Bahan Ajar Modul Audio Kelas Sinematografi

AdePutraTunggali 49 views 17 slides Feb 24, 2025
Slide 1
Slide 1 of 17
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17

About This Presentation

Bahan Ajar Modul Audio Kelas Sinematografi Program Studi Ilmu Komunikasi UNISA Yogyakarta. Original Author by Hari Akbar Sugiantoro


Slide Content

MODUL AUDIO

A. DEFINISI UMUM
1. Suara
Bunyi getaran yang dapat di dengar, yang merambat melalui medium/perantara
(elemen padat, cair ataupun gas) Getaran yang tidak dapat di dengar namun dapat
di rasakan seperti gempa bumi tidak dikategorikan sebagai suara.



Titik hitam pada gambar diatas menunjukkan molekul udara. Sebagaimana getaran
loudspeaker, menyebabkan molekul disekitarnya bergetar dalam pola tertentu
ditunjukkan dengan bentuk gelombang. Getaran udara ini menyebabkan gendang
telinga pendengar bergetar dengan pola yang sama. Molekul udara sebenarnya
tidak berjalan dari loudspeaker ke telinga. Setiap molekul udara berpindah pada
jarak yang kecil sebagai getaran, namun mengakibatkan molekul yang
bersebelahan bergetar semua terpengaruh berjalan sampai telinga.
(check this fun example: https://www.youtube.com/watch?v=Q3oItpVa9fs)
2. Tata Suara dalam Film
Sound Designing atau tata suara dalam film adalah teknik pengaturan penyusunan
berbagai elemen bunyi suara yang dilakukan dalam produksi sebuah film yang
berfungsi untuk menciptakan dimensi baru selain dari dimensi visual. Perlu
diketahui hal-hal berikut dalam proses sound designing untuk film:
a) Melakukan riset Suara
b) Memadukan beberapa sumber suara
c) Editing
d) Processors effect

B. PENTINGNYA TATA SUARA DALAM FILM
Pentingnya seorang filmmaker memahami tata suara dalam film, karena tata suara
dalam film memiliki peran utama yaitu untuk menciptakan dimensi realitas film, yaitu

penciptaan kelogisan dari adegan visual yang dilihatkan dengan tata suara yang
terbentuk. Adapun dimensi realitas dalam film terbagi menjadi:
1. Dimensi Ruang
Pengaturan komposisi suara pada sebuah adegan yang akan menciptakan
pemaknaan tertentu berdasarkan latar tempat. Contoh sebuah adegan di dalam satu
kelas, lalu backsound-nya ditambah dengan suara ombak dari kejauhan, maka
kesan penonton adalah bahwa sekolah tersebut dekat dengan pantai.
2. Dimensi Waktu
Penciptaan latar waktu tertentu yang terbentuk dengan memunculkan suara-suara
yang ada dalam kehidupan manusia, baik secara universal maupun secara lokal.
Misalnya suara kokok ayam, suara adzan, suara jangkrik, suara air hujan yang
turun.
3. Dimensi Suasana & Dramatik
Dimensi suasana dimaksudkan untuk membangun suasana atau situasi kondisi
tertentu kepada penonton ketika melihat peristiwa dalam cerita. Dalat dilakukan
dengan penambahan suara yang mirip musik atau efek agar lebih menambah
dramatik. Misalnya musik orkestra yang pelan pada adegan perang atau
penambahan suara derit pintu di film-film horror.

C. FUNGSI-FUNGSI LAIN TATA SUARA
Sejalan dengan pentingnya tata suara dalam film, berikut fungsi tata suara film:
1. Membangun/meningkatakan dramatisasi (mood film)
2. Menunjukkan Informasi latar belakang scene
3. Memperkuat informasi karakter pada cerita (karakterisasi melalui suara)

D. ELEMEN TATA SUARA DALAM FILM
1. Seech/Dialog/Voice
Adalah suara-suara yang keluar dari tokoh, baik berupa dialog (percakapan dari
para pemain/talent), monolog, voice over (suara vokal manusia yang sengaja
direkam sebagai cerita/narasi tambahan untuk mendukung isi cerita), internal
monolog (suara batin/fikiran). Perlu dipahami kriteria dialog yang baik untuk
masuk tahap Post Production:
a. Artikulasi (teknik memproduksi suara yang baik dan mengucapkannya
dengan jelas, nyaring, serta merdu)
b. Level dialog (dikontrol supaya terhindar dari peaking/overlaping dialog
untuk mempermudah proses editing)

c. Bersih dari noise (internal noise seperti kesalahan teknis ataupun trouble
pada alat perekaman, dan eksternal noise berupa aktivitas manusia dan
alam/lingkungan)
2. Sound Effect
Sound effect (disimbolkan SFX) adalah suara-suara yang sengaja dibuat dengan
tujuan memberikan impresi dan penekanan, baik pada tokoh, aktivitas tokoh dan
benda-benda yang ada disekitar tokoh agar sesuai dengan esensi yang diinginkan.
Membuat sound effect yang baik adalah dengan mencari karakter suara yang sesuai
dengan objek.
3. Ambience
Suara background atau latar yang hadir didalam sebuah scene. Sifat dari ambience
adalah tidak mendominasi/intensitasnya tidak lebih besar daripada dialog, ataupun
setara dengan Sound effect. Contoh: room tone, suara hujan, angin, kerumunan
orang. Fungsi ambience umumnya sebagai continuity audio antar shot (bridging),
informasi penunjang visual, membangun atau memperkuat dimensi suasana.
4. Music Film
Musik adalah perpaduan instrumen-instrumen suara atau bunyi yang di susun dan
menciptakan irama, melodi, serta harmoni. Jenisnya berupa music scoring dan
soundtrack. Musik dalam film biasanya dibuat secara khusus untuk mengiringi
sebuah film. Baca Selengkapnya

E. KATEGORI SUARA
1. Diagetic Sound
Diegetic sound adalah suara yang berasal dari efek suara, suara musik, dialog atau
lagu yang berasal dari sumber cerita atau film. Penggunaan musik diegetic sound
ini biasanya jarang untuk digunakan untuk mengiringi sebuah adegan.
Penggunaan diegetic sound ini bisa dibatasi oleh pembatasan frame. Hal ini
mengakibatkan adanya perbedaan suara antara dalam frame dan juga luar frame,
hal ini tergantung bagaimana sineas membuatnya sesuai dengan kebutuhan cerita.
Adapun, selain suara yang nampak terlihat oleh fisik, ada juga suara yang tidak
nampak oleh mata, seperti suara batin yang didengarkan atau dipikirkan oleh
karakter yang juga merupakan diegetic sound.
Berikut adalah macam-macam dari diegetic sound beserta penjelasannya :
a. External dan Internal Diegetic Sound
Dalam sebuah cerita, tentunya ada suara yang mampu ditangkap oleh indera
dan juga pikiran dari pelaku cerita. Hal tersebut dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu external diegetic sound dan internal diegetic sound. External diegetic
sound, mempunyai sifat yang objektif dimana segala sumber suara yang

berasal dari pelaku dan semua objek yang ada dapat didengar oleh orang lain.
Dan pada umumnya semua suara dari sebuah film adalah external diegetic
sound. Sementara, internal diegetic sound sendiri mempunyai sifat yang
subjektif, dimana segala suara
b. Onscreen dan Offscreen Sound
Munculnya onscreen dan offscreen sound ini difaktori oleh adanya
pembatasan frame tadi. Onscreen sound ialah segala jenis suara yang
dihasilkan oleh pelaku dalam sebuah cerita yang berada di dalam frame.
Begitu pula sebaliknya, offscreen sound ialah, segala jenis suara yang
dihasilkan oleh pelaku yang berasal dari luar frame. Penggunaan offscreen
ini sering kali membuat sineas melakukan pengeksplorasian suara dengan
menggunakan berbagai macam efek, namun yang sesuai dengan kebutuhan
cerita.
Biasanya, penggunaan offscreen ini akan banyak kita jumpai dalam film
bergenre horor, karena untuk menambahkan kesan mistis yang menegangkan
dan menyeramkan dari sebuah cerita maka diperlukan beberapa efek suara
tambahan. Contohnya dalam film horor, adegan yang paling sering ditemui
adalah ketika terdengar suara pintu terbuka dan tiba-tiba sang tokoh berjalan
perlahan menuju pintu tersebut. Suara pintu itulah yang disebut sebagai
offscreen sound. Baca Selengkapnya
2. Non-Diagetic Sound
Mengacu pada semua elemen audio yang berasal dari luar ruang cerita, antara lain;
ilustrasi musik, suara narasi, atau voice over. Seluruh elemen suara yang berasal
dari luar cerita disebut sebagai non-diagetic sound suara ini mampu didengar oleh
penonton yang melihatnya, namun tidak semua tokoh dalam cerita mampu
mendengarnya.
Yang termasuk dalam suara ini seperti narasi, lagu dan juga ilustrasi musik, dan
kebanyakan film selalu menggunakan lagu dan juga ilustrasi musik yang digunakan
untuk mengiringi ceritanya.
Perlu diperhatikan antara diagetic sound dan non-diagetic sound hampir memiliki
kemiripan satu-sama-lain, maka hati-hati dalam membedakannya. Baca
Selengkapnya

F. JOBDESK DEPARTEMEN AUDIO DALAM PROSES PRODUKSI
1. Pra-Produksi
a. Sound Designer (berperang penting dalam mengonsep rancangan audio
secara keseluruhan yang nantinya akan diturunkan ke dalam sub departemen-
departmen audio lain).

2. Produksi
a. Sound Production Mixer (bertugas untuk mengoperasikan recorder saat
shooting, mengatur supaya suara yang dihasilkan tepat).
b. Boom Operator (bertugas mengatur dan mengarahkan boom saat shooting
supaya mendapatkan suara atau hasil yang bagus).
c. Sound Utility (bertugas membantu menggulung kabel, merawat alat, menulis
sound report).
3. Post Produksi
a. Dialogue Editor (bertugas untuk mengolah dialog yang sudah direkam
dilapangan agar lebih baik sehingga layak di dengarkan)
b. Sound Effect Editor (bertugas mengatur dan mendesain suara latar sehingga
film terlihat lebih nyata)
c. Music Director (bertugas membuat adegan dalam film memiliki emosi
ataupun dapat juga menunjukkan suatu suasana dan tempat)

G. WORKFLOW KERJA
1. Pra-Produksi
Kru audio bertugas untuk menelaah naskah, mem-breakdown kebutuhan alat
(budgetitng dan schedulling), riset dan survey lokasi, kebutuhan untuk editing dan
menentukan sound design film.
2. Produksi
Kru audio mengambil atau me-record suara/dialog sebaik mungkin dan menjaga
kualitas audio agar sebagus mungkin, serta selalu berkoodinasi dengan kru
lapangan lain, baik kaitannya dengan perizinan, re-schedulling, hingga budgeting.
3. Post Produksi
Kru audio yang bertugas mengedit dialog untuk memperoleh suara sebaik
mungkin, dari menghilangkan noise atau mewarnai suara, Menambahkan SFX
dengan memberikan efek-efek pada film sesuai script untuk menciptakan nuansa
film yang realistis. Menambahkan musik dengan menambahkan scoring,
soundtrack atau original soundtrack berfungsi menambah mood didalam film.
Mixing and Mastering untuk mensinkronkan hasil editing semuanya, sehingga
suara tidak ada yang bertabrakan dan semakin realistis di dengar.

H. TANGGUNG JAWAB AUDIO
1. Membuat konsep penataan suara
2. Berkonsultasi dengan sutradara tentang konsep yang akan dibentuk oleh penataan
suara
3. Survey dan cek lokasi bersama tim

4. Mem-breakdown keperluan alat – alat audio untuk produksi
5. Memeriksa kondisi dan kelayakan peralatan produksi sebelum dan sesudah
shooting
6. Melakukan pengambilan suara sesuai konsep
7. Memperoleh suara dengan jelas baik yang sesuai dengan naskah
8. Menjaga audio agar suara yang dihasilkan layak dan tidak terjadi noise
9. Menjaga keselamatan peralatan dan yang berhubungan dengan pengambilan suara
10. Mendampingi editor bersama sutradara untuk membuat ilustrasi musik, back sound
dan sound effect pada tahapan edit

I. ALUR KERJA DEPARTEMEN AUDIO









J. EQUIPMENT AUDIO
Dalam produksi film tatanan proper atau professional, berikut ini adalah alat yang
minimal harus tersedia ketika waktu shooting berlangsung:
1. Recorder
Device audio yang digunakan untuk menerima sinyal audio dari microphone untuk
kemudian diolah dan disimpan.

Mengambil atau me-record
suara/dialog sebaik mungkin
Produksi
Mengedit hasil suara sebaik
mungkin, dari menghilangkan noise
atau mewarnai suara.
Dialog Editor
Membuat scoring, soundtrack atau
original soundtrack berfungsi
menambah mood didalam film.
Musik Editor
Bertugas memberikan efek-efek
pada film sesuai script untuk
menciptakan nuansa film yang
realistis.
SFX Editor
Mensinkronkan hasil editing semuanya,
sehingga suara tidak ada yang bertabrakan
dan semakin realistis di dengar.
Mixing dan Mastering
Bertugas menelaah Naskah, breakdown
kebutuhan alat, Riset dan Survey Lokasi,
kebutuhan buat editing dan menentukan
sound design film

Pra Produksi

2. Microphone
Merupakan alat yang digunakan untuk input suara yang kemudian akan ditransfer
ke device recorder, adapun varian dari microphone itu banyak sekali, secara basic,
2 jenis microphone digunakan untuk produksi, yaitu microphone tipe
shotgun/Boom (Untuk merekam suara seperti ambience), serta microphone type
lavalier/Clip on (Untuk merekam dialog, karena bentuknya mungil)
3. Cable extender
merupakan sambungan kabel yang khusus digunakan untuk penghubung dari mic
ke audio device recorder, tipe umum yang dipakai adalah XLR, dan TRS 3.5mm
jack input. Dalam perkembangnannya, sekarang telah ada teknologi wireless
transceiver module, dimana tidak perlu menggunakan kabel untuk
menghubungkan microphone ke Device Recorder
4. Headphone
Alat yang digunakan untuk preview hasil dari audio yang di tangkap oleh Device
recorder, yang berguna untuk mengetahui kualitas suara yang telah diproduksi.
Setiap headphone ataupun earphone yang beredar di pasaran memiliki tingkat
distorsi yang berbeda-beda, sehingga perlu hati-hati dalam memilih alat ini.
5. Windshield
Biasanya terdapat pada microphone tipe shotgun, yang digunakan untuk
menyelimuti microphone dengan tujuan selain mengisolasi dan mencegah terpaan
angin menghembus langusng ke dalam membrane microphone yang berakibat pada
timbulnya suara derisan angin pada audio, juga berfungsi untuk melindungi mic
dari kerusakan akibat terbentur dengan benda lain. Bentuknya bisa berupa busa,
ataupun kubah pembungkus yang di desain khusus.
6. Boom pole
Merupakan tongkat yang bisa diperpanjang, berfungsi untuk meletakkan
microphone tipe shotgun mic.

K. FORMAT FILE AUDIO
1. MPEG Layer 3 (MP3)
Mp3 merupakan format kompresi audio yang dikembangkan oleh Moving Picture
Experts Group (MPEG). Format file ini menggunakan Layer 3 kompresi audio
yang secara umum digunakan untuk menyimpan file – file musik dan audiobooks
dalam hard drive. Format file mp3 mampu memberikan kualitas suara yang
mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit.
Kualitas suara file MP3 tergantung pada sebagian besar bit rate yang digunakan
untuk kompresi. Bit rate yang digunakan biasanya berkisar antara 128, 160, 192,

dan 256 kbps. Semakin besar bit rate, semakin bagus kualitasnya, tapi ukuran file
nya juga besar.
a. Kelebihan
● Mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit
b. Kekurangan
● Bit rate terbatas
● Sudah terkompresi, kualitas file berkurang
2. WAV (WAVE-form)
Singkatan dari istilah bahasa Inggris “waveform audio format” merupakan standar
format berkas audio yang dikembangkan oleh Microsoft dan IBM, Apple juga
mengembangkan WAV mereka dengan format AIFF. Wav umumnya digunakan
untuk menyimpan Uncompressed audio, file suara berkualitas CD, yang berukuran
besar (sekitar 10 MB per menit).
Akan tetapi untuk keperluan mengoleksi musik, transfer via internet dan
memainkan di player portable, format ini kurang popular dibandingkan dengan
MP3, Ogg Vorbis dan VMA yang dikarenakan ukuran file yang sangat besar.
Ekstensi : .wav atau .wv
a. Kelebihan
● WAV biasanya menggunakan coding PCM (Pulse Code Modulation).
Dengan cara ini , detil tidak hilang ketika audio analog di-digitalkan
dan disimpan. Ini membuat format WAV (menggunakan PCM)
menjadi pilihan untuk mengedit audio high-fidelity.
● WAV adalah data tidak terkompres sehingga seluruh sampel audio
disimpan semuanya di harddisk.
b. Kekurangan
● Maksimal ukuran file WAV adalah 2GB.
● WAV jarang sekali digunakan di internet karena ukurannya yang
relative besar.
3. AAC (Advanced Audio Coding)
AAC adalah file format audio yang berbasis MPEG2 dan MPEG4. AAC bersifat
lossy compression (data hasil kompresi tidak bisa dikembalikan lagi ke data
semula, karena setelah di kompres terdapat data-data yang hilang).
File AAC dikembangkan oleh Motion Picture Expert Group (Fraunhofer Institute,
Dolby, Sony, Nokia dan AT&T). File AAC dikompresi dengan cara lebih efisien
pada kecepatan 128 kbps dengan suara stereo dibandingkan versi yang lebih dulu
muncul, yakni mp3. AAC merupakan audio codec yang menyempurnakan MP3
dalam hal medium dan high bit rates. Ekstensi : .m4a, .m4b, .m4p, .m4v, .m4r,
.3gp, .mp4, .aac

a. Kelebihan
● Suara yang dihasilkan lebih bagus untuk kualitas bit yang rendah
(dibawah 16 Hz).
● Memiliki 48 channel.
● Sample ratenya antara 8 Hz – 96 kHz
b. Kekurangan
● File yang sudah dikompres tidak bisa di kembalikan ke bentuk awal,
karena ada beberapa data yang hilang.
● Lisensi AAC tidak gratis.
4. FLAC
FLAC (Free Lossless Audio Codec) adalah format audio kategori Lossless yang
paling banyak digunakan, menjadikannya pilihan terbaik bagi pengguna yang ingin
menyimpan audio dengan sedikit mengurangi kualitas suaranya (lossless). Tidak
seperti WAV dan AIFF, dimana file audio tidak mengalami kompresi,
bagaimanapun juga file format audio lossless telah mengalami kompresi. Bagi
audio editor professional atau audiophile, format WAV dan AIFF adalah pilihan
yang terbaik, namun file ini akan memakan banyak tempat penyimpanan pada hard
disk.
a. Kelebihan
● Kualitasnya lebih tinggi daripada mp3
● Hasilnya lebih bagus dan jelas dari pada DVD
● Kompresi data yang dihasilkan hampir sama dengan kualitas audio
aslinya.
● Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memakai format ini
b. Kekurangan
● FLAC ini memnutuhkan kapasitas ruang memory yang banyak
● Data hasil conversi kapasitasnya semakin besar
5. PCM
PCM Raw Data, PCM (Pulse Code Modulation) adalah format audio yang sangat
sederhana. Format ini adalah format file standar yang belum dikompres seperti
halnya file .WAV pada Windows atau AIFF pada Apple. PCM = Pulse Code
Modulation juga dikenal sebagai Linear PCM adalah standar untuk format CD
Audio. Karena sifatnya yang tidak terkompresi, maka format PCM ini mempunyai
ukuran file yang cukup besar bila dibandingkan dengan format MP3.
a. Kelebihan
● Bisa digunakan untuk format CD audio
b. Kekurangan

● Karena sifatnya yang tidak terkompresi, maka format PCM ini
mempunyai ukuran file yang cukup besar bila dibandingkan dengan
format MP3.

L. JACK PLUG
Istilah yang mengacu pada Konektor audio yang umum digunakan, biasanya
berdiameter ¼ inci dan dengan dua terminal (ujung dan selongsong disebut TS) atau tiga
terminal (ujung, cincin, selongsong disebut TRS). Versi TS hanya dapat membawa sinyal
mono yang tidak seimbang, dan sering digunakan untuk instrumen listrik (gitar,
keyboard, dll). Versi TRS digunakan untuk membawa sinyal stereo (misalnya untuk
headphone) atau menyeimbangkan sinyal mono.



M. TIPE MICROPHONE (BERDASARKAN CARA KERJA)
1. Dynamic Microphone
Dynamic mic terdiri dari 3 komponen utama; diaphgram (terbuat dari plastik yang
tipis), coil dan magnet. Suara yang datang menggetarkan diaphgram (membran)
plastik, getarannya membuat coil dan magnet menciptakan aliran listrik.
2. Condenser Microphone
Condenser (nama lainnya adalah Capasitor dalam bahasa Inggris) terdiri dari
diaphgram dan plat logam yang membutuhkan aliran listrik untuk bisa berfungsi
(dari baterai atau phantom power). aliran listrik membuat diaphgram dan plat besi
menjadi area medan magnet. pergerakan plat diaphgram tersebut menciptakan
aliran listrik.

N. TIPE MICROPHONE (BERDASARKAN POLAR PATTERN/POLA
PENANGKAPAN SUARA)
1. Uni Cardional
Uni Cardional terbagi menjadi 3 pola yaitu Cardioid, Supercardioid dan
Hypercardioid. Uni Cardional memiliki penangkapan yang sensitif dari arah
depan saja. Sedangkan pada arah belakang dan samping mengalami pelemahan

respon. Pola ini memiliki fokus yang sangat baik. Biasanya microphone dengan
pola ini, digunakan ketika sumber suara jauh atau membutuhkan banyak
suara ambient.
Cardioid
Jenis polar pattern yang peka dalam
menangkap sumber suara dari
depan. Cardioid memiliki arah
penangkapan yang
getarannya mencakup hingga
kesudut 131 derajat.






















Super Cardioid
Supercardiod mencakup hingga
kesudut 115 derajat. Sudut
penolakan maksimum Supercardioid
adalah 126 derajat dan kepekaan
terhadap ambient suara mencapai
27%. supercardioid dikatakan
sebagai halfcardional



















Hyper Cardioid
Hypercardiod atau yang dikenal
dengan sebutan shotgun
microphone memiliki penolakan
maksimum hingga 90 derajat.
Kepekaan suara terhadap ambient
25%

2. Omni Directional
Atau disebut juga dengan segala arah. Omni Directional umumnya sama dengan
microphone jenis lainnya. Omni Directional memiliki kelebihan untuk menangkap
suara pada sudut 360 derajat, atau mencakup keseluruhan arah. Mic dengan polar
pattern digunakan pada situasi dimana kita akan merekam suara tidak hanya dari
sumber suara tapi juga “room” atau ambience dari sumber suara tersebut.



3. Bidirectional / Figure of Eight
Bidirectional atau yang disebut Figure of Eight. Alasan mengapa disebut sebagai
Figure of Eight karena dalam grafik digambarkan dengan bentuk angka delapan.
Pola ini seperti dua buah microphone cardioid yang saling membelakangi satu
sama lain. Biasanya microphone dengan pola ini dipakai untuk mengambil
pantulan suara dari dinding guna menciptakan rasa yang berbeda terhadap suara
yang dihasilkan. Coverange angle dan null angle pada pola ini mencakup hingga
kesudut 90 derajat. Ambient suara yang ditangkap hingga 33%



O. TIPE MICROPHONE (BERDASARKAN BENTUKNYA)
1. Hand Mic (Hand Held Mic)

Cabled Hand Mic Wireless Hand Mic

2. Lavalier Mic


3. Gun Mic (Boom Mic)

4. Mounted Mic

5. Parabolic Mic

P. EQUIPMENT AUDIO DI LAPANGAN
1. Recorder



2. Microphone

3. Aksesoris Wajib Audio

Glosarium

A. Foley: adalah proses merekam suara yang berhubungan langsung dengan pergerakan
aktor dan harus melakukan sinkronisasi agar sama persis dengan tindakan yang
dilakukan. Pembuatan foley yang baik dilakukan pada tempat yang tidak bergema, tidak
ada noise atau ambience yang lain. Foley Artist adalah orang yang memiliki tugas untuk
menirukan perilaku dari sang pemain dari film yang ingin di Foley. Foley operator atau
recordist bertugas untuk merekam foley yang dilakukan oleh foley artist. Foley dalam
Audio termasuk bagian dari SFX Editing.
B. Dubbing: dikenal sebagai penggantian bahasa (language replacement), menggantikan
bahasa target dengan setiap orang yang muncul di layar.
C. ADR (Automated Dialog Replacement): adalah proses perekaman ulang dialog oleh
aktor asli (atau aktor pengganti) setelah proses pembuatan film dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas audio atau mencerminkan perubahan dialog.
D. frekuensi audio: getaran sinyal frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia.
Berkisar di 20Hz hingga 20kHz. klasifikasi bunyi meliputi infrasonik, audiosonik,
ultrasonik.
E. Hertz: satuan unit untuk frekuensi. Disimbolkan dengan (Hz). Dihitungnya perdetik.
10Hz berarti sepuluh siklus lengkap bentuk gelombang berulang per detik.
F. Sample Rate: Sample rate adalah jumlah “snapshot” dari sampel audio yang di rekam
setiap detiknya (record audio). Makin tinggi sample rate yang kalian gunakan untuk
reording, maka makin besar juga ukuran file audio. 44.1k mengacu pada 44.100 sampel
per detik dan kalian akan menemukan bahwa 44.1k, 48k dan 96K adalah sample rate
yang paling umum meskipun 192k sekarang menjadi lebih populer. 44.1k adalah standar
untuk CD, 48k adalah umum dalam video, 96K populer di studio profesional karena ia
menawarkan headroom lebih untuk tujuan mixing. Sebagai ilustrasi yang
disederhanakan, jika kalian merekam seorang pelari dengan frame rate 30 frame per
detik. Kamera kalian hanya akan menangkap sebanyak 30 frame atau gerakan dari pelari
itu setiap detiknya, walaupun sebenarnya pelari itu melakukan gerakan yang lebih banyak

dari 30, misalnya 60 lebih gerakan. Nah, dengan meningkatkan frame rate jadi 50 frame
per detik atau 60 frame, maka kualitas video yang di hasilkan akan lebih halus karena
merekam lebih banyak frame dan mendekati gerakan aslinya. Begitupun pada digital
audio, sample rate yang tinggi (dan juga bit depth), akan mewakili sumber bunyi yang
direkam menjadi lebih akurat.
G. Bit Rate: Jumlah bit data yang diputar ulang (playback audio) atau ditransfer dalam
periode waktu tertentu (biasanya satu detik). Biasanya dinyatakan dalam kb/s (kilo bits
per second - kbps) atau Mb/s (megabits per second). Misalnya, bit rate dari CD standar
adalah (2 channel x 16 bit per sampel x 44,1 ribu sampel per detik) = 1411,2 kbps.
Kecepatan bit format file MP3 populer berkisar dari 128 kb/s hingga 320 kb/s, sedangkan
soundtrack surround Dolby Digital 5.1 pada DVD-Video biasanya berkisar antara 384
dan 448 kb/s.
H. Audio Channel: mono (sistem suara yang dihasilkan & keluar dari satu Channel suara
dan untuk penerapannya bisa temukan di televisi atau radio radio tua terutama), Stereo
(Jenis sistem suara yang paling umum dipakai. Sistem suara yang satu ini memakai lebih
dari satu buah channel suara yaitu 2.0 atau ada juga 2.1, Perbedaannya terletak pada
channel 2.1 dengan tambahan berupa subwoofer yang dapat meningkatkan suara bass
dan kualitas yang dihasilkan. Kedua nya memakai dua channel utama L dan R yang
sering digunakan untuk menyingkat Right dan Left. Sering dijumpai di PC, laptop, MP4
dan juga pada smartphone), Surround (Sistem suara yang sering dipakai pada Gedung
teater atau bioskop. Sistem suara yang ada ini dapat menghasilkan suara yang terdengar
memutar atau mengelilingi penonton film/videonya. Terdapat versi pertama channel 5.1
yang merupakan Subwoofer, Left Surround, Center, Right Surround, serta Right,
kemudian sudah berkembang 7.1 Surround hingga sekarang menjadi versi 11.1 dengan
adanya tambahan Rear Right, Rear Left, channel Rear Center dan Front Center. Sistem
ini dikembangkan oleh Dolby).
I. Codec and Format: istilah umum yang sering di dengar dalam dunia perekaman ataupun
pemutaran (record and playback) video maupun audio. Codec adalah code-decompres
atau juga Compressor-Decompressor dan digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu
yang mengubah data kedalam bentuk lain untuk disimpan atau transimisi, dan
mengubahnya kembali agar dapat digunakan. sedangkan format merupakan ekstensi
pembungkus file baca selengkapnya.
J. Skala prioritas yang diambil saat pengambilan suara: Dialog, Adegan, Ambience. Karena
saat post-produksi yang paling susah untuk di ubah dan di edit adalah dialog karena
sifatnya realtime dan berhubungan dengan adegan atau gerak bibir pemain sehingga
ketika harus di edit atau di sesuaikan akan sangat susah, kemudian ada adegan tapi suara
adegan masih memungkinan jika diperluan edit atau perubahan suara karena masih dapat
dibuat ulang atau mencari suara yang sudah ada, lalu ada ambience suara ambience

sangat mudah di edit karena suara ambience justru dapat di buat sesuai keinginan
sutradara yang bahkan berbeda dengan saat berada di set.