksi. Adveksi ialah tahap pemindahan
awan dari satu titik menuju titik lain secara horizontal akibat
dari perbedaan tekanan udara maupun arus angin. Tahap
inilah awan akan berpindah dan menyebar dari afmosfer
lautan ke atmosfer daratan. Namun harus diketahui bahwa
tahapan adveksi tidak berlangsung pada siklus hidrologi
pendek.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
7.Presipitasi
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
presipitasi. Awan yang telah mengalami adveksi kemudian
berlanjut ke tahap presipitasi. Tahap presipitasi ialah tahap
pencairan awan karena suhu udara yang terlalu tingi. Pada
tahap inilah akan terjadi hujan. Butiran air akan jatuh serta
membasahi permukaan bumi. Proses terjadinya siklus
hidrologi pada tahap presipitasi akan mengakibatkan hujan
salju jika suhu udara pada awan lebih rendah atau sekitar
kurang dari 0 derajat celcius. Awan yang didalamnya terdapat
kandungan air akan turun menuju ke litosfer dengan wujud
butiran salju tipis.
8.Surface Run-Off
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap
run off. Run off (limpasan) ialah proses pergerakan air dari
tempat tinggi menuju tempat rendah dipermukaan bumi.
Proses pergerakan air ini berlangsung melalui saluran
contohnya salurn danau, got, muara, sungai, laut sampai
samudra. Pada tahap inilah air yang mengalami siklus
hidrologi akan kembali ke lapisan hidrosfer.
9.Infiltrasi
Proses infiltrasi, Air yang sudah berada di Bumi akibat
proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan
Bumi dan mengalami run off. Sebagian dari air tersebut akan
bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes, dan
terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang merembes
ini hanyalah sebagian kecil saja. Proses pergerakan air ke
dalam pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi.
Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah
untuk menuju kembali ke laut.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 1
10.Perkolasi
Proses kelanjutan dari infiltrasi dengan gerakan air yang
tegak lurus, bergerak terus ke bawah tanah hingga mencapai
zona jenuh air (saturated zone).
2.6.2.Macam – Macam Siklus Hidrologi
Proses terjadinya siklus hidrologi dibedakan menjadi 3 jenis atau
macam siklus hidrologi seperti yang ada dibawah ini :
2.6.2.1.Siklus Pendek
Menguapnya air laut menjadi uap gas karena panas dari
matahari lalu terjadi kondensasi membentuk awan yang pada
akhirnya jatuh ke permukaan laut.
Gambar 2.9. Siklus Pendek Hidrologi
2.6.2.2.Siklus Sedang
Menguapnya air laut menjadi uap gas karena panas dari
matahari lalu terjadi evaporasi yang terbawa angin lalu membentuk
awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan daratan dan kembali
ke lautan.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
Gambar 2.10. Siklus Sedang Hidrologi
2.6.2.3.Siklus Panjang
Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari
matahari lalu uap air mengalami sublimasi membentuk awan yang
mengandung kristal es dan pada akhirnya jatuh dalam bentuk salju
kemudian akan membentuk gletser yang mencair membentuk aliran
sungai dan kembali kelaut.
Gambar 2.11. Siklus Panjang Hidrologi
2.7.Definisi Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang
memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada
pada ketinggian yang berbeda-beda. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan
disebut rain gauge. Curah hujan diukur dalam jumlah harian, bulanan, dan
tahunan. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi
pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter termpat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter. Menurut Linsley (1996: 49), jenis-jenis
hujan berdasarkan intensitas curah hujan, yaitu:
1)Hujan ringan, kecepatan jatuh sampai 2,5 mm/jam.
2)Hujan menengah, dari 2,5-7,6 mm/jam.
3)Hujan lebat, lebih dari 7,6 mm/jam.
Jumlahcurahhujanyangditerimaolehsuatudaerah di samping
tergantung sirkulasi air, juga tergantung dari factor-faktor:
1.Letak garis lintang
2.Ketinggian tempat
3.Jarak dari sumber-sumber air
4.Posisi daerah terhadap benua atau daratan
5.Arah angin terhadap sumber-sumber air (menjauh/mendekat)
6.Hubungannya dengan deretan gunung
7.Suhu nisbi tanah dan samudra yang berbatasan
2.7.1.Jenis Pengukur Curah Hujan
Hingga saat ini terdapat beberapa cara untuk mengukur curah
hujan, mulai dari cara yang sederhana hingga cara yang kompleks.
Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan
tingkat kesulitan dan ketelitian yang dihasilkan cara tersebut
a.Alat Pengukur Curah Hujan Manual
Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang
ditampung lalu dibagi luas penampang/mulut penakar.
Pengukuran curah hujan harian (dalam satuan milimeter)
biasanya dilakukan 1 kali pada pagi hari. Alat yang digunakan
yaitu Observatorium / ombrometer dengan tinggi 120 cm, luas

Tinggi Curah Hujan = Volume
Luas mulut penakar
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
mulut penakar 100 cm2. Setelah dilakukan pengukuran maka
didapatkan:
Persamaan 2.7.
(Contoh jika didapatkan 200 ml atau 200 cc maka CH = 200
cm3 / 100 cm2 = 2 cm = 20 mm).
b.Alat Pengukur Curah Hujan Otomatis
Menggunakan prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan.
Contoh alat pengukur yang terdapat saat ini yaitu Hellman dan
Tipping-bucket gauge. Alat ukur otomatis memiliki beberapa
keuntungan diantaranya yang didapat memiliki tingkat ketelitian
yang cukup tinggi, juga dapat mengetahui waktu kejadian dan
integritas hujan dengan periode pencatatan dapat lebih dari
sehari karena menggunakan kertas pias.
Gambar 2.12. Gambar 2.13.
Helaman Rain Gauge Tipping Bucket Gauge
2.7.2.Kelembaban
Kelembaban adalah besar konsentrasi uap air di udara. Angka
konsenstrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut,
kelembaban spesifik atau kelembaban relatif. Alat yang digunakan untuk
mengukur kelembaban udara disebut higrometer.

CH Bulanan = Total CH Harian / Jumlah Hari Hujan
Rtahunan = ∑R Jan + R feb + R mar ++ Rn
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
2.8.Metode Perhitungan Curah Hujan
2.8.1.Perhitungan Curah Hujan Harian
Curah hujan harian adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu
daerah yang diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24 jam). Cara
menghitung curah hujan harian :
a.Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan
yang ditampung dibagi luas penampang atau mulut penakar,
mengukur curah hujan harian (mm), diukur dalam 1 kali pada
pagi hari.
b.Alat yang digunnakan yaitu observatorium/ombrometer
dengan tinggi 120 cm, luas mulut penakar 100 cm
2
.
c.Didapatkan tinggi curah hujan = volume / luas
penakar Contoh : Terukur 200 ml atau 200 cc
Maka, CH = 200 cm
3
/ 100 cm
2
= 2 cm = 20mm
2.8.2.Perhitungan Curah Hujan Bulanan
Curah hujan bulanan adalah curah hujan yang dihitung
berdasarkan jangka waktu satu bulan. Cara menghitung curah hujan
bulanan :
Keterangan :
CH Bulanan : Curah Hujan Bulanan
Total CH Harian : Total Curah Hujan
Harian
2.8.3.Perhitungan Curah Hujan Tahunan
Curah Hujan Tahunan adalah curah hujan yang dihitung
berdasarkan jangka waktu satu tahun. Cara menghitung curah hujan
tahunan :

R24 = max (data yang akan dipilih dalam satu hari)
Rx = 1/n (Pa Nx + Pb Na )
NaNb
Rumus mencari akumulasi =
Akumulasi n = Akumulasi n + n
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
Keterangan :
Rtahunan : Curah Hujan Tahunan
∑R : Jumlah Curah Hujan
Rn : Banyak Bulan Dalam Setahun
2.8.4.Perhitungan Curah Hujan Maksimal Harian
Curah hujan maksimal harian adalah curah hujan yang diukur
berdasarkan jangka waktu satu hari (24 Jam).
Keterangan :
R max : Data maksimal yang akan dipilih dalam satu
hari
2.8.5.Perhitungan Curah Hujan Yang Hilang
Data curah hujan dari sebuah stasiun sering tidak lengkap atau
hilang. Untuk memperbaiki atau memperkirakan data curah hujan yang
tidak lengkap atau hilang, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut :
Keterangan :
Rx : Data curah hujan yang hilang
n : Banyak stasiun yang diketahui
Nx : Jumlah curah hujan yang hilang
Na/Nb : Jumlah curah hujan yang ada
2.8.6.Perhitungan Uji Konsistensi
Kegunaan uji konsistensi ini adalah menguji kebenaran data. Data
hujan disebut konsisten apabila data yang terukur dan terhitung adalah
teliti dan benar sera sesuai dengan fenomena saat hujan itu terjadi.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
Keterangan :
N : Nilai jumlah curah hujan di stasiun.
2.8.7.Perhitungan Hujan Suatu Daerah
Berdasarkan hasil pengukuran data curah hujan dari masing-
masing alat pengukuran hujan merupakan data hujan suatu titik (point
rainfall). Untuk kepentingan analisis yang diperlukan adalah data hujan
suatu wilayah (areal rainfall).
Ada beberapa cara untuk mendapatkan data curah hujan wilayah
tersebut yaitu
2.8.7.1.Cara Rata – Rata Aljabar / Aritmatik
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana,
pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu
yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah
stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah
yang berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan
yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan. Metode rata-rata
aljabar memberikan hasil yang baik apabila menggunakan cara di
bawah ini :
Keterangan :
R : Curah hujan rerata tahunan
N : Jumlah stasiun yang digunakan
R1+R2+R3+...Rn : Curah hujan rerata tahunan di tiap
titik pengamatan.
2.8.7.2.Cara Polygon Thiessen
Cara ini memperhitungkan bobot dari masing-masing
stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di
dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang
terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat
pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Cara ini digunakan

P  A1 P1  A2 P2  An Pn
A1  A2  An
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak
merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang digunakan
untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan.
Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun. Cara poligon
Thiessen banyak digunakan untuk menghitung hujan rata-rata
kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan
stasiun hujan tertentu.Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun
hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus
dibuat lagi poligon yang baru.
Gamabar 2.14. Polygon Thiessen
Untuk menghitung curah hujan rata-rata cara polygon
thiessen menggunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
P : Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn: Curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An:Luaspengaruhmasing-masingstasiun
(km2)
2.8.7.3.Cara Ishoet
Ishoetadalahgarisyangmenghubungkantempat-
tempatatautitik-titik dengan kedalaman hujan yang sama.

p  i1
 i
n
A
I  I
ii1
2 A 1 2  A 2
I  I I  I
3 ..... A n
I  I
n1
1
 i
n 2
2
2
n
2
A
p 
i
A1  A2  An
X I = Xrt + k . s
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
Kesulitan dari penggunaan cara ini adalah jika jumlah stasiun di
dalam dan sekitar DAS terlalu sedikit. Hal tersebut akan
mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi. Rata-rata hujan
ditentukan dengan menjumlahkan hasil kali luas isohiet, hujan,
dan dibagi dengan luas total, dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
P : Hujan rerata kawasan
Ai : Luasan dari titik i
Ii : Garis isohiet ke i
2.8.8.Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal
besarnya hujan dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan
rencana tersebut kemudian dicari intensitas hujan yang digunakan untuk
mencari debit banjir rencana. Dalam ilmu statistic dikenal beberapa
macam distribusi frekuensi dan empat macam jenis distribusi yang banyak
digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu distribusi normal, distribusi
gumbel, distribusi log-normal, dan distribusi log-person III.
2.8.8.1.Metode Distribusi Normal
Rumus yang digunakan metode ini sebagai berikut :
Keterangan :
X i: Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi dengan
periode ulang X tahun (mm).
S : Standar deviasi data hujan maksimum
tahunan. X rt: Curah hujan rata-rata (mm).

Y = Y - K.S
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
K : Nilai karakteristik dari distribusi Log Normal yang
nilainya tergantung dari koefisien variasi.
2.8.8.2.Metode Distribusi Log-Pearson III
Distribusi log-pearson tipe III banyak digunakan dalam
analisis hidrologi terutama dalam analisis data maksimum (banjir)
dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim. Bentuk
komulatif dari distribusi log-pearson tipe III dengan nilai
variatnya X apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik
(logarithmic probability paper) yang merupakan matematika
persamaan garis lurus. Persamaan garis lurusnya sebagai berikut :
Keterangan :
Y : Nilai logaritmik dari X
Y : Nilai rata-rata Y
S : Standart deviasi dari Y
K : Karakteristik dari distribusi log pearson
log-pearson tipe III
Tahapan atau langkah-langkah untuk menghitung hujan
rancangan maksimum dengan metode Log-pearson Tipe III
sebagai berikut :
Ubah data ke dalam bentuk logaritmis dari Xi
menjadi Log Xi.
Menghitung nilai logaritma rata-rata dengan rumus
Keterangan :
Xi : Titik tengah tiap interval kelas
(mm). Xrt : Rata-rata hitungan (mm).
N : Jumlah kelas

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 2
Menghitung harga simpangan baku dengan rumus :
Keterangan :
S : Standar deviasi
Xi : Titik tengah tiap interval kelas
(mm) Xrt : Rata-rata hitungan (mm)
N : Jumlah kelas
Hitung koefisien kemencengan (Cs) :
Keterangan :
Cs : Koefisien kemencengan.
S : Standar deviasi.
Xi: Titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt: Rata-rata hitungan (mm).
n : Jumlah kelas
Hitunglogaritmahujan atau banjirdengan periode
ulang T dengan rumus :
Keterangan :
S : Standar deviasi
Xi: Titik tengah tiap interval kelas
(mm) Xrt: Rata-rata hitungan (mm)
K :Variabelstandar(standarized
variable), tergantung Cs

XT = X + S x K
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Tabel 2.3. Nilai K untuk Distribusi Log-Pearson III
(Sumber : Soewarno, 1995)
2.8.8.3.Metode Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk analisis
data maksimum, seperti untuk analisis frekuensi banjir. Rumus
untuk perhitungan Distribusi Probabilitas Gumbel di bawah ini:
Keterangan :
XT: Hujan rencana (mm)
X : Nilai rata-rata dari hujan
S : Standar deviasi dari data
hujan K: Faktor frekuensi Gumbel

K =(Yt – Yn) / Sn
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Keterangan :
Yt: Reduced variate
Sn : Reduced standar
Yn: Reduced mean
Tabel 2.4. Reduced Standart Deviation
(Sumber : Soewarno, 1995)
Tabel 2.5. Reduced Variate
(Sumber : Suripin, 2004)

(Sumber : Soewarno, 1995)
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Tabel 2.6. Harga Rata – Rata (Yn)
2.8.8.4.Metode Distribusi Chi Square
Chi Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi
Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang
dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel
adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan
skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk
bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah). Berikut
akan kita bahas tentang rumus chi square.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Keterangan :
X
2
: Harga chi-kuadrat terhitung
Oi : Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-
1 Ei: Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-1
N : Jumlah data.
Suatu distrisbusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung
dari X2 kritis. Dari hasil pengamatan yang didapat dicari
penyimpangannya dengan chi-kuadrat kritis paling kecil. Untuk
suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil
adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
DK = K − (α +1)
K =1+ 3.322 log n
Keterangan :
DK : Derajat
kebebasan K: Jumlah
kelas
a :Banyaknyaketerikatan(banyaknyaparameter),
untuk ujichi-kuadrat adalah 2
n : Jumlah data
Ei : Nilai yang diharapkan. (Triatmodjo, 2008).

P(x) = m/n+1
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Tabel 2.7. Distribusi Chi Square (nilai percentile X 2/p terhadap
derajat bebas V).
(Sumber : Soewarno, 1995)
2.8.8.5.Metode Distribusi Kolmogorof Smirnov
Distribusi Kolmogorof Smirnov adalah pengujian
nominalis perbandingan distribusi data dengan distribusi normal
baku, sedangkan distribusi normal baku yaitu data yang telah
ditransformasikan dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan
normal. Dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

Q = 0,287 . C . I. A
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Keterangan :
P(x): Peluang masing- masing
data M: Nomor urut
n : Jumlah data
2.9.Analisa Debit Banjir Rencana
Analisa Hidrologi yang sering dilakukan adalah estimasi kejadian banjir
maksimum, terutama karena perencanaan dan perancangan sumber air dan
menejemen banjir tergantung dari frekuensi dan besarnya puncak aliran debit.
Metode rasional sering digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir
rencana. Metode ini digunakan untuk daerag yang luas pengalirannya kurang dari
300 ha.
Metode rasional adalah salah satu dari metode tertua dan awalnya
digunakan hanya untuk memperbaiki debit puncak. Persamaan rasional
dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai
intensitas yang seragam dan merata diseluruh daerah pengaliran selama paling
sedikit sama dengan waktu kosentrasi (tc). persamaan matematik metode rasional
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Q : Debit Banjir Puncak (m3/det)
C : Koefisien Limpasan
I : Itwnsitas Curah Hujan
A : Luas Daerah
Pengaliran
Beberapa hal yang membatasi persamaan rasional antar lain:
1.Debit puncak banjir untuk intensitas hujan tertentu akan maksimum
bila durasi hujan tersebut lebih lama dari waktu kosentrasi.
2.Periode ulang banjir sadengan periode ulang hujan (kenyataan
dilapangan belum tentu), untuk itu hanya disarankan digunakan untuk
DAS kecil agar periode ulang banjir sama dengan periode ulang
hujan.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
3.Koefisien aliran dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan.
Hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan
waktunya lamanya hidrogaf banjir naik dan turun tidak dapat
ditentukan.
Untuk menghitung debit banjir rencana dengan persamaan rasional
terlebih dahulu ditentukan:
1.Waktu tiba banjir (Tc)
2.Itensitas Hujan (I)
3.Koefisien pengaliran (C)
Intensitas hujan ditentukan dengan memperkirakan waktu konsentrasi
( time of concentration, Tc) untuk DAS bersangkutan dan menghitung intensitas
hujan maksimum untuk periode berulang (return period) tertentu dan waktu hujan
sama dengan Tc. Bila Tc=1 jam maka intensitas hujan terbesar yang harus
digunakan adalah curah hujan 1-jam. Metode Rasional di atas dikembangkan
berdasarkan asumsi sebagai berikut:
1.Hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di
seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit samadengan waktu
konsentrasi (t.) daerah pengaliran.
2.Periode ulang debit sama dengan periode ulang hujan.
3.Koefisien pengaliran dari daerah pengaliran yang sama adalah tetap
untuk berbagai periode ulang.
2.9.1.Waktu Tiba Banjir (Tc)
Waktu Tiba Banjir adalah selang waktu antara permulaan hujan
dan saat pada seluruh real daerah aliran ikut berperan dalam pengaliran
sungai atau waktu yang diperlukan untuk hujan yang jatuh dititik terjauh
dari daerah pengaliran yang mencapai titik yang ditinjau.
Beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung waktu tiba
banjir adalah:
1.Rumus
Bayern Tc
=L/W
W = 72. (H/L)0,6 (km/jam)
W = 20. (H/L)0.6 (m/det)

Tc = 0,0195 x [L/√s]0.77
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
2.Persamaan Bransby-willams
Tc = 0,975. L/(A0,1 . I0,2) (jam)
3.Persamaan Mc Dermot
Tc = 0,76. A0,38
(jam)
4.Persamaan Kirpich (1940)
Tc = {(0,87 x L2) / 1000 x S)}0,385
Keterangan :
Tc : Waktu Tiba Banjir
H : Beda tinggi antara titik yang ditinjau dengan titik
yang terjauh dari alur sungai
L : Panjang alur sungai dari titik yang terjauh sampai
titik yang terjauh (km)
W : Kecepatan Rambat Banjir
A : Luas daerah pengaliran
(km2) S: Kemiringan dasar sungai
2.9.2.Koefisien Limpasan
Koefisien pengaliran adalah presentasi jumlah air yang dapat
melipas melalui permukaan tanah dari keseluruhan air hujan yang jatuh
pada suatu daerah. Semakin kedap suatu permukaan tanah maka semakin
tinggi nilai koefisien pengalirannya. Harga koefisien aliarn berbeda – beda
dan sulit ditentukan secara tepat.Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai
koefisien limpasan adalah:
Kondisi Tanah
Laju Infintrasi
Kemiringan Lahan
Tanaman Penutup Tanah
Intensitas Hujan
Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil
perhitungan debit banjir. Pemilihan harga C yang tepat memerlukan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
pengalaman hidrologi yang luas. Nilai C berkisar antar 0 – 1. Nilai C= 0
menujukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan teriniltrasi kedalam
tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menujukkan bahwa air hujan mengalir
sebagai aliran permukaan. Pada DAS yang baik harga C mendekati nol
dan semakin rusak suatu DAS maka C semakin mendekati satu. Harga C
berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor – faktor
yang bersangkutan dengan aliran permukaan didalam sungai, terutama
kelembapan tanah. Koefisien limpasan, dapat diperkirakan dengan menijau
tata guna lahan. Harga C dapat berubah – ubah dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
Tipe hujan
Intensitas hujan dan lama waktu hujan
Topografi dan Geologi
Keadaan tumbuh – tumbuhan
Perubahan – perubahan karena pekerjaan manusia, dll.
Tabel 2.8. Harga koefisiensi limpasan
Penutupan Lahan Harga C
Hutan Lahan Kering Sekunder 0,03
Berlukar 0,07
Hutan Primer 0,02
Hutan Tanaman Industri 0,05
Hutan Rawa Sekunder 0,15
Perkebunan 0,4
Pertanian Lahan Kering 0,1
Pertanian Lahan Kering Campuran Semak 0,1
Pemukiman 0,6
Sawah 0,15
Tambak 0,05
Terbuka 0,2
Perairan 0,05
(Sumber : Subarkah, 1980)

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 3
Tabel 2.9. Nilai Koefisien Aliran Untuk Berbagai Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan atau Bentuk Struktur Harga C (%)
Hutan Tropis <3
Hutan Produksi 5
Semak Belukar 7
Sawah – sawah 15
Daerah Pertanian, Perkebunan 40
Daerah Pemukiman 70
Jalan Aspal 95
Bangunan Padat 70-90
Bangunan Terpencar 30-70
Atap Rumah 70-90
Jalan Tanah 13-50
Lapisan Keras Kerikil 35-70
Lapisan Keras Beton 70-90
Taman, Halaman 5-25
Tanah Lapang 10-30
Kebun, Ladang 0-20
(Sumber : Subarkah, 1980)
Tabel 2.10. Nilai Koefisien Aliran Untuk Penggunaan Umum
Tipe Daerah Aliran Jenis Tanah Harga C
Peruputan Tanah Pasir, Datar 2%
Tanah Pasir, Rata-rata 2-7%
Tanah Pasir, Curam7%
Tanah Gemuk, Datar 2%
Tanah Gemuk, Rata-rata 2-7%
Tanah Gemuk, Curam 7%
0,05 – 0,10
0,10 – 0,15
0,15 – 0,20
0,13 – 0,17
0,18 – 0,22
0,25 – 0,35
Business Daerah Kota Lama
Daerah Pinggiran
0,75 – 0,95
0,50 – 0,70
Perumahan Daerah “Single Family”
“Multi Units” Terpisah – pisah
“Multi Units” Tertutup
Perkampungan
0,30 – 0,50
0,40 – 0,60
0,60 – 0,75
0,25 – 0,40

I = R24 x [24/t]2/3
24
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
Daerah Rumah – rumah Apartemen0,50 – 0,70
Industri Daerah Ringan
Daerah Berat
0,50 – 0,80
0,60 – 0,90
Jalan Beraspal
Beton
Batu
0,70 – 0,95
0,80 – 0,95
0,70 – 0,85
Pertamanan Kuburan 0,10 – 0,25
Tempat Bermain 0,20 – 0,35
Halaman Kereta Api 0,20 – 0,40
Daerah Yang Tidak Dikerjakan 0,10 – 0,30
Untuk Berjalan Naik Kuda 0,75 – 0,85
Atap 0,75 – 0,95
(Sumber : Loebis, 1984)
2.9.3.`Intensitas Curah Hujan
Untuk menentukan debit Banjir rencana (design flood), perlu
didapatkan harga satuan itensitas curah hujan. Itensitas curah hujan adalah
ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun wahtu yang dimana
air tersebut berkosentrasi. Analisa intensitas curah hujan dapat diproses
dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau. Untuk itu
itensitas curah hujan, dapat digunakan beberapa macam metode, antara
lain:
1.Metode Dr. Mononobe
Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang
tersedia hanya curah hujan harian, rumusnya sebagai berikut:
Keterangan :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24: Curah hujan maksimal dalam 24 jam
(mm) T: Lamanya curah hujan (jam)

It = 54 Rt + 0,07 Rt2
tc + 0,3 Rt
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
2.Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia,
khususnya dipulau jawa curah hujan terkosentrasi selama 4 jam
dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan
selama 24 jam. Perhitungan itensitas curah hujan dengan
menggunakan metode Van Breen adalah sebagai berikut:
Keterangan :
It : Intensitas curah Hujan pada suatu daerah
ulang (T tahun)
Rt : Tinggi curah hujan pada periode ulang T
tahun (mm/hari)

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
BAB III
METODOLOGI
3.1.Umum
Hidrologi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar
pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada di bumi serta siklus hidrologi dan
sumber daya air. Sedangkan Pengertian Siklus Hidrologi Secara Umum adalah
sirkulasi air dari laut ke atmosfer lalu ke bumi dan kembali lagi ke laut dan
seterusnya. Secara alami, air beredar melalui suatu sistem yang disebut siklus air
atau siklus hidrologi. Curah hujan pada suatu daerah merupakan salah satu faktor
yang menentukan besarnya debit banjir yang terjadi pada daerah yang
menerimanya.
Analisa hidrologi dilakukan guna mendapatkan karakteristik hidrologi
dan meteorologi daerah aliran sungai. Dalam kajian hidrologi meliputi potamalog
(aliran permukaan), geohidroligi (air tanah), hidrometeorologi (air yang ada di
udara dan berwujud gas), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti
danau, dan waduk), kriologi (air berwujud padat seperti es dan salju). Banyak
proyek yang ada di dunia (rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir, draenase,
tenaga air, dan lain-lain) dilakukan terlebih dahulu mengadakan survei kondisi-
kondisi hidrologi yang cukup.
3.2.Tempat dan Waktu
Tempat : Data curah hujan diperoleh dari Dinas PU.
Waktu : Data curah hujan diambil pada kurun waktu 10 tahun
dari tahun 2010 – 2019.
3.3.Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode survei
(Survey Method), dengan langsung menuju Ke PU kabupaten Blitar untuk
meminta data curah hujan pada kurun waktu 10 tahun dari tahun 2010 – 2019.
Setelah mendapatkan data curah hujan.

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
3.4.Tahapan Perhitungan Data
Data yang dicari adalah data yang diolah dari tabel data curah hujan,
diantaranya yaitu:
1.Mencari data curah hujan selama kurun waktu 10 tahun, dari tahun
2010 – 2019. Data diperoleh dari Dinas PU Kabupaten Blitar dengan
stasiun yang digunakan yaitu Stasiun Wlingi, Stasiun Garum, Stasiun
Talun.
2.Menghitung rata–rata curah hujan tahunan setiap stasiun. Data
perbulan setiap stasiun dari 3 stasiun tersebut dijumlah lalu dibagi
sesuai banyaknya hujan yang turun setiap harinya. Contohnya pada
stasiun A bulan Januari tahun 2010 terjadi hujan selama 10 kali dalam
sebualan. Banyaknya jumlah total dibagi 10. Begitu juga pada stasiun
B dan C.
3.Mencari curah hujan maksimal harian pada 3 stasiun yang sudah
diketahui data curah hujannya.
4.Uji konsistensi setiap stasiun, jadi jumlah rata–rata pertahun di stasiun
A kemudian diakumulasi, dengan menambahkan 2 tahun menjadi satu.
Jadi ditahun 2010 tetap ditulis, kemudian ditahun 2011 yaitu hasil
penjumlahan dari tahun 2010 dan 2011, hasilnya dimasukan kekolom
akumulasi stasiun A lalu jumlah rata–rata pertahun pada stasiun B dan
C dijumlahkan lalu dibagi 2. Dan untuk akumulasi stasiun B dan C
caranya sama seperti Stasiun A. Lalu bisa membuat garis diagram.
5.Menghitung rata–rata curah hujan maksimal harian setiap stasiun
menggunakan rata–rata aritmatik. Data curah hujan maksimal setiap
tahun dari 3 stasiun tadi dijumlahkan lalu di bagi jumlah stasiun yang
di uji. Contohnya : ( jumlah hujan maksimal tahun 2010 stasiun Garum
+ hujan maksimal tahun 2010 stasiun Talun + hujan maksimal tahun
2010 stasiun Wlingi) kemudian dibagi 3 (karena jumlah stasiun yang
diuji ada 3).
6.Menghitung hujan rata–rata dengan metode polygon thissen dan
memebuat grafik hujan rancangan. Menggambar luasan daerah stasiun
hujan di kertas millimeter. Menghubungkan antara stasiun dengan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
garis lurus sampai didapatkan segitiga–segitiga. Setelah itu buat titik
berat segitiga sampai memebentuk polygon mengelilingi stasiun hujan.
Menghitung luasan setiapa daerah polygon, dengan cara luasan
polygon dikalikan dengan kedalaman hujan di tiap polygon dan hasil
jumlah hitungan tadi kemudian dibagi dengan total luas daerah yang di
tinjau. Untuk membuat grafik hujan rancangan harus membuat tabel
terlebih dahulu , dengan kolom integral, jumlah dan m(10/10). Di
integral tersebut diisi data dari polygon. Mengitung jumlah lalu hasil
dibagi 10. Lalu memebuat grafiknya.
7.Menghitung curah hujan harian maksimum dengan mengurutkan
jumlah pertahunnya dari yang terkecil ke yang terbesar. Kemudian
dihitung menggunakan log person III.
8.Menghitung kala ulang, yang dibutuhkan dalam perhitungan ini data
yang ada ditabel distribusi pearson type III ( nilai K).
9.Menghitung debit banjir rancangan data yang dibutuhkan untuk
membuat tabel debit banjir rancangan yaitu, nilai anti log, koefisien
jalan, dan koefisien atap.

PERHITUNGAN CURAH HUJAN:
1.Menghitung curah hujan bulanan.
2.Menghitung curah hujan tahunan.
3.Menghitung curah hujan maksimal harian.
4.Menghitung Uji Kosistensi
5.Menghitung rata-rata curah hujan dengan Metode Aritmatik.
6.Menghitung rata-rata curah hujan dengan Polygon Theissen.
7.Menghitung rancangan curah hujan dengan Metode Gumbel.
8.Menghitung rancangan curah hujan dengan Metode
Log- Pearson III.
9.Menghitung rancangan curah hujan kala ulang.
10.Menghitung Uji Chi Square.
11.Menghitung Uji Smirnov-Kolmogorov.
12.Menghitung debit limpasan.
TIDAK
MULAI
PENGUMPULAN DATA CURAH HUJAN
KECUKUPAN
DATA
YA
PENGOLAHAN DATA
SELESAII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
3.5.Diagram Alir
Gambar 3.1. Diagram Alir

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Curah Hujan Bulanan dan Rata – Rata
Tabel 4.1. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Blitar Stasiun Talun.
THN KET JANFEBMAR APRMEIJUNJULAGSSEPOKT NOVDES
CH
TAHUNAN
2010
Jml C.H
Bulanan
25835317415299 0 0 0 409 1445
Rata-
rata
14.318.613.415.224.80 0.0 0.021.5 107.8
2011
Jml C.H
Bulanan
20240921639312515238116240419 498273 3081
Rata-
rata
20.229.210.818.712.5155.419.318.532.231.117.1 230.3
2012
Jml C.H
Bulanan
31821121628912556 227 370219 2031
Rata-
rata
18.716.210.818 1314.0 37.821.816.8 166.7
2013
Jml C.H
Bulanan
35333323021273 0 14 88 298610 2211
Rata-
rata
16.818.514.419.310.40 4 18 29.826.5 156.8
2014
Jml C.H
Bulanan
33428917517610334474 29 345572 2441
Rata-
rata
1819.314.617.610.33814.8 29 19.234 214.2
2015
Jml C.H
Bulanan
294197175222 7 12374 127408 1627
Rata-
rata
2016.414.616 3.530.814.8 0.00.0 115.5
2016
Jml C.H
Bulanan
1923493203071610 253195 1777
Rata-
rata
27.429.117.823.626.80 23.016 164
2017
Jml C.H
Bulanan
44145629829819913027100260218 540349 3316
Rata-
rata
31.524.021.317.522.111.86.816.72412.119.329.1 235.8
2018
Jml C.H
Bulanan
43516630211896 5126 6 128 411249 1988
Rata-
rata
24.211.923.213.119.210.213 3 12.819.613.8 164
2019
Jml C.H
Bulanan
49440719315384 13 4 1 3 276295 1923
Rata-
rata
21.527.114.819.1176.54.0 1 3 30.718.4 163.0
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
Tabel 4.2. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Blitar Stasiun Garum.
THN KET JANFEBMAR APRMEIJUNJULAGSSEPOKT NOV DES
CH
TAHUNAN
2010
Jml C.H
Bulanan
394228 0 25471 15 0 91 192 1245
Rata-
rata
17.916.30 12.18.915.0 0 0.0 0.0 70.2
2011
Jml C.H
Bulanan
18114731419514116 0 0 125 262127 1508
Rata-
rata
12.19.213.116.314.15 0.0 0.020.813.86.7 111.3
2012
Jml C.H
Bulanan
348274246 0 54 0 86 182458 1648
Rata-
rata
1713.014.50.07 0.0 11 13.018.3 93
2013
Jml C.H
Bulanan
46144624433518916858 47 363474 2785
Rata-
rata
17.726.216.318.617.211 0 0.0 0.0 0.0 106.5
2014
Jml C.H
Bulanan
413229 0 2931081376 0 225418 1829
Rata-
rata
18.816.40.020.910.819.66.0 0.022.518.2 133.1
2015
Jml C.H
Bulanan
26225245644115445 0 233395 2238
Rata-
rata
78.015.825.320.017.10.00 17.923.2 197.4
2016
Jml C.H
Bulanan
231443374286228 409302 2273
Rata-
rata
13.624.618.715.115.2 16.415.9 119.4
2017
Jml C.H
Bulanan
52734121519911911513 7 68123 261222 2210
Rata-
rata
2318.915.419.913.216.46.57.017.09.514.511.1 172.3
2018
Jml C.H
Bulanan
4174101522171403737 0 4 3 307235 1959
Rata-
rata
18.119.516.914.523.319190.02.03.0 26 18.1 178.0
2019
Jml C.H
Bulanan
17748828625755 0 0,5 0 0 1 316 1580
Rata-
rata
12.62326.0021.411.00.01 0 0 1.017.6 113.9
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Blitar Stasiun Wlingi.
THN KET JANFEBMAR APRMEIJUNJULAGSSEPOKTNOVDES
CH
TAHUNAN
2010
Jml C.H
Bulanan
353381348199175 0 6 0 0 49 515 2026
Rata-
rata
16.819.118.314.235.00.03.0 0.00.07.025.8 139.1
2011
Jml C.H
Bulanan
25440110457340321666147302347675213 3701
Rata-
rata
31.820.18.72619.216.67.314.716.821.72611.2 220
2012
Jml C.H
Bulanan
34422130326918530 181 465 1998
Rata-
rata
14.315.815.920.720.67.5 25.9 24.5 145.1
2013
Jml C.H
Bulanan
475286247281152 2 22 128223591 2407
Rata-
rata
19.815.117.618.715.22 7.3 16 22.320.4 154.4
2014
Jml C.H
Bulanan
414398229275179374102 77 414613 3075
Rata-
rata
15.920.914.316.211.90.00.0 0.00.00.0 79.3
2015
Jml C.H
Bulanan
26020319119713615539 5 357493 2036
Rata-
rata
13.714.512.710.915.122.113.05 21 19 147.1
2016
Jml C.H
Bulanan
237361453461107 220349 2188
Rata-
rata
14.822.620.62021.4 14.719.4 133.5
2017
Jml C.H
Bulanan
27262433335715918392121328372633401 3875
Rata-
rata
1728.420.817.912 22.623.6 142.5
2018
Jml C.H
Bulanan
62222033232012416532 13 33 184493352 2890
Rata-
rata
24.912.919.526.715.520.65.34.35.512.320.516.0 184.1
2019
Jml C.H
Bulanan
58748121016712226 1 19 2 327435 2377
Rata-
rata
25.528.311.713.924.46.51 19 2 21.820.7 174.8
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 4
4.2.Curah Hujan Max Harian
Tabel 4.4. Data Curah Hujan Maksimal Harian Kabupataen Blitar
TAHUN ST. TALUN ST. GARUM ST. WLINGI
2010 90 89 82
2011 110 92 153
2012 95 78 104
2013 80 96 85
2014 105 73 173
2015 68 136 106
2016 99 95 85
2017 80 86 116
2018 90 92 100
2019 95 116 130
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
4.3.Curah Hujan Total Tahunan
Tabel 4.5. Data Curah Hujan Total Tahunan Kabupaten Blitar
TAHUN ST. TALUN ST. GARUM ST. WLINGI
2010 1445 1245 2026
2011 3081 1508 3701
2012 2031 1648 1998
2013 2211 2785 2407
2014 2441 1829 3075
2015 1627 2238 2036
2016 1777 2273 2188
2017 3316 2210 3875
2018 1988 1959 2890
2019 1923 1580 2377
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
4.4.Hitungan Total Rata-Rata Curah Hujan Tahunan
Tabel 4.6. Perhitungan Total Rata-Rata Curah Hujan Tahunan
THN
BULAN TOTAL
CH
TAHUNAN
JanFebMarAprilMeiJuniJuliAgustSeptOktoNovDes
2010335.0320.7174.0202115.05.0 3 0 0.046.7372 1573.0
2011212.3319211387.0223.0128.035131.5180.7297478.3204.3 2807.2
2012336.7235.3255186121.329 165276.0380.7 1984.3
2013429.7355240276.0138 5731.3 88294.7558 2468
2014387305134.7248130.0285.060.7 35328.0534 2448.3
2015272217.3274286.799107.737.75 239.0432.0 1970.3
2016220384382.3351165.30 294282.0 2079.3
2017413.3473.7282.028515914344.076 218.7238478.0324.0 3133.7
2018491.3265262218120.084 32 7 14.3105403.7278.7 2281.2
2019419.3458.7229.7192.387 13.03 7 2 201.3348.7 1960.8
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri
4.5.Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Tabel 4.7. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Talun
TAHUN
ST. A
AKUMULASI
ST. A
RATA-RATA
ST. B & ST. C
AKUMULASI
ST. B & ST. C
2010 90 90 85.5 85.5
2011 110 200 122.5 208
2012 95 295 91 299
2013 80 375 90.5 389.5
2014 105 480 123 512.5
2015 68 548 121 633.5
2016 99 647 90 723.5
2017 80 727 101 824.5
2018 90 817 96 920.5
2019 95 912 123 1043.5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Keterangan :
ST. A : Stasiun Talun
ST. B : Stasiun Garum
ST. C : Stasiun
Wlingi

1200
1000
Uji Konsistensi ST. Talun
y=ax+b
800
600
400
200
0
912, 1043.5
817, 920.5
727, 824.5
647, 723.5
548, 633.5
480, 512.5Series1
375, 389.5
295, 299Linear (Series1)
200, 208
90, 85.5
02004006008001000
Akumulasi ST. A
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Gambar 4.1. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Talun
Pada gambar 4.1. dapat disimpulkan bahwa grafik uji konsistensi pada Stasiun
Talun pada tahun 2010 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang
siknifikan dimana data tersebut dapat dibilang konsisten.
Tabel 4.8. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Garum
TAHUN
ST. B
AKUMULASI
ST. B
RATA-RATA
ST. A & ST. C
AKUMULASI
ST. A & ST. C
2010 89 89 86 86
2011 92 181 131.5 217.5
2012 78 259 99.5 317
2013 96 355 82.5 399.5
2014 73 428 139 538.5
2015 136 564 87 625.5
2016 95 659 92 717.5
2017 86 745 98 815.5
2018 92 837 95 910.5
2019 116 953 112.5 1023
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Keterangan :
ST. A : Stasiun Talun
ST. B : Stasiun Garum
ST. C : Stasiun
Wlingi
A
k
u
m
u
l
a
s
i

S
T
.

B
&
S
T
.

1200
1000
800
600
400
200
0
Uji Konsistensi ST. Garum
y=ax+b
953, 1023
837, 910.5
745, 815.5
659, 717.538.5
355, 399.5
564, 625.5
428, 5 Series1
259, 317
181
, 217.5
Linear (Series1)
89, 86
0 200 400 600 800 1000 1200
Akumulasi ST. B
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Gambar 4.2. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Garum
Pada gambar 4.2. dapat disimpulkan bahwa grafik uji konsistensi pada Stasiun
Garum pada tahun 2010 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang
siknifikan yang dimana data tersebut dapat dibilang konsisten.
Tabel 4.9. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Wlingi
TAHUN
ST. C
AKUMULASI
ST. C
RATA-RATA
ST. A & ST. B
AKUMULASI ST.
A & ST. B
2010 82 82 85.5 85.5
2011 153 235 122.5 208
2012 104 339 91 299
2013 85 424 90.5 389.5
2014 173 597 123 512.5
2015 106 703 121 633.5
2016 85 788 90 723.5
2017 116 904 101 824.5
2018 100 1004 96 920.5
2019 130 1134 123 1043.5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Keterangan :
ST. A : Stasiun Talun
ST. B : Stasiun Garum
ST. C : Stasiun
Wlingi
A
k
u
m
u
l
a
s
i

S
T
.

A

&
S
T
.

1200
Uji Konsistensi ST. Wlingi
y = ax +b
1000
800
600
1134, 1043.5
1004, 920.5
904, 824.5
788, 723.5
703, 633.5
400
200
597, 512.5
424, 389.5
339, 299
235, 208
82, 85.5
Series1
Linear (Series1)
0
0 200 400 600 80010001200
Akumulasi ST. C
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI 2021
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Gambar 4.3. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Wlingi
Pada gambar 4.3. dapat disimpulkan bahwa grafik uji konsistensi pada Stasiun
Wlingi pada tahun 2010 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang
siknifikan yang dimana data tersebut dapat dibilang konsisten.
4.6.PerhitunganDataCurahHujanRerataMaxHarianMetode
Aritmatik
Tabel 4.10. Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode Aritmatik (Aljabar)
TAHUN ST. A ST. B ST. C
RERATA
C.H
2010 90 89 82 87.00
2011 110 92 153 118
2012 95 78 104 92.33
2013 80 96 85 87.00
2014 105 73 173 117.00
2015 68 136 106 103
2016 99 95 85 93
2017 80 86 116 94
2018 90 92 100 94
2019 95 116 130 113.67
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri
RUMUS RERATA ARITMATIK (ALJABAR)
Rata-rata CH = A1+A2+A3+…An/n
A
k
u
m
u
l
a
s
i

S
T
.

A
&
S
T
.

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Keterangan
A : CH maksimal
n : Jumlah Stasiun
Keterangan
ST. A : ST. Talun
ST. B : ST. Garum
ST. C : ST. Wlingi
4.7.Perhitungan Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode Poligon
Thiessen
Tabel 4.11. Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode Polygon Thiessen
TAHUN ST. A ST. B ST. C
RERATA
C.H
2010 90 89 82 86.650
2011 110 92 153 116.630
2012 95 78 104 89.949
2013 80 96 85 89.575
2014 105 73 173 113.765
2015 68 136 106 114.689
2016 99 95 85 92.043
2017 80 86 116 95.804
2018 90 92 100 94.552
2019 95 116 130 117.745
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri
RUMUS POLIGON THIESSEN :
PT =((A1*R1)+(A2*R2)+(A3*R3))/Total R
Keterangan
PT : Poligon Thiessen
A : CH maksimal
R : Luas Wilayah
Keterangan
ST. A : ST. Talun
ST. B : ST. Garum
ST. C : ST. Wlingi

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
4.8.Curah Hujan Rancangan
Tabel 4.12. Curah Hujan Rancangan Kabupaten Blitar
RERATA C.H URUTAN ''<'' ke ''>''
86.650 86.650
116.630 89.575
89.949 89.949
89.575 92.043
113.765 94.552
114.689 95.804
92.043 113.769
95.804 114.689
94.552 116.630
117.745 117.745
IntervalJumlah (n)Jumlah (n x 10th) m = n / (n x 10th)
10 10 10 1.0
20 10 10 1.0
30 10 10 1.0
40 10 10 1.0
50 10 10 1.0
60 10 10 1.0
70 10 10 1.0
80 10 10 1.0
90 10 7 1.4
100 10 4 2.5
110 10 4 2.5
120 10 0 ∞
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
CURAH HUJAN RANCANGAN
120
100
3, 110
3, 100
1, 90
801,11,120
1, 110
601, 60
40
20
1, 50
1, 40
1, 30
1, 20
1, 10
Series1
0
0 1 1 2
m = n/(n x 10th)
2 3 3
√ √ √ √ = 12.177


b = X -. yt = 101.14 - ( x 0,4271) = 95.809792 = 95.81


Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Sumber : Hasil Perhitungan
Sendiri Gambar 4.5. Grafik Curah Hujan Rancangan
4.9.Metode Gumbel
Tabel 4.13. Data Curah Hujan Max Harian Metode Gumbel
TAHUN RERATA C.H (X)URUTAN ''<'' ke ''>'' X²
2010 86.65 89.58 8023.71
2011 116.63 86.65 7508.27
2012 89.95 92.04 8471.93
2013 89.58 95.80 9178.35
2014 113.77 94.55 8940.10
2015 114.69 89.95 8090.77
2016 92.04 114.69 13153.59
2017 95.80 117.74 13863.87
2018 94.55 116.63 13602.64
2019 117.74 113.77 12942.51
Jumlah 1011.40 Jumlah 103775.75
ata-rata ( X) 101.14 ata-rata ( X²) 10377.57
I
n
t
e
r
v

y = 0.366x + 129.47
2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Xt = 12.48 Yt + 95.81
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
y
y = 0.366x + 129.47
y
Linear (y)
02040 60
Axis Title
80 100 120
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Persamaan Gumbel
Tabel 4.14. Perhitungan Kala Ulang Metode Gumbel
NoTr/Kala ulangYt (tabel gumbel) Xt x Y
1 5 1.4999 123.736 5 123.736
2 10 2.2504 133.100 10 133.100
3 25 2.9702 142.082 20 142.082
4 50 3.9019 153.707 50 153.707
5 100 4.6002 162.421 100 162.421
Sumber : Hasil Pengolahan
Sendiri Gambar 4.6. Grafik Kala Ulang Metode Gumbel
Dari hasil ploting didapat persamaan regresi :
A
x
is

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 5
Tabel 4.15. Uji Chisquare (Uji Sumbu Horizontal X)
No X Rmax (diurutkan) y ((Rmax-Y)^2/Rmax)
1 9.09 89.58 132.797 20.856
2 18.18 86.65 136.125 28.248
3 27.27 92.04 139.452 24.419
4 36.36 95.80 142.779 23.033
5 45.45 94.55 146.106 28.110
6 54.55 89.95 149.434 39.339
7 63.64 114.69 152.761 12.638
8 72.73 117.74 156.088 12.486
9 81.82 116.63 159.415 15.695
10 90.91 113.77 162.743 21.086
Jumlah 225.910
Sumber : Hasil Perhitungan
Sendiri Dari tabel chisquare dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat
kepercayaan 90% = 0,16. Dari tabel perhitungan didapat nilai total sejumlah
225.910
Maka data tidak dapat diterima. karena X hit > dari X tabel.
Tabel 4.16. Uji Smirnof Kolmogorof (Uji Sumbu Horizontal Y)
No Rmax (Y) n Tr (x) (n-Tr/100)
1 89.58 9.09 -109.002 1.181
2 86.65 18.18 -116.994 1.352
3 92.04 27.27 -102.259 1.295
4 95.80 36.36 -91.984 1.283
5 94.55 45.45 -95.404 1.409
6 89.95 54.55 -107.982 1.625
7 114.69 63.64 -40.385 1.040
8 117.74 72.73 -32.036 1.048
9 116.63 81.82 -35.081 1.169
10 113.77 90.91 -42.909 1.338
Nilai Max 1.625
Sumber : Hasil Perhitungan
Sendiri Dari tabel smirnof kolmogorof dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat
kepercayaan 90% = 0,368. Dari tabel perhitungan didapat nilai tertinggi (max)
sejumlah 1.625
Maka data tidak dapat diterima. karena Y hit > dari Y tabel

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Si [ ̅ ] [ ]



=0.054421

̅




0.327798
( )( )
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
4.10.Metode Log Pearson III
Tabel 4.17. Data Curah Hujan Metode Logaritma Pearson III
TAHUN
RERATA
C.H (X) Log X
Log X- og X(Log X- og X)
2
(Log X- og X)
3
2016 86.65 1.938 -0.064 0.0041038 -0.00026289
2014 89.58 1.952 -0.050 0.0024644 -0.00012234
2009 89.95 1.954 -0.048 0.0022880 -0.00010944
2015 92.04 1.964 -0.038 0.0014318 -0.00005418
2017 94.55 1.976 -0.026 0.0006843 -0.00001790
2013 95.80 1.981 -0.020 0.0004180 -0.00000855
2012 113.77 2.056 0.054 0.0029370 0.00015917
2010 114.69 2.060 0.058 0.0033284 0.00019202
2011 116.63 2.067 0.065 0.0042225 0.00027438
2018 117.75 2.071 0.069 0.0047766 0.00033012
Ra a-ra a og X)2.002Jumlah 0.0266548 0.00038040
Sumber :Hasil Perhitungan sendiri
Si =0.054421 Keterangan
Cs =0.327798 n : Jumlah Kelas (Tahun)
Si : Standar deviasi
Cs : Koefisien kemencengan

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
log Xt = 2.002 + 0.054421.K
y
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
y = 3.3178x + 217.02
y
Linear (y)
1 10
Axis Title
100
Y =3.3178 X + 217.02
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
Persamaan Log Pearson III
Tabel 4.18. Perhitungan Kala Ulang Metode Log Pearson III
NoTrP = (1/Tr)*100%K (tabel log person III)Log Xt Xt
1 5 20 0.8218 2.04672111.358
210 10 1.3112 2.07336118.402
325 4 1.8577 2.10310126.793
450 2 2.2250 2.12309132.766
5100 1 2.5639 2.14153138.525
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri
Plotting
x Y
5 111.358
10 118.402
25 126.793
50 132.766
100 138.525
Sumber : Hasil Pengolahan
Sendiri Gambar 4.7. Grafik Kala Ulang Metode Log Pearson
Dari hasil ploting didapat persamaan regresi :
A
x
is

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
Tabel 4.19. Uji Chisquare (Uji Sumbu Horizontal X)
No X Rmax (Diurutkan) Y ((Rmax.Y)*2/Rmax)
1 9.09 89.58 247.1818 494.3636
2 18.18 86.65 277.3436 554.6873
3 27.27 92.04 307.5055 615.0109
4 36.36 95.80 337.6673 675.3345
5 45.45 94.55 367.8291 735.6582
6 54.55 89.95 397.9909 795.9818
7 63.64 114.69 428.1527 856.3055
8 72.73 117.74 458.3145 916.6291
9 81.82 116.63 488.4764 976.9527
10 90.91 113.77 518.6382 1037.2764
Jumlah 7658.200
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri
Dari tabel chisquare dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat kepercayaan 90% =
16. Dari tabel perhitungan didapat nilai total sejumlah 7658.200
Maka data tidak dapat diterima. karena X hit > dari X
tabel. Tabel 4.20. Uji Smirnof Kolmogorof (Uji Sumbu Horizontal Y)
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri
Dari tabel smirnof kolmogorof dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat
kepercayaan 90% = 0,368. Dari tabel perhitungan didapat nilai tertinggi (max)
sejumlah 1.220
Maka data tidak dapat diterima. karena Y hit > dari Y tabel
No Rmax (Y) N Tr (x) (n-Tr/100)
1 89.58 9.09 -38.412 0.475
2 86.65 18.18 -39.294 0.575
3 92.04 27.27 -37.669 0.649
4 95.80 36.36 -36.535 0.729
5 94.55 45.45 -36.912 0.824
6 89.95 54.55 -38.300 0.928
7 114.69 63.64 -30.843 0.945
8 117.74 72.73 -29.922 1.026
9 116.63 81.82 -30.258 1.121
10 113.77 90.91 -31.121 1.220
Nilai Max 1.220

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
4.11.Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Tabel 4.21. Debit Banjir Rancangan Kabupaten Blitar
No Tr R 24
Q
Tanah Pasir
(C = 0.13)
Jalan
(C = 0.75)
Atap
(C = 0.95)
Industri
(C = 0.90)
1 5 111.358 0.217 1.252 1.586 1.502
2 10 118.402 0.231 1.331 1.686 1.597
3 25 126.793 0.247 1.425 1.805 1.710
4 50 132.766 0.259 1.492 1.890 1.791
5100 138.525 0.270 1.557 1.972 1.869
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri
Rumus mencari debit bajir rancangan :
Q = 0,278 C.I.A
I = (R24 / 24) x (24 / Tc)
2/3
Tc = 0,0195 x (L / (s
0,5
))
0,77
Keterangan :
R24: Antilog (Log
Rt) C: Koefisien aliran
Tc : Waktu tiba
banjir
I : Intensitas curah hujan
A : Total luas daerah (dari gambar polygon
thissen) L : Total jarak daerah hujan
Contoh Perhitungan Debit Banjir
Diketahui :
L = 3000
S = 0,008
A = 2,378km
2
Ditanya :
1.Perhitungan waktu tiba banjir ?
2.Pehitungan intensitas curah hujan pada Tr 5 ?
3.Perhitungan debit banjir rencana pada Tr 5 ?

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
Jawab :
1.Waktu tiba banjir (Tc)
Tc= 0,0195 x (l / (s
0,5
))
0,77
Tc= 0,0195 x (3000 / (0,008
0,5
))
0,77
Tc= 0,0195 x 3052,767
Tc= 59,529 menit
2.Intensitas curah hujan (I) pada Tr
5 I= (R24 / 24) x (24 / Tc)
2/3
I= (111,358 / 24 ) x (24 / 59,529)
2/3
I= 2,525 mm
3.Debit banjir rencana (Q) pada Tr 5
Tanah pasir
Q= 0,278 C.I.A
Q= 0,278 x 0,13 x 2,525 x 2,3781
Q= 0,217 m
3
/dt
Jalan
Q= 0,278 C.I.A
Q= 0,278 x 0,75 x 2,525 x 2,3781
Q= 1,252 m
3
/dt
Atap
Q= 0,278 C.I.A
Q= 0,278 x 0,95 x 2,525 x 2,3781
Q= 1,586 m
3
/dt
Industri
Q= 0,278 C.I.A
Q= 0,278 x 0,9 x 2,525 x 2,3781
Q= 1,502 m
3
/dt

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
BAB V
PENUTUP
5.1.KESIMPULAN
1.Data curah hujan maksimal didapat dari data curah hujan maksimal
tertinggi terdapat di Stasiun Talun sebesar 3316 pada tahun 2017,
pada Stasiun Garum sebesar 2785 pada tahun 2013, dan pada stasiun
Wlingi sebesar 3875 pada tahun 2017.
2.Dari data curah hujah rerata aritmatik nilai tertinggi curah hujan
terdapat di tahun 2017 sebesar 3133,7.
3.Dari uji konsistensi curah hujan diperoleh data curah hujan di setiap
tahunnya di Stasiun Talun, Stasiun Garum, dan Stasiun Wlingi
mengalami kenaikan dan penurunan. Terlihat pada kurva yang tidak
signifikan.
4.Uji data dari metode aritmatik diperoleh data curah hujan tahunan
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 118,33 mm dan data curah hujan
yang terendah pada tahun 2010 dan 2013 sebesar 87,00 mm.
5.Dari data curah hujan maksimal harian dengan metode polihon
thessen memiliki nilai tertinggi sebesar 117,745 pada tahun 2019.
6.Dari uji kesesuaian distribusi chi square uji sumbu horizontal x
memperoleh nilai sejumlah 225,910 maka data tidak dapat dietrima
karena Xhit > Xtabel.
7.Dari uji kesesuaian sminov kolomogorof uji sumbu horizontal y
memperoleh nilai tertinggi max sebesar 1,625
8.Nilai dari data curah hujan metode logaritma memiliki nilai standart
deviasi 0,054421 dan nilai koefien kemencengan sebesar 0,327798.
9.Dari perhitungan debit banjir dapat dianalisa dengan mengalikan
koefisien aliran dengan intensitas hujan disuatu wilayah. Koefisien
aliran yang digunakan pada tanah pasir sebesar 0,13, jalan sebesar
0,75, atap sebesar 0,95, dan industry sebesar 0,90.

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
5.2.SARAN
Adapun saran dari penulis laporan ini masih belum begitu sempurna,
masih banyak kekurangan dalam pengambilan data, dan pengolahan data.
Apaibila ada kritik dan saran yang bersifat membangun, maka penulis dengan
senag hati akan menerimanya. Sebagai penyempurna tulisan ini dikemudian hari.

2021TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
Pengolahan Data Curah Hujan Kabupaten Blitar Tahun 2010 - 6
DAFTAR PUSTAKA
Ade Sabji. 1996. Cara Perhitungan Debit Banjir Rancangan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press. Anonim. “Macam – Macam Siklus Hidrologi, Juni
2016.
Anonim. “Pengertian, Definisi Curah Hujan dan Jenis – Jenis Hujan beserta
Intensitas Hujan.
Asdak,c. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Chay Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
Gadjah Mada University Press.
Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2013. Kajian Definisi Lahan Gambut dan
Metodologi Pemetaan Lahan Gambut. Indonesia Climate Change Center :
Jakarta.
Ersin Seyhan. 1995. Dasar – Dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Irman Sonjaya. 2005. Peramatan Curah Hujan Tipe Observatorium. Banjar Baru.
Mulyana. 2004. Analisis Spektrum untuk Menelaah Periodisitas Tersembunyi dari
Data Deret Waktu. Bandung : Statistikan FMIPA Universitas Padjajaran.
Mulyono, D., 2014. Analisis Karakteristik Curah Hujan. Jurnal Konstruksi, 1(13) :
5 – 6.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suryono Sosrodarsono. 1977. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Wilson,E.M. 1993. Hidrologi Teknik. Bandung : ITB
Tags