BITRANET edisi 57, Sekolah Lapang Iklim

BitraIndonesia 34 views 8 slides Nov 28, 2024
Slide 1
Slide 1 of 8
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8

About This Presentation

BITRANET edisi 57, Sekolah Lapang Iklim


Slide Content

Edisi 57: Mei - Juli 2024 Daftar Isi
Tajuk Utama
- Petani Panombeian Belajar Adaptasi
Iklim dengan SLI 2
- Sekolah Lapang Iklim: Solusi
Adaptasi Perubahan Iklim di
Sektor Pertanian 3
- Gelar Sekolah Lapang Iklim, BMKG
Berharap Petani Simpan Air Hujan
Tekan Dampak Cuaca Ekstrem 4
Advokasi
- Audiensi Tim Pokja Iklim Nagori
Pematang Panei ke UPTD PUPR
Siantar - Simalungun 5
Pertanian
- Teknologi Pertanian dalam Konteks
Sekolah Lapang Iklim 6
Kesehatan Alternatif
- Manfaat Luar Biasa Kecubung 7
Profil
- Mariana: Mengenalkan Pengobatan
Tradisional Pada masyarakat 8
1
Edisi 57 / Mei - Juli 2024
Untuk Kalangan Terbatas
bitranet
newsletter
Pada era perubahan iklim yang semakin tak terduga, sektor pertanian
menghadapi berbagai tantangan baru. Untuk mengatasi hal ini, berbagai inovasi
dan program telah dikembangkan, salah satunya adalah Sekolah Lapang Iklim
(SLI). Program ini menjadi sangat relevan dan krusial dalam mendukung
pertanian modern di tengah kondisi iklim yang dinamis.
Sekolah Lapang Iklim adalah kegiatan literasi iklim untuk mendukung
ketahanan pangan dalam rangka adaptasi perubahan iklim yang dilakukan
BMKG dengan kolaborasi bersama Kementrian Pertanian, pemerintah daerah,
dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Kegiatan adaptasi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman petani dan petugas penyuluh pertanian terhadap data dan
informasi iklim yang dapat langsung diaplikasikan pada aktivitas pertanian.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman petani dan penyuluh
pertanian terhadap data dan informasi iklim yang dapat diaplikasikan langsung
pada aktivitas pertanian.
Dampak Sekolah Lapang Iklim (SLI) pada Petani Lokal :
• Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani lokal mendapatkan
pengetahuan yang lebih mendalam tentang iklim dan cuaca, serta bagaimana
informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian.
• Pengurangan Risiko Gagal Panen Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
pola cuaca dan iklim, petani dapat merencanakan waktu tanam dan panen
dengan lebih tepat.
• Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Hasil Pertanian Petani yang
mengikuti SLI cenderung mengalami peningkatan produktivitas dan kualitas
hasil pertanian.
• Peningkatan Ketahanan Pangan Dengan hasil pertanian yang lebih stabil dan
berkualitas, ketahanan pangan di tingkat lokal juga meningkat. Ini sangat
penting untuk menjaga ketersediaan pangan bagi masyarakat setempat.
• Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan produktivitas dan kualitas
hasil pertanian berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani.
• Penguatan Jaringan dan Kolaborasi SLI mendorong kolaborasi antara petani,
penyuluh pertanian, dan berbagai instansi terkait.
Secara keseluruhan, Sekolah Lapang Iklim memberikan dampak positif yang
signifikan bagi petani lokal. Program ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petani, tetapi juga membantu mereka mengatasi tantangan
perubahan iklim, meningkatkan produktivitas, dan kesejahteraan mereka.
Dengan demikian, SLI berperan penting dalam memastikan keberlanjutan
pertanian dan ketahanan pangan di masa depan.(red)
Relevansi Hingga Dampak Sekolah
Lapang Iklim bagi Petani Lokal
HIV/AIDS Jauhi Penyakitnya,
Bukan Orangnya
Edisi 57: Mei - Juli 2024

Edisi 57: Mei - Juli 2024 2
Tajuk Utama
Petani Panombeian Belajar Adaptasi Iklim dengan SLI
Berawal dari serangan hama
tikus pada akhir 2023 hingga awal
2024 lalu, yang menghancurkan
sekitar 65% lahan padi sawah
masyarakat desa Panombeian, ke-
camatan Panombeian Panei, ka-
bupaten Simalungun, karenanya
dilakukan serial diskusi antara
masyarakat, kelompok tani Horas
Jaya dengan Bina Keterampilan Pe-
desaan (BITRA) Indonesia. Hasil
beberapa kali diskusi disimpulkan
bahwa selain pola tanam yang ti-
dak seragam, anomali iklimlah yang
menjadi salah satu penyebab pola
serangan hama tikus menjadi begi-
tu ganas.
Kesimpulan ini sejalan dengan
riset Badan Meteorologi, Klimato-
logi, dan Geofisika (BMKG) yang di-
publikasikan dalam Buletin Meteo-
rologi, Klimatologi, dan Geofisika,
edisi Maret 2022. Penelitian terse-
but menyatakan bahwa pengaruh
iklim pada pertanian dapat dirasa-
kan secara langsung, seperti terja-
dinya banjir akibat iklim ekstrem
maupun dampak sekunder yang
menyebabkan peningkatan seran-
gan organisme pengganggu tumbu-
han, khususnya padi sawah. Faktor
utama yang harus diperhatikan da-
lam menentukan waktu dan pola
tanam adalah variasi tanaman yang
sesuai dengan pola iklim di dae-
rah tersebut. Unsur iklim seperti
penyinaran matahari, kelembaban
rata-rata, dan suhu udara rata-rata
berpengaruh nyata terhadap luas
serangan tikus.
Merespons tantangan ini, BITRA
Indonesia menginisiasi Sekolah
Lapang Iklim (SLI) pada 25 Maret
2024 untuk pertanian pangan di
Desa Panombeian. SLI bertujuan
meningkatkan kapasitas petani da-
lam menghadapi bencana iklim me-
lalui pemahaman iklim dan dam-
paknya terhadap sektor pertanian.
Program ini memberdayakan pe-
tani melalui pertemuan mingguan
selama satu musim tanam (3-4 bu-
lan) dengan media belajar di lahan
demo plot sesuai topik yang menja-
di kajian bersama.
Pada pertemuan perdana SLI,
kelompok tani Horas Jaya yang di-
pimpin oleh Ketua Kelompok Ria-
ma Simanjuntak, belajar tentang
pengantar perubahan iklim yang
difasilitasi oleh Iswan Kaputra dari
BITRA Indonesia. Kelompok tani ini
juga membuat pupuk organik dan
pestisida nabati dari bahan yang
berasal dari kekayaan alam seki-
tar desa. Mereka mengumpulkan
kotoran kambing, sapi, dan kerbau
yang digembalakan di kebun sawit
masyarakat untuk digunakan seba-
gai pupuk di lahan sawah pertanian
pangan padi organik mereka.
Tim dari BITRA Indonesia juga
melakukan audiensi dengan pihak
Balai Besar Wilayah Badan Meteo-
rologi, Klimatologi, dan Geofisi-
ka (BMKG) Sumatera Utara untuk
menjalin kerja sama dan berbagi
ilmu pengetahuan dengan masyara-
kat tani dampingan BITRA pada SLI
yang akan dilakukan di desa-desa
dampingan BITRA Indonesia. Pe-
tani pemandu dan petani peserta
turun ke sawah untuk melakukan
agro eco system analysis (AESA),
mengamati, mencatat, mendeskrip-
sikan, mempresentasikan, dan
merumuskan alternatif solusi yang
dihadapi.
Berliana Siregar, Manager Divisi
Community Development and En-
vironment (CDE) BITRA Indonesia,
menyatakan bahwa proses ming-
guan yang berkesinambungan ini
diharapkan menumbuhkan seman-
gat kembali bertani, melahirkan
berbagai inovasi adaptasi dampak
anomali iklim, bahkan memunculk-
an pemimpin-pemimpin petani di
tingkat lokal.(ISW)
Penerbit: Yayasan BITRA
Indonesia Medan
Pimpinan Umum: Rusdiana
Pimpinan Redaksi: M. Ikhsan
Dewan Redaksi: Iswan Kaputra,
Aprianta. T. Reporter: Erika
Rosmawati, Berliana, Q. Azam,
Misdi, Sudarmanto.
Fotografer: Budi, Icen
Manajemen Pelaksana: H. Fachri
Sirkulasi: Ade, Budi.
Redaksi: Jl. Bahagia By Pass
No. 11/35 Medan - 20218
Telepon: 061-787 6408
Email: [email protected]

Edisi 57: Mei - Juli 2024 3
(ANTARA) - Sekolah Lapang Iklim
(SLI) menjadi solusi adaptasi peru-
bahan iklim di sektor pertanian
guna mengurangi dampak buruk
kejadian ekstrem cuaca yang dapat
mengakibatkan penurunan produk-
si pertanian secara kuantitas mau-
pun kualitas yang pada akhirnya
mengancam ketahanan pangan na-
sional.
Kepala Pusat Pelayanan Iklim
Terapan Badan Meteorologi, Kli-
matologi dan Geofiska (BMKG) Ar-
dhasena menjelaskan konsep dari
kegiatan SLI Operasional ini ada-
lah pembinaan dan pendampingan
dengan memberikan peran seluas-
luasnya kepada petani untuk men-
gembangkan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pengalaman
dan memadukan informasi yang di-
dapat dari fasilitator/pemandu.
“Pengenalan alat ukur cuaca
iklim, unsur cuaca iklim, infor-
masi cuaca iklim dan cuaca iklim
ekstrem. Namun SLI bukan muja-
rab, hanya stimulus. Butuh kerja
sama untuk memastikan ketaha-
nan pangan. Kebijakan, tata kelola
beras-pupuk, irigasi/SDA (Sumber
Daya Air), SIH3 (Sistem Informasi
Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi),” ujar Adhasena da-
lam keterangannya yang diterima di
Jakarta, Minggu.
Sebagai pengukur peningkatan
pengetahuan dari peserta SLI ini
Kepala Stasiun Klimatologi Indra
Gustari menyapaikan bahwa peser-
ta SLI diawali dengan pre test dan
diakhiri dengan post test. Hadir
pada kesempatan tersebut para pe-
jabat BMKG Pusat dan Daerah Jawa
Barat, Kepala Desa beserta Prang-
kat Desa.
Pada kesempatan itu, Anggota
Komisi V DPR RI Iis Edhi Prabowo
beserta anggota dewan daerah
hadir dan menyampaikan antu-
siasmenya untuk mengikuti kegia-
tan SLI tersebut.
“Saya dan anggota dewan ingin
sekali belajar, mengikikuti pelati-
han SLI ini. Bagi kami ini suatu yang
sangat mendasar terhadap penge-
tahuan iklim untuk keberhasilan
masyarakat petani yang ada di da-
pil kami. Bahkan di dapil kami ada
wilayah yang sebagian besar adalah
petani industri,” ujar Iis.
Kemudian, Anggota Komisi II
DPRD Provinsi Jawa Barat Dadang
Kurniawan juga menyampaikan
keinginannya untuk mendapatkan
pengetahuan cuaca dan iklim lebih
lanjut dan ingin berdiskusi terkait
permasalahan cuaca dan iklim te-
rhadap pertanian di wilayah Jawa
Barat.
Dadang yang juga sebagai prak-
tisi pertanian beranggapan meski
sudah terjadi musim kemarau, tapi
masih terdapat hujan. Untuk me-
nentukan jenis tanaman yang dita-
nam itu terkadang sedikit membuat
petani terkecoh, sehingga banyak
kerugian di lapangan.
“Kami mengetahui musim yang
akan datang berdasarkan pengala-
man. Setiap muncul ulat bulu me-
rah itu berarti tandanya akan mu-
sim hujan, atau melihat angin yang
tiba-tiba itu akan masuk kemarau.
Jadi masih seperti itu pengetahuan
kami, karena itu kami sangat ingin
mendapatkan pengetahuan cuaca
dan iklim dari BMKG,“ ujar dia.
Sumber: https://www.antaranews.
com/berita/2387721/sekolah-la-
pang-iklim-solusi-adaptasi-peru-
bahan-cuaca-sektor-pertanian
Sekolah Lapang Iklim: Solusi Adaptasi Perubahan Iklim
di Sektor Pertanian
Tajuk Utama

Edisi 57: Mei - Juli 2024 Tajuk Utama
SUMBAR - Stasiun Klimatologi
Kelas II BMKG Provinsi Sumatera
Barat (Sumbar) mengatakan Se-
kolah Lapang Iklim menjadi solusi
adaptasi terhadap perubahan iklim
untuk mengurangi dampak buruk
yang ditimbulkan khususnya di sek-
tor pertanian.
Sekolah Lapang Iklim ini kita
lakukan secara bergilir untuk
membantu para petani terutama
menghadapi dampak perubahan
iklim, kata Kepala Stasiun Klimato-
logi Kelas II Provinsi Sumbar Heron
Tarigan di Padang, Selasa 11 Juni,
disitat Antara.
Khusus di Ranah Minang, Sta-
siun Klimatologi Kelas II telah men-
jalankan Sekolah Lapang Iklim di
beberapa lokasi di antaranya Kabu-
paten Solok, Kabupaten Limapuluh
Kota, Kabupaten Padang Pariaman,
Kota Payakumbuh, dan Kota Pa-
dang.
Memasuki masa transisi, BMKG
mengimbau petani lebih bijak den-
gan memahami iklim dan cuaca me-
lalui keberadaan Sekolah Lapang
Iklim.
Langkah yang dapat dilakukan
petani yakni menyimpan pasokan
air hujan ke suatu tempat seperti
embung dan sejenisnya. Sehingga
ketika musim kemarau petani tidak
kesulitan mencari sumber air.
BMKG memprediksi musim ke-
marau di Provinsi Sumbar terjadi
pada dasarian 1 Juni 2024 dengan
puncaknya Juli 2024. Namun, dalam
kurun waktu itu belum semua wi-
layah terdampak kekeringan.
Sementara itu, Kepala UPTD Ba-
lai Perlindungan Tanaman Pangan
dan Hortikultura (BPTPH) Dinas
Perkebunan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Sumbar Af-
Gelar Sekolah Lapang Iklim, BMKG Berharap Petani Simpan
Air Hujan Tekan Dampak Cuaca Ekstrem
nelly mengatakan Sekolah Lapang
Iklim merupakan strategi untuk
mempercepat dan meningkatkan
pemahaman mengenai cuaca dan
iklim di tingkat petani.
Sekolah Lapang Iklim tidak
hanya penting untuk memberikan
pemahaman tentang iklim berbasis
pembelajaran modul, namun juga
bisa dimanfaatkan untuk mengawal
pertanian selama satu musim ta-
nam khususnya komoditas padi.
Jadi, Sekolah Lapang Iklim men-
jadi solusi adaptasi perubahan
iklim di sektor pertanian guna men-
gurangi dampak buruk perubahan
iklim, ujarnya.
Sumber: www.voi.id/berita/389149/
gelar-sekolah-lapang-iklim-bm-
kg-berharap-petani-simpan-air-hu-
jan-tekan-dampak-cuaca-ekstrem
4

Edisi 57: Mei - Juli 2024 5
Tim Pokja Iklim Nagori Pema-
tang Panei bersama Pemerintah Na-
gori Panombeian Panei melakukan
audiensi dengan UPTD Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
Siantar Simalungun di kantor UPTD
PUPR Pematang Siantar, Selasa
(9/7). Audiensi ini merupakan tin-
dak lanjut dari kegiatan diskusi
penilaian risiko iklim dan bencana
(PACDR) yang telah berlangsung
pada Mei hingga Juni 2024 lalu.
Lasdi Hutabalian, Ketua Tim
Pokja Iklim, menyampaikan bebe-
rapa permasalahan penting yang
dihadapi masyarakat Nagori Pema-
tang Panei. Salah satu isu utama
adalah perbaikan saluran irigasi
yang rusak, yang menyebabkan dis-
tribusi air menjadi tidak lancar. Se-
lain itu, Lasdi juga mengungkapkan
kekhawatirannya terhadap berku-
rangnya debit air sungai yang dise-
babkan oleh pengambilan air oleh
perusahaan air minum dari mata
air yang sama, yang seharusnya
juga digunakan untuk kebutuhan
irigasi pertanian.
“Kami berharap perbaikan sa-
luran irigasi yang rusak dapat se-
gera dilakukan, karena hal ini san-
gat berdampak pada distribusi air
untuk pertanian kami,” ujar Lasdi.
“Selain itu, kami juga memohon pe-
rhatian terhadap pengambilan air
oleh perusahaan air minum yang
menyebabkan berkurangnya debit
air sungai, sehingga mempengaruhi
ketersediaan air untuk pertanian.”
Menanggapi penyampaian
tersebut, Julianto Tridarso, Kepa-
la Seksi Sumber Daya Air dan Cip-
ta Karya UPTD Pematang Siantar,
memberikan apresiasi atas kehadi-
ran BITRA Indonesia dan Tim Pokja
Iklim yang telah menyusun rencana
aksi adaptasi iklim. “Kami sangat
mengapresiasi langkah-langkah
yang telah diambil oleh BITRA dan
Tim Pokja Iklim dalam menyusun
rencana aksi adaptasi iklim. Ini
merupakan inisiatif yang sangat
baik dan perlu didukung,” kata Ju-
lianto.
Ia juga menyarankan agar
masyarakat tidak hanya beraudien-
si dengan UPTD Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang (PUPR) ser-
ta Sumber Daya Air (SDA) Siantar
Simalungun, tetapi juga dengan
Pemerintah Kabupaten Simalun-
gun, khususnya Dinas PSDA, untuk
melibatkan mereka dalam mencari
Audiensi Tim Pokja Iklim Nagori Pematang Panei
ke UPTD PUPR Siantar - Simalungun
solusi yang komprehensif. “Kami menyarankan agar masyarakat juga beraudiensi dengan Pemkab Sima- lungun, terutama Dinas PSDA, dan melibatkan mereka dalam setiap langkah yang diambil, dan kami juga bersedia untuk dilibatkan da- lam audiensi tersebut,” tambahnya. Berliana Siregar, Manager CDE
BITRA Indonesia yang mendampin- gi masyarakat dalam audiensi terse-
but, menyampaikan harapannya agar pertemuan ini dapat mengha- silkan solusi nyata untuk mengatasi permasalahan air yang sangat kru- sial bagi pertanian. “Kami berha- rap ada solusi konkret yang dapat diambil untuk mengatasi masalah air ini, mengingat air sangat pen- ting untuk pertanian, terutama di tengah tantangan perubahan iklim,” ungkap Berliana. Audiensi ini diharapkan dapat
menghasilkan langkah-langkah konkret dalam menangani perma- salahan yang dihadapi masyarakat Nagori Pematang Panei, terutama dalam hal adaptasi terhadap peru- bahan iklim dan pengelolaan sum- ber daya air yang berkelanjutan. (hf)Advokasi

Edisi 57: Mei - Juli 2024 6Pertanian
Sekolah Lapang Iklim (SLI)
adalah inisiatif yang bertujuan un-
tuk meningkatkan kapasitas peta-
ni dalam menghadapi perubahan
iklim. SLI menggabungkan pen-
didikan praktis dengan teknologi
modern untuk membantu petani
memahami dan mengatasi tantan-
gan iklim yang berdampak pada
produktivitas pertanian. Teknologi
pertanian memainkan peran pen-
ting dalam mendukung program ini,
memungkinkan petani untuk men-
gadopsi praktik-praktik yang lebih
efisien dan berkelanjutan.
Teknologi Pertanian di Sekolah
Lapang Iklim
1. Sistem Informasi Iklim
• Penggunaan Data Satelit: Data
satelit menyediakan informasi
penting mengenai kondisi cuaca
dan perubahan iklim yang dapat
mempengaruhi pertanian. Peta-
ni diajarkan cara mengakses dan
menggunakan data ini untuk pe-
rencanaan tanam.
• Aplikasi Mobile: Aplikasi mobile
yang dirancang khusus untuk
petani memungkinkan mereka
mendapatkan pembaruan cuaca,
saran agronomis, dan informasi
pasar secara real-time.
2. Teknologi Irigasi
• Irigasi Tetes dan Sprinkler:
Teknologi ini membantu men-
goptimalkan penggunaan air,
yang sangat penting di daerah
dengan curah hujan yang tidak
menentu. Petani diajarkan cara
memasang dan merawat sistem
ini.
• Sensor Kelembaban Tanah: Sen-
sor ini membantu petani menge-
tahui kapan dan berapa banyak
air yang dibutuhkan oleh tana-
man mereka, mengurangi pem-
borosan air.
3. Pertanian Presisi
• Drone dan UAV (Unmanned
Aerial Vehicles): Digunakan
untuk pemetaan lahan, pen-
gawasan tanaman, dan penyem-
protan bio-pestisida. Petani di-
latih menggunakan teknologi ini
untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
• GPS dan GIS (Geographic Infor-
mation System): Teknologi ini
membantu petani dalam menge-
lola lahan dengan lebih baik, me-
mungkinkan mereka memantau
dan menganalisis kondisi lahan
secara akurat.
4. Pengelolaan Tanaman Terpadu
• Varietas Tanaman Tahan Iklim:
Pengembangan dan penggu -
naan varietas tanaman yang le-
bih tahan terhadap kondisi iklim
ekstrem, seperti kekeringan atau
banjir.
• Teknik Budidaya Berkelanjutan:
Petani diajarkan praktik-praktik
seperti rotasi tanaman, penggu-
naan pupuk organik, dan pen-
gelolaan hama terpadu untuk
menjaga kesehatan tanah dan ta-
naman.
Sekolah Lapang Iklim, dengan
dukungan teknologi pertanian, me-
nawarkan solusi praktis untuk men-
gatasi tantangan perubahan iklim
dalam sektor pertanian. Melalui
pendidikan dan penerapan teknolo-
gi yang tepat, petani dapat mening-
katkan produktivitas, efisiensi, dan
ketahanan terhadap kondisi iklim
yang berubah-ubah. Kolaborasi an-
tara pemerintah, lembaga peneli-
tian, dan komunitas petani sangat
penting untuk kesuksesan program
ini, memastikan bahwa manfaat
teknologi pertanian dapat dirasa-
kan oleh seluruh petani.
Teknologi pertanian yang dia-
jarkan dalam Sekolah Lapang Iklim
sangat relevan untuk membantu
petani beradaptasi dengan peru-
bahan iklim. Dengan memanfaatkan
teknologi ini, petani dapat mening-
katkan produktivitas dan kualitas
hasil pertanian, serta mengurangi
risiko gagal panen. Program SLI
tidak hanya memberikan penge-
tahuan tentang iklim, tetapi juga
memperkenalkan inovasi teknologi
yang dapat mendukung ketahanan
pangan nasional.
(Dari berbagai sumber)
Teknologi Pertanian dalam Konteks Sekolah Lapang Iklim
Edisi 57: Mei - Juli 2024

Edisi 57: Mei - Juli 2024 7
Kesehatan Alternatif
Siapa yang tidak tahu tanaman
kecubung (Dactura factuosa)? Man-
faat luar biasa tanaman kecubung
ternyata tidak hanya pada buah-
nya tetapi mulai dari akar, tangkai,
daun, bunga bahkan bijinya. Senya-
wa kimia yang terdapat dalam seti-
ap bagian tanaman ini terdiri dari
atropine, hiosiamin, skopolamin
dan beberapa senyawa lain yang
dapat dikembangkan sebagai obat
herbal.
Sebetulnya tanaman ini su-
dah lama dikenal sebagai tanaman
yang secara turun temurun diman-
faatkan sebagai pengobatan alami.
Namun perlu diwaspadai dibalik
khasiat dan manfaat kecubung juga
mempunyai kandungan senyawa
aktif yang memberikan efek racun
bagi yang mengonsumsinya. Oleh
karena itu diperlukan kehati-hatian
dalam memanfaatkan tanaman ini.
Melalui khasiatnya, tanaman kecu-
bung mampu memberikan solusi
alami untuk berbagai masalah kese-
hatan antara lain:
1. Mengatasi kulit bengkak. Kecu-
bung membantu meredakan ma-
salah bengkak pada kulit. Peng-
gunaan daun kecubung segar
yang dicampur dengan minyak
kelapa, kemudian dipanggang
nyak kelapa 10 sendok, simpan
campuran tersebut selama 3 hari.
Peras dan pisahkan minyaknya
kemudian dihangatkan, Gosok-
kan pada bagian yang nyeri, bila
perlu tambahkan sedikit minyak
kayu putih.
6. Terkilir/keseleo: campurkan 14
helai daun kecubung dengan 2
buah serai dan dicacah halus,
tambahkan minyak kelapa 2 ge-
las, lalu gosok pada bagian yang
sakit. Proses pemanasan dan pe-
mijatan dengan minyak tersebut
membantu mengurangi ketidak-
nyamanan pada area yang terki-
lir.
Dengan berbagai manfaat ke-
sehatan yang luar biasa, kecubung
sebagai salah satu kekayaan hayati
mampu memberikan manfaat da-
lam pengobatan. Namun penting
untuk selalu berkonsultasi dengan
ahli kesehatan dalam setiap pen-
gobatan dengan tanaman ini untuk
memastikan keamanan dan keefek-
tifan pengobatan. (DA’23)
sumber: https://pustaka.setjen.per-
tanian.go.id/info-literasi/info-te-
knologi-manfaat-luar-biasa-kecu-
bungManfaat Luar Biasa Kecubung
dan diremas, kemudian ditem-
pelkan pada kulit yang bengkak
2. Perawatan kuping kopok. Untuk
masalah kuping kopok, buah ke-
cubung bisa menjadi solusi. Isi
buah kecubung dipipis halus, di-
campur dengan minyak zaitun
atau kelapa, dan dipanaskan se-
bentar dengan kelontongannya
kemudian digunakan untuk me-
netesi kuping yang sedang ber-
masalah.
3. Mengatasi sembelit. Daun kecu-
bung yang diremas dan ditem-
patkan di perut juga dapat
membantu meredakan sembelit,
memberikan bantuan alami bagi
mereka yang sering mengalami
masalah pencernaan. Cara ini
juga sekaligus bisa meredakan
nyeri haid dan sakit perut.
4. Perawatan ketombe. Untuk ma-
salah ketombe, masukkan 7 helai
daun kecubung kering dan 5 sen-
dok makan minyak kelapa ke da-
lam botol dan tutup rapat. Panas-
kan di bawah sinar matahari
selama 7 hari, Dioleskan pada
kulit kepala 2 kali sehari pagi dan
sore.
5. Meredakan Reumatik. Daun ke-
cubung 14 helai dirajang dan
dijemur kemudian ditambah mi-

Edisi 57: Mei - Juli 2024 Mariana: Mengenalkan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat
Profil
Di tengah derasnya arus moder -
nisasi, praktik pengobatan tradisional
tetap menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat. Di Serdang
Bedagai, Sumatera Utara, nama Ma-
riana dikenal luas sebagai salah satu
penyehat tradisional yang telah mem-
bantu banyak orang dengan keahlian
dan dedikasinya.
Mariana lahir dan besar di Serdang
Bedagai, daerah yang kaya akan tradi-
si dan kebudayaan. Sejak kecil, ia telah
diperkenalkan dengan dunia pengoba-
tan tradisional oleh orang tuanya, yang
juga praktisi pengobatan tradisional.
Dari merekalah Mariana belajar ten-
tang berbagai tanaman obat dan me-
tode pengobatan yang telah diwariskan
turun-temurun.
Mariana menguasai berbagai me-
tode pengobatan tradisional, mulai dari
penggunaan ramuan herbal hingga te-
knik pijat dan akupresur. Beberapa me-
tode yang sering ia gunakan yakni:
Ramuan Herbal: Mariana memiliki
pengetahuan mendalam tentang ber-
bagai tanaman obat lokal. Ia meracik
ramuan herbal untuk mengobati ber-
bagai penyakit seperti demam, batuk,
dan masalah pencernaan. Ramuan-ra-
muannya telah terbukti efektif dan
banyak dicari oleh masyarakat setem-
pat.
Pijat Tradisional: Mariana juga ahli
dalam pijat tradisional yang dipercaya
mampu melancarkan peredaran darah
dan meredakan pegal-pegal serta nyeri
otot. Teknik pijatnya diwariskan dari ke-
luarganya dan telah membantu banyak
orang mendapatkan kembali kebuga-
ran mereka.
Akupresur: Dengan teknik akupre-
sur, Mariana mampu meredakan stres
dan meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan. Ia mengetahui titik-titik
akupresur yang tepat untuk berbagai
kat di Serdang Bedagai. Keberadaan
penyehat tradisional seperti Mariana
sangat penting untuk melestarikan wa-
risan budaya dan pengetahuan yang
berharga bagi generasi mendatang.
Dalam dunia yang terus berubah, prak-
tik pengobatan tradisional tetap rele-
van dan me-
miliki tempat
khusus di
hati ma-
syara-
kat.
(bd)
keluhan kesehatan.
Selama bertahun-tahun, Mariana
telah menjadi tumpuan masyarakat
Serdang Bedagai yang mencari alter-
natif pengobatan. Banyak orang yang
datang kepadanya setelah mencoba
berbagai metode medis modern tanpa
hasil memuaskan. Selain memberikan
pengobatan, Mariana juga aktif mem-
berikan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat, memperkenalkan man-
faat pengobatan tradisional dan cara
hidup sehat.
Meskipun pengobatan tradisional
masih diminati, Mariana menghadapi
berbagai tantangan, termasuk pandan-
gan skeptis dari sebagian masyarakat
yang menganggap pengobatan tradisi-
onal kurang ilmiah. Namun, Mariana
tetap teguh dalam keyakinannya
bahwa pengobatan tradisional
memiliki nilai dan manfaat yang
besar. Ia berharap bahwa pen-
getahuan ini dapat terus dile-
starikan dan diakui sebagai
bagian penting dari sistem
kesehatan.
Mariana adalah
sosok yang berdedika-
si dalam bidang pen-
gobatan tradisional.
Melalui pengetahu-
an dan keteram-
pilannya, ia telah
memberikan
kontribusi
besar da-
lam me-
njaga
kese-
hatan
ma-
sya-
ra-