Biosafety dan biosekuriti sangat penting dalam survei reservoir tikus dan penanganan sampel leptospirosis untuk mencegah penyebaran infeksi.
Tindakan ini untuk melindungi pekerja, lingkungan, dan masyarakat dari potensi bahaya biologis yang terkait dengan bakteri Leptospira yang ditularkan melalu...
Biosafety dan biosekuriti sangat penting dalam survei reservoir tikus dan penanganan sampel leptospirosis untuk mencegah penyebaran infeksi.
Tindakan ini untuk melindungi pekerja, lingkungan, dan masyarakat dari potensi bahaya biologis yang terkait dengan bakteri Leptospira yang ditularkan melalui tikus.
�Biosafety dalam konteks ini berfokus pada tindakan pencegahan untuk melindungi pekerja laboratorium dan individu yang melakukan survei dari paparan langsung atau tidak langsung terhadap Leptospira.
Biosekuriti lebih luas cakupannya dan berfokus pada perlindungan laboratorium dan lingkungan dari pelepasan atau kehilangan agen infeksius, dalam hal ini Leptospira
Size: 2.25 MB
Language: none
Added: Sep 18, 2025
Slides: 24 pages
Slide Content
PENERAPAN BIOSAFETY BIOSECURITY
PADA PENGAMBILAN SAMPEL TIKUS
IMELDA HUSDIANI,ST,M.Kes
Kepala Instalasi K3 Pengelolaan Limbah Biorepositori
Biosafety officer
Afiliasi : Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Jakarta Kementerian Kesehatan
Kepala Instalasi K3 Pengelolaan Limbah dan Biorepository /Biosafety Officer
Pendidikan – Magister Kesehatan Masyrakat (K3) Universitas Sumatera Utara
Pengalaman profesional - Fasilitator Laboratorium Mapping Tools (LMT )FAO
- Fasitator Pelatihan Pengolahan limbah Padat B3 dan Limbah Cair (IPAL) di Bapelkes
Ciloto, Bapelkes Cikarang dan Bapelkes Mataran.
- Tim Penyusun standarisasi jabatan funsional,Penyusun Evaluasi Kemampuan Uji
Kompetensi K3 Fasyankes, Tim E learning K3 Lab KTKI , Tim Training Needs Assessment
Tenaga Kesehatan dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) Kementerian Kesehatan,
Tim Penyusun Modul MOOC K3 Lab Kemenkes, Tim Penyusun MOOC Tyransportasi Bahan
berbahaya dan pengiriman spesimen
Keanggotaan profesi - ABI (Asosiasi Biorisiko Indonesia) : Sekretaris 1
- PAKKI (Perhimpunan Ahli Kesehatan kerja Indonesia) : ketua DKI Jakarta
- Anggota Kolegium K3 Kemenkes Bidang 1. Evalusi dan Uji Kompoetensi
- APBA (Asia Pasific Biorisk Association) : Member
Buku : Pedoman Nasional Biosafety Biosecurity, BKPK Kemenkes RI tahun 2023
Imelda Husdiani, ST, M.Kes
Pendahuluan
Biosafety dan biosekuriti sangat penting dalam survei
reservoir tikus dan penanganan sampel leptospirosisuntuk
mencegah penyebaran infeksi.
Tindakan ini untuk melindungi pekerja, lingkungan, dan
masyarakat dari potensi bahaya biologis yang terkait dengan
bakteri Leptospira yang ditularkan melalui tikus.
Biosafety dalam konteks ini berfokus pada tindakan
pencegahan untuk melindungi pekerja laboratorium dan
individu yang melakukan survei dari paparan langsung atau
tidak langsung terhadap Leptospira.
Biosekuriti lebih luas cakupannya dan berfokus pada perlindungan
laboratorium dan lingkungan dari pelepasan atau kehilangan agen
infeksius, dalam hal ini Leptospira
Prinsip Biosafety Biosecurity
Biosafety
•Penerapan pengetahuan,
Teknik dan peralatan untuk
melindung personel
laboratorium dan lingkungan
dari paparan agen biologis
yang berpotensi
menyebabkan penyakit.
•Berujuanmelindungorang
daripathogen berbahaya
Biosecuritry
•Tindakan pengamanan
yangdibuat untuk
mencegah kehilanagn,
penyelewengan atau
pelepasan secara sengaja
agen biologis berbahaya.
•Bertujuanmelindungi
pathogen dariorang yang
berbahaya
BIORISIKO
BAHAYA DI
LABORATORIUM
Penilaian Risiko
Kanada
1. Agen
Biologis
•Identifikasi Leptospira
Pathogen Safety Data Sheet (PSDS) dariKanada,
2. Aktivitas
•SOP
•InstruksiKerja
1. Identifikasi
Patogen Leptospira
(berdasarkan phatogen Safety Data Sheet Canada)
1Nama Agen Leptospira interrogans
2Kelompok Risiko 2
3Dosis Penularan (optional)Kontak kulit atau selaput lendir dengan air,
tanah, atau tumbuhan yang terkontaminasi;
kontak langsung dengan urine atau jaringan
hewan yang terinfeksi; terkadang melalui
konsumsi makanan yang terkontaminasi atau
menghirup aerosol droplet cairan yang
terkontaminasi
4Sumber Penularan Penularan langsung dari orang ke orang jarang
terjadi; leptospira dapat diekskresikan dalam
urine selama biasanya 1 bulan tetapi telah
diamati hingga 11 bulan setelah penyakit akut
5Jalur Penularan Aliran Darah menuju sistem limfatik. Inkubasi 6 -12
bulan
6Sensitivitas terhadap
disinfektan/fisik
natrium hipoklorit1%,alkohol 70% dengan kontak
30 menit
Identifikasi Patogen Leptospira
(berdasarkan phatogen Safety Data Sheet Canada)
1.Alat Pelindung Diri 1.Apron/ Baju laboratorium , lengan panjang dengan dengan manset dipergelangan tangan (diutamakan sekali
pakai)
2.Sarung-tangan (gloves)
3.Kacamata keselamatan dan pelindung wajah
4.Masker Medis
5.Sepatu tertutup
2. Pengendalian Administrasi
2.1. Kesehatan PersonelSehat, Profilaksis (Doksisiklinyang diberikan secara oral selama periode paparan tinggi dapat mencegah penyaki)
2.2. Pengobatan penisilin, streptomisin, eritromisin, dan tetrasiklin; doksisiklin, bermanfaat untuk pengobatan penyakit pada manusia
bila diberikan dalam 4 hari setelah onset
2.2. Teknik Mikrobiologi
yang Benar
Good Microbiological Practice dan Procedure (GMPP) berdasarkan “core requirement” dari WHO Laboratory
Biosafety Manual Edisi 4
2.3. Penanganan LimbahDekontaminasi sebelum dibuang; sterilisasi uap, insinerasi, disinfeksi kimia
2.4. Persyaratan PelatihanPersonel terlatih GGMP dan , Biosafety Biosecurity, Pengolahan Limbah Laboratoriun
3.Pengendalian Teknik
3.1. Peralatan Keselamatan1.Biosafety Cabinet Kelas II yang tervalidasi untuk prosesing awal sebelum diinaktivasi dengan buffer lisis
2.Kontainer Bioaerosol jika ada tahapan sentrifugasi spesimen yang belum diinaktivasi
3.2. Fasilitas LaboratoriumFasilitas BSL 2
4.Tanggap Darurat 1. fasilitas P3K
2.Eye-washes jika ada cipratan
3.Spill kit biologi untuk menangani tumpahan didalam BSC maupun diluar
4.Safety Shower
5.Semua kecelakaan harus dilaporkan kepada kepala laboratorium atau Biosafety Officer/K3
2. aktivitas pelaksanaan sampling
tikus (SOP/Instruksi Kerja)
Aspek Biosafety
•Penggunaan alat pelindung diri
(APD):
•Peralatan dan teknik
laboratorium yang tepat:
•Pemisahan area kerja:
•Desinfeksi rutin:
•Pelatihan:
Aspek Biosecurity
•Kontrol akses:
•Penyimpanan sampel yang
aman:
•Transportasi sampel yang
aman:
•Pengelolaan limbah yang aman:
•Rencanatanggapdarurat:
Mengumpulkan,
mengangkut,
mengakses
Pre
Analitik
TestingAnalitik
Reposting,
waste
Post
analitik
Alur Penanganan sampel di Laboratorium
PEKERJAAN PENGAMBILAN SAMPEL TIKUS
Pengambilan
darah tikus dan
koleksi serum
Pengambilan
ginjal tikus
1. Persiapan Awal:
•Peralatan Pelindung Diri (APD): Petugas harus mengenakan APD lengkap,
termasuk sarung tangan, masker, pelindung mata (kacamata atau google), dan
pakaian pelindung (apron atau jas lab sekali pakai).Jika memungkinkan, gunakan
APD sekali pakai untuk sekali pakai.
•Desinfeksi Area: Area tempat pengambilan sampel harus dibersihkan dan
didesinfeksi sebelum dan sesudah pengambilan sampel.Desinfeksi dapat
dilakukan dengan menggunakan larutan klorin atau disinfektan lain yang efektif
membunuh bakteri dan virus.
•Alat Pengambilan Sampel: Pastikan alat yang digunakan untuk menangkap dan
mengambil sampel dalam kondisi bersih dan steril.Gunakan alat sekali pakai jika
memungkinkan atau lakukan sterilisasi alat sebelum dan sesudah digunakan.
•Perencanaan Lokasi: Tentukan lokasi pengambilan sampel dengan
mempertimbangkan potensi risiko penyebaran penyakit.Hindari area yang
berpotensi terkontaminasi tinggi, seperti tempat pembuangan sampah atau area
yang sering dikunjungi hewan liar.
2. Saat Pengambilan Sampel:
Penangkapan Tikus:
•Gunakan perangkap yang tepat untuk menangkap tikus tanpa
melukai atau menyebabkan stres berlebihan pada
hewan.Hindari kontak langsung dengan tikus sebisa mungkin.
Pengambilan Sampel:
•Jika diperlukan pengambilan sampel darah atau jaringan,
lakukan dengan hati-hati dan gunakan teknik aseptik untuk
meminimalkan risiko kontaminasi.
Penyimpanan Sampel:
•Sampel harus segera disimpan dalam wadah yang sesuai dan
dalam kondisi dingin (misalnya, dalam es kering atau lemari
pendingin) untuk menjaga kualitas sampel dan mencegah
pertumbuhan bakteri atau virus.
3. Setelah
Pengambilan
Sampel
Desinfeksi Area: Setelah selesai pengambilan
sampel, area tersebut harus dibersihkan dan
didesinfeksi kembali.
Penanganan Sampel: Sampel harus segera dikirim
ke laboratorium untuk dianalisis.Pastikan sampel
disimpan dan diangkut dalam kondisi yang aman
dan sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Pembersihan APD: APD yang digunakan harus
dilepas dan dibuang dengan benar atau disterilkan
jika dapat digunakan kembali.
.4. Kontrol
Akses dan
Pengendalian
Hewan Liar
Ko ntrol Akses:Batasi akses ke area
pengambilan sampel hanya untuk
personel yang berkepentingan dan
terlatih.Hindari kunjungan yang tidak
perlu ke area tersebut.
Pengendalian Hewan Liar:Lakukan upaya
untuk mengendalikan populasi hewan liar
di sekitar area pengambilan sampel,
seperti tikus, burung, atau serangga, yang
dapat menjadi vektor penyakit.
5. Penanganan
Sampel
•Sampel harus segera dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis.
•Pastikan sampel disimpan dan
diangkut dalam kondisi yang
aman dan sesuai dengan
standar 3 Lapis.
Prinsip kemasan dan pengemasan tiga lapis
Prinsip Triple Packaging untuk Pengemasan Bahan Infeksius
•Wajib diterapkan pada pengiriman bahan infeksius, baik melalui udara maupun darat.
•Pengemasan bahan infeksius tiga lapis ini untuk menjamin :
•Kesesuaian dengan standar internasional.
•Melindungi integritas spesimen/sampel.
•Mencegah kontaminasi silang antar spesimen.
•Bertujuan :
•Mengurangi risiko paparan terhadap
petugas transportasi.
•Melindungi lingkungan dan populasi
hewan dari potensi infeksi.
www.aslabkesda.org
Penerapan Biosafety dalam proses transportasi transport bahan infeksius
Kendaraan
www.aslabkesda.org
Penerapan BIOSECURITY dalam proses transportasi
transport bahan infeksius
Kesimpulan
Dengan menerapkan tindakan
biosafety dan biosekuriti yang tepat,
risiko penyebaran Leptospirosis
dapat diminimalkan, dan survei
reservoir tikus serta penanganan
sampel dapat dilakukan dengan
aman dan efektif.
Biosafety dan biosecurity sangat
penting dalam kegiatan pengambilan
sampel tikus untuk mencegah
penyebaran penyakit dan melindungi
personil serta lingkungan