BITRANET edisi 58, Bahaya Dampak Perubahan Iklim

BitraIndonesia 26 views 8 slides Nov 28, 2024
Slide 1
Slide 1 of 8
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8

About This Presentation

BITRANET edisi 58, Bahaya Dampak Perubahan Iklim


Slide Content

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 Daftar Isi
Tajuk Utama
- Mitigasi Dampak Perubahan Iklim
di Indonesia: Langkah yang Harus
Ditempuh 2
- Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
di Indonesia: Menyiapkan Diri
Menghadapi Tantangan 3
- Perubahan Iklim dan Ancaman
Terhadap Ketahanan Pangan di
Indonesia 4
Advokasi
- Darurat Agraria Sumatera Utara
dalam Peringatan Hari Tani
Nasional 2024 5
Pertanian
- Partisipasi Kelompok Dampingan
BITRA dalam Menekan Perubahan
Iklim melalui ProKlim 6
Kesehatan Alternatif
- Manfaat Uwi untuk Kesehatan
serta Kandungan Nutrisinya 7
Profil
- Profil Dwi Irma, Pegiat Sistem
Informasi dari Desa Sidoharjo I
Pasar Miring 8
1
Edisi 58 / Agustus - Oktober 2024
Untuk Kalangan Terbatas
bitranet
newsletter
Bahaya Perubahan Iklim Global Bagi
Indonesia: Saatnya Bertindak
HIV/AIDS Jauhi Penyakitnya,
Bukan Orangnya
Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu global yang jauh dari kehidupan
sehari-hari. Di Indonesia, dampaknya semakin nyata dan mengancam
kehidupan, lingkungan, serta masa depan kita. Pemanasan global, yang didorong
oleh emisi gas rumah kaca dan perusakan alam, kini menjadi ancaman serius
bagi negeri ini. Sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi, Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak
perubahan iklim.
Indonesia merasakan langsung dampak dari kenaikan suhu Bumi, salah
satunya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam. Banjir,
kekeringan, dan badai tropis yang lebih sering terjadi adalah gejala langsung
perubahan iklim yang mengancam keselamatan warga, mempersulit aktivitas
ekonomi, dan menambah beban infrastruktur.
Selain itu, kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di kutub
mengancam kehidupan masyarakat pesisir Indonesia. Banyak desa di pesisir
pantai yang sudah mengalami abrasi parah, menyebabkan masyarakat harus
berpindah dan kehilangan lahan. Dampak ini juga dirasakan di berbagai pulau
kecil di Indonesia yang perlahan terendam air laut.
Perubahan iklim juga mengancam keanekaragaman hayati Indonesia, yang
merupakan salah satu kekayaan alam utama kita. Hutan hujan tropis, yang
memiliki peran penting dalam menyerap karbon dan menjaga keseimbangan
ekosistem, terancam oleh perubahan pola cuaca dan meningkatnya risiko
kebakaran hutan. Selain itu, terumbu karang di wilayah laut Indonesia, yang
merupakan salah satu pusat biodiversitas laut dunia, mengalami pemutihan
akibat suhu air yang lebih hangat.
Dampak perubahan iklim pada sektor pertanian juga sangat memprihatinkan.
Perubahan pola hujan dan suhu ekstrem menyebabkan gangguan terhadap
hasil panen, khususnya bagi petani yang bergantung pada musim. Tanaman
pangan utama seperti padi, jagung, dan kedelai dapat mengalami penurunan
produktivitas akibat perubahan cuaca yang tidak menentu. Hal ini mengancam
ketahanan pangan dan kesejahteraan para petani, sekaligus mempengaruhi
harga pangan di pasaran.
Dari sisi kesehatan, perubahan iklim meningkatkan risiko berbagai penyakit
menular seperti demam berdarah dan malaria yang dipicu oleh perkembangan
nyamuk pada suhu dan kelembapan tinggi. Peningkatan polusi udara dan cuaca
ekstrem juga memperburuk kualitas udara, yang dapat menyebabkan penyakit
pernapasan dan memperberat penderitaan masyarakat yang rentan.
Indonesia harus mengambil langkah serius dan cepat untuk mengatasi
ancaman perubahan iklim. Mengurangi emisi karbon dengan beralih ke energi
terbarukan, menjaga kelestarian hutan, serta mengembangkan teknologi ramah
lingkungan adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi
dampak perubahan iklim. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta perlu
bekerja sama dan berperan aktif dalam menjaga lingkungan agar warisan alam
Indonesia tetap lestari bagi generasi mendatang. (red)

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 2
Tajuk Utama
Mitigasi Dampak Perubahan Iklim di Indonesia: Langkah yang Harus Ditempuh
Perubahan iklim telah mem-
bawa dampak yang signifikan bagi
Indonesia, seperti peningkatan fre-
kuensi bencana alam, perubahan
pola musim, hingga ancaman terha-
dap keanekaragaman hayati. Seba-
gai negara kepulauan yang rentan
terhadap perubahan lingkungan,
Indonesia harus mengambil lang-
kah serius dalam mitigasi dampak
perubahan iklim untuk melindun-
gi kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat. Mitigasi adalah upaya
mengurangi atau mencegah emisi
gas rumah kaca yang memicu pe-
manasan global, serta mengem-
bangkan langkah-langkah untuk
menjaga ketahanan lingkungan.
Salah satu langkah utama miti-
gasi adalah pengurangan emisi kar-
bon melalui transisi energi bersih.
Indonesia memiliki potensi besar
untuk mengembangkan energi ter-
barukan seperti tenaga surya, an-
gin, dan panas bumi. Beralih dari
bahan bakar fosil ke sumber energi
terbarukan akan mengurangi emisi
karbon, sekaligus meningkatkan ke-
tahanan energi nasional. Pemerin-
tah telah menetapkan target untuk
mengurangi emisi karbon hingga
29% pada tahun 2030, dengan ban-
tuan internasional yang diharap-
kan mencapai pengurangan hingga
41%. Untuk mencapai target ini,
peningkatan kapasitas pembang-
kit listrik berbasis energi terbaru-
kan dan penyediaan insentif untuk
energi bersih perlu terus ditingkat-
kan.
Selain itu, pelestarian dan pe-
mulihan hutan memainkan pe-
ran penting dalam mitigasi iklim
di Indonesia. Hutan merupakan
penyerap karbon alami yang sangat
efektif, dan Indonesia memiliki sa-
lah satu kawasan hutan tropis ter-
besar di dunia. Namun, deforestasi
yang terjadi untuk perluasan lahan
pertanian, terutama untuk kelapa
sawit, telah memperburuk emisi
karbon. Langkah-langkah yang da-
pat diambil termasuk pengurangan
laju deforestasi, restorasi lahan kri-
tis, dan pengembangan kebijakan
tata kelola hutan yang lebih ketat.
Program seperti «Karbon Hutan»
dan moratorium izin pembukaan
lahan baru merupakan beberapa
upaya pemerintah dalam mengu-
rangi emisi dari sektor kehutanan.
Di sektor pertanian, praktik per-
tanian berkelanjutan dapat mem-
bantu mengurangi emisi gas rumah
kaca sekaligus meningkatkan keta-
hanan pangan. Penggunaan pupuk
organik, pengelolaan air yang efi-
sien, dan penerapan agroforestri
(kombinasi antara pertanian dan
kehutanan) adalah contoh strategi
yang dapat diterapkan untuk memi-
nimalkan dampak iklim sekaligus
menjaga produktivitas pertanian.
Pertanian berkelanjutan juga mem-
bantu masyarakat lokal mening-
katkan penghasilan mereka dan
mendorong penggunaan sumber
daya secara bijaksana.
Untuk mendukung upaya ini,
masyarakat juga perlu memiliki
kesadaran dan peran aktif dalam
mengurangi jejak karbon individu,
seperti dengan mengurangi peng-
gunaan kendaraan pribadi, memi-
lih produk ramah lingkungan, dan
mengurangi limbah plastik. Mitigasi
perubahan iklim bukan hanya tang-
gung jawab pemerintah, melainkan
kewajiban bersama seluruh lapisan
masyarakat. Dengan langkah-lang-
kah konkret dan kolaborasi ber-
bagai pihak, Indonesia memiliki
peluang besar untuk menjaga keles-
tarian alam dan melindungi masa
depan generasi mendatang.(hf)
Penerbit: Yayasan BITRA
Indonesia Medan
Pimpinan Umum: Rusdiana
Pimpinan Redaksi: M. Ikhsan
Dewan Redaksi: Iswan Kaputra,
Aprianta. T. Reporter: Erika
Rosmawati, Berliana, Q. Azam,
Misdi, Sudarmanto.
Fotografer: Budi, Icen
Manajemen Pelaksana: H. Fachri
Sirkulasi: Ade, Budi.
Redaksi: Jl. Bahagia By Pass
No. 11/35 Medan - 20218
Telepon: 061-787 6408
Email: [email protected]

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 3
Perubahan iklim telah menja-
di kenyataan yang mengancam In-
donesia, mulai dari meningkatnya
intensitas bencana alam hingga
perubahan pola musim yang me-
mengaruhi sektor pertanian dan
ketahanan pangan. Sebagai negara
kepulauan dengan populasi besar
dan ekosistem yang beragam, In-
donesia perlu mengambil langkah
adaptasi untuk menghadapi dam-
pak perubahan iklim. Adaptasi
adalah upaya menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan agar
masyarakat dan ekosistem dapat
bertahan serta berkembang.
Salah satu langkah adaptasi
yang penting di Indonesia adalah
manajemen risiko bencana, men-
gingat semakin seringnya bencana
alam seperti banjir, tanah longsor,
dan kekeringan. Infrastruktur yang
tahan terhadap bencana menja-
di prioritas, khususnya di wilayah
rentan seperti daerah pesisir dan
pegunungan. Di wilayah pesisir,
misalnya, pembangunan tanggul
atau penanaman mangrove dapat
membantu mencegah abrasi dan
kenaikan air laut. Mangrove tidak
hanya berfungsi sebagai penahan
gelombang, tetapi juga sebagai ha-
bitat penting bagi keanekaragaman
hayati laut dan penyerap karbon
yang efisien.
Di sektor pertanian, perubahan
iklim mengakibatkan ketidakpa-
stian musim dan cuaca yang meru-
gikan petani. Untuk itu, pengem-
bangan dan penggunaan varietas
tanaman yang tahan terhadap cua-
ca ekstrem, seperti padi tahan ke-
keringan atau banjir, menjadi solusi
adaptasi yang sangat diperlukan.
Selain itu, sistem irigasi yang efi-
sien dan teknologi pengolahan air
dapat membantu petani mengelola
air dengan lebih bijaksana. Praktik
pertanian berkelanjutan, seper-
ti pola tanam yang menyesuaikan
kondisi iklim dan pemanfaatan la-
han yang optimal, juga membantu
meningkatkan ketahanan pangan
dalam jangka panjang.
Adaptasi juga diperlukan di sek-
tor kesehatan masyarakat. Dengan
peningkatan suhu dan pola hujan
yang berubah, risiko penyakit me-
nular seperti demam berdarah
dan malaria meningkat. Oleh ka-
rena itu, edukasi kesehatan yang
menyeluruh, peningkatan layanan
kesehatan di daerah rentan, serta
pengendalian vektor penyakit se-
perti nyamuk menjadi penting da-
lam mencegah penularan penyakit
akibat perubahan iklim. Pemerin-
tah dan masyarakat perlu bekerja
sama dalam program pengendalian
penyakit serta meningkatkan kesa-
daran tentang pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan untuk men-
cegah wabah.
Di tingkat komunitas, pengu-
atan kapasitas masyarakat dalam
menghadapi perubahan iklim san-
gat dibutuhkan. Edukasi dan pelati-
han mengenai mitigasi dan adaptasi
iklim dapat membantu masyarakat
lebih siap menghadapi bencana
atau situasi darurat. Melalui pelati-
han ini, masyarakat juga diajarkan
cara menjaga dan memulihkan lin-
gkungan, mengelola sumber daya
alam secara bijaksana, serta bera-
daptasi dengan perubahan yang
terjadi di sekitar mereka.
Adaptasi terhadap perubahan
iklim adalah tugas bersama yang
membutuhkan partisipasi aktif se-
luruh pihak, mulai dari pemerintah,
sektor swasta, hingga masyarakat.
Dengan langkah adaptasi yang te-
pat, Indonesia bisa lebih siap men-
ghadapi tantangan perubahan iklim
dan melindungi masa depan gene-
rasi yang akan datang.(bd)
Adaptasi Dampak Perubahan Iklim di Indonesia:
Menyiapkan Diri Menghadapi Tantangan
Tajuk Utama

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 Tajuk Utama
Perubahan iklim semakin
berpotensi mengancam ketahanan
pangan di seluruh dunia, termasuk
di Indonesia. Ketahanan pangan
yang meliputi ketersediaan, akses,
dan kualitas makanan dapat ter-
pengaruh oleh perubahan suhu,
pola curah hujan, dan meningkat-
nya kejadian cuaca ekstrem yang
kini semakin sering terjadi. Gang-
guan ini berimbas pada penurunan
produktivitas pertanian, menurun-
nya akses pangan, hingga potensi
kenaikan harga yang signifikan.
Dalam skala global, regional, mau-
pun lokal, perubahan iklim menjadi
ancaman nyata bagi keberlanjutan
pangan.
Suhu yang lebih tinggi dari
biasanya dapat memicu pembu-
sukan tanaman lebih cepat dan
meningkatkan risiko kontaminasi.
Di sektor pertanian, suhu ekstrem
mengganggu proses pertumbuhan
tanaman serta kesehatan ternak,
sementara pola curah hujan yang
tidak menentu dapat menyebabkan
kegagalan panen. Selain itu, pengu-
rangan ketersediaan air akibat pe-
rubahan iklim menjadi tantangan
besar bagi petani yang sangat ber-
gantung pada irigasi. Di Indonesia,
proyeksi perubahan iklim ini tidak
hanya berpotensi mengurangi pro-
duktivitas tanaman pangan pokok
seperti padi, tetapi juga memper-
buruk kondisi petani kecil yang ber-
gantung pada musim.
Dampak perubahan iklim ter-
hadap distribusi pangan juga men-
jadi perhatian penting. Peristiwa
cuaca ekstrem, seperti banjir dan
tanah longsor, sering kali meng-
ganggu jalur transportasi pangan.
Sistem transportasi Indonesia, yang
banyak mengandalkan jalur darat,
rentan terhadap gangguan akibat
cuaca ekstrem ini. Curah hujan ting-
gi dan suhu ekstrem meningkat-
kan risiko longsor atau banjir, yang
tidak hanya menyebabkan kerugian
pangan tetapi juga mengakibatkan
kerugian ekonomi signifikan. Pen-
gangkutan biji-bijian dalam jumlah
besar, yang menjadi andalan un-
tuk pasokan pangan, bisa tertunda,
dan ketiadaan jalur alternatif dapat
memperparah masalah distribusi,
memperpanjang waktu tempuh dan
meningkatkan biaya logistik.
Di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, perubahan dalam
manajemen pertanian dan praktik
peternakan untuk adaptasi sangat
dibutuhkan, namun keterbatasan
sumber daya dan teknologi sering
kali menjadi kendala. Ketersedia-
an irigasi dan metode tanam yang
efisien terbatas, sehingga petani
rentan terhadap perubahan cuaca.
Perubahan Iklim dan Ancaman Terhadap
Ketahanan Pangan di Indonesia
Berbeda dengan negara maju yang
memiliki teknologi canggih untuk
mengurangi dampak iklim pada
pertanian, Indonesia masih memer-
lukan dukungan dan pengembang-
an solusi berbasis lokal.
Ketahanan pangan yang ter-
ganggu akibat perubahan iklim ini
juga menjadi perhatian nasional
karena dapat memicu krisis ke-
manusiaan dan bahkan ancaman
keamanan. Ketidakstabilan harga
pangan dalam negeri bisa menye-
babkan keresahan sosial, terutama
jika disertai dengan kekurangan
pangan. Situasi ini menggarisbawa-
hi pentingnya kebijakan dan upaya
bersama untuk mengatasi dampak
perubahan iklim demi menjaga sta-
bilitas pangan dan kesejahteraan
masyarakat di Indonesia.(fh)
4

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 5
Peringatan Hari Tani Nasio-
nal (HTN) yang diperingati setiap
tanggal 24 September kembali
mengingatkan publik pada lahir-
nya Undang-Undang Pokok Agra-
ria (UUPA) Tahun 1960. Penetapan
HTN oleh Presiden Soekarno me-
lalui Keputusan Presiden No. 169
Tahun 1963 bertujuan untuk mem-
perkuat pelaksanaan reforma agra-
ria yang adil dan sejahtera sesuai
dengan amanat UUD 1945. Namun,
di tengah semangat peringatan ter-
sebut, Sumatera Utara justru diha-
dapkan pada darurat agraria yang
semakin mencekam.
Sebagai bagian dari peringatan
HTN 2024, Ratusan warga yang
tergabung dalam Aliansi Pejuang
Reforma Agraria (APARA) melaku-
kan aksi unjuk rasa di depan kantor
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Sumatera Utara di Jalan Brigjen
Katamso, Medan, pada Selasa
(24/9/2024). Dalam aksi tersebut,
mereka menuntut penyelesaian
berbagai konflik agraria yang tak
kunjung selesai di Sumatera Utara,
serta mendesak pemerintah untuk
segera melaksanakan reforma agra-
ria sejati sesuai amanat UUPA 1960.
Berdasarkan laporan akhir ta-
hun Konsorsium Pembaruan Agra-
ria (KPA) 2023, Sumatera Utara
menempati posisi tertinggi dalam
konflik agraria di Indonesia. Terda-
pat 33 letusan konflik yang terjadi
dengan luas lahan mencapai 34.090
hektar dan 11.148 kepala keluarga
yang terdampak. Konflik agraria
ini tersebar di 25 desa di berbagai
kabupaten, mayoritas melibatkan
petani dan masyarakat adat yang
dirampas hak hidupnya melalui pe-
rampasan tanah atas nama penyela-
matan aset negara, kawasan hutan,
proyek strategis nasional (PSN),
dan pengembangan kawasan wisa-
ta.
Aliansi Pejuang Reforma Agra-
ria (APARA) menyoroti bahwa da-
lam tiga tahun terakhir, 259 hektar
lahan di Sumatera Utara telah di-
rampas oleh perusahaan, mengusir
521 keluarga dari tanah mereka.
Contohnya di Kabupaten Langkat,
PTPN II merampas tanah di Kam-
poeng Duren Selemak dan Kampo-
eng Partumbukan. Di Deli Serdang,
proyek Sport Center mengancam
kehidupan 50 keluarga di Kampo-
eng Tumpatan Nibung, sementa-
ra proyek jalan tol Stabat-Langsa
menggusur 117 hektar lahan petani
yang dikelola oleh 172 keluarga di
Kampung Pantai Gemi.
Proyek besar lainnya, seper-
ti Deli Mega Politan, diperkirakan
akan menggusur 2.797 kepala ke-
luarga yang menguasai lahan seluas
1.303 hektar, mengancam terjadi-
nya kemiskinan struktural di wi-
layah tersebut. Selain itu, di Serdang
Bedagai, PTPN IV menggusur 121
hektar lahan yang dimiliki oleh pe-
tani Karya Mandiri Dolok Merawan.
Darurat Agraria Sumatera Utara dalam Peringatan
Hari Tani Nasional 2024
Di Pematangsiantar, petani yang
telah mengelola lahan selama lebih
dari dua dekade juga menghadapi
penggusuran oleh PTPN III (kini
PTPN IV).
Kekejaman yang dihadapi ma-
syarakat adat juga menjadi sorotan.
Seorang pejuang masyarakat adat,
Sorbatua Siallagan, dijatuhi huku-
man dua tahun penjara dan denda
satu miliar rupiah karena mem-
perjuangkan tanah adatnya di Do-
lok Parmonangan, Simalungun. Ia
dituduh menduduki dan membakar
hutan konsesi milik Toba Pulp Les-
tari (TPL).
Selain kehilangan lahan, para
pejuang agraria juga kerap menga-
lami intimidasi dan kriminalisasi.
APARA mencatat 12 orang petani
dan masyarakat adat yang berjuang
mempertahankan tanahnya harus
berhadapan dengan ancaman hu-
kum. Mereka menerima panggilan
aparat berwenang dan tekanan psi-
kologis yang diduga kuat melibat-
kan pemerintah lokal serta pihak
perusahaan yang berkepentingan.
Menyikapi situasi ini, APARA
mengajukan beberapa tuntutan
yang harus segera dipenuhi oleh
pemerintah dan pihak terkait. Di
antaranya adalah pengusutan tun-
tas mafia tanah dan korupsi agra-
ria, penghentian penerbitan izin
HGU/HGB di lahan konflik, serta
perlindungan bagi petani, ma-
syarakat adat, dan aktivis yang
memperjuangkan hak-haknya. Me-
reka juga menolak proyek-proyek
yang merugikan masyarakat seperti
Deli Mega Politan dan Sport Center.
Dalam pernyataannya, APARA
menegaskan bahwa konflik agraria
bukanlah persoalan individu sema-
ta, melainkan persoalan struktural
yang membutuhkan perhatian seri-
us dari pemerintah. Oleh karena itu,
pelaksanaan reforma agraria sejati
harus segera diwujudkan demi kea-
dilan dan kesejahteraan rakyat.
(bd)Advokasi

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 6Pertanian
ProKlim adalah singkatan dari
Program Kampung Iklim, yaitu pro-
gram nasional yang bertujuan untuk
mengurangi dampak perubahan iklim.
Program ini dikembangkan oleh Ke-
menterian Lingkungan Hidup dan Ke-
hutanan (KLHK).
Menurut keterangan KLHK dalam
laman websitenya, Program Kampung
Iklim (ProKlim) diluncurkan sebagai
gerakan nasional pengendalian pe-
rubahan iklim berbasis komunitas
oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada tanggal 1 Desember
2016. ProKlim yang telah dilaksana-
kan sejak tahun 2012, bertransformasi
dari memberikan apresiasi terhadap
wilayah administratif paling rendah
setingkat RW/dusun dan paling ting-
gi setingkat kelurahan/desa, menjadi
mendorong dan memfasilitasi tumbuh-
nya Kampung Iklim melalui pengayaan
inovasi program adaptasi maupun mi-
tigasi perubahan iklim yang dilaksana-
kan secara kolaborasi antara pemerin-
tah dengan stake holder.
Program ProKlim memiliki bebera-
pa tujuan, di antaranya: meningkatkan
ketahanan masyarakat terhadap dam-
pak perubahan iklim, mendukung tar-
get penurunan emisi gas rumah kaca
(GRK) nasional, dan menciptakan kam-
pung yang lebih berkelanjutan dari segi
lingkungan dan ekonomi. Untuk men-
capai tujuan-tujuan tersebut, ProKlim
melibatkan berbagai pihak, seperti
masyarakat, pemerintah, dunia usa-
ha, lembaga pendidikan, dan lembaga
non-pemerintah.
Program ProKlim memberikan
penghargaan kepada lokasi yang telah
melakukan berbagai upaya mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim. Peng-
hargaan ProKlim mulai dari tingkat
Pratama, Madya, Utama hingga ter-
tinggi yang diberikan adalah ProKlim
Lestari.
Sebagai bentuk kontribusi warga
negara maupun kelompok masyarakat
baik desa, dusun maupun kampung,
dalam upaya meningkatkan ketahanan
nasional dan mencegah kenaikan suhu
bumi tidak lebih dari 2°C hingga 1,5°C
dari tingkat suhu pra-industrialisasi,
maka Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) menyediakan
website srn.menlhk.go.id untuk mewa-
dahi partisipasi masyarakat Indonesia
secara luas untuk turut berkontribusi
dalam mencegah kenaikan suhu bumi
ini.
Manfaat Program Kampung Iklim
meliputi: meningkatnya ketahanan
masyarakat dalam menghadapi vari-
abilitas iklim dan dampak perubahan
iklim; terukurnya potensi dan kont-
ribusi pengurangan emisi GRK sua-
tu lokasi terhadap pencapaian target
penurunan emisi GRK nasional; ter-
sedianya data kegiatan adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim serta poten-
si pengembangannya di tingkat lokal
yang dapat menjadi bahan masukan
dalam perumusan kebijakan, strategi
dan program terkait perubahan iklim;
tersosialisasinya kesadaran dan gaya
hidup rendah karbon; dan meningkat-
nya kemampuan masyarakat di tingkat
lokal untuk mengadopsi teknologi ren-
dah karbon.
Dalam surat keputusan Nomor 11
tahun 2024, yang ditandatangani oleh
Ir. Laksmi Dhewanthi, M.A., IPU, Direk-
torat Jenderal Pengendalian Perubahan
Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tentang Penerimaan
Piagam Partisipasi Proklim Kategori
Proklim Pratama dan Proklim Madya
tahun 2024, dimana 2 kelompok masy-
arakat dari 2 desa dampingan BITRA
Indonesia mendapatkan penghargaan
ini, disebutkan bahwa, “dalam rangka
menyebarluaskan dan mengambang-
kan ProKlim, dianggap perlu untuk
memberikan penghargaan kepada Pe-
laksana ProKlim sebagai bentuk peng-
akuan dan mendorong peran aktif para
pihak untuk berkontribusi dalam upaya
pengendalian dampak perubahan iklim
di tingkat tapak”.
“Berawal dari tahun 2019 lampau,
Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan
Indonesia (BITRA Indonesia) mend-
aftarkan 6 desa dampingannya yang
dinilai telah memenuhi syarat sebagai
desa ramah iklim ke dalam sistem regi-
strasi nasional (SRN) pada website srn.
menlhk.go.id, Kementerian Lingkungan
Hidup dan kehutanan (KLHK), untuk
Program Kampung Iklim (ProKlim).”
Ucap Berliana Siregar, Manajer Com-
munity Development and Envirovment
(CDE), BITRA Indonesia. Sistem Regi-
strasi Nasional Perubahan Iklim (SRN
PPI) adalah sistem pengelolaan, penye-
diaan data, dan informasi berbasis web
tentang aksi dan sumber daya untuk
Mitigasi Perubahan Iklim, Adaptasi Pe-
rubahan Iklim, dan Nilai Ekonomi Kar-
bon (NEK) di Indonesia.
2 kelompok tani dampingan BITRA
Indonesia berbasis di 2 desa di Langkat.
Yakni kelompok Agro Lestari di desa Ke-
bun Kelapa dan Kelompok Tani Batang
Sirih (KTBS) desa Teluk, keduanya
terdapat di kecamatan Secanggang, Ka-
bupaten Langkat, telah mendapatkan
penghargaan ini dengan masing-ma-
sing desa Kebun kelapa mendapatkan
penghargaan ProKlim Pratama, atas
upayanya mengembangkan demplot ta-
naman sayur organik dan pengelolaan
limbah ternak sapi menjadi biogas yang
digunakan untuk memasak. Sementara
desa Teluk mendapatkan penghargaan
ProKlim Madya atas upaya-upayanya
melakukan penelitian partisipatif ru-
ral appraisal (PRA) yang berperspektif
iklim untuk mengatasi banjir dan keke-
ringan di lahan pertanian mereka dan
upaya advokasi revitalisasi parit Betik
dan pengembangan kearifan lokal sis-
tem penyemaian padi yang tahan iklim
“lacak”.
Sementara tahun 2023, kelompok
tani Horas Jaya dampingan BITRA In-
donesia di Simalungun, tepatnya desa
Panombean, Kecamatan Panombean
Panei telah duluan mendapatkan peng-
hargaan ProKlim kategori Pratama atas
upaya mereka dalam menanam pohon
pada lahan kosong di desanya, “Kepala
Dinas LHK kabupaten Simalungun terli-
bat dan berpartisipasi langsung dalam
upaya-upaya pelestarian ini. Terutama
saat menanam pohon.” Terang Riama
Simanjuntak, Ketua kelompok tani pe-
rempuan Horas Jaya.
“Saya berharap kelompok tidak le-
kas berpuas diri, inikan baru merupa-
kan langkah awal. Harapannya, dari
penghargaan ini akan lebih banyak lagi
masyarakat yang terbuka wawasan,
meningkat akses dan partisipasinya
bahwa ada banyak perhatian para pi-
hak, termasuk negara atas kerja-kerja
yang mereka lakukan.” Kata Sudarman-
to, staf lapangan BITRA Indonesia seba-
gai pendamping kelompok.
“Ke depan, kita akan mengem-
bangkan biogas yang sudah dimulai
agar energinya dapat dikonversi men-
jadi listrik, agar dimanfaatkan sebagai
penggerak yang dapat digunakan untuk
memompa air untuk mengairi lahan
pertanian sayur masyarakat”. Tambah
Sudarmanto. (Isw)
Partisipasi Kelompok Dampingan BITRA dalam
Menekan Perubahan Iklim melalui ProKlim
Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 7
Kesehatan Alternatif
Uwi (Dioscorea alata) adalah
salah satu jenis umbi yang kaya
manfaat, terutama di Indonesia,
dan dikenal sebagai sumber pang-
an alternatif sejak zaman dahulu.
Saat musim kemarau dan hasil pa-
nen pangan utama seperti padi su-
lit didapat, masyarakat beralih ke
umbi-umbian seperti uwi untuk
sumber energi. Di pulau Jawa, uwi
dikenal dengan beragam nama,
seperti gembili, gembolo, sosohan,
dan gadung, dengan variasi kan-
dungan nutrisi yang mendukung
kesehatan tubuh.
Uwi memiliki kandungan gizi
yang cukup lengkap, meliputi kar-
bohidrat, serat, vitamin A, C, dan
B6, serta mineral penting seperti
mangan, potasium, zat besi, dan
fosfor. Setiap komponen ini mem-
berikan manfaat bagi tubuh, seper-
ti menambah energi, mendukung
pencernaan, serta meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.
Berikut adalah beberapa man-
faat utama uwi bagi kesehatan:
1. Menurunkan Berat Badan
Uwi kaya akan serat dan rendah
gula, membuatnya ideal untuk
membantu penurunan berat ba-
dan. Kandungan serat yang tinggi
memberikan rasa kenyang lebih
lama, sehingga membantu men-
gontrol nafsu makan dan mence-
gah makan berlebihan.
2. Sumber Serat untuk Pencernaan
Serat makanan dalam uwi sang-
at baik bagi sistem pencernaan.
Serat ini memperlancar gerakan
usus dan membantu mencegah
sembelit. Dengan mengonsumsi
serat yang cukup, kesehatan sa-
luran pencernaan dapat terjaga,
sehingga mendukung penyera-
pan nutrisi yang lebih baik.
3. Mengontrol Gula Darah
Indeks glikemik uwi yang rendah
menjadikannya pilihan tepat
bagi penderita diabetes atau
mereka yang ingin menjaga sta-
bilitas gula darah. Karbohidrat
kompleks pada uwi memberikan
energi secara perlahan, sehingga
tulang yang bisa menyebabkan
osteoporosis dan memastikan tu-
lang tetap kuat.
7. Mengurangi Peradangan
Uwi mengandung senyawa an-
ti-inflamasi alami yang dapat
membantu meredakan peradang-
an dalam tubuh. Kandungan fito-
kimia dan vitamin C bekerja ber-
sama untuk mengurangi respons
inflamasi, mendukung kesehatan
sel, dan mencegah gangguan aki-
bat peradangan kronis.
Uwi menawarkan beragam
manfaat kesehatan yang penting.
Namun, penting untuk mengimban-
gi konsumsi uwi dengan gaya hidup
sehat dan berkonsultasi dengan te-
naga medis dalam mengatasi kon-
disi kesehatan khusus. untuk hasil
terbaik, konsumsi uwi bisa diim-
bangi dengan gaya hidup sehat dan
konsultasi dengan ahli gizi.(hf)Manfaat Uwi untuk Kesehatan serta Kandungan Nutrisinya
kadar gula darah tetap seimbang.
4. Antioksidan untuk Perlindungan Sel
Uwi mengandung vitamin C, B6,
kalium, dan mangan yang memi-
liki sifat antioksidan. Antioksidan ini membantu melawan radikal bebas dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif,
yang dapat memicu penuaan dini dan berbagai penyakit kronis.
5. Menjaga Kesehatan Jantung
Kandungan potasium pada uwi
bermanfaat dalam menjaga te-
kanan darah tetap stabil, yang
membantu menjaga kesehatan
jantung dan menurunkan risiko
hipertensi.
6. Memelihara Kesehatan Tulang
dan Gigi
Kalsium dan fosfor dalam uwi
penting untuk menjaga keseha-
tan tulang dan gigi. Nutrisi ini
mencegah penurunan kepadatan

Edisi 58 : Agustus - Oktober 2024 Profil Dwi Irma, Pegiat Sistem Informasi dari
Desa Sidoharjo I Pasar Miring
Profil
Dwi Irma adalah perempuan
muda yang berasal dari Dusun Gotong
Royong, Desa Sidoharjo I Pasar Miring,
Kecamatan Pagar Merbau. Ia lahir pada
26 Juli 1999 di Sidodadi Bt 8 dan sejak
kecil memiliki semangat tinggi untuk
berkontribusi kepada desanya. Latar
belakang pendidikan Dwi di SMK Swa-
sta Karya Serdang, Lubuk Pakam, se-
makin memperkuat keahliannya dalam
bidang teknologi, terutama dalam pen-
golahan data dan sistem informasi.
Langkah awal Dwi dalam men-
dalami sistem informasi desa dimulai
saat ia mengikuti pelatihan Sistem In-
formasi Desa (SID) yang diselengga-
rakan oleh Yayasan BITRA Indonesia.
Melalui pelatihan tersebut, Dwi menda-
patkan pemahaman mendalam men-
genai pentingnya SID dalam memper-
cepat dan mempermudah administrasi
desa. Ia belajar bagaimana SID dapat
digunakan untuk pendataan penduduk,
surat-menyurat, serta penyediaan in-
formasi desa secara transparan. Bagi
Dwi, kehadiran SID di Desa Sidoharjo I
Pasar Miring tidak hanya mempermu-
dah layanan administrasi, tetapi juga
membantu memperkenalkan profil
desa ke khalayak lebih luas. Dengan
SID, sejarah pembentukan desa, in-
formasi pemdes, dan data penting
lainnya kini lebih mudah diakses
oleh masyarakat umum.
Melihat dedikasi dan kontribusi
positif Dwi dalam pengembangan
desa, Kepala Desa Sidoharjo I Pa-
sar Miring, Bapak Santoso, S.Sos.,
mendukung penuh upaya Dwi dan
kemudian mengangkatnya seba-
gai perangkat desa. Dalam peran
barunya ini, Dwi mendapat kesem-
patan lebih besar untuk mengim-
plementasikan SID dan menciptakan
menggunakannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dwi juga berharap bahwa SID di
desa dapat terus ditingkatkan, khusu-
snya dalam hal surat-menyurat. Menu-
rutnya, dengan adanya pembaruan
pada konsep surat-menyurat
dan penerapan Tanda Tangan
Elektronik (TTE), proses admi-
nistrasi desa akan jauh lebih
cepat dan efisien. Dengan TTE,
warga desa dapat mengajukan
permohonan pembuatan surat
secara daring tanpa perlu da-
tang langsung ke kantor desa,
sehingga waktu dan tenaga
mereka dapat lebih efisien.
Kini, berkat kontribusi
Dwi, Desa Sidoharjo I Pasar
Miring mulai dikenal seba-
gai desa yang inovatif
dalam pemanfaatan
teknologi informasi.
Dedikasi dan kerja
kerasnya menu-
njukkan bahwa te-
knologi informasi
memiliki peran
penting dalam
memajukan ma-
syarakat pede-
saan. Melalui
upayanya, Dwi
Irma membu-
ktikan bahwa
perubahan
positif di desa
dapat terwu-
jud dengan
teknologi, se-
jalan dengan
perkembangan
zaman dan kemajuan
di kota besar.(hf)
berbagai solusi berbasis teknologi
yang bermanfaat bagi warga desa. Tak
hanya berfokus pada pengembangan
SID, Dwi juga aktif men-
gadakan pelatihan
keterampilan te-
knologi bagi
warga desa.
Ia mengajar-
kan pengo-
lahan data,
literasi digi-
tal, dan pe-
manfaatan
komputer
dasar agar
masyarakat
lebih mengenal
teknologi dan
mampu