CEGAH KA-STUNTING.pptxasdasdasdasdasdasdasd

RestuGustiNurAlif 19 views 49 slides Sep 12, 2025
Slide 1
Slide 1 of 49
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49

About This Presentation

asd


Slide Content

PERSPEKTIF PENCEGAHAN PERKAWINAN ANAK & PENCEGAHAN STUNTING

Materi Fenomena perkawinan anak dan Stunting 3 Apa Akar Masalah Perkawinan Anak dan Stunting? 4 Dampak Perkawinan Anak dan Stunting 5 Konsep Keluarga Maslahah 10 Tujuan Pembangunan Nasional 13 Bagaimana Cara Mencegah Perkawinan Anak dan Stunting? Penutup

Apa yang Bapak Ibu pikirkan tentang perkawinan anak ? 20XX presentation title 3

2/27/23 4

Terdapat 20 provinsi dengan prevalensi perkawinan usia anak di atas angka nasional. Prevalensi perkawinan usia anak di Papua Barat sama dengan angka nasional, yaitu 11,2 persen. Persentase perkawinan usia anak tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 19,4 persen. Persentase perkawinan usia anak terendah di DKI Jakarta sebesar 4,1 persen. PERSENTASE PEREMPUAN 20 - 24 TAHUN YANG MENIKAH SEBELUM UMUR 18 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018 DATA PERKAWINAN ANAK 8

Lebih banyak anak perempuan menikah di bawah usia 18 th daripada anak laki-laki

Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, Apa yang menjadi alasan perkawinan anak dan Stunting? 20XX presentation title 7

Tradisi Perkawinan Anak , justifikasi praktik beragama , pemuka agama, budaya patriarki , kebijakan dan program perangkat Negara, dispensasi & isbat nikah , pendidikan & akses terhadap pendidikan , Kawin anak direstui / difasilitasi oleh orangtua , keluarga , masyarakat . Kehamilan remaja meningkat Kampanye masif dan sistematis kawin anak masih ( makin ) marak , kampanye # nikahmuda , selebrasi selebriti perspektif agama : cara mencegah zina adalah menikah , dst perspektif keluarga & tradisi : sudah temurun & tidak masalah , dst perspektif terhadap anak perempuan : malu bila tidak laku , dst perspektif komunitas : perempuan tidak perlu sekolah tinggi , dst perspektif perangkat Negara : bukan isu sentral , tidak boleh melawan tradisi lokal , dst APA AKAR MASALAH PERKAWINAN ANAK? Mengapa ? Mengapa ? Mengapa ?

ENABLER Rendahnya tingkat pendidikan ( terutama perempuan ) Kemiskinan Kemudahan nikah tidak tercatat & isbat , Mekanisme dispensasi nikah Justifikasi pandangan agama oleh pemuka agama dan Budaya Bukan isu penting bagi tokoh agama tokoh masyarakat Dan aktor Negara di tingkat lokal  

JUSTIFIKASI PENDUKUNG PERKAWINAN ANAK ( nilai , keyakinan , mental model) Sejak Dulu Orang Menikah Muda Dan Tidak Ada Masalah Lebih Cepat Anak Perempuan Menikah , Lebih Baik Bagi Keluarga Lebih Cepat Lebih Baik , Daripada tidak laku Menikah Adalah Jalan Untuk Mencegah Zina Menikah Adalah Sunnah Agama, Tidak Boleh Dihalang-halangi Nasib Kita Adalah Kehendak Tuhan , Tidak Perlu Takut Menaati Agama Lebih Penting Daripada Menaati Pemerintah Menikah Adalah Setengah Tujuan Ibadah 20XX presentation title 11

PADAHAL .......

Berdasarkan pengalaman / pengamatan Bapak/Ibu, Apa dampak dari perkawinan anak ?

DAMPAK PERKAWINAN ANAK Sumber: Survei Nasional Sosial dan Ekonomi, United Nations Children’s Fund, dan Kidman , 2016 Pendidikan Anak perempuan yang kawin sebelum usia 18 tahun 4 kali lebih rentan untuk menyelesaikan pendidikan menengah/ s etara . Angka Kematian Bayi (AKB) Bayi yang lahir dari Ibu berusia di bawah 20 tahun berpeluang meninggal sebelum usia 28 hari/1,5 kali lebih besar dibandingkan Ibu berusia 20 - 30 tahun. Kekerasan dan Perceraian Perempuan menikah pada usia anak lebih rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perceraian. Ekonomi Perkawinan anak diestimasikan menyebabkan kerugian ekonomi setidaknya 1,7% dari pendapatan kotor negara (PDB). Angka Kematian Ibu (AKI) Komplikasi saat kehamilan dan melahirkan adalah penyebab kematian kedua terbesar untuk anak perempuan berusia 15 - 19 tahun. Ibu yang melahirkan muda juga rentan mengalami kerusakan pada organ reproduksi. 01 05 03 04 02 9 06 Stunting 1 dari 3 balita mengalami stunting. Perkawinan dan kelahiran di usia anak meningkatkan risiko terjadinya stunting.

Jika perkawinan anak memiliki banyak resiko , apakah tujuan perkawinan dapat tercapai ? Apakah tujuan pembangunan nasional dapat tercapai ?

Konsep Perkawinan Berbasis Kemaslahatan Tujuan : Terwujudnya kemaslahatan yang ditandai dengan suasana jiwa yang tenang , dipenuhi cinta kasih , bahagia dan membahagiakan ( sakinah , mawaddah , warahmah ) Pilarnya : Perspektif zawwaj Mitsaqan Ghalidha Mu’asyarah bil ma’ruf Musyawarah Taradlin Fondasinya : Keadilan ( Muadalah ) Kesalingan ( Mubadalah ) Keseimbangan ( Muwazanah )

BANGUNAN KELUARGA SAKINAH fondasi: prinsip keadilan (mu’adalah), kesalingan (mubadalah), keseimbangan (muwazanah) pilar : perspektif zawaj mitsaqan ghalidha mu’asyarah bil ma’ruf musyawarah taradlin atap: perspektif kemaslahatan suasana jiwa: sakinah mawaddah rahmah

Membangun Keluarga Sakinah sebagai bagian dari mewujudkan Rahmatan lil Alamin

Perkawinan Anak berisiko menimbulkan berbagai persoalan di tingkat personal suami-istri : ketidakmatangan pribadi , kecakapan hidup , kemampuan mengasuh anak , putus pendidikan , potensi diri yang hilang . Tidak terwujud mandat Khalifah fil ‘ Ardh yang membangun kemaslahatan di muka bumi , tidak dapat menjadi yang terbaik ( khairunnas ). Perkawinan Anak secara khusus berdampak besar pada perempuan : potensi diri yang hilang , kesehatan reproduksi , risiko kematian , beban ganda , beban sosial , kekerasan berbasis gender. Tidak ada perlindungan terhadap hifzul’irdh , hifzul aql , hifzun nasl , hifzun nafs

Perkawinan Anak berisiko menimbulkan persoalan di tingkat keluarga : kemiskinan , konflik , kekerasan dalam keluarga dan , kehancuran keluarga (family breakdown). Tidak terwujud perspektif kemaslahatan dan sakinah mawaddah rahmah bagi setiap orang dalam keluarga . Bangunan keluarga hancur karena pilar perkawinan maslahah yang patah . Perkawinan Anak berisiko menimbulkan berbagai persoalan di tingkat masyarakat : kemiskinan , kesehatan masyarakat , kekerasan , family breakdown, kualitas warga . Tidak terwujud mashalihul ‘ ammah .

Perkawinan Anak berisiko menimbulkan berbagai persoalan di tingkat Negara dan Bangsa . Indeks Pembangunan Manusia yang rendah , kualitas warga yang rendah , problem kesehatan masyarakat , angka kematian Ibu dan Bayi , stunting, tingkat pendidikan terutama perempuan , kemiskinan , dst . Tidak terwujud negara bangsa yang baldah thoyyibah . Perkawinan Anak menjauhkan kaum Muslim dari pewujudan Islam sebagai Rahmat bagi Semesta (Islam Rahmatan lil’Alamin )

BAGAIMANA MEMENANGI PERUBAHAN? DALAM DIMENSI AGAMA: RETHINKING & REDESIGNING 20XX presentation title 22

STUNTING Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun 2023 Stunting 23

Data Stunting di Indonesia Indonesia pernah menduduki peringkat ke-5 stunting di kawasan Asia dengan prevalensi lebih 30% pada 2018 Angka stunting di Indonesia lebih tinggi dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Vietnam dan Thailand. Berdasarkan pulau , persentase gizi buruk menunjukkan angka 10,20% di Maluku dan Papua , 7,25% di Kalimantan , 6,38% di Sumatera dan 6,46% di Sulawesi , 6,93% di Bali dan Nusa Tenggara dan 4,08% di Jawa Data BKKBN menunjukkan bahwa saat ini masih ada sekurangnya 1 dari 3 anak Indonesia yang mengalami stunting meski ada peningkatan prevalensi stunting menjadi 21,6% di tahun 2022.

Penyebab Stunting

Penyebab Stunting di Level Komunitas -Negara

8 Faktor Penyebab Stunting di Level Rumah Tangga Kurangnya kelayakan rumah yang meliputi sanitasi dan kondisi air yang tidak memadai , rendahnya penghasilan keluarga , kurangnya ketersediaan makanan dan rendahnya pendidikan ibu atau pengasuh . Rendahnya kualitas asupan makanan yang meliputi kurangnya kandungan gizi , vitamin dan mineral, kurangnya keanekaragaman makanan dan asupan sumber pangan hewani . Kurangnya higiene makanan dan minuman yang berasal dari tingginya kontaminasi makanan dan minuman , rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat , penyimpanan dan penyajian makanan yang tidak aman . Penyakit infeksi seperti diare , ISFA, cacingan , kurang nafsu makan akibat infeksi dan peradangan .

Lanjutan … Penyebab Stunting level Rumah Tangga Kurangnya kesehatan ibu saat hamil seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK), ibu yang ‘ pendek ’, Kehamilan remaja , jarak kelahiran pendek , melahirkan dengan kondisi janin terhambat dan prematur serta hipertensi . Pola asuh yang kurang baik mencakup praktik perawatan anak yang buruk , kurangnya stimulasi dan aktivitas yang membantu pertumbuhan anak dan buruknya pola pemberian makanan . Pemberian ASI yang tidak memadai yang disebabkan oleh tidak dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini (IMD), tidak diberikannya ASI eksklusif enam bulan , anak disapih terlalu dini , dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak sesuai kecukupan gizinya .

DAMPAK STUNTING

Perkawinan anak mematahkan hampir setiap sendi kemaslahatan . Karena itu ia adalah sebuah bencana yang harus dihindari . Kebaikan perkawinan tidaklah sebanding dengan ancaman kemudharatan yang lebih besar dalam perkawinan anak . Maka kaidah mencegah kerusakan merupakan prioritas yang lebih tinggi daripada mewujudkan kebaikan ( dar’ul mafasid muqoddam ‘ala jalbil mashalih ) menjadi pijakan sudut pandang . Selain itu juga jauh dari nilai-nilai maqodhi as Syariah, dimana kemaslahatan sebagai tujuan utama . MADHARAT PERKAWINAN ANAK dan STUNTING

TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL (RPJMN 2020-2024)

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perkawinan anak ?

STUNTING PERSPEKTIF AGAMA, SOSIAL DAN BUDAYA

MITOS: PANTANGAN IBU HAMIL Tidak boleh makan ikan dan Daging : Mitosnya nanti saat melahirkan amis . Ada beberapa jenis ikan yang justru membahayakan kesehatan janin dikarenakan tingkatan merkuri yang tinggi , misalnya seperti ikan cucut , ikan hiu , maupun king makarel . Selain ikan dengan kandungan merkuri yang tinggi , ibu hamil juga tidak disarankan untuk mengkonsumsi ikan mentah . Ikan mentah masih memiliki kandungan bakteri dan parasit yang mungkin membahayakan janin . Makan dua porsi untuk ibu dan bayi : Ini merupakan mitos yang menjebak . Ibu hamil memang perlu memperhatikan asupan makanannya , namun tidak boleh berlebihan . Memakan nanas akan menyebabkan keguguran . Nanas adalah pilihan yang aman dan sehat selama kehamilan . Bayi akan ngeces saat mengidam tidak dituruti Es bikin bayi gemuk : Minum es tidak secara langsung menyebabkan bayi Anda besar .

Mitos : Stunting dan Dosa Orang tua Stunting masih ada yang menghubungkan dengan akhlak orang tua

Landasan Normatif Keagamaan Tidak boleh meninggalkan generasi Stunting

Upaya Preventif Memastikan tersebarnya pemahaman di masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kecukupan gizi pada 1000 ( seribu ) hari pertama kehidupan . Digalakkan kegiatan yang mendukung perbaikan gizi pada ibu hamil dan anak pada seribu hari pertama dengan memperbaiki gizi dan kesehatan pada ibu hamil seperti dengan pemberian minimal 90 tablet tambah darah selama kehamilan . Dilanjutkan dengan pemenuhan IMD dan ASI eksklusif pada bayi setelah kelahiran dari usia 0-6 bulan . Harus dilakukan pemberian MP-ASI yang tepat , pemberian vitamin yang tepat dan imunisasi yang tepat pada saat bayi berusia 6-24 bulan . Hal ini harus disertai dengan pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu untuk mendeteksi secara dini terjadinya stunting pada anak .

Program Kementrian Agama-Stunting

Rukhshah Upaya Pencegahan Stunting Untuk ini dianjurkan pada ibu hamil untuk tidak berpuasa pada saat hamil dan menyusui agar terpenuhi kebutuhan gizi anak , hal ini sesuai dengan hadis yang menyatakan pemberian rukhshah bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa dan diganti dengan membayar fidyah .

Tugas Reproduksi itu Berat dan Penting AQ menyebutkan bahwa tugas Reproduksi itu Berat dan Mulia karena itu penting untuk diperhatikan kebutuhan-kebutuhan praktis seorang ibu di saat mengembang tugas reproduksi . Terkadang dalam budaya Patriarkhi ditambah dengan perspektif Kapitalis : walaupun ibu sedang hamil , gizinya kurang diperhatikan , bahkan ayah yang pada umumnya pencari nafkah itu lebih diutamakan gizinya daripada ibunya yang sedang hamil Ketersediaan air bersih masih sering dibebankan kepada perempuan , seolah air itu kebutuhan perempuan . Perempuan di Masyarakat masih sering dipahami sebagai “ pabrik ”, sehingga hak kesehatan reproduksinya sering terlanggar . Masih ada banyak “ anak banyak rezeki ”

Upaya Preventif Sosial-Budaya Kebutuhan ibu Hamil harus benar-benar dengan sungguh-sungguh diperhatikan dan juga harus dihindari strees dan beban fisik berlebih . Melahirkan itu kodrat , tetapi akan punya anak berapa dan juga kapan akan lahir ( jarak kelahiran ) itu adalah konstruksi Menyusui itu kodrat , tetapi bagaimana cara menyusuinya , akan langsung atau pakai botol itu konstruksi . Karena itu sangat penting keterlibatan ayah dalam tugas reproduksi , sepeti program Ayah- Suami siaga Alat kontrasepsi itu juga konstruksi , siapa yang akan menggunakan dan jenis alat kontrasepsi apa atau dengan strategi apa untuk menjarangkan kelahiran , itu konstruksi

UPAYA KURATIF Pemberian suplemen gizi mikro untuk Ibu dan Balita , memfasilitasi keluarga untuk memiliki dan menggunakan jamban sehat serta menkonsumsi air minum yang aman . Tetap memuliakan anak ( Al Insan al karomiyah ) yang mengalami stunting. Jangan sampai sudah jatuh ketimpa tangga . Diusahakan untuk tetap memaksimalkan potensi agar tetap membawa kemaslahatan Anak stunting juga mempunyak hak untuk tumbuh kembang , perlindungan (UU Perlindungan Anak )

Kesimpulan Kerjasama antara berbagai pihak ( Tokoh agama, Tokoh masyarakat & Negara) Anak sehat , ibu sehat , ayah sehat , keluarga sehat , memperkuat masa depan bangsa gemilang Agama, Sosial dan Budaya juga faktor penting untuk diperhatikan Rumah Tangga dan Negara- Komunitas dapat menjadi penyebab Stunting Data anak Stunting di Indonesia cukup tinggi Stunting adalah masalah yang serius dan berdampak pada masa depan Bangsa

Terima Kasih
Tags