Ragam Bahasa
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa sastra
(Kamus Besar Bahasa Indonesia-2001)
Di mana Bedanya?
Khalayak tidak bisa merasakan
perbedaan antara bahasa jurnalistik
dengan bahasa yang digunakan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Yang diketahui (biasanya) hanya
sering disebut sebagai “bahasa koran”
atau mahasa media massa.
LOGIKA “BENGKOK”
Saya kemarin mau tidak makan nasi,
tetapi tidak kuat perutnya akhirnya
maka malah jadinya habis makan tiga
potong burger besar dan segelas susu
besar.
Mengapa harus nalar?
Jika tidak nalar, bisa menjadi bumerang bagi
sebuah informasi yang baik sekali pun.
Jika tidak nalar, pembaca akan segera membuang
atau mengesampingkannya.
Tantangan menyampaikan informasi dengan nalar,
jelas dan jernih, di tengah situasi”banjir” informasi
sekarang: televisi, suratkabar/majalah, internet,
merupakan keharusan.
Bahasa adalah alat sampaikan pesan.
Kebiasaan orang membaca cepat.
Berawal dari judul alinea pertama
diteruskan ke alinea berikut (jika menarik)
atau PINDAH ke berita lain.
Proses pembacaan secara cepat (selective
scanning) itu merupakan pola baca yang
umum bagi pembaca suratkabar.
“Selective Scanning”
ALUR PEMBACAAN
JUDUL
LEAD (TERAS BERITA)
BODY TEKS
---- ----- ----- ----- ----- -----
----- ----- ----- ----- ----- -----
JUDUL =
SARIPATI LEAD
LeAD = SARIPATI
BODY TEKS
(Tubuh Berita)
BODY TEKS =
ELABORASI
PERISTIWA
Paham Sekali Baca
Berita harus selalu ditulis menurut kaidah agar
khalayak bisa membaca secara cepat.
Sekali baca sudah harus bisa dipahami.
Jika tidak, berarti penulisan gagal.
Akibatnya: pembaca pindah ke berita lain,
halaman lain atau ke media/suratkabar lain.
Ciri Bahasa Jurnalisme
Hemat
Ringkas
Jelas
Lugas (langsung ke pokok persoalan).
Mudah Dipahami
Sejumlah Kaidah
Ejaan dan Tanda Baca
Ejaan: mencakup penggunaan huruf besar, imbuhan
(awalan, sisipan, dan akhiran), singkatan, termasuk
penulisan kata asing bentuk asli maupun serapan.
Tanda baca: mencakup penempatan koma, titik
koma, tanda seru, tanda penghubung,tanda kutip
dsb.
Kata
Bagian terkecil dari kalimat. Bisa bermakna
tunggal atau banyak arti.
Sejumlah kata dirangkaian seccara logis untuk
membentuk kalimat, menyampaikan informasi
bermakna melalui tulisan.
Kata bisa memiliki banyak arti. Maka, untuk
menggambarkan fakta, kata yang dipilih haruslah
tidak bermakna ganda dan akurat.
Fakta merupakan representasi unsur-unsur dari
realitas yang diberitakan.
Tidak semua kata mampu menggambarkan fakta
secara persis
Kalimat
Setelah kata , menyusun kalimat merupakan
landasan penting dalam mengembangkan
kemampuan menulis.
Gatra kalimat
Kata tugas
Kalimat aktif, kalimat pasif
Kalimat tunggal, kalimat majemuk
Kalimat langsung. Dsb.
Kalimat Jelas dan Efektif
Bahasa yang baik dan benar saja tidak cukup!
Kalimat jurnalistik harus ringkas, helas, omunikatif
dan menarik serta menggunakan kata seefektif
mungkin.
Pedoman : kalimat pendek 1 – 10 kata
kalimat sedang 11 – 20 kata
kalimat panjang 21 – 30 kata
Menalar Fakta
Fakta harus dicari
Belum tentu fakta itu sudah terkategori
Jurnalis harus bersikap kritis
Fakta dikenali berkat bantuan indera pengalaman
dan pengetahuan.
Keterkaitan antarpokok pikiran
kalimat terdahulu dan kalimat berikut pada satu
alinea.
Keterkaitan logis antarpokok pikiran
alinea terdahulu dan alinea berikut, untuk alinea
yang berurutan. Persoalan dipaparkan secara
bertahap, tidak tiba-tiba.
Contoh
Gubernur akan meresmikan gedung olah raga
nanti pada tanggal 30 Juni yang akan datang.
Gubernur akan meresmikan gedung olah raga 30
Juni mendatang. (kalimat aktif)
Gedung olahraga akan diresmikan Gubernur 30
Juni mendatang. (kalimat pasif)
Contoh
Pendidikan yang berwawasan
kewarganegaraan –karena perkembangan
perubahan situasi sosial dan politik –
sebenarnya sudah saatnya sekarang perlu
dilakukan perubahan segera secara
mendasar baik konsep maupun metodenya.
Hal mana kelak akan diketahui sejauh mana
elan vital masih dimiliki setiap pendidik di
negeri ini.