Bahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi

AdePutraTunggali 156 views 13 slides Feb 24, 2025
Slide 1
Slide 1 of 13
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13

About This Presentation

Bahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi Program Studi Ilmu Komunikasi UNISA Yogyakarta. Original Author by Hari Akbar Sugiantoro


Slide Content

MODUL EDITING

A. SEJARAH
Pada tahun 1895, sinema lahir dengan karya film dari Louis Lumiere dan Auguste
Lumiere yang berjudul Workers Leaving the Lumiere Factory dan Arrival of a Train at the
Station. Tahun-tahun berikutnya, Georges Melies menjadi pelopor teknik special effects
dalam film fiksi ilmiah dengan karya filmnya seperti The Haunted Castle dan A Trip to
The Moon pada tahun 1896 dan 1902. Pada tahun 1903, Edwin S. Porter menemukan
teknik editing sequence dan membuat film yang terkenal seperti Life of an American
Fireman dan The Great Train Robbery. Pada tahun 1908, D.W. Griffith menjadi pelopor
teknik classical cutting dan membuat film fenomenal seperti The Adventures of Dollie,
Greaser's Gauntlet, The Birth of a Nation, dan Intolerance. Pada era sinema Rusia pada
tahun 1917, Lev Kuleshov dan muridnya Pudovkin menemukan teknik jukstaposisi atau
Kuleshov effect/montage dalam editing film yang diterapkan hingga saat ini. Sergei
Eisenstein juga melakukan penelitian tentang montage dengan mengutamakan prinsip
bahwa penonton harus dibangun aspek intelektualnya.

B. DASAR-DASAR VIDEO SISTEM
Sebelum era digital, pengeditan gambar dilakukan secara analog dengan
menggunakan pita video sebagai alat penyimpanan. Dalam sistem editing analog, minimal
dibutuhkan dua perangkat VTR (Video Tape Recorder), satu sebagai pemutar dan satu lagi
sebagai perekam, dan hanya dapat menggunakan transisi cut. Namun, untuk melakukan
transisi dissolve, wipe, atau super impose, minimal harus ada dua pemutar video dan satu
perekam. Sistem seperti ini dikenal sebagai A/B roll editing. Selain itu, dalam editing
analog, jika ada segmen tengah yang ingin diperpanjang atau dipendekkan, maka seluruh
rangkaian editing di belakangnya harus diedit ulang.
Namun, dengan teknologi editing digital, masalah tersebut dapat diatasi. Dalam
editing digital, gambar disimpan dalam hard disk, sehingga proses editing lebih fleksibel.
Satu segmen video dapat dipindahkan atau digunakan berulang-ulang tanpa penurunan
kualitas gambar seperti pada sistem analog.

Media video terdiri dari banyak frame berbeda yang merupakan satu kesatuan.
Sebuah film dengan durasi 30 menit memiliki ribuan frame, karena dalam satu detik
terdapat 30 frame gambar. Satuan pengukuran untuk durasi film adalah
hour:minutes:second:frame, yang merupakan standar dari Society of Motion Picture and
Television Engineers atau SMPTE.
Ada dua standar sinyal komposit yang digunakan, yaitu PAL (Phase Alternating
Lite) dan NTSC (National Television Standart Commite). PAL digunakan di Eropa dan
sebagian negara Asia (termasuk Indonesia), sementara NTSC digunakan di Amerika
Serikat dan Jepang. Standar frame untuk PAL adalah 25 fps, sedangkan NTSC adalah
29,97 fps. Jadi, jika pesawat televisi di rumah diatur ke PAL, maka akan berkedip 25 kali
per detik.

C. PENGERTIAN
Editing adalah suatu proses dalam produksi film atau video di mana sejumlah footage
atau rekaman gambar bergerak diorganisir, dipilih, dipotong, dan diatur menjadi sebuah
urutan atau rangkaian yang memiliki makna atau cerita yang utuh. Tujuan dari editing
adalah untuk menciptakan sebuah produk akhir yang dapat dipahami dan dinikmati oleh
penonton. Proses editing ini melibatkan pemilihan dan pengaturan urutan footage yang
tepat, pengolahan suara, pengaturan efek visual, dan penambahan musik atau lagu sesuai
dengan tema atau suasana yang ingin dicapai. Editing dapat dilakukan secara analog
maupun digital, dengan teknologi dan alat yang berbeda-beda.
Film terbentuk dari dua unsur, yaitu unsur Naratif (Blue print) dan Cinematic
(Tools). Unsur naratif berisi tentang cerita yang mengandung unsur ruang, waktu, dan
sebab akibat yang membentuk sebuah naskah sebagai rencana dalam membuat film. Editor
harus memahami naskah yang dibuat, karena editor adalah sutradara kedua. Oleh karena
itu penting bagi editor untuk memahami naskah. Kemudian Cinematic berupa bahan untuk
mewujudkan naskah menjadi film, terdiri dari Sinematografi, mise en scene, editing, dan
audio.

D. FUNGSI EDITING DALAM FILM
1. Menggabungkan (Combine)

Menyambung antara shot satu dengan shot shot lain, sehingga tercipta keterkaitan
antar-shot. penyatuan shot‐shot yang terpisah ini dilakukan agar tercapai kesatuan
yang selaras dengan konsep dan naskah
2. Memangkas (Trim)
Merupakan proses memangkas, mengurangi, menghapus, membuang bahan‐bahan,
adegan, dari informasi yang dirasa terlalu panjang, tidak berhubungan atau
mengganggu aliran cerita. Jika proses trimming dirasa sudah menemui batasnya
maka selanjutnya dilakukan eliminating atau membuang scene-scene yang
mengganggu fokus cerita dan karakter
3. Membetulkan (Correct)
Memperbaiki atau mengoreksi gambar bisa dilakukan dengan sederhana misalnya
melakukan pemotongan shot yang tidak sesuai dan menggantinya dengan shot‐shot
yang baik dan sesuai, maupun juga dengan suara
4. Membangun (Build)
Berguna untuk membangun persepsi penonton, membangun emosi, serta membangun
dramatik. Melalui editing dapat diciptakan sebuah makna yang berasal dari rangkaian
gambar yang disambung walaupun sebenarnya rangkaian gambar tersebut bukan dari
satu pengambilan gambar.

E. TANGGUNG JAWAB EDITOR
Editor adalah orang yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita dari shot-shot
yang dibuat berdasarkan skenario serta konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah
film yang memiliki cerita utuh dan dituntut untuk memiliki sense of story-telling. Selain itu
tugas dari seorang editor adalah meliputi dari:
1. Memahami visi sutradara
2. Memahami visi film
3. Menganalisa naskah:
a. Apa premisnya
a. Siapa tokoh-tokohnya
a. Apa perannya untuk cerita (kaitan sama prioritas shot yang masuk editing)
a. Bagaimana karakter dan kecocokan fisik tokohnya

a. Bagaimana struktur dramatiknya
a. Apa permasalahannya (konflik)
a. Apa pemicunya/ penyebabnya
a. Bagaimana cara menyelesaikannya (penyelesaian masalah)
4. Mengadministrasi hasil syuting (loader, sorting, timecoding, syncing, transcoding)
5. Melakukan editing hingga picture lock

F. JOBDESK DAN PERAN
1. Film Editor
Bertugas mengedit film/video dan menggabungkannya menjadi tayangan film atau
video berdasar dari arahan sutradara.
2. Colorist
Untuk film-film menggunakan seluloid bagian ini bertugas memproses warna film
sesuai dengan artistik dan kontinuitas dari pewarnaan film. Dengan menggunakan
teknologi digital proses pewarnaan film lebih baik dan lebih kreatif. Dalam skala
kecil biasanya sudah dikerjakan oleh editor. Untuk video tidak diproses secara
kimiawi.
3. Negative Cutter
Bertugas memotong film negatif berdasar arahan dari editor film.
4. Visual Effect Supervisor
Bertugas pada departemen visual efek. Visual efek dilakukan pada paska produksi,
berhubungan dengan perubahan-perubahan gambar yang dilakukan. Visual effect
berbeda dengan special effect yang bekerja pada fase produksi.
5. Compositor
Merupakan Visual Effect Artist yang bertugas mengkombinasikan dan
menggabungkan gambar-gambar dari berbagai sumber yang berbeda-beda, seperti
video, film, computer generate 3D imagery, animasi 2D, foto dan teks.
6. Graphics Designer
Merupakan ahli desain grafis yang menciptakan dan berkreasi dengan desain grafis
serta melengkapi permintaan kebutuhan visual effect yang akan dikomposisikan oleh
compositor.

G. ALUR KERJA



H. TAHAPAN EDITING VIDEO
Tahapan dibagi menjadi 2 :
Offline
a. Manajemen data (logging & assembly)
b. Menyusun shot-shot hasil produksi
c. Temporary music guide dan sfx guide
d. Graphic (logo, text, vfx, dsb)
Online

a. Manajemen data (relink file proxy ke file asli kamera)
b. Color grading
c. Restrap audio (menggabungkan audio final dengan gambar)
d. Subtitle dan credit title
e. Mastering & delivery

I. OFFLINE EDITING
Metode penyambungan adegan adalah teknik dalam sinematografi yang digunakan
untuk menyambungkan antara satu shot dengan shot selanjutnya agar terlihat seperti satu
kesatuan cerita. Berikut ini adalah beberapa jenis metode penyambungan adegan:
1. Match Cut: Penyambungan antara gambar satu dengan gambar selanjutnya yang
memerhatikan pola kesamaan objek, baik berupa kecocokan aksi atau komposisi dari
shot sebelumnya ke shot setelahnya.
Jenis match cut yang umum ada 3, yaitu:
a. Match on Action
Penyambungan gambar dimana gambar berikutnya adalah kelanjutan dari aksi
sebelumnya dalam sudut yang berbeda. Cutting on Action menimbulkan
motivasi tertentu pada adegan dan dapat mewakili keingintahuan penonton
terhadap kejadian berikutnya atau terhadap hal‐hal yang ingin diketahui
penonton secara lebih jelas.
b. Match on Composition
Mencocokan antara shot satu dengan yang lain dalam tindakan (action), subjek,
konten grafik atau kontak mata dari dua karakter dalam film, yang bertujuan
untuk menciptakan sebuah rasa kontinuitas di antara dua shot.
c. Match on Sound
Merupakan tipe cuttingan yang mengutamakan keselarasan antara visual dan
suara yang dikombinasikan menjadi 1 adegan agar terlihat dan terdengar tidak
putus.
2. L-Cut: Perpindahan shot dengan memunculkan gambar terlebih dahulu, dan diikuti
pergantian suara setelahnya.

3. J-Cut: Perpindahan shot dengan memunculkan suara terlebih dahulu, dan diikuti
perpindahan shot setelahnya.
4. Cross Cut/Parallel Edit: Teknik penggabungan dua buah adegan yang berdiri sendiri
dengan dimunculkan secara bergantian.
5. Cut Away: Cutaway adalah penyambungan dari aksi ke shot objek lainnya yang
masih terdapat hubungan dengan scene utama.
6. Cut-In: Cut-in adalah teknik yang sama dengan cutaway. Namun pada shot kedua
atau selanjutnya masih terdapat elemen-elemen visual shot yang pertama atau
sebelumnya.
7. Jump Cut: Teknik perpotongan gambar yang cepat dengan memotong waktu, namun
tidak memotong ruang (di tempat yang sama).
8. Intercut: Mirip seperti cross-cut perpindahan dengan cepat, dari satu adegan ke
adegan lain yang berada dalam satu kesatuan cerita.
9. Seamless Cut: Perpindahan dari satu shot ke shot selanjutnya dengan memperhatikan
pergerakan shot yang tidak disadari oleh mata.
10. Contrast Cut: Tipe penyusunan 2 shot atau lebih yang memperlihatkan kontradiksi
dua adegan.
11. Eyeline Match: Cuttingan yang memperhatikan posisi angle kamera dengan mata si
karakter agar sesuai dengan perspektif lawan si karakternya.
12. PoV Cut: Merupakan tipe shot cut dari sudut pandang karakter.
13. 180º Rule: Pedoman dasar dalam perpotongan shot, yang selalu mengutamakan
hubungan spasial pada layar antara karakter dengan karakter atau objek lain dalam
sebuah scene.
Secara umum, teknik editing dapat dibagi sebagai berikut:
1. Continuity Editing
Sistem editing (penyuntingan gambar) yang digunakan untuk menjaga
kesinambungan ruang dan waktu dalam film. Continuity editing membantu penonton
memahami realitas film, sambil membangun narasi yang jelas dan terstruktur, dengan
mengikuti aturan-aturan tertentu. Tujuan dari continuity editing adalah untuk
membuat mekanisme pembuatan film tidak terlihat, sehingga penonton mudah untuk
percaya dengan cerita dan dunia ceritanya.

2. Cross Cutting
Teknik editing yang memperlihatkan dua peristiwa yang terjadi di waktu yang
bersamaan, dengan tempat yang berbeda.
3. Parallel Editing
Teknik ini memperlihatkan dua peristiwa (sequence) atau lebih yang terjadi di
waktu dan tempat yang berbeda.
Teknik transisi adegan atau efek transisi dapat digunakan dalam produksi video atau
film untuk menghubungkan adegan secara mulus. Berikut adalah beberapa teknik transisi
adegan atau efek transisi yang umum digunakan:
1. Transition Shot/Bridging Shot: digunakan untuk menghubungkan dua adegan dengan
memasukkan gambar pendek yang relevan di antara keduanya.
2. Fade: efek pergantian gambar secara gradual yang dimulai dari gambar gelap (fade
in) atau diakhiri dengan gambar gelap (fade out).
3. Dissolve: efek transisi yang dicirikan gambar pertama menghilang secara perlahan,
disambung gambar kedua yang semakin jelas terlihat.
4. Wipe: terdapat garis yang jelas 'menghapus' gambar sebelumnya dan digantikan oleh
gambar berikutnya.
5. Iris: transisi yang berbentuk pola melingkar (Iris-in & iris-out).
6. Morph: perubahan bentuk obyek gambar secara bertahap.
Terdapat banyak teknik transisi adegan atau efek transisi lainnya yang dapat
digunakan dalam produksi video atau film, dan pemilihan teknik yang tepat akan
mempengaruhi pengalaman penonton dan membantu menghasilkan produk akhir yang
lebih menarik.

J. KONSEP DASAR CUTTING DAN TRANSISI EDITING
Dalam edting video, cutting atau pemotongan adalah teknik yang digunakan untuk
menggabungkan beberapa shot menjadi satu kesatuan yang bermakna. Teknik ini
melibatkan pemotongan gambar dari satu shot dan menggabungkannya dengan gambar
dari shot berikutnya, dengan tujuan untuk memberikan kesan kontinuitas, kecepatan, dan
ritme pada video tersebut.

Sementara itu, transisi adalah teknik yang digunakan untuk menghubungkan antara
satu adegan dengan adegan berikutnya. Transisi dapat dilakukan dengan cara penyisipan
shot, peralihan secara gradual, atau bahkan dengan penggunaan efek transisi. Tujuannya
adalah untuk memberikan kesan aliran yang mulus antara adegan dan memudahkan
pemirsa untuk mengikuti jalan cerita.
Dalam editing video, cutting dan transisi sering digunakan secara bersamaan untuk
memberikan pengalaman visual yang lebih menarik bagi pemirsa. Namun, perlu diingat
bahwa penggunaan cutting dan transisi yang berlebihan dapat mengganggu alur cerita dan
membuat video terlihat tidak terstruktur. Oleh karena itu, editing yang baik adalah
pengeditan yang cerdas dan efektif, dengan penggunaan cutting dan transisi yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan cerita.

K. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN EDITOR
1. Faktor yang mempengaruhi pilihan editing
a. Medium (film, tape-to-tape video, atau digital video)
a. Tipe Project (dokumenter, fiksi, music video, tvc, company profile, dll.)
2. Yang harus diperhatikan dalam editing
a. Footage
1) Kualitas shot (focus, exposure, framing, composition, angle)
2) Kualitas adegan (continuity, dialog, emosi, ekspresi wajah, gestur, dsb)
3) Informasi (konten, ruang, dan waktu)
b. Story (motivasi shot)
c. Emosi atau rasa
d. Pemilihan style cut & transition
e. Kualitas audio

L. ONLINE EDITING
1. Color Correction & Color Grading (Exposure, White Balance, ISO Noise,
Contrast, Saturation, Temperature)
Koreksi warna atau color correction adalah proses mengubah gambar untuk
memperbaiki ketidaksesuaian dengan standar penampilan gambar. Proses dasar

koreksi warna meliputi penyesuaian exposure, white balance, dan contrast. Grading
warna atau color grading adalah proses yang melibatkan berbagai tahapan untuk
mengubah nada visual (warna) dari seluruh film. Proses ini dapat mengubah tema
dan estetika film. Beberapa tahapan grading warna mencakup shot matching,
removing objects, shape mask, dan cinematic looks.
2. Rotoscoping
Rotoscoping adalah teknik masking frame untuk memilih objek tertentu dalam
gambar. Tujuan utamanya adalah untuk menambahkan efek visual lanjutan, tetapi
juga dapat digunakan untuk memperbaiki cacat pada frame.
3. Efek Visual (VFX)
Efek visual adalah teknik manipulasi visual yang tidak dapat dilakukan selama
proses pengambilan gambar di lapangan. Teknik ini melibatkan pembuatan peristiwa,
kejadian, atau latar belakang menggunakan bantuan teknologi CGI (Computer
Generated Imagery) agar terlihat seolah-olah sama dengan kejadian nyata.
4. Mastering
Mastering adalah proses penyusunan hasil akhir dari gambar dan audio agar terlihat
dan terdengar sesuai dengan yang diinginkan.
5. Rendering
Rendering adalah proses menggabungkan dan membangun gambar dari model atau
elemen audio-visual terpisah menjadi satu file utuh.

M. CODEC DAN FORMAT PADA KAMERA
1. Codec adalah singkatan dari codec-decoder atau compressor-decompressor yang
berfungsi untuk mengkompresi dan mendekompresi data video. Contoh codec video
meliputi H.265/H.264/H.263/Apple Prores 422/MPEG -4/MPEG-2/MPEG-
1/XAVCS/AVCHD/dll.
2. Format atau container merujuk pada kemasan atau package yang membungkus data
video, audio, dan codec sebagai penerjemahnya. Beberapa contoh format atau
container meliputi .mp4/.mov/.mts/.mkv/.avi/.flv/.3gp/.wmv/.mpeg/dll.
3. Bitrate pada video mengacu pada jumlah bit yang disampaikan atau diproses per unit
waktu, diukur dalam bit per detik dengan awalan SI seperti "kilo", "mega", "giga",

atau "tera". Bitrate yang digunakan harus disesuaikan dengan media pemutar video
yang akan digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas warna dan ketajaman
resolusi video.

Glosarium

A. Dekupase adalah proses di mana sebuah gambar (shot) dipecah atau dipisah menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih kecil lagi. Hal ini juga dapat diartikan sebagai proses
memecah satu shot menjadi sub-shot yang masih merupakan bagian dari satu shot utama.
Dekupase juga dapat ditemukan dalam proses penyutradaraan di mana seorang sutradara
memecah adegan menjadi beberapa sub-adegan yang lebih kecil lagi untuk mempermudah
proses produksi.
B. Montage adalah proses penyusunan urutan shot-shot dalam sebuah film dengan tujuan
untuk menghasilkan pesan atau efek tertentu. Montage sering kali melibatkan penggunaan
teknik jukstaposisi atau Kuleshov Effect, yaitu memotong beberapa shot yang berbeda dan
menghubungkannya dalam urutan tertentu sehingga menghasilkan efek tertentu pada
penonton. Jukstaposisi dapat menciptakan kontras antara shot yang berbeda atau
menciptakan hubungan asosiatif antara shot yang berbeda dalam sebuah film.
C. Triangle elemen yang berpengaruh dalam membangun mood and look warna dalam film.
Lighting, Wardrobe, dan Art Direction 3 elemen ini saling berkombinasi untuk membentuk
palet warna atau color pallete. Masing-masing punya andil yang sama pentingnya dalam
menyusun palet warna dalam tahap pra produksi sehingga akan membangun mood and
look sesuai warna yang diinginkan. Lalu Colorist bertugas untuk membangun mood dari
warna palet yang telah disepakati.
D. Expand Time dan Fore-shortened Time atau Elipsis. Expand Time yaitu waktu dalam
cerita diperluas atau diperlambat agar penonton dapat mengalami peristiwa atau momen
tertentu dengan lebih mendalam atau dramatis. Ini adalah kebalikan dari "fore-shortened
time" atau "elipsis", di mana waktu dapat dipotong atau dipercepat untuk mempercepat alur
cerita. Expand time biasanya digunakan untuk menekankan pentingnya suatu momen
dalam cerita atau untuk menciptakan ketegangan emosional yang lebih besar. Fore-
shortened Time atau Elipsis yaitu waktu dalam cerita dipercepat atau dihilangkan secara
dramatis untuk mempercepat narasi atau memotong bagian yang dianggap tidak penting
dalam alur cerita. Ini adalah cara untuk menjaga ritme cerita dan menjaga ketertarikan
penonton tanpa memperpanjang durasi film dengan adegan yang berlebihan.

E. Mengenal Graphic Relation, Graphic Match dan Graphic Contrast. Graphic Relation setiap
shot yang memiliki unsur-unsur antara lain garis, bentuk, cahaya, warna dan gerak (bisa
gerak subyek, gerak kamera ataupun kombinasi subyek dan kamera). Graphic Match
penggabungan dua shot yang mempunyai unsur-unsur grafis yang sama. Graphic
Contrast/Discontinuity penggabungan dua shot yang mempunyai unsur-unsur grafis yang
berlawanan.