3Buletin APBN Vol. IX. Ed. 1, Januari 2024
Abstrak
Pemerintah menganggarkan subsidi pupuk dalam APBN TA 2024 sebesar Rp26,68 triliun dan
juga akan menambah anggaran tambahan sebesar Rp14 triliun. Berdasarkan evaluasi masih
terdapat permasalahan subsidi pupuk diantaranya penyelewengan distribusi pupuk bersubsidi,
kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan, dan subsidi pupuk belum mampu meningkatkan
produksi pertanian. Pemerintah berencana mengubah subsidi menjadi bantuan langsung Pupuk.
Komisi IV DPR RI perlu mendorong Pemerintah untuk melakukan pendataan petani secara akurat,
dengan memasukkan indikator kemiskinan, karakteristik perekonomian daerah, dan luas lahan
dalam penyaluran skema bantuan langsung pupuk.
S
ubsidi pupuk dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) untuk mendukung
Program Ketahanan Pangan Nasional.
Realisasi anggaran subsidi pupuk tahun
2018-2023 terus mengalami penurunan
dari semula sebesar Rp33,61 triliun
pada tahun 2018 menjadi Rp25.27 triliun
pada tahun 2023 atau sebesar 24,81
persen. Pemerintah mengalokasikan
subsidi pupuk dalam APBN tahun 2024
sebesar Rp26,68 triliun. Pemerintah juga
berencana akan menambah anggaran
subsidi pupuk sebesar Rp14 triliun
(CNBC, 2024). Alokasi pupuk diberikan
untuk pupuk Urea dan Nitrogen, Fosfor,
dan Kalium (NPK) untuk komoditas padi,
jagung, kedelai, cabai, bawang merah,
bawang putih, kopi, kakao, dan tebu.
Efektivitas Subsidi Pupuk Masih
Diragukan
Masih terdapat beberapa permasalahan
dalam pelaksanaan kebijakan subsidi
pupuk yang berdampak pada efektivitasnya
belum sepenuhnya mencapai tujuan.
Pertama, penyelewengan distribusi pupuk
bersubsidi. Salah satu faktor penyebab
penyelewengan distribusi pupuk adalah
disparitas harga yang tinggi antara pupuk
bersubsidi dan non subsidi. Harga pupuk
urea bersubsidi di daerah Pati Jawa
Tengah berdasarkan Keputusan Bupati
Pati nomor 521.34/6459 tentang Alokasi
dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Untuk
Sektor Pertanian Kabupaten Pati tahun
2023 sebesar Rp2.250/kg, sedangkan
untuk pupuk non-subsidi sebesar
Rp5.800/kg. Terjadi disparitas harga
sebesar Rp3.550/kg. Harga pupuk NPK
subsidi Rp2.300/kg, sedangkan untuk
harga NPK non subsidi sebesar Rp10.000
terjadi disparitas harga sebesar Rp7.700/
kg (BPK RI, 2023).
Kedua, kesenjangan antara supply dan
demand. Subsidi pupuk dalam APBN
tahun 2024 sebesar Rp26,68 triliun hanya
mampu menyediakan pupuk sebesar
4,8 juta ton, padahal kebutuhan pupuk
bersubsidi tahun 2024 sebesar 10,7
juta ton (Kompas, 2024). Pemerintah
pada tahun 2024 juga akan menambah
anggaran subsidi pupuk sebesar Rp14
triliun dengan tambahan subsidi pupuk
sebesar 2,5 juta ton (CNBC, 2024).
Kendati mendapatkan tambahan
anggaran, namun kebutuhan subsidi
pupuk tahun 2024 yang sebesar 10,7 juta
ton belum dapat seluruhnya terpenuhi.
Masih terdapat kesenjangan ( gap)
subsidi pupuk untuk tahun 2024 sebesar
3,4 juta ton. Alokasi pupuk bersubsidi
juga masih terdapat kesenjangan (gap)
bila dibandingkan dengan usulan sistem
Evaluasi Subsidi Pupuk dan Rencana
Bantuan Langsung Pupuk
Martha Carolina
*)
Savitri Wulandari
*)
*) Analis APBN ASN, Pusat Analisis Anggaran dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Badan Keahlian, Setjen DPR RI.