Ringkasan webinar bedah modul praktikum parasitologi
Size: 10.47 MB
Language: none
Added: Oct 08, 2025
Slides: 53 pages
Slide Content
Bedah Modul Praktikum Minggu , 27 Juli 2025 Helmintologi Liza Mutia, SKM, M.Biomed
Cover/ sampul luar Cover/ sampul dalam
Penulis modul
Modul 1 Mikroskop Pendahuluan Mata manusia tidak dapat melihat objek berukuran mikro . Lebih dari 500 tahun lalu , dikembangkan kaca pembesar sederhana . Antonie van Leeuwenhoek (1600-an) mengamati mikroorganisme dengan mikroskop sederhana . Agar efektif , mikroskop harus memiliki tiga kemampuan utama : Magnifikasi ( pembesaran ): memperbesar tampilan objek . Resolusi : memisahkan detail-detail kecil agar bisa terlihat jelas . Kontras : membuat detail objek tampak oleh mata atau perangkat pencitraan seperti kamera Mikroskop : Berasal dari bahasa Yunani: Micron = kecil Scopos = tujuan / pengamatan Alat untuk melihat objek terlalu kecil bagi mata telanjang .
Modul 1 Mikroskop Komponen Mikroskop 1 . Komponen Optik ( Berfungsi untuk pembentukan bayangan ) 🔍 Lensa Okuler – memperbesar bayangan dari lensa objektif 🔬 Lensa Objektif – memperbesar objek langsung 💡 Reflektor – memantulkan cahaya ke objek 🎯 Kondensor – memfokuskan cahaya ke objek 2. Komponen Mekanik ( Mendukung struktur dan pengaturan mikroskop ) 🧪 Tabung Mikroskop – tempat lensa okuler & objektif 🔄 Revolver – pemutar lensa objektif 📎 Penjepit Objek – menahan preparat 🌗 Diafragma – mengatur intensitas cahaya 🧫 Meja Objek – tempat meletakkan preparat 💪 Lengan & Kaki Mikroskop – penyangga dan pegangan 🔧 Sendi Inklinasi – mengatur kemiringan mikroskop
Modul 1 Mikroskop ✅ 1 . Menyalakan Lampu Tekan tombol ON (No. 8) Atur intensitas cahaya dengan memutar pengatur lampu (No. 7) ✅ 2. Menempatkan Spesimen Letakkan object glass di atas meja benda (No. 4) Jepit dengan penjepit objek (No. 11) Jika meja terlalu tinggi , turunkan dengan sekrup kasar (No. 15) Posisikan bagian preparat ulas dengan sekrup vertikal (No. 13) dan horizontal (No. 14)
Modul 1 Mikroskop ✅ 3. Memfokuskan Pilih perbesaran awal : Objektif 4x via Revolver (No. 2) Naikkan meja dengan sekrup kasar (No. 15) untuk fokus awal Ganti ke objektif 10x , lalu haluskan fokus dengan sekrup halus (No. 16) Ulangi langkah jika memakai perbesaran lebih tinggi
Modul 1 Mikroskop Cara Perawatan Mikroskop 🛡️ Tutup mikroskop dengan plastik setelah digunakan untuk melindungi dari debu . ✋✋ Bawa mikroskop dengan dua tangan ❌ Jangan sentuh lensa atau sumber cahaya dengan jari – panas & minyak merusak . 🧻 Bersihkan lensa hanya dengan kertas lensa khusus , bukan tisu biasa . 🧪 Bersihkan lensa 100x terlebih dahulu – hindari Xylol, gunakan methanol/ pembersih rekomendasi . 🧼 Jaga kebersihan stage mikroskop selama dan setelah digunakan . 🔄 Gunakan nosepiece untuk mengganti lensa , jangan dorong tabung langsung . ⚠️ Masukkan/ lepaskan slide saat lensa 4x aktif – hindari merusak lensa objektif
Pendahuluan Spesies terbesar Kosm opolitan Jenis Nematoda Nematoda Usus STH ( Ascaris Lumbricoides, Trichuris trichiura , Necator americanus , Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis Non STH ( Oxyuris vermicularis dan Trichinella spiralis ) Nematoda Jaringan Wuchereria brancofti , Brugia malayi , Brugia timori Modul 3 Nematoda
Ascaris lumbricoides 01 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi Ascaris lumbricoides. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Ascaris lumbricoides. Dasar Teori Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) adalah nematoda parasit dari kelompok Soil Transmitted Helminths dengan prevalensi tinggi di Indonesia, terutama pada anak-anak (60–90%). Telur berkembang optimal di tanah liat lembab bersuhu 25–30°C dan tetap infektif di area lembap . Infeksi dapat menimbulkan sindrom Loeffler saat larva bermigrasi ke paru , menyebabkan batuk , demam , dan eosinofilia .
Diagnosa Lab Diagnosis askariasis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis feses untuk menemukan telur . Cacing dewasa dapat keluar melalui mulut , hidung , atau feses . Tingkat infeksi dinilai dengan metode Kato-Katz atau flotasi tinja . Interpretasi Hasil Pemeriksaan Positif : Jika ditemukan telur Ascaris lumbricoides pada sampel . Negatif : Jika tidak ditemukan telur Ascaris lumbricoides pada sampel
Laporan Praktikum sementara
Trichuris trichiura 02 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi Trichuris trichiura . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Trichuris trichiura . Dasar Teori Cacing nematoda usus berbentuk seperti cambuk yang umum ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia. Cacing ini menancapkan kepala ke mukosa usus, menyebabkan iritasi , perdarahan , dan mengisap darah hingga menimbulkan anemia. Infeksi berat pada anak-anak bisa menyebabkan diare , disentri , penurunan berat badan, dan prolapsus rektum .
Diagnosa Lab Diagnosis ditegakkan bila menemukan telur cacing Trichuris trichiura pada pemeriksaan mikroskopis menggunakan spesimen feses .. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Positif : Jika ditemukan telur Trichuris trichiura pada sampel feses . Negatif : Jika tidak ditemukan telur Trichuris trichiura pada sampel feses
Laporan Praktikum sementara
Cacing tambang (hookworm) 03 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi Necator americanus . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Necator americanus. Dasar Teori Cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale ) menginfeksi manusia melalui penetrasi larva filariform ke kulit , lalu masuk ke paru-paru dan saluran pencernaan . Setelah mencapai usus halus , larva tumbuh menjadi dewasa dan betina mulai bertelur dalam 5–7 minggu . Infeksi berat dapat menyebabkan anemia hipokrom mikrositer , eosinofilia , dan penurunan daya tahan tubuh a.Necator americanus
Morfologi Telur , Larva dan Cacing Dewasa Telur hookworm Larva Filariform cacing Necator americanus Larva rhabditiform cacing Necator americanus Ujung anterior cacing dewasa Necator americanus
Diagnosa Lab Pemeriksaan telur Necator americanus sesuai dengan prosedur pemeriksaan mikroskopis feses metode Natif ( langsung ), metode Sedimentasi dan metode Apung . Pemeriksaan larva Necator americanus menggunakan metode Baermann atau Metode Harada Mori dan Metode kultur. ( Prosedur pemeriksaan bisa dilihat pada Modul 2, Topik 2, bagian Metode Kualitatif : Harada-Mori). Interpretasi Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Telur : Positif : Jika ditemukan telur cacing tambang ( hookworm ) pada sampel feses . Negatif : Jika tidak ditemukan telur cacing tambang ( hookworm ) pada sampel feses . Pemeriksaan Larva : Bisa dilihat pada Modul 2, Topik 2, bagian Metode Kualitatif : metode Baermann dan Harada-Mori.
Cacing tambang (hookworm) 03 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi Ancylostoma duodenale . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Ancylostoma duodenale . Dasar Teori Infeksi tinggi ditemukan di daerah pedesaan , terutama perkebunan . Telur Ancylostoma dan Necator sulit dibedakan secara mikroskopik , tetapi bentuk cacing dewasa berbeda . Ancylostoma duodenale berbentuk mirip huruf C dengan dua pasang gigi , sedangkan Necator americanus mirip huruf S dengan cutting plate. Ancylostoma duodenale lebih besar dan menghisap darah lebih banyak , hingga 0,34 cc per hari b. Ancylostoma duodenale
Diagnosa Lab Pemeriksaan telur Ancylostoma duodenale sesuai dengan prosedur pemeriksaan mikroskopis feses metode Natif ( langsung ), metode Sedimentasi dan metode Apung . Pemeriksaan larva Ancylostoma duodenale menggunakan metode Baermann atau Metode Harada Mori dan Metode kultur. ( Prosedur pemeriksaan bisa dilihat pada Modul 2, Topik 2, bagian Metode Kualitatif : Harada-Mori). Interpretasi Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Telur : Positif : Jika ditemukan telur cacing tambang ( hookworm ) pada sampel feses . Negatif : Jika tidak ditemukan telur cacing tambang ( hookworm ) pada sampel feses . Pemeriksaan Larva : Bisa dilihat pada Modul 2, Topik 2, bagian Metode Kualitatif : metode Baermann dan Harada-Mori.
Strongyloides stercoralis 04 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi Strongyloides stercoralis . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Strongyloides stercoralis . Dasar Teori Strongyloides stercoralis atau cacing benang menyebabkan penyakit strongyloidiasis dan banyak ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia. Cacing dewasa hidup di usus halus dan menyerang manusia serta hewan . Gejala terbagi dalam tiga fase : kulit ( gatal , vesikula ), paru (pneumonitis), dan usus ( nyeri , diare , konstipasi ). Infeksi kronis bisa menyebabkan auto infeksi internal ( melalui usus) atau eksternal ( melalui kulit perianal). Lebih dari 600 juta orang di dunia diperkirakan terinfeksi penyakit ini .
Diagnosa Lab Larva Strongyloides stercoralis dapat ditemukan dalam tinja , cairan duodenum, biopsi , atau dahak pada infeksi berat . Pemeriksaan dilakukan dengan teknik sedimentasi (Baermann), kultur, atau metode Harada-Mori. Jika tinja negatif , pemeriksaan dilanjutkan dengan aspirasi duodenum . Interpretasi Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Telur : Positif : Jika ditemukan telur cacing tambang ( hookworm ) pada sampel feses . Negatif : Jika tidak ditemukan telur cacing tambang ( hookworm ) pada sampel feses . Pemeriksaan Larva : Bisa dilihat pada Modul 2, Topik 2, bagian Metode Kualitatif : metode Baermann dan Harada-Mori.
Enterobius vermicularis 05 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi Enterobius vermicularis . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Enterobius vermicularis Dasar Teori Enterobius vermicularis ( cacing kremi ) umum menyerang anak-anak dan menyebar di lingkungan padat . Gejala utama adalah gatal di sekitar anus pada malam hari , yang bisa menyebabkan infeksi sekunder . Penularan terjadi saat telur matang tertelan dan menetas di usus halus . Cacing betina dewasa bermigrasi ke anus untuk bertelur , menyebabkan pruritus. Retroinfeksi dapat terjadi saat telur masuk kembali lewat tangan ke mulut , meski frekuensinya belum diketahui pasti .
Morfologi Telur dan Cacing Dewasa Telur Enterobius vermicularis Cacing jantan dewasa Enterobius vermicularis Perbandingan ukuran jantan dan betina Enterobius vermicularis
Diagnosa Lab & Interpretasi Hasil Pemeriksaan Prosedur Pemeriksaan Bisa dilihat pada prosedur pemeriksaan metode Anal Swab, Modul 2, Topik 4.
Trichinella spiralis 06 Capain Pembelajaran Mahasiswa mampu mengenali morfologi larva Trichinella spiralis. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sediaan awetan larva Trichinella spiralis Dasar Teori Trichinella spiralis ( cacing otot ) menyebabkan trikinosis , ditularkan melalui daging babi yang kurang matang . Larva berkembang di usus lalu bermigrasi ke otot , menyebabkan gejala seperti diare , nyeri otot , demam , dan eosinofilia . Gejala muncul 1–2 hari setelah infeksi , dan larva menyebar ke otot dalam 7–8 hari . Infeksi dapat dicegah dengan memasak daging hingga matang sempurna . Trikinosis terjadi secara global, dengan kasus tertinggi di Tiongkok dan peningkatan di Eropa akibat preferensi daging bebas antibiotik .
Morfologi Larva Larva Trichinella spiralis Larva Trichinella spiralis di dalam otot polos
Diagnosis dapat dilakukan dengan menemukan larva melalui pemeriksaan darah (8-14 hari setelah infeksi ) atau melalui biopsi otot (3-4 minggu terinfeksi ). Pemeriksaan darah tepi , uji serologi dan pemeriksaan radiologi adalah sarana bantu untuk menegakkan diagnosis trikinosis . Pemeriksaan larva dari sampel darah dan biopsi jaringan Diagnosis Laboratorium Prosedur Pemeriksaan Interpretasi Hasil Pemeriksaan Positif : Jika ditemukan larva pada pemeriksaan darah atau biopsi otot Negatif : Jika tidak larva pada pemeriksaan darah atau biopsi otot .
Laporan Praktikum sementara
07 a. Wuchereria bancrofti Capaian pembelajaran Nematoda Darah ( Cacing Mikrofilaria ) Mahasiswa mampu mengenali morfologi Wuchereria bancrofti . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Wuchereria bancrofti .
Filariasis ( penyakit kaki gajah ) adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex sp . Di Indonesia, spesies utama penyebabnya adalah Wuchereria bancrofti , Brugia malayi , dan Brugia timori . Cacing dewasa hidup dan berkembang biak di sistem limfatik , menyebabkan pembengkakan kronis pada kaki, lengan , payudara , atau alat kelamin . Larva mikrofilaria dilepaskan ke dalam darah , bersifat nokturna ( aktif di malam hari ), sehingga sampel darah diambil pada malam hari . Penyakit ini banyak ditemukan di daerah pantai dan kota besar yang menjadi habitat nyamuk vektor , terutama Culex sp. Dasar teori
Bisa dilihat pada modul 2, Topik 3. mengenai Pemeriksaan Darah untuk Infeksi Filariasis. Diagnosis Laboratorium Interpretasi Hasil Pemeriksaan Positif Filariasis: Bila ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah . Negatif Filariasis: Bila tidak ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah
Capaian pembelajaran b. Brugia malayi Mahasiswa mampu mengenali morfologi Brugia malayi . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Brugia malayi .
Brugia malayi (juga dikenal sebagai Wuchereria malayi atau Filaria malayi ) adalah cacing filaria yang hidup di kelenjar limfe dan dapat ditemukan dalam cairan hidrokel serta urine pada kasus kiluria . Penyebarannya terdapat di Asia Tenggara ( termasuk Indonesia), India, Sri Lanka, dan Tiongkok bagian selatan hingga tengah . Vektor penularnya meliputi nyamuk dari genus Mansonia , Culex, Aedes, dan Anopheles. Di Indonesia, mikrofilarianya umumnya bersifat periodik nokturna , tetapi di Kalimantan juga ditemukan subperiodik nokturna dan nonperiodik . Cacing ini menyebar di daerah tropis dan subtropis , khususnya dataran rendah dengan banyak genangan air. Dasar teori
Morfologi Mikrofilaria Mikrofilaria Brugia malayi
Bisa dilihat pada modul 2, Topik 3. mengenai Pemeriksaan Darah untuk Infeksi Filariasis Diagnosis Laboratorium Interpretasi Hasil Pemeriksaan Positif Filariasis: Bila ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah . Negatif Filariasis: Bila tidak ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah
Capaian pembelajaran c. Brugia timori Mahasiswa mampu mengenali morfologi Brugia timori . Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Brugia timori
Brugia timori menular ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles barbirostis yang menelan mikrofilaria dari darah mamalia . Setiap filaria memiliki daur hidup kompleks dan infeksi terjadi akibat paparan larva infektif dalam jangka panjang . Perubahan patologis pada manusia muncul setelah bertahun-tahun infeksi . Penyebaran Brugia timori terbatas di wilayah timur Indonesia, khususnya di pulau Flores, Timor, Rote, Alor, dan sekitarnya . Dasar teori
Morfologi Mikrofilaria Mikrofilaria Brugia timori
Bisa dilihat pada modul 2, Topik 3. mengenai Pemeriksaan Darah untuk Infeksi Filariasis Diagnosis Laboratorium Interpretasi Hasil Pemeriksaan Positif Filariasis: Bila ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah . Negatif Filariasis: Bila tidak ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah
Laporan Praktikum sementara
Ringkasan
Latihan Soal Apa saja larutan yang digunakan untuk mengawetkan sampel darah , feses dan jaringan ? Apa saja parameter yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan makroskopis feses dan darah ? Jelaskan pemeriksaan nematoda menggunakan metode Natif ? Jelaskan keuntungan dan kerugian dalam pemeriksaan nematoda menggunakan Metode Natif ? Jelaskan perbedaan morfologi Wuchereria bancrofti , Bulgia malayi , dan Brugia timori !
082167480032 Liza Mutia, SKM, M.Biomed Medan, Sumatera Utara Liza. mutia1009 @gmail.com