Edisi 57: Mei - Juli 2024 2
Tajuk Utama
Petani Panombeian Belajar Adaptasi Iklim dengan SLI
Berawal dari serangan hama
tikus pada akhir 2023 hingga awal
2024 lalu, yang menghancurkan
sekitar 65% lahan padi sawah
masyarakat desa Panombeian, ke-
camatan Panombeian Panei, ka-
bupaten Simalungun, karenanya
dilakukan serial diskusi antara
masyarakat, kelompok tani Horas
Jaya dengan Bina Keterampilan Pe-
desaan (BITRA) Indonesia. Hasil
beberapa kali diskusi disimpulkan
bahwa selain pola tanam yang ti-
dak seragam, anomali iklimlah yang
menjadi salah satu penyebab pola
serangan hama tikus menjadi begi-
tu ganas.
Kesimpulan ini sejalan dengan
riset Badan Meteorologi, Klimato-
logi, dan Geofisika (BMKG) yang di-
publikasikan dalam Buletin Meteo-
rologi, Klimatologi, dan Geofisika,
edisi Maret 2022. Penelitian terse-
but menyatakan bahwa pengaruh
iklim pada pertanian dapat dirasa-
kan secara langsung, seperti terja-
dinya banjir akibat iklim ekstrem
maupun dampak sekunder yang
menyebabkan peningkatan seran-
gan organisme pengganggu tumbu-
han, khususnya padi sawah. Faktor
utama yang harus diperhatikan da-
lam menentukan waktu dan pola
tanam adalah variasi tanaman yang
sesuai dengan pola iklim di dae-
rah tersebut. Unsur iklim seperti
penyinaran matahari, kelembaban
rata-rata, dan suhu udara rata-rata
berpengaruh nyata terhadap luas
serangan tikus.
Merespons tantangan ini, BITRA
Indonesia menginisiasi Sekolah
Lapang Iklim (SLI) pada 25 Maret
2024 untuk pertanian pangan di
Desa Panombeian. SLI bertujuan
meningkatkan kapasitas petani da-
lam menghadapi bencana iklim me-
lalui pemahaman iklim dan dam-
paknya terhadap sektor pertanian.
Program ini memberdayakan pe-
tani melalui pertemuan mingguan
selama satu musim tanam (3-4 bu-
lan) dengan media belajar di lahan
demo plot sesuai topik yang menja-
di kajian bersama.
Pada pertemuan perdana SLI,
kelompok tani Horas Jaya yang di-
pimpin oleh Ketua Kelompok Ria-
ma Simanjuntak, belajar tentang
pengantar perubahan iklim yang
difasilitasi oleh Iswan Kaputra dari
BITRA Indonesia. Kelompok tani ini
juga membuat pupuk organik dan
pestisida nabati dari bahan yang
berasal dari kekayaan alam seki-
tar desa. Mereka mengumpulkan
kotoran kambing, sapi, dan kerbau
yang digembalakan di kebun sawit
masyarakat untuk digunakan seba-
gai pupuk di lahan sawah pertanian
pangan padi organik mereka.
Tim dari BITRA Indonesia juga
melakukan audiensi dengan pihak
Balai Besar Wilayah Badan Meteo-
rologi, Klimatologi, dan Geofisi-
ka (BMKG) Sumatera Utara untuk
menjalin kerja sama dan berbagi
ilmu pengetahuan dengan masyara-
kat tani dampingan BITRA pada SLI
yang akan dilakukan di desa-desa
dampingan BITRA Indonesia. Pe-
tani pemandu dan petani peserta
turun ke sawah untuk melakukan
agro eco system analysis (AESA),
mengamati, mencatat, mendeskrip-
sikan, mempresentasikan, dan
merumuskan alternatif solusi yang
dihadapi.
Berliana Siregar, Manager Divisi
Community Development and En-
vironment (CDE) BITRA Indonesia,
menyatakan bahwa proses ming-
guan yang berkesinambungan ini
diharapkan menumbuhkan seman-
gat kembali bertani, melahirkan
berbagai inovasi adaptasi dampak
anomali iklim, bahkan memunculk-
an pemimpin-pemimpin petani di
tingkat lokal.(ISW)
Penerbit: Yayasan BITRA
Indonesia Medan
Pimpinan Umum: Rusdiana
Pimpinan Redaksi: M. Ikhsan
Dewan Redaksi: Iswan Kaputra,
Aprianta. T. Reporter: Erika
Rosmawati, Berliana, Q. Azam,
Misdi, Sudarmanto.
Fotografer: Budi, Icen
Manajemen Pelaksana: H. Fachri
Sirkulasi: Ade, Budi.
Redaksi: Jl. Bahagia By Pass
No. 11/35 Medan - 20218
Telepon: 061-787 6408
Email:
[email protected]