57
Berat jenis merupakan fungsi dari berat atom unsur kimia
penyusunnya serta kerapatan ikatan atomnya. Sebagai contoh, ikatan atom
karbon pada intan lebih rapat dibandingkan pada grafit. Intan memiliki
berat jenis 3,5 sedangkan grafit hanya 2,2. Contoh lain adalah anhidrit
CaSO4 dengan berat jenis 2,9 sangat kontras dibandingkan barit BaSO4
dengan berat jenis 4,5. Karena berat jenis yang tinggi, barit menjadi bahan
pemberat dalam lumpur pengeboran pada sumur bor migas. Mineral logam
seperti emas umumnya relatif memiliki berat jenis yang tinggi. Sedangkan
mineral seperti halit, gipsum, kalsit, memiliki berat jenis yang rendah.
Berikut beberapa nilai berat jenis sebagai perbandingan:
Tabel 5.3. Beberapa nilai berat jenis mineral (Klein dan Philpotts, 2017)
Ringan Sedang Berat
Bauksit 2,0-2,5
Halit 2,1
Serpentin 2,2-2,6
Sodalit 2,3
Mikroklin 2,5
Plagioklas 2,6-2,8
Kalsit 2,7
Dolomit 2,85
Apatit 3,1-3,2
Barit 4,5
Pirit 5,0
Magnetit 5,2
Galena 7,4-7,6
Perak 10,5
Emas 15,0-19,3
J. Sifat Dalam (Tenacity)
Sifat dalam merupakan perilaku mineral ketika terdeformasi atau
pecah, misalkan karena dipatahkan, dipotong, dihancurkan,
dibengkokkan, atau diiris. Istilah yang digunakan adalah (Nesse, 2000):
1. Rapuh (brittle): mudah hancur atau menjadi serbuk, umumnya pada
mineral dengan ikatan ionik contohnya kuarsa, ortoklas, dan kalsit
2. Mudah ditempa (malleable) : dapat ditempa menjadi lapisan tipis,
umumnya pada mineral dengan ikatan logam contohnya perak.
3. Dapat diiris (sectile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh,
contoh: gipsum.
4. Ductile, dapat dibentuk menjadi kawat panjang, contohnya emas dan
mineral logam lain. Mineral malleable dapat pula bersifat ductile.
5. Elastis: dapat kembali seperti bentuk semula setelah dibengkokkan,
contohnya serpentin
6. Fleksibel, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok
tidak dapat kembali seperti semula, contohnya tembaga.