BUKU FILSAFAT ALAM dan lingkungan indonesia

warsitosokowaten 7 views 27 slides Sep 02, 2025
Slide 1
Slide 1 of 27
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27

About This Presentation

Filsafat


Slide Content

JUDUL BUKU FILSAFAT ALAM PENULIS MORITZ SCHLICK

Profil Penulis: Moritz Schlick - Filsuf Jerman , anggota Lingkaran Wina Pendiri Positivisme Logis Fokus pada epistemologi dan filsafat sains Buku ' Filsafat Alam ' mengeksplorasi cara manusia memahami realitas

Dalam Bab 1, ia membahas peran filsafat dalam memahami alam.

Tugas Filsafat Alam Menyusun konsep yang jelas dan sistematis tentang alam . Mengkaji hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat . Menghindari spekulasi metafisik yang tidak berbasis empiris .

Perbedaan Ilmu dan Filsafat Ilmu : Berdasarkan pengamatan dan eksperimen . Filsafat : Menganalisis konsep dasar dalam ilmu . Keduanya bekerja sama dalam memahami realitas .

BAB II PANDANGAN DUNIA PIKTORIAL DAN KETERBATASAANYA

Apa itu Pandangan Dunia Piktorial? Cara memahami dunia sebagai gambar atau representasi visual Berfokus pada tampilan luar daripada esensi Digunakan dalam seni , sains , dan filsafat

Keterbatasan Pandangan Dunia Piktorial - Menyederhanakan realitas yang kompleks - Distorsi akibat perspektif subjektif - Sulit menggambarkan perubahan dinamis - Tidak dapat sepenuhnya menangkap hakikat alam

Implikasi dalam Filsafat Alam - Membantu memahami keterbatasan persepsi manusia - Menunjukkan pentingnya kombinasi pendekatan visual dan konseptual - Relevansi dengan perkembangan teknologi dan visualisasi data

Pendekatan Non-Piktorial - Menggunakan bahasa, konsep abstrak, dan matematika - Lebih mendekati esensi daripada sekadar tampilan - Digunakan dalam sains untuk menjelaskan fenomena alam yang kompleks

BAB III PEMERIAN DAN PENJELASAN Menjabarkan secara analitis tentang ruang , waktu , dan gerak . Menyatukan data empiris dengan kerangka filosofis .

Konsep Dasar Ilmu Gerak dan Pemerian Konsep-konsep Utama Ruang : Deskripsi ruang sebagai wadah segala peristiwa . Waktu : Waktu sebagai parameter untuk mengukur perubahan . Gerak : Definisi gerak sebagai perubahan posisi seiring waktu . pemerian Ruang & Waktu : Uraian mendalam tentang hubungan ruang dan waktu . Menjelaskan bagaimana kedua konsep ini saling melengkapi dalam pengukuran gerak . Pemerian Gerak : Penjelasan tentang perubahan posisi , kecepatan , dan percepatan . Contoh empiris dan relevansi dalam pengamatan fisik .

Pendekatan Analitis Schlick Metode Analisis : Penggunaan logika dan observasi empiris . Upaya menyederhanakan konsep kompleks melalui analisis kritis . Penjelasan Ilmiah vs. Filosofis : Integrasi antara data empiris dan landasan filosofis . Perbandingan pendekatan dengan teori klasik ( misal : Newton).

Bab IV i mplikasi Filosofis dan Ilmiah mplikasi terhadap Ilmu Pengetahuan : Dasar pemahaman konsep gerak yang berpengaruh pada perkembangan sains . Kontribusi Filsafat Alam : Menjadi jembatan antara pemikiran filosofis dan aplikasi ilmiah . Memperkuat dasar-dasar teoritis di balik pengamatan alam .

Fokus Bab: Peran model visual ( piktorial ) dalam menyederhanakan konsep abstrak . Fungsi diagram dan simbol dalam ilmu alam . Poin Penting : Model piktorial memfasilitasi komunikasi dan pemahaman teori . Keterbatasan model: simplifikasi dapat mengaburkan kompleksitas realitas . Bab V TEORI DAN MODEL PIKTORIAL

Bab VI Ruang dan Waktu okus Bab: Analisis filosofis tentang ruang dan waktu . Sejauh mana konsep ruang-waktu adalah konstruksi teoretis atau realitas objektif . Poin Penting : Pengaruh teori relativitas dalam menggeser pandangan klasik . Penekanan Schlick bahwa ruang-waktu bukan hanya “ wadah ” melainkan komponen integral fenomena fisik .

Bab VII – Kausalitas dan Hukum Alam fokus Bab: Arti kausalitas dalam sains dan filsafat . Hubungan kausalitas dengan penemuan hukum alam . Poin Penting : Kausalitas dipahami sebagai pola keteraturan yang dapat diuji secara empiris . Schlick menolak konsep metafisik kausalitas murni , lebih menekankan verifikasi ilmiah .

Bab VIII – Pengukuran dan Observasi Fokus Bab: Pentingnya prosedur pengukuran yang ketat dalam sains . Observasi sebagai landasan verifikasi teori . Poin Penting : Instrumen ilmiah memperluas kemampuan observasi manusia . Definisi operasional konsep ( panjang , massa , waktu ) krusial agar pengukuran bermakna .

Bab IX – Konsep Energi dan Kekekalan Fokus Bab: Tinjauan filosofis terhadap konsep energi . Prinsip kekekalan energi dalam sains modern. Poin Penting : Energi sebagai entitas abstrak yang dapat diukur . Schlick menyoroti bagaimana hukum kekekalan memandu struktur teori fisika .

Bab X – Determinisme dan Probabilitas Fokus Bab: Perdebatan determinisme klasik vs. probabilitas ( fisika kuantum ). Implikasi filsafat alam terhadap kebebasan dan ketidakpastian . Poin Penting : Schlick mengakui munculnya probabilitas dalam sains modern menantang model deterministik lama. Pentingnya interpretasi konseptual yang tepat dalam menghadapi fenomena stokastik .

Bab XI – Makna Teoritis dari Hukum Fisika Fokus Bab: Hukum fisika sebagai kerangka penjelas sekaligus instrumen prediksi . Validitas hukum fisika tergantung pada konsistensi logis dan verifikasi empiris . Poin Penting : Hukum fisika bukan dogma, melainkan hipotesis yang selalu terbuka untuk revisi . Peran filsafat alam : menjaga kejelasan konseptual dan menghindari reifikasi berlebihan .

Bab XII – Bahasa Ilmu Pengetahuan etahuan Fokus Bab: Analisis bahasa ilmiah dan peran logika simbolis . Upaya meminimalkan ambiguitas konseptual . Poin Penting : Bahasa ilmiah sebaiknya konsisten , tepat , dan operasional . Schlick menekankan keselarasan antara bahasa , teori , dan data empiris sebagai syarat kemajuan ilmu .

Bab XIII– Asumsi dan Aksioma Fokus Bab: Peran asumsi dasar ( aksioma ) dalam membangun teori . Validasi aksioma melalui konsistensi internal dan konfirmasi empiris . Poin Penting : Aksioma bukan “ kebenaran mutlak ” melainkan pijakan awal . Schlick menolak aksioma metafisik ; hanya menerima yang dapat dihubungkan dengan pengalaman .

Bab XIV – Filsafat Alam dan Etika Penelitian Fokus Bab: Aspek tanggung jawab ilmiah : bagaimana penelitian memengaruhi masyarakat . Relevansi etika dalam proses pengembangan sains . Poin Penting : Schlick menekankan integritas ilmiah dan objektivitas . Filsafat alam menyediakan kerangka untuk menilai dampak dan tujuan sains .

Bab XV – Batas-Batas Pengetahuan Fokus Bab: Meninjau keterbatasan indera , instrumen , dan bahasa dalam memahami alam . Diskusi tentang apakah ada “ realitas noumenal ” di luar jangkauan sains . Poin Penting : Schlick cenderung menghindari metafisika , menekankan bahwa batas pengetahuan ilmiah juga adalah batas bagi klaim rasional . Keterbatasan bukan kelemahan , melainkan ciri inheren metode ilmiah .

Bab XVI – Kesimpulan dan Prospek Filsafat Alam Fokus Bab: Merangkum seluruh pembahasan bab-bab sebelumnya . Prospek perkembangan ilmu pengetahuan di masa depan . Poin Penting : Filsafat alam Schlick menekankan kolaborasi erat antara analisis filosofis dan empiris . Harapan akan sains yang semakin presisi , namun tetap sadar akan keterbatasan dan tanggung jawabnya .

Kesimpulan Pandangan dunia piktorial memiliki kekuatan dan keterbatasan Tidak dapat sepenuhnya mewakili realitas Perlu pendekatan alternatif untuk pemahaman yang lebih komprehensif Pemerian mendalam tentang ruang , waktu , dan gerak . Pentingnya penjelasan analitis dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan filsafat . Secara keseluruhan , Filsafat Alam karya Moritz Schlick memberikan landasan filosofis yang kuat bagi pemahaman konsep-konsep dasar dalam ilmu pengetahuan . Schlick memadukan pendekatan empiris dan analisis logis untuk menelaah fenomena alam — mulai dari ruang , waktu , kausalitas , hingga model piktorial dan hukum-hukum fisika . Ia menekankan pentingnya bahasa ilmiah yang tepat dan prosedur verifikasi yang ketat , sekaligus menyadari batas-batas pengetahuan manusia . Dengan demikian , buku ini menegaskan bahwa sains tidak hanya bergantung pada data empiris , tetapi juga pada kejelasan konseptual dan tanggung jawab ilmiah . Di era modern yang ditandai oleh kompleksitas dan kemajuan teknologi , pemikiran Schlick tetap relevan sebagai pengingat akan perlunya integritas metodologis dan keterbukaan terhadap revisi konseptual dalam ilmu pengetahuan .
Tags