Cover Prin fiks.pdfSEGGHTYFLGUIK,GOUYTYR

SairiKhoiriati 5 views 87 slides Dec 06, 2024
Slide 1
Slide 1 of 87
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87

About This Presentation

COVER


Slide Content

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIARE PADA
BALITA DI PUSKESMAS CITERAS TAHUN 2022



SAIRI KHOIRIAT
P2.06.30.1.20.034





PRODI D-III FARMASI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TASIKMALAYA
TAHUN 2022/2023

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIARE PADA BALITA DI
PUSKESMAS CITERAS 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi



SAIRI KHOIRIATI
P2.06.30.1.20.034


PRODI D-III FARMASI
JURUSAN FARMASI
POLITENIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TASIKMALAYA
TAHUN 2022/2023

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah
“GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIARE PADA BALITA
DI PUSKESMAS CITERAS TAHUN 2022 ”


Disusun oleh :
SAIRI KHOIRIATI
P2.06.30.1.20.034

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :
26 Mei 2023

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,


Dr. Yati Budiarti, S.ST., M.Keb apt. Nur Aji, M.Farm
NIP. 197512152001122001 NIP. 919890609201302101


Tasikmalaya, 26 Mei 2023

Ketua Jurusan Farmasi




apt. Nuri Handayani, M.Farm
NIP.198807092015032004

iii

HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
“GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIARE PADA BALITA DI
PUSKESMAS CITERAS TAHUN 2022 ”
Disusun Oleh
SAIRI KHOIRIATI
P2.06.30.1.20.034
Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji
Pada tanggal : 07 Juni 2023

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua,
Dr.Yati Budiarti, S.ST., M.Keb
NIP. 197512152001122001



(……………………..……………)
Anggota,
apt. Nur Aji, M.Farm
NIP. 919890609201302101



(……….……………….…………)
Anggota,
Dr. Imat Rochimat, SKM., MM
NIP. 197710272006041005

(…………………………..………)



Tasikmalaya, 07 Juni 2023
Ketua Jurusan Farmasi




apt. Nuri Handayani, M.Farm
NIP.198807092015032004

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber
yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.


Nama : Sairi Khoiriati

NIM : P2.06.30.1.20.034

Tanda Tangan :




Tanggal : 26 Mei 2023

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Sairi Khoiriati
NIM : P2.06.30.1.20.034
Program Studi : D-III Farmasi
Jurusan : Farmasi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty- Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :
“Gambaran Penggunaan Obat Antidiare Pada Balita di Puskesmas Citeras Tahun
2022”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya.

Dibuat di
Pada tanggal
: Tasikmalaya
: 26 Mei 2023
Yang menyatakan


Sairi Khoiriati

vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulitas
Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi D-III Farmasi Jurusan
Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasimalaya.
Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terlaksana tanpa
adanya bimbingan, bantuan, partisipasi dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Ani Radiarti R, Spd, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
KemenkesTasikmalaya
2. Ibu apt. Nuri Handayani, M.Farm selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesheatan Kemekes Tasikmalaya
3. Ibu Dr.Yati Budiarti,S.ST.,M.Keb dan Bapak apt. Nur Aji, M.Farm selaku
Pembimbing yang telah memberikan dan arahan kepada penulis dalam hal
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
4. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
5. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas
akhir ini
Akhir kata, pelunis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Tasikmalaya, 26 Mei 2023


Penulis

vii

INTISARI

Diare merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan dengan konsistensi
buang air hesar yang lembek dan frekuensi yang meningkat. Angka morbiditas dan
mortalitas penyakit diare di Indonesia masih cenderung tingi dengan jumlah 3.525
kasus pada balita. Pengobatan diare seyogianya dilakukan atas indikasi yang jelas
berdasarkan diagnosis sehingga dapat diberikan terapi yang tuntas pada kasus diare.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengobatan antidiare pada
balita di puskesmas Citeras tahun 2022
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan
pengambilan data secara retrospektif Populasi pada penelitian ini adalah pasien
balita yang berobat di Puskesmas Citeras tahun 2022 Sampel pada penelitian ini
berjumlah 100 sampel, yang dihitung berdasarkan rumus Slovin.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pasien diare yang berobat di
Puskesmas Citeras paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 58% dan kategori
usia <2 tahun mencapai 56%. Jenis terapi yang paling banyak digunakan adalah
terapi kombinasi yaitu zink dengan oralit sebanyak 32%. Bentuk sediaan yang
paling banyak digunakan yaitu sirup mencapai 60% dan dosis aturan pakai dalam
pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit diare pada balita di
Puskesmas Citeras sudah sesuai dengan pedoman MTBS.
Kata Kunci: Diare, Penggunaan obat diare, Puskesmas

viii

ABSTRACT

Diarrhea is a disease of the digestive tract with the consistency of loose
stools and increased frequency. The morbidity and mortality rates of diarrheal
diseases in Indonesia are still relatively high, with 3,525 cases in infants. Treatment
of diarrhea should be carried out for clear indications based on the diagnosis so
that complete therapy can be given in cases of diarrhea. This study aims to find out
the description of antidiarrheal treatment for toddlers at the Citeras Health Center
in 2022
This study used a quantitative descriptive method with retrospective data
collection. The population in this study were toddler patients seeking treatment at
the Citeras Health Center in 2022. The sample in this study was 100 samples, which
were calculated based on the Slovin formula.
Based on the results of the study, it was found that most of the diarrhea
patients who were treated at the Citeras Health Center were male, namely 58% and
the age category <2 years reached 56%. The most widely used type of therapy is
combination therapy, namely zinc and oralit as much as 32%. The most widely used
dosage form, namely syrup, reaches 60% and the dosage for use in medication used
to treat diarrhea in toddlers at Citeras Health Center is in accordance with MTBS
guidelines.
Keywords: Diarrhea. Use of diarrhea drugs, Health Center

ix

DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PU BLIKASI KARYA
TULIILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
INTISARI.............................................................................................................. ix
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................... Error! Bookmark not defined.i
BAB I PENDAHULUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ............................................................................................. 3
E. Manfaat ........................................................................................................ 4
F. Keaslian penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
A. Telaah Pustaka ............................................................................................. 6
B. Uraian Teori Diare ....................................................................................... 7
C. Uraian Teori Puskesmas ............................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 31
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 31
C. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 33
E. Definisi Operasional................................................................................... 34
F. Batasan Istilah ............................................................................................ 34
G. Jenis dan Teknis Pengumpulan Data.......................................................... 35

x

H. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ............................................... 35
J. Prosedur Penelitian..................................................................................... 35
K. Manajemen Data ........................................................................................ 36
L. Etika Penelitian .......................................................................................... 38
M. Kelemahan Penelitian ................................................................................ 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 39
A. Karakteristi Pasien Balita Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 40
B. Karakteristik Pasien Balita Berdasarkan Umur ......................................... 41
C . Distribusi Data Pasien Balita Berdasarkan Penggunaan Obat ................... 43
D. Distribusi Data Pasien Balita Berdasarkan Dosis aturan Pakai ................. 48
E. Distribusi Data Pasien Balita Berdasrkan Bentuk Sediaan Obat ............... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 52
A. Kesimpulan ................................................................................................ 52
B. Saran .......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................. 4
Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 34
Tabel 4.1 Distribusi Data Pasien Balita Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 40
Tabel 4.2 Distribusi Data Pasien Balita Berdasarkan Umur ........................... 41
Tabel 4.3 Distribusi Data Pasien Balita Berdasarkan Penggunaan Obat ......... 43
Tabel 4.4 Distribusi Data Pasien Balita Berdasarkan Dosis aturan Pakai ........ 48
Tabel 4.5 Distribusi Data Pasien Balita Berdasrkan Bentuk Sediaan Obat ..... 50

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 27

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ 57
Lampiran 2. Surat Rekomendsi Penelitian ........................................................ 58
Lampiran 3. Surat Pengantar Penelitian ............................................................ 59
Lampiran 4. Pemantauan Bimbingan Karya Tulis Ilmiah ................................. 60
Lampiran 5. Dokumentasi Lokasi Penelitian .................................................... 61
Lampiran 6. Lembar Pengumpul Data .............................................................. 62
Lampiran 7. Biodata ......................................................................................... 71

1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organizaton (WHO) penyakit diare
didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari
(Saputri N. et al., 2019).
Diare merupakan penyakit endemis khususnya di negara berkembang
seperti Indonesia dan penyakit yang berpotensi megalami Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang sering disertai dengan kematian (Kemenkes RI, 2020). Penyebab
utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja. Kondisi tersebut sering terjadi pada anak-anak,
terutama anak dengan kategori gizi kurang, lebih rentan menderita diare
walaupun tergolong ringan. Namun, karena kejadian diare itu sering disertai
dengan berkurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan keadaan tubuh
lemah dan keadaan tersebut sangat membahayakan kesehatan anak (Andreas,
A.N. 2018).
Penatalaksanaan diare dilakukan dengan upaya Lintas Diare (Lima
Langkah Tuntaskan Diare), yaitu dengan pemberian oralit, pemberian zink
selama 10 hari berturut-turut, meneruskan ASI-makan, pemberian antibiotik
selektif dan memberikan nasihat pada ibu/keluarga. (Kemenkes RI, 2011).

2


Diare termasuk penyakit dengan prevalensi 10 terbesar di jawa barat
dengan jumlah angka kejadian sebanyak 46,35% pada tahun 2018 dan
mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi 47,6% kasus diare pada
balita (Profil kesehatan, 2019).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut diare di
Puskesmas Citeras merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam 10
besar penyakit dan menempati urutan pertama dengan jumlah 192 kasus yang
mengalami peningkatan pada tahun 2022 `menjadi 240 kasus diare pada balita.
Hasil penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh Aan Kunaedi et al,
2019 yang berjudul “Profil Penggunaan Obat Antidiare pada Balita di
Puskesmas lurah Cirebon periode Januari-Desember 2019” Hasil penelitian
menunjukkan Umur yang memiliki jumlah kasus terbanyak adalah usia 0-12
bulan yaitu sebanyak 74 kasus (30,84%), Jumlah penderita diare balita
terbanyak berjenis kelamin laki – laki 138 kasus (57,5%), Jenis obat antidiare
yang paling banyak digunakan adalah zinc 2.300 tablet, dosis obat dan aturan
pemakaian obat dalam pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
diare pada balita di Puskesmas Lurah sudah sesuai dengan pedoman MTBS
kecuali oralit tidak sesuai dengan MTBS.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran penggunaan obat antidiare pada balita di
Puskesmas Citeras.

3


B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penggunaan obat antidiare pada balita di
Puskesmas Citeras tahun 2022

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antidiare pada balita di
puskesmas Citeras tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien balita diare berdasarkan jenis
kelamin
b. Untuk mengetahui karakteristik pasien balita diare berdasarkan umur
c. Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antidiare berdasarkan
penggunaan obat
d. Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antidiare berdasarkan
dosis aturan pakai
e. Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antidiare berdasarkan
bentuk sediaan.

D. Ruang Lingkup
Lingkup keilmuan penelitian ini adalah farmasi klinik dan komunikasi
khusus nya di bidang farmakologi.

4


E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk Mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan di
jurusan farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan demi peningkatan pelayanan kesehatan di
puskesmas Citeras
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Menambah wawasan bagi peneliti lain tentang hasil penelitian dan dapat
untuk penelitian selanjutnya
4. Bagi Institusi
Sebagai referensi tambahan di perpustakaan.

F. Keaslian Penelitian
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelum nya:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
Aan Kunaedi
dkk, 2021
Profil penggunaan
obat antidiare pada
balita di puskesmas
lurah Cirebon periode
bulan januari -
desember 2019
1. Meneliti profil
pengobatan
antidiare pada
balita
2. Penelitian
menggunakan
metode deskriftif
3. Populasi dan
sampel yang
digunakan
Lokasi, waktu,
variable
Sofia Futria
Wulandari
dkk, 2022
Pola penggunaan obat
diare akut pada balita
di rumah sakit
1. Meneliti pola
penggunaan obat
diare akut pada
balita
Lokasi, waktu,
metode

5


2. Populasi dan
sampel yang
digunakan
Pranida dkk,
2020
Gambaran penggunaan
obat antidiare pada
pasien rawat jalan di
puskesmas tegal barat
1. Meneliti
gambaran
pengobatan
antidiare pada
pasien rawat
jalan
2. Variabel
Lokasi, waktu,
metode, Populasi
dan sampel

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan kajian kajian terhadap penelitian-penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian seorang peneliti. Telaah pustaka
dilakukan guna mengetahui apakah penelitian tersebut pernah dilakukan atau
belum. Di samping untuk mengetahui perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang
pernah Telaah pustaka merupakan kajian terhadap penelitian-penelitian
dilakukan yang berkaitan gambaran penggunaan antidiare.
Penelitian yang dilakukan Aan Kunaedi et al; 2020 dalam penelitian
nya yang berjudul “Profil penggunaan obat antidiare pada balita di puskesmas
lurah Cirebon periode bulan Januari-Desember 2019” dengan menggunakan
rancangan studi retrospektif. Dari hasil telaah resep periode tersebut
didapatkan hasil dan kesimpulan umur yang memiliki jumlah kasus terbanyak
adalah usia 0-12 bulan yaitu sebanyak 74 kasus (30,84%), Jumlah penderita
diare balita terbanyak berjenis kelamin laki – laki 138 kasus (57,5%), Jenis obat
antidiare yang paling banyak digunakan adalah zinc 2.300 tablet.
Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Reni Ariastuti dkk,
(2020) yang berjudul “Gambaran pengobatan diare akut anak di puskesmas
jiwan madiun” dengan menggunakan metode deskriptif observasional
yaitupengambilan data secara retrospektif pada pasien diare akut anak rawat

7


jalan di puskesmas Jiwan, Madiun pada periode Januri-Juni 2019. Hasil
penelitian yang di dapat yaitu persentase penggunaan obat diantaranya
penggunakan oralit sebanyak 29%, antidiare attalpulgite dan kaolin pektin
sebanyak 26%, zink 25%, antimuntah yang digunakan domperidone 7% dan
metochlopramide 4%, antibiotik kotrimoxazole 49% dari total kasus 100% (75
kasus). Evaluasi dosis pemberian co-trimoxazole dan zinc terdapat 10% dan
75% tidak tepat dosis.
Dari penelitian sebelum nya yang telah di uraikan, pada umum nya
memiliki persamaan yaitu penelitian yang di lakukan mengenai penggunaan
obat antidiare yang diresepkan. Perbedaan penelitian dengan penelitian
sebelum nya yaitu pada variabel yang digunakan, waktu, tempat dan
penggunaan antidiare yang yang sesuai dengan pedoman manajemen terpadu
balita sakit.

B. Uraian Teori Diare
1. Pengertian Diare
Diare merupakan keadaan buang air besar (defekasi) lebih dari tiga
kali dalam 24 jam dengan konsentrasi tinja berbentuk cairan atau setengah
cair. Keadaan diare pada bayi berbeda dengan kelompok usia lainnya,
yaitu dikatakan diare jika frekuensi buang air besar lebih sering dari
kebiasaan seharinya (Juffrie, 2015).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba tiba
akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari)

8


dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam yang
berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
Berdasarkan definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa diare
adalah defekasi encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari
dengan bentuk tinja encer atau cair.
2. Klasifikasi
Menurut Ariani, A. P (2016) klasifikasi diare dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung selama kurang dari 14 hari
dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek
atau cair dan datang secara mendadak.
b. Diare persisten, yaitu diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat, diare persisten di klasifikasikan sebagi berat. Jadi, diare
persisten merupakan bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh
penyabab lain.
c. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu.
Penyebab diare ini bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
3. Tanda dan Gejala Giare
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan
a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan
menurun

9


b. Tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya
darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume
darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan
darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok)
c. Badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung,
mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).
4. Etiologi Diare
Menurut Ngastiyah (2014) terdapat beberapa etologi diare
diantaranya:
a. Faktor infeksi, dapat disebabkan oleh:
1) Bakteri: Vibrio, Escherichia coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter
2) Virus: Enterovirus (virus ECHO, virus Coxsackie, virus polio),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus
3) Parasit: cacing (Ascaris, Tricharis, Oxcyuris, Strongyloides),
Protozoa (Endomoebae, Amoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas), jamur (Candida Jualbicans)
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang
menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya
terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 2 tahun Kebanyakan
mikroorganisme penyebaran diare lewat jalur fekal oral yaitu melalui
makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat.

10


b. Faktor malabsorpsi, terbagi menjadi dua yaitu:
1) Malabsorpsi karbohidrat, kepekaan terhadap lactoglobulin
dalam susu formula, dapat menyebabkan diare pada bayi.
Gejalanya meliputi diare parah, tinja yang terasa asam, dan sakit
perut
2) Lemak, lemak trigliserida dalam makanan dapat menyebabkan
diare. Dengan bantuan kelenjar lipase, trigliserida mengubah
lemak menjadi misel yang siap diserap oleh usus. Jika tidak ada
kelenjar lipase dan terjadi kerusakan pada mukosa usus, maka
dapat menyebabkan diare karena lemak tidak terserap dengan
baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang terkontaminasi lebih sering terjadi pada anak-
anak dan balita, seperti makanan yang terkontaminasi oleh cemaran,
basi, mengandung racun, berlemak, mentah (nabati) dan makanan
kurang matang.
d. Faktor psikologis
Jika anak memiliki hambatan psikologis seperti rasa takut,
kecemasan dan stres dapat menyebabkan diare kronis. Namun
biasanya tidak terjadi pada balita, justru terjadi pada balita anak
dewasa.

11


e. Obat-obatan
Obat-obatan penyebab diare diantaranaya yaitu antibiotik dan
antasida.
f. Imunodefisiensi atau imunodefisiensi, terutama SigA (disekresikan
imunoglobulin A)
g. Dapat menyebabkan berlipat gandanya bakteri, flora, usus, dan
jamur, terutama candida
h. Non-spesifik. Dapat terjadi dalam keadaan tertentu, seperti
mengkonsumsi makanan pedas, asam dan lain-lain.
5. Patofisiologi Diare
Mekanisme penyebab timbulnya diare yaitu terjadi pada gangguan
osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus. Pada diare akut,
mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian
mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam
lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi
rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadi hiperperistaltik
dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare (Ngastiyah,
2014).
6. Pencegahan diare
Pencegahan diare menurut Anggraini dan Olivitari (2020)
bertujuan untuk tercapainya angka kesakitan. Upaya kegiatan pencegahan
diare, terdiri atas:

12


a. Pemberian air susu ibu
Air susu ibu mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare. Bayi yang baru lahir,
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab diare. Bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada
6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih
besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko
tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b. Makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa
tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian kapan, apa, bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan.

13


c. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam
panci yang dicuci dengan air yang tercemar. Berikut ini yang harus
diperhatikan oleh keluarga:
1) Ambil air dari sumber air bersih
2) Ambil dan simpan air dalam tempat bersih dan tertutup serta
gunakan gayung khusus untuk mengambil air
3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan
untuk mandi anak-anak
4) Gunakan air yang direbus
5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih
dan cukup
d. Mencuci tangan
Kebiasaan berhubungan dengan kebersihan perorangan
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diareMenjaga kebersihan diri (personal
higiene) dan lingkungan

14


e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare. Yang harus diperhatikan oleh
keluarga:
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga
2) Bersihkan jamban secara teratur
3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari
rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih
kurang 10meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas
kaki.
f. Membuang tinja bayi yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang
secara bersih dan benar
g. Cakupan Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri
anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

15


7. Manifestasi Klinis Diare
Menurut Brunner & Suddarth, (2014) manifestasi klinik pada diare
yaitu: mata cekung, turgor kulit kering, letargis, peningkatan frekuensi
defekasi dan kandungan cairan dalam feses, kram abdomen, distensi,
gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus, kontraksi anus
dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif setiap kali defekasi, feses cair,
yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil, feses lembek, lunak yang
disebabkan oleh gangguan pada usus besar, terdapat lendir, darah, dan
nanah dalam feses, yang menunjukkan kolitis atau inflamasi.
Sebagian besar manifestasi klinis yang muncul pada kasus diare
menurut Anggraini dan Olivitari (2020) berkaitan erat dengan jenis
patogen yang menginfeksi dan seberapa besar tingkat infeksi tersebut.
Manifestasi tambahan tergantung pada perkembangan komplikasi (seperti
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit) dan sifat pathogen yang
menginfeksi. Biasanya, penyerapan toksin sebelum terbentuk dikaitkan
dengan onset mual dan muntah yang cepat dalam waktu 6 jam, dengan
kemungkinan demam, kram perut setelah periode inkubasi 8-16 jam
dikaitkan dengan produksi enterotoksin. Clostridium perfringens dan
Bacillus cereus memiliki gejala berupa kram andomial dan diare berair
setelah periode inkubasi 16-48 jam dapat dikaitkan dengan norovirus,
beberapa bakteri penghasil enterotoksin. Bayi dan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau

16


darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya menjadi
lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Gejala dehidrasi meliputi: turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, berat badan turun, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
8. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya
mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan
koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan
ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.
9. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian
makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami
kekurangan gizi.

17


10. Cara Penularan dan Faktor Resiko
Penyakit diare sering dikaitkan dengan penyakit bawaan makanan
sehingga diare ditularkan secara fecal-oral melalui masuknya makanan
dan minuman yang terkontaminasi sehingga diare lebih sering terjadi pada
balita karena enderung lebih aktif memainkan benda asing dan bahkan
memasukkannya kedalam mulut. Penularan dapat juga terjadi karena
makan dengan tangan yang kotor. Kontaminasi pada makanan juga dapat
mengakibatkan diare karena makanan dan minuman yang tidak dimasak
secara sempurna, mengonsumsi makanan mentah, dan tidak melakukan
kebersihan perorangan (personal hygiene) terutama pada penjamah
makanan yaitu dalam hal ini adalah ibu yang mengasuh anak sebagai
penularan secara kontak langsung, sedangkan penularan secara tidak
langsung dapat terjadi melalui lalat pada 5f (feaces, flies, food, fluid,
finger). (Karina, 2017).
Menurut Fatkhiyah (2016), faktor risiko terjadinya diare adalah
sebagai berikut:
a. Faktor Perilaku
Faktor perilaku tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Tidak memberikan ASI Eksklusif atau memberkan MP-ASI
terlalu dini akan mempercepat bayi kontak dengan kuman
2) Menggunakan botol susu yang tidak steril dapat meningkatkan
risiko terjadinya diare pada balita sebab adanya penumpukan
kuman dan bakteri pada botol susu yang digunakan

18


3) Tidak menerapkan kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB),
dan setelah membersikan tinja anak
4) Tempat penyimpanan makanan yang tidak higienis
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai dan kurangnya
ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)
2) Kebersihan lingkungan dan personal higienes yang buruk
11. Penggolongan obat diare
Kelompok obat yang digunakan pada diare adalah sebagai berikut:
(Tjai, 2010)
a. Kemoterapeutika
Pengobatan untuk terapi kausa, yakni memberantas bakteri
penyebab diare, seperti abtibiotik, sulfonamide, kinolon, dan
furazolidone.
b. Ostipasi
Pengobatan untuk terapi simtomatis yang dapat menghentikan
diare dengan beberapa cara yaitu:
1) Zat – zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorbsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu
danalkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan
lopramida) dan antikolinergika (Atropin, ekstrak beladon).

19


2) Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya
asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut dan
aluminium.
3) Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya
dapat menyerap (absorbsi) zat-zat beracun (toksin) yang
dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari
makanan. Termasuk juga mucilagines, zat-zat lendir yang
menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu
lapisan pelindung: kaolin, pektin dan garam-garam bismut serta
aluminium.
c. Spasmolitika, yaitu obat-obat yang dapat mengurangi kejang-kejang
otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya
papaverin dan oksilasifenonium (Tjay, 2010).
12. Penatalaksanaan diare
Prinsip penatalaksanaan diare pada balita adalah Lima Langkah
Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO (Kemenkes, 2011). Program Lintas
Diare yaitu:
a. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Oralit diberikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi. Oralit baru adalah oralit dengan osmolaritas
rendah. Keamanan oralit baru sama dengan oralit yang biasa
digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula

20


lama. Oralit baru ini juga dapat mengurangi pengeluaran tinja hingga
20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
b. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh yang dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini akan meningkatkan hipersekresi
epitel usus. Peran zinc yaitu pada proses epitelisasi dinding usus yang
mengalami hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam proses
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan baik secara
morfologi dan fungsinya selama terjadi diare. Penggunaan zinc
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air
matang atau ASI:
Dosis zink untuk anak-anak:
1) Anak dibawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari
2) Anak diatas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari
3) Zink diberikan 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare.
c. ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan tetap di teruskan sesuai umur anak dengan
menu yang sama pada waktu anak sehat agar mencegah kehilangan
berat badan serta sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare
yang disertai darah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan
nafsu makan menandakan fase kesembuhan

21


d. Antibiotik selektif
Antibiotik di berikan pada pasien diare yang disertai dengan
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, suspek kolera dan infeksi
berat lainnya. Antibiotik yang digunakan adalah tetrasiklin,
doxyciclin, cotrimoxazole dan eritromisin dengan jangka waktu atau
lama pemberian antibiotik yang disarankan adalah 2-3 hari sebagai
terapi empiris. Setelah itu, dilakukan evaluasi berdasarkan kondisi
klinis dan hasil pemeriksaan seperti lab dan mikrobiologi.
e. Nasehat kepada orang tua
Berikan nasihat kepada orang tua:
1) Cara memberikan cairan di rumah
2) Kapan harus membawa anak kembali ke petugas kesehatan:
a) Bercak cair lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus d. Makan dan minum sangat sedikit
d) Demam
e) Berak bedarah
f) Tidak membaik dalam 3 hari

C. Uraian Teori Puskesmas
1. Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksan teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

22


pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. (Permenkes, 2016).
Adapun, wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian
dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografis, dan keadaan infrastruktur lainnya. Puskesmas ditunjang dengan
unit yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu (Pustu) dan
Pondok bersalin desa (Polindes).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas adalah pelayanan
kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan: Kuratif (pengobatan),
Preventif (Upaya pencegahan), Promotif (Peningkatan kesehatan) dan
rehabilitatif (Pemulihan kesehatan).
Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Adapun kegiatan pelayanan farmasi klinik (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas, 2016). meliputi:
a. Pengkajian resep dan penyerahan obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kegiatan pengkajian resep
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik

23


dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, Umur, jenis kelamin, berat badan pasien
2) Nama, dan paraf dokter
3) Tanggal resep
4) Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan jumlah obat
3) Stabilitas dan ketersediaan
4) Aturan dan cara penggunaan
5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2) Duplikasi pengobatan
3) Alergi, interaksi dan efek samping obat
4) Kontra indikasi
5) Efek adiktif.
Tujuan di lakukan nya pengkajian resep yaitu pasien
memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis memahami tujuan
pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

24


b. Pelayanan informasi obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien
(Permenkes, 2016).
Kegiatan:
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka
3) Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan
lain-lain
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat
5) Melakukan pendidikan atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai
6) Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
7) Tujuan di lakukan nya PIO yaitu menyediakan informasi
mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan
Puskesmas, pasien dan masyarakat, menyediakan informasi

25


untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat,
Menunjang penggunaan obat yang rasional.
c. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien (Permenkes,
2016).
Kegiatan:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut bat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-
ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai
obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari
obat tersebut, dan lain-lain
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan
terapi.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien
antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama

26


penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan dan penggunaan obat.
d. Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain (Permenkes, 2016).
Kegiatan visite mandiri:
1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien
2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap
kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
1) Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan
pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang
2) Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien atau
keluarga pasien terutama tentang obat
3) Menjawab pertanyaan dokter tentang obat
4) Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan,
seperti obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain-
lain.
Tujuan dilakukannya visite adalah memberikan pemahaman
yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan

27


obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan obat.
e. Monitoring efek samping obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (Permenkes, 2016).
Kegiatan:
1) Menganalisis laporan efek samping obat
2) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
3) Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO).
Tujuan dilakukan MESO yaitu menemukan efek samping obat
sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya
jarang, menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang
sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping
(Permenkes, 2016).
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria

28


2) Membuat catatan awal
3) Memperkenalkan diri pada pasien
4) Memberikan penjelasan pada pasien
5) Mengambil data yang dibutuhkan
6) Melakukan evaluasi
7) Memberikan rekomendasi.
Tujuan di lakukan nya PTO yaitu mendeteksi masalah yang
terkait dengan obat dan memberikan rekomendasi penyelesaian
masalah yang terkait dengan obat.
g. Evaluasi penggunaan makanan (EPO)
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan dilakukan nya evaluasi penggunaan obat (EPO) yaitu
mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan
melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan bat tertentu
(Permenkes, 2016).
2. Data Penggunaan obat diare si Puskesmas
a. Zink tablet dispersibel 20 mg: merupakan salah satu mineral yang di
butuhkan tubuh. Mineral ini sangat bermanfaat bagi tubuh untuk
memperkuat sistim kekebalan tubuh terutama pada kasus diare.
b. Dosis dan cara penggunaan zink yaitu usia 2-6 bulan 1 x ½ tablet
sehari, usia 7 bulan sampai usia dewasa 1 x 1 tablet sehari selama 10

29


hari peroral bahkan jika diare sudah berhenti tetap diteruskan sampai
10 hari. (MTBS)
c. Oralit: Larutan yang mempunyai komposisi natrium klorida, kalium
klorida, glukosa anhidrat dan natrium bikarbonat. Digunakan untuk
mengatasi kondisi kekurangan elektrolit dan mineral dalam tubuh
akhibat dehidrasi yang terjadi karena diare, muntah kronis. Dapat
diminum dengan atau tanpa makan sebelumnya.
d. Dosis untuk mengatasi dehidrasi pada anak-anak yaitu usia 0 bulan
sampai 1 tahun 11 bulan: 15 ml per kg berat badan dalam hari sekali
dan Usia 2 tahun 0 bulan sampai dewasa 50 ml per kg berat badan 4-
6 jam pertama lalu 100 ml per kg berat badan 18-24 jam selanjutnya.
(Yusra Firdaus, 2017).
e. Cotrimoksazol: Merupakan kombinasi antibiotik yang terdiri dari
trimethoprim dan sulfamethoxazole. Digunakan juga pada
penanganan kasus diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh. Dosis:
cotrimoksasol syrup Usia 6 minggu hingga 6 bulan adalah 1/2 sendok
takar 5 ml yang diberikan 2 x sehari, Usia 6 bulan hingga 4 tahun 11
bulan adalah 1 sendok takar 5 ml yag diberikan 2 x sehari, dimana 1
sendok takar 5 ml mengandung sulfametoksasol 200 mg dan
trimethoprim 40 mg (Ahmad Muhlisin, 2018).

30


D. Kerangka Konsep












Gambar 2.1 Kerangka Konsep







Diare Penggunaan Obat diare
Jenis Kelamin
Umur
Jenis Obat
Dosis aturan pakai
Bentuk sediaan

31

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian
Metode yang gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu keadaan secara objektif
dengan menggunakan angka. Mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut serta penampilan dan hasil nya (Abdullah, 2015).

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek yang diteliti dan dianggep mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh data pengobatan atau data resep rekam medis pasien balita yang
didiagnosis penyakit diare dan menjalani pengobatan di Puskesmas Citeras
tahun 2022.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi (Sugiyono, 2017). Sampel diambil dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan terlepas dari kriteria ekslusi (Jannah, 2016).
Adapun kriterian inklusi dan ekslusi pada penelitian ini yaitu:

32


a. Kriteria inklusi
1) Pasien rawat jalan di Puskesmas Citeras yang berumur 0-5 tahun
2) Rekam medis data lengkap dan minimal memuat data penting
(nama pasien, umur, jenis kelamin, riwayat penggunaan obat,
dosis aturan pakai, dan bentuk sediaan)
3) Pasien balita yang terdiagnosa penyakit diare.
b. Kriteria eksklusi
1) Resep pasien berulang yang mendapat obat yang sama
2) Resep pasien diare yangdi sertai penyakit lain
3) Data rekam medis yang tidak terbaca dan tidak lengkap.
Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik purposive
sampling. Besar jumlah sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Slovin

Rumus Slovin yaitu:
??????
??????
1+??????(??????)

Keterangan:

n= Jumlah sampel

N= derajat kemaknaan (95%=1,96)

e= Batas toleransi kesalahan

33



Maka sampel dalam penelitian ini adalah
??????=
??????
1+??????(??????)

=
240
1+240(10%)2

=
240
1+240(0,1)2

=
240
2,41

= 99,50 =100
C. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan April 2023
2. Tempat
Tempat penelitian di lakukan di puskesmas Citeras Kabupaten Garut

D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adala variabel tunggal
yaitu gambaran penggunaan obat diare.

34


E. Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Penggunaan Obat Obat untuk penyakit diare Melihat data
rekam medis
1.Zink
2.Oralit
3.Cotrimoxazole
Nominal
Umur Umur pasien yang
mendapat obat diare
Melihat data
rekam medis
1.<2 tahun
2.2-5 tahun
Ordinal
Jenis Kelamin Ciri-ciri seksual
berdasarkan penampakan
fisik dan dibawa sejak lahir
Melihat data
rekam medik
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Dosis Jumlah atau takaran yang di
berikan dalam sehari
Melihat data
rekam medis
Jumlah Rasio
Bentuk Sediaan Bentuk Sediaan obat yang
diberikan
Melihat data
rekam medis
1.Tablet
2.Sirup
3.Serbuk
Nominal

F. Batasan Istilah
1. Gambaran penggunaan obat pada balita adalah catatan tentang
penggunaan obat antidiare yang mencakup jenis kelamin, umur, jenis obat,
dosis aturan pakai dan bentuk sediaan di berikan pada pasien balita di
Puskesmas Citeras pada tahun 2022
2. Jenis obat adalah nama obat yang digunakan untuk pengobatan diare yang
diresepkan kepada pasien balita di Puskesmas Citeras

35


3. Pasien balita adalah penderita diare dengan usia 0-5 tahun yang mendapat
obat antidiare di Puskesmas Citeras tahun 2022
4. Puskesmas Citeras adalah unit pelayanan kesehatan yang melayani
masyarakat.

G. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini dilakukan secara
retrospektif yang diambil dari data sekunder yaitu data rekam medis pasien.
Pengambilan data dilakukan dengan cara mencatat data rekam medis pasien
pada lembar pengumulan data yang dibuat oleh peneliti.

H. Instrumen dan Bahan Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar
pengumpulan data. Data yang diambil dari data data sekunder yaitu data rekam
medis pada pasien balita di Citeras tahun 2022.

I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 3 tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mencari tinjauan pustaka yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah itu peneliti
mengerjakan proposal penelitian dan mengurus surat perizinan ke

36


kesbangpol dan dinas kesehatan kota Garut untuk melaksanakan penelitian
di Puskesmas Citeras.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pelaksanaan dilakukan pada bulan April 2023, meliputi
pengambilan data dengan metode Purposive sampling. Selanjutnya,
peneliti menganalisis data rekam medik pasien yang termasuk dalam
kriteria inklusi.
3. Tahap Penyelesaian
Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan perekapan data atau
melakukan rekapitulasi data, pengolahan dan dilakukan laporan
keseluruhan KTI dan penyajian hasil.

J. Manajemen Data
1. Pengolahan data
Setelah data diperoleh kemudian dilakuakn pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing (Penyuntingan data)
Memeriksa data rekam medis pasien balita kemudian
dilakukan koreksi kelengkapan rekam medis dan memilah data rekam
medis yang sesuai dengan kriterian inklusi yang selanjutnya di catat
pada lembar pengumpulan data yang di buat oleh peneliti

37


b. Coding
Data rekam medis yang sudah sesuai selanjutnya diberikan
kode. Pemberian kode bertujuan untuk mengubah data bentuk kalimat
menjadi data angka atau bilangan sesuai dengan jawaban untuk
memudahkan entry data ke komputer
c. Entry data
Memasukkan atau memindahkan data-data ke dalam
Microsoft Excel kemudian melakuakan analisis data
d. Tabulating
Menyusun data dengan mengelompokkan data -data
sedemikian rupa sehingga data mudah dijumlah dan disusun dalam
bentuk tabel distribusi frekuesnai (Notoatmodjo, 2018)
2. Analisis Data
Analisis dilakukan untuk mendeskripsikan, menghubungkan, dan
menginterpretasikan suatu data penelitian (Notoatmodjo, 2018). Analisis
data yang digunakan pada penelitian ini merupakan analisis statitika
deskriptif. Peneliti menggunakan analisis univariat dengan bantuan
Microsoft excel. Peneliti menganalisis data jumlah dan persentase
karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, jenis obat, dosis, dan
lama pemberian obat yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.

38


K. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian.
Prinsip etik diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan
proposal hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).
Penelitian memerlukan rekomendasi dari Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya dan mengirimkan surat permohonan izin kepada tempat yang
akan dilakukannya penelitian dengan memperhatikan etika penelitian yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia dengan mempertimbangkan
hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan
dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan
dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian yang pada
dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi
individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
3. Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius
subyek penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dengan
melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin dan
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

39


L. Kelemahan Penelitian
Penelitian ini memiliki banyak kelemahan yakni keterbatasan waktu
dan dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum mewakili semua
sehingga kemungkinan masih terdapat variabel-variabel lain yang memiliki
hubungan dengan penggunaan obat antidiare.

40

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini di lakukan dengan menganalisis data rekam medik pasien
diare pada balita tahun 2022 yang berobat di Puskesmas Citeras. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptik retrospektif dengan populasi sebanyak 240.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Besar
jumlah sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus slovin sehingga
jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 100 pasien yang memenuhi
kriterian inklusi. Dari objek penelitian tersebut di peroleh karakteristik pasien balita
penderita diare berdasarkan jenis kelamin, umur, terapi pengobatan, dosis aturan
pakai, dan bentuk sediaan.
A. Karakteristik Pasien Balita diare berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi karakteristik pasien dengan diagnosis diare di Puskesmas
Citeras pada tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik balita diare berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas Citeras Tahun 2022

Jenis Kelamin Orang Persentase
Laki- Laki 58 58,00%
Wanita 42 42,00%
Total 100 100,00%

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa jumlah pasien dengan
jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 58 orang (58,00%) yang menderita

41


diare dibanding dengan jenis kelamin perempuan yaitu 42 orang dengan
persentase (42,00%)
Rata-rata angka kejadian diare pada anak berjenis kelamin laki-laki
lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan yang telah dilakukan oleh Korompis, Maryanti, dan Jurnalis yang
menyatakan bahwa anak laki- laki lebih sering mengalami diare (Jurnalis et al.,
2018; Korompis et al., 2013; Maryanti et al., 2017).
Anak laki-laki lebih sering mengalami kejadian diare dibandingkan
dengan anak perempuan, hal ini karena faktor daya tahan tubuh anak
perempuan lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki (Ariastuti R et al., 2020).

B. Karakteristik Pasien Balita Diare berdasarkan Umur
Penelitian ini membagi pasien menjadi 2 kelompok umur. Pembagian
ini berdasarkan pembagian umur pediatrik secara Internasional menurut WHO
(World Health Organizations) dikelompokkan menjadi bayi baru lahir umur 0-
28 hari (term newborn infant), bayi dan anak kecil yang baru berjalan umur >
28 hari sampai 23 bulan (infant and toddlers), anak-anak 2-11 tahun (children),
dan remaja umur 12-18 tahun (adolescent).
Tabel 4.2 Karakteristik pasien balita diare berdasarkan umur di
Puskesmas Citeras Tahun 2022

Karakteristik Umur Jumlah Penderita Persentase
(%)
< 2 Tahun 56 56,00%
2-5 Tahun 44 44,00%
Total 100 100,00%

42


Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Citeras diperoleh distribusi
umur pasien yang paling banyak menderita diare adalah pada bayi yaitu usia <
2 tahun dengan jumlah penderita 56 (56,00%) penderita, diikuti pasien 2-5
tahun jumlah 44 (44,00%)
Hasil penelitian ini sudah sesudai berdasarkan survei dan penelitian
riset kesehatan dasar, pasien diare tersebar disemua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-5 tahun). Balita mudah sakit
jika dibandingkan orang dewasa, balita lebih rentan terhadap penyakit karena
sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna. Banyak faktor yang
menyebabkan balita rentan sakit, namun penyebab terbesar adalah adanya
infeksi (Triasmara, 2013).
Penyabab lain nya adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermainan dengan
mainan yang terkontaminasi, penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan
seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang air tidak sehat, tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah selesai bermain dan buang air besar
sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegangh. Pada usia
0-4 tahun merupakan kejadian yang tidak tinggi dan juga tidak rendah yaitu
sebanyak 28%. Hal ini disebabkan adanya perbedaan daya tahan tubuh dan
perilaku ibu dalam pemberian ASI (Air Susu Ibu), PASI (Penganti Asi), dan
MP ASI (Makanan Pendamping ASI) pada anak dibawah 5 tahun atau balita.
Kejadian diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian
makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum berusia 4 bulan

43


perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena alasan
pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang diperoleh dari ASI serta
adanya kemungkinan makanan yang diberikan pada bayi sudah terkontaminasi
oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau
minuman pada bayi tidak steril. Penyakit diare mudah menular pada bayi dan
anak-anak khususnya anak dibawah 5 tahun (balita) karena adanya penerapan
pola hidup yang tidak benar dan pemberian makanan yang tidak sehat pada
bayi dan anak-anak (Wulandari A, 2020).

C. Distribusi Data Pasien Balita Diare berdasarkan Jenis Penggunaan Obat
Distribusi data pasien balita diare berdasarkan penggunaan obat diare
pada pasien balita penderita diare di Puskesmas Citeras dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Distribusi data pasien balita diare berdasarkan penggunaan
obat diare di Puskesmas Citeras 2022

Jenis Terapi Nama Obat Jumlah Obat Persentase
Terapi Tunggal Zink 26 29,00%

Oralit 14 15,00%
Terapi Kombinasi Zink + Oralit 35 32,00%
Zink+Oralit+
Cotrimoxazole
25 24,00%
Total

100 100,00%

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Citeras tahun 2022 pada
Tabel 4.3 jenis terapi obat yang sering diberikan adalah terapi kombinasi zink+

44


oralit distribusi nya mencapai 32,00% dan terapi tunggal yaitu pemberian zink
distribusi nya mencapai 29,00%.
Zink merupakan salah satu suplemen tambahan yang harus diberikan pada
kasus diare anak dengan tujuan untuk mencegah kejadian diare ulangan dan
meningkatkan daya tahan tubuh anak. WHO dan UNICEF merekomendasikan
penggunaan zink karena berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
pengobatan diare dengan pemberian cairan rehidrasi disertai zink lebih efektif
karena dapat mengurangi prevalensi dan durasi diare akut. Penggunaan zink
juga sangat penting karena merupakan mineral bagi tubuh yang lebih dari 300
enzim dalam tubuh tergantung pada zink. Selain itu, zink dibutuhkan oleh
berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran pencernaan. Jika zink
diberikan pada anak yang sistem kekebalannya belum berkembang baik, dapat
meningkatkan sistem imun dan melindugi anak dari penyakit infeksi.
(Islamiyah AN et al., 2021).
Mekanisme lainnya adalah efek zink pada cAMP pada tingkat enterocyte,
menyebabkan peningkatan absorpsi Na+ dan menurunkan sekresi Cl- yang
merupakan kofaktor enzim utama dalam menstimulasi pembelahan sel.
Sehinngga ketika zink diberikan akan terjadi peningkatan pembelahan sel dan
terjadi perbaikan mukosa. Mukosa menjadi lebih kuat melawan diare, sehingga
zink memiliki efek pengobatan dan pencegahan. Oleh karena itu, zink
(diberikan sesuai dengan dosis) selama 10 hari berturut turut beresiko lebih
kecil untuk terkena penyakit diare. Pada saat diare, anak akan kehilangan zink

45


dalam tubuhnya. Pemberian zink mampu menggantikan kandungan zink alami
tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare terulangnya
diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare (Fentami NA, 2019).
Pada penatalaksanaan diare bagi anak, penanganan rehidrasi
merupakan penanganan utama yang dapat diberikan. Terapi rehidrasi bertujuan
untuk mencegah dan mengatasi terjadinya dehidrasi, yaitu kehilangan cairan
tubuh yang terjadi selama diare berlangsung (Depkes RI, 2011).
Dehidrasi adalah komplikasi utama yang terkait dengan gastroenteritis
termasuk diare, maka manajemen cairan yang tepat (oral atau intravena) adalah
strategi rehidrasi yang efektif dan aman. Pada kondisi diare berbagai agen
penginfeksi seperti virus, bakteri atau parasit akan menyebabkan perubahan
pada mukosa usus, menghambat penyerapan dan merangsang sekresi usus.
Hasil sekresi ini akan cukup banyak hingga tidak dapat diserap seluruhnya oleh
usus. Kondisi inilah yang menjadikan feses saat diare menjadi encer atau
lembek. Selain itu, cairan dan garam akan ikut terbawa keluar bersama feses
atau muntahan sehingga terjadilah dehidrasi. (Ciccarelli et al., 2013).
Selama diare penyerapan garam natrium akan terganggu sehingga
pemberian oralit yang mengandung glukosa dan natrium akan sangat
membantu. Kombinasi gula (glukosa) dan garam (natrium) dalam oralit dapat
membantu penyerapan natrium di usus karna penyerapan natrium akan sulit
tanpa adanya glukosa. Dengan adanya glukosa dengan konsentrasi cukup
penyerapan garam akan mampu menghidrasi tubuh meskipun diare sedang
berlangsung. Penggunaan oralit digunakan hanya pada kasus diare yang

46


mengalami dehidrasi atau menunjukkan adanya dehidrasi baik ringan maupun
sedang. Walapun demikian, ada tidaknya gejala dehidrasi hendaknya pada
kasus diare anak ini sebaiknya diberikan terapi rehidrasi oral menggunakan
oralit sesuai dengan rekomendasi WHO dan UNICEF dalam terapi dasar pada
lintas diare. Tujuan diberikan nya terapi kombinasi zink dengan oralit yaitu
dapat mempercepat penyembuhan diare karena fungsi oralit sendiri yaitu
mengganti cairan dan juga elektrolit tubuh yang ikut keluar saat diare guna
mencegah timbulnya dehidrasi yang lebih berat.
Antibiotik yang digunakan dalam menangani kasus diare anak di
Puskesmas Citeras semuanya menggunakan cotrimoxazole yang merupakan
kombinasi dari sulfametoxazole dan trimetoprim. Mekanisme kerja
Trimethoprim-sulfamethoxazole yaitu menghambat pertumbuhan bakteri
dengan mencegah sintesis tetrahydrofolate (THF), bentuk aktif asam folat.
THF adalah kofaktor penting untuk jalur yang menghasilkan deoksinukleotida,
yang merupakan blok pembangun DNA. Sulfamethoxazole melakukan ini
dengan meniru para-aminobenzoate (PABA) dan dengan demikian secara
kompetitif menghambat enzim dihydropteroate synthase yang biasanya
memasukkan PABA ke jalur sintesis THF. Trimethoprim, di sisi lain
menghambat dihydrofolate reductase, yang diperlukan untuk konversi
dihydrofolate menjadi THF. Dengan demikian, kedua obat ini menghambat
langkah berbeda di jalur yang sama, sehingga menghambat produksi senyawa
penting untuk pertumbuhan bakteri. (Anggita D et al., 2022).

47


Berdasarkan data rekam medik yang telah diambil, terdapat kasus diare
diberikan terapi antibiotik. Pemberian antibiotik pada kasus diare harus ada
indikasi diare spesifik karena adanya infeksi bakteri. Penegakkan diare spesifik
di Puskesmas Citeras dilakukan secara empiris berdasarkan data anamnesis
dari pasien. Anamnesis adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dilakukan
lewat suatu percakapan antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya
secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi
pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
Pencatatan riwayat kesehatan pasien pada formulir anamnesis dan pemeriksaan
fisik bertujuan untuk menetapkan diagonis selanjutnya (Febriyanti R et al.,
2015).
Adanya indikasi pemberian antibiotik didasarkan pada adanya keluhan
pasien anak yang mengarah pada adanya infeksi/ diare yang disebabkan karena
adanya bakteri. Pemberian antibiotik ini cenderung pada terapi empiris, di
mana bakteri/jenis kuman penyebab diare belum diketahui. Pemilihan jenis
antibiotika diberikan berdasarkan perkiraan kemungkinan kuman
penyebabnya. Ini didasarkan pada pengalaman yang layak atau berdasarkan
pada pola epidemiologi kuman setempat. Harapan dengan adanya terapi
menggunakan antibiotik secara empiris ini akan memperkecil resiko
komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya. Alasan diberikan
terapi antibiotik karena tanda/gejala adanya infeksi yang ditandai dengan
adanya demam, BAB terdapat lender/darah, serta berbau busuk. Pemberian

48


antibiotik yang didasarkan pada anamnesis, maka dalam hal ini pengobatan
diare menggunakan antibiotik dinilai tepat indikasi (Ariastuti R et al., 2020).
Untuk menilai adanya potensi interaksi obat antidiare yaitu obat zink
dengan oralit maupun ineraksi antara obat zink dan oralit dengan antibiotik
cotrimoxazole dilakukan analisis interaksi obat yang mengacu pada madscape
yaitu tidak di temukan nya interaksi antar obat yang di resepkan. Pada
penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh Islamiyah et al., 2021 dilakukan
analisis interaksi obat yang mengacu pada situs interaksi obat online
(https://www.drugs.com/drug_interactions.html) dan buku Stockley’s Drug
Interaction 10th edition. Tidak ditemukan adanya interaksi obat pada peresepan
obat antidiare pada anak.
D. Distribusi Data Pasien Balita Diare berdasarkan Dosis Aturan Pakai
Distribusi data pasien balita diare berdasarkan dosis aturan pakai pada
pasien balita penderita diare di Puskesmas Citeras dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Berdasarkan data pasien balita akan dosis dan aturan pakai menunjukkan
bahwa kepatuhan atas dosis pada resep 100% sudah sesuai dengan pedoman
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit
Tabel 4.4 Distribusi data pasien balita diare dosis atau aturan pakai di
Puskesmas Citeras 2022

Nama Obat Umur Aturan
Pemakaian
Pada
Lembar R/
Aturan
Pemakaian
Menurut MTBS
Frekuensi Sesuai Tidak
Sesuai
Zink 0-1
Tahun
1x 2,5 mL 1x 2,5 ml 11 100% -
1x 10 mg 1x 2,5 ml 8 100% -

49


1-5
Tahun
1x 5 mL 1x 5 ml 23 100% -
1x 20 mg 1x 20 mg 19 100%
Oralit 1-5
Tahun
6 Bungkus
Bila Diare
6 Bungkus
Bila Diare
14 100% -
Cotrimoxazole 0-6
Bulan
2x 1,25 mL 2x 1,25 ml 2 100% -
7-1
Tahun
2x 2,5 mL 2x 2,5 ml 3 100% -
1-5
Tahun
1x1 5 mL 1x1 5 ml 20 100% -

Dosis aturan pakai obat zink sirup untuk umur 0-1 tahun diberikan satu
kali sehari 2,5 ml dan untuk umur 1-5 tahun diberikan satu kali sehari 5 ml.
Sedangkan dosis aturan pakai tablet zink untuk umur 0-1 tahun di berikan satu
kali 10 mg dan untuk umur 1-5 tahun diberikan satu kali 20 mg. Durasi
pemberian zink yaitu selama 10 hari berturut-turut. Dosis aturan pakai oralit
yaitu untuk umur 0-5 tahun diberikan 6 bungkus. Pemberian oralit diberikan
hanya bila anak mencret. Dosis aturan pakai antibiotik Cotrimoxazole yaitu
untuk umur 0-6 bulan diberikan dua kali sehari 1,25 ml, untuk usia 6-1 tahun
diberikan dua kali sehari 2,5 ml dan untuk umur 1-5 tahun diberikan satu kali
sehari 5ml. Pemberian antibiotik kotrimoxazole diberikan karena adanya
indikasi diare spesifik karena yang disebab kan oleh infeksi bakteri.
Cara penggunaan tablet zink dispersibel yaitu melarutkan tablet zink
telebih dahulu sebelum dikonsumsi dengan meletakkan tablet pada 1 sendok
air putih matang, aduk hingga terlarut. Setelah itu, obat bisa dikonsumsi.
Adapun cara penggunaan oralit yaitu dengan melarutkan 1 saset orali ke dalam
gelas air putih matang, kemudian aduk hingga larut. Setelah itu, minum secara

50


perlahan. Untuk aturan penggunaan obat antibiotik harus dihabiskan sesuai
dengan anjuran yang telah diberikan.
Diharapkan dengan mengikuti kesesuaian dosis dan aturan pakai
berdasarkan pedoman tersebut kesembuhan pasien lebih cepat dicapai dan
meminimalisir terjadinya efek samping atau reaksi obat yang tidak diharapkan
karena dosis yang lebih tinggi atau dosis yang kurang.

E. Distribusi data pasien balita diare berdasarkan Bentuk Sediaan
Distribusi data pasien balita diare berdasarkan bentuk sediaan dapat
dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi data pasien balita diare berdasarkan bentuk sediaan
di Puskesmas Citeras 2022

Golongan Obat Sediaan Obat Jumlah Presentase
Zink Syrup 60 60,00%
Tablet Dispersibel 26 26,00%
Oralit
Antibiotik
Cotrimoxazole
Serbuk
Sirup
14
25
14,00%
25,00%

Berdasarkan data yang di peroleh bentuk sediaan obat yang sering di
gunakan oleh pasien balita diare yaitu obat dengan bentuk sediaan zink sirup
sebanyak 60 dengan persentase 48,00% dibandingkan dengan sediaan zink
tablet sebanyak 26 dengan persentase 20,80%. Distribusi bentuk sediaan
serbuk yaitu oralit didapatkan jumlah 14 dengan persentase 11,20% dan unuk
antibiotik sebanyak 25 dengan presentase 20,00%.

51


Hal ini sesuai dalam penggunaan obat berdasarkan umur, dimana
kebanyakan balita lebih menyukai obat dalam bentuk sediaan sirup yang lebih
mudah ditelan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya secara oral dan
dosisnya mudah diatur (Jas, 2007). Sediaan padat seperti tablet atau serbuk
yang terdiri dari campuran satu atau lebih obat yang dihaluskan kurang disukai
balita karena memiliki rasa dan bau yang kurang enak.

52

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengambilan data di Puskesmas
Citeras di ketahui gambaran penggunaan obat antidiare pada balita tahun 2022
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah penderita diare balita yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
terserang diare yaitu 58 kasus dengan persentase58,00%.
2. Umur yang memiliki jumlah kasus terbanyak adalah umur <2 tahun 56
penderita dengan persentase 56,00%.
3. Jenis obat diare yang paling sering diberikan adalah terapi kombinasi zink
dan oralit distribusi nya mencapai 32,00%.
4. Dosis obat atau aturan pemakaian obat dalam pengobatan yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit diare pada balita di Puskesmas Citeras sudah
sesuai dengan pedoman MTBS.
5. Bentuk sediaan yang paling banyak digunakan adalah bentuk sediaan
sirup. zink sirup sebanyak 60 dengan presentase 60,00%.

B. Saran
Hasil penelitian ini perlu ditindak lanjuti mengenai proses penelitian yang
disarankan:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek lain dalam gambaran
penggunaan obat Antidiare pada pasien penderita diare

53


2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang
yang masih berhubungan dengan gambaran penggunaan obat Antidiare

54


DAFTAR PUSTAKA

Andreas, A.N. et.al (2018). Perilaku Ibu Dalam Mengasuh Balita Dengan Kejadian
Diare. Jurnal Keperawatan. Vol. IX No.2, Oktober 2018.
Ariani, A. P. (2016). Diare: Pencegahan & Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ariastuti, R., & Kusumawati, D. (2020). Gambaran Pengobatan Diare Akut Anak
di Puskesmas Jiwan Madiun. CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 11(1), 35-42.
Agustina, M.O. (2017), Gambaran Penggunaan Obat Diare di UPTD Puskesmas
Cibeureum tahun 2018: Tasikmalaya
Anggita, D., Nurisyah, S., & Wiriansya, E. P. (2022). Mekanisme Kerja Antibiotik.
UMI Medical Journal, 7(1), 46-58.
Ciccarelli SK, White J.N (2013). Psychology. 5th ed. London: Pearson Education;
P. 462
Depkes RI. (2011), Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Depkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. (2020). Profil Kesehatan Dinas
KesehatanKabupaten Garut Tahun 2021.Garut: Dinkes Kabupaten
Tangerang, 15Maret 2022
Fatkhiyah (2016). Gambaran kejadian diare pada balita di Wilayah kerja puskesmas
wedung II. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses dari
http://lib.unimus.ac.id pada tanggal 27 Maret 2018
Febriyanti, R. I. M., & Sugiarti, I. (2015). Analisis kelengkapan pengisian data
formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik kasus bedah. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI), 3(1).
Fentami, N. A. (2019). Gambaran Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Balita
Dengan Diare Akut Yang Dirawat Inap Di Rsup Persahabatan. J Arch
Pharm, 1, 14.
Octa, D. R. L., Maita, E., Maya S. & Yulfiana,R., (2014), Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

55


Endang, S (2015). Jangan Sepelekan Diare. Jakarta: PT Macana Jaya cemerlang
Islamiyah, A. N., Suherman, L. P., Ambarsundari, A., Rukmawati, I., & Wafa, A.
A. M. S. (2021). Studi Pola Peresepan Antidiare Anak Di Puskesmas Kota
Bandung. Pharmacoscript, 4(1), 41-57.
Jannah, N.U., 2017. Prevalensi Anemia dan Penyakit dengan Anis Pada Calon
Jemaah Hays yang Berhet & Rumah Salon Haji Jakarta Studs Kases de Data
Rekam Medis Penade 2016 S Faks Koduk Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta
Juffrie, M., Soenarto, S. S. Y., Oswari, H., Arief, S., Rosalinal., Mulyani, N.S.
(2015). Buku Ajar Gastroenterologi Anak Indo-Hepatologi. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1.
Karina, (2017). Hubungan Frekuensi Jajan Anak Dengan Kejadian Diare Akut.
Skripsi: Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
Kemenkes RI. (2020) Profil Kesehatan Indonesia 2019, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-a
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2019.pdf.
Kunaedi, A., Hidayati, N. R., & Hasanah, A. N. (2021). Profil Penggunaan Obat
Antidiare Pada Balita Di Puskesmas Lurah Cirebon Periode Bulan
Januari–Desember 2019. Journal of Pharmacopolium, 4(1).
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit (2 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran.
Notoatmodjo, (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Praninda, T. S., Kusnadi, K., & Purwantiningrum, H. (2021). Gambaran
Penggunaan Obat Antidiare Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Tegal
Barat (Doctoral dissertation, DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama).
Nurarif dan Kusuma, 2016. Asuhan Keperawatan Praktis: Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jakarta:
Mediaction.
Praninda, T. S., Kusnadi, K., & Purwantiningrum, H. (2021). Gambaran
Penggunaan Obat Antidiare Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Tegal
Barat (Doctoral dissertation, DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama).

56


Permenkes, (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Saputri, N. et.al. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Di Puskemsmas Bernung. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan. Vol.10 No (1). 2019. Stikes Muhammadiyah. Lampung
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA (2014). Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ke 4. Jakarta: Media Aesculapius.
Wulandari, S. F., Yuswar, M. A., & Purwanti, N. U. (2022). Pola Penggunaan Obat
Diare Akut Pada Balita di Rumah Sakit. Journal Syifa Sciences and Clinical
Research, 4(3), 600-608.
Wulandari, A. (2020). Gambaran Penggunaan Obat Diare Di Puskesmas Gimpu
Kecamatan Kulawi Selatan. Jurnal Farmaku (Farmasi Muhammadiyah
Kuningan), 5(1), 19-24.

57

LAMPPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian

58



Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian

59



Lampiran 3. Surat Pengantar Penelitian

60



Lampiran 4. Kartu bimbingan

61



Lampiran 5. Gambar Lokasi Penelitian

62

Lampiran 6. Lembar Pengumpul Data
LEMBAR PENGUMPUL DATA
GAMBARAN PENGOBATAN ANTIDIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS CITERAS TAHUN 2022
No No.Rekam
Medis
Nama Umur Jenis
Kelamin
Obat Diare Dosis Frekuensi Ket

1 772xxx Widia 1 tahun

P -Oralit

-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

2 587xxx Zidan 2 tahun 5 bulan L -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

3 679xxx Silfa 9 bulan P -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1/2 cth

4 887xxx Karina 2 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole
6 sach
20mg/ml
120 mg/ml
-
1x1 cth
1x1 cth

5 968xxx Aira 4 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
6 sach
20mg/ml
2x1 sach
1x1 cth

6 505xxx Herlan 1 tahun L -Cotrimoxazole
-Oralit
-Zinkid Syr 100ml
120 mg/ml
6 sach
20mg/ml
1x1 cth
2x1 sach
1x1 sach

63



7 771xxx Nurahmila 2 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 sach

8 561xxx Radika 10 bulan L -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
120 mg/ml
-
1x1/2 cth
2x1/2 cth

9 901xxx Tatin 3 tahun
P
-Oralit
-Zinkid Syr 100ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

10 971xxx Raina 1 tahun 5 bulan
P
-Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
120 mg/ ml
-
1x1 cth
2x1 cth

11 555xxx Thalia 3 tahun 5 bulan P -Zinkid Syr 100ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1 cth
-

12 966xxx Rizki 3 bulan L -Zinkid Syr 100ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1/2 cth
-

13 968xxx Asyifa 1 tahun 5 bulan P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

14 971xxx Lia 2 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

15 966xxx Indah 1 tahun 4 bulan P -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

16 970xxx Wida 6 bulan P - Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1/2cth

17 965xxx Naura 2 tahun P - Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

18 558xxx Zulfa 1 tahun5 bulan P -Zinkid Syr 100ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1 cth
-

19 961xxx Nadira 4 tahun 5 bulan P -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

64



20 546xxx Ai suci 2 tahun P -Cotrimoxazole Syr
-Oralit
-Zinkid Syr 100ml
120 mg/ml
6 sach
20mg/ml
2x1 cth
-
1x1 cth

21 969xxx Nadil 1 tahun L

- Cotrimoxazole Syr
-Oralit
-Zinkid Syr 100ml
120 mg/ml
6 sach
20mg/ml
2x1 cth
-
1x1 cth

22 960xxx Raka 3 tahun L -Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

23 970xxx Akmal 4 tahun L - Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

24 473xxx Noval 2 tahun5 bulan L - Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

25 566xxx Rijki 3 bulan L

- Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1/2 cth

26 564xxx Ikhsan 3 tahun L - Oralit
-Zinkid Syr 100ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

27 972xxx Alwi 10 bulan L -Zinkid Syr 100ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1/2 cth
-

28 571xxx Annisa 2 tahun P -Cotrimoxazole Syr
-Oralit
-Zinkid Syr 100ml
120 mg/ml
6 sach
20mg/ml
2x1 sach
2x1 sach
1x1 cth

29 569xxx Rosalina 1 tahun P -Zinkid Syr 100ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1 cth
-

30 972xxx Ruslana 5 tahun L -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

31 963xxx Alip 2 tahun L -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-
20mg/ml
-
1x1 cth

32 965xxx Nanda 2 tahun P - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

65



33 963xxx Nur ihsan 5 tahun L - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

34 966xxx Asila 1 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-
20mg/ml
2x1 sach
1x1 cth

35 963xxx Padka 2 tahun L -Zinkid syr 100 ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1/2 cth
-

36 967xxx Ratka 2 tahun 5 bulan L -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

37 776xxx Gibran 8 bulan L

-Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

38 968xxx Dapira 1 tahun 5 bulan P - Oralit
-Zinkid syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

39 962xxx Apkar 1 tahun 3 bulan L -Zinkid syr 100 ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1 cth
-

40 530xxx Nadiva 2 tahun P

-Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1 cth

41 550xxx Ruslan 7 bulan L -Zinkid syr 100 ml
-Oralit
20mg/ml
6 sach
1x1/2 cth
-

42 961xxx Salsabila 4 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
1x1 cth

43 972xxx Rafli 1 tahun 9 bulan L -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
2x1 cth

44 961xxx Seli 2 tahun P - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
2x1 cth

45 949xxx M. Arip 2 bulan L - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
6 sach
20mg/ml
-
1x1/2 cth

66



- Cotrimoxazole Syr 120 mg/ ml 1x ¼ cth
46 574xxx Bilal 1 tahun 6 bulan L - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
1x1 cth

47 960xxx Nendi 1 tahun 6 bulan L -Zinkid syr 100 ml
-Oralit
-Cotrimoxazole Syr
20mg/ml
6 sach
240mg/ml
1x1c th
-
1x1 cth

48 300xxx Anisa 1 tahun 1 bulan P - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240mg/ml
-
1x1 cth
1x1 cth

49 568xxx Sabar 1 tahun 2 bulan L - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
2x1 cth

50 560xxx Lulu 6 bulan L - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
120 mg/ml
-
1x1 cth
x1/2 cth

51 442xxx Siti 2 tahun P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
2x1

52 571xxx Ridwan 1 tahun L -Zinkid syr 100 ml
-Oralit
- Cotrimoxazole Syr
20mg/ml
-
240 mg/ml
1x1 cth
2x1 sach
2x1 cth

53 575xxx Kirania 6 bulan P -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
-
20mg/ml
120mg/ml
3x1 sach
1x1 cth
2x1/2 cth

54 936xxx Rafi 1 tahun L -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
120 mg/ml
-
1x1 cth
2x1 cth

55 747xxx Natdia 3 tahun P - Oralit 6 sach -

67



-Zinkid Syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
20mg/ml
240 mg/ml
1x1 cth
2x1 cth
56 698xxx Nizam 1 bulan L -Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
120 mg/ml
-
1x1/2 cth
2x ¼ cth

57 767xxx Arka 2 tahun L - Oralit
-Zinkid syr 100 ml
-Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
240 mg/ml
-
1x1 cth
2x1 cth

58 978xxx Dalilul 1 tahun 6 bulan L -Zinkid syr 100 ml
- Oralit
- Cotrimoxazole Syr
20mg/ml
6 sach
240 mg/ml
1x1 cth
-
2x1 cth

59 876xxx Alma 8 bulan P - Oralit
-Zinkid Syr 100 ml
- Cotrimoxazole Syr
6 sach
20mg/ml
120 mg/ml
-
1x1/2 cth
2x1/2 cth

60 550xxx Rifki 1 Tahun L -Oralit 6 sach -
61 542xxx Dea 2 tahun P -Oralit 6 sach -
62 532xxx Papin 11 bulan L -Oralit 6 sach -
63 432xxx Faizal 2 tahun L -Oralit 6 sach -
64 553xxx Anggi 3 tahun L -Oralit 6 sach -
65 594xxx

Kesya 3 tahun L -Oralit 6 sach -
66 573xxx Matazi 1 tahun 5 bulan L -Oralit 6 sach -
67 523xxx Azril 3 tahun 5 bulan L -Oralit 6 sach -
68 525xxx Adiva 1 tahun 5 bulan L -Oralit 6 sach -
69 565xxx Rehan 1 tahun L -Oralit 6 sach -
70 566xxx Tohir 3 tahun L -Oralit 6 sach -
71 578xxx Dinata 2 tahun L -Oralit 6 sach -

68




72 661xxx Saka 4 bulan L -Oralit

6 sach

-


73 632xxx Aksan 1 tahun L -Oralit

6 sach

-


74 643xxx Thalia 4 tahun P -Zink
-Cotrimoxazole Syr
-Oralit
20 mg
120 mg/ml
6 sach
1x1 tab
2x1 cth
-

75 632xxx Ahmad 3 tahun L -Zink

20 mg 1x1 tab
76 642xxx Zainal 3 tahun 5 bulan L -Zink

20 mg

1x1 tab


77 633xxx Arsi 6 bulan P -Zink

20 mg

1x1/2 tab


78 635xxx Fikri 2 tahun L -Zink 20 mg

1x1 tab


79 626xxx Eka 1 tahun 6 bulan P -Zink 20 mg

1x1 tab


80 627xx Fajri 1 tahun 3 bulan L -Zink

20 mg

1x1 tab


81 731xxx Fakih 7 bulan L -Zink

20 mg

1x1 /2tab


82 735xxx Husni 1 tahun 6 bulan L -Zink

20 mg 1x1 tab
83 742xxx Baehaqi 3 tahun L -Zink 20 mg

1x1 tab


84 755xxx Sani 2 tahun P -Zink

20 mg

1x1 tab

69



85 762xxx

Arsya 1 tahun 6 bulan L -Zink

20 mg

1x1 tab


86 825xxx Annisa 1 tahun 6 bulan P -Zink

20 mg

1x1 tab


87 832xxx Lutfi 10 bulan L -Zink

20 mg

1x1 /2tab


88 843xxx Serli 3 tahun P -Zink

20 mg

1x1 tab


89 854xxx

Arka 7 bulan L -Zink

20 mg

1x1/2 tab


90 827xxx Wahid 10 bulan L -Zink

20 mg

1x1/2 tab


91 722xxx Andra 5 tahun L -Zink

20 mg

1x1 tab


92 732xxx Eren 4 tahun P -Zink

20 mg

1x1 tab


93 777xxx Mahesa 10 bulan L -Zink

20 mg

1x1/2tab


94 778xxx Kasandra 8 bulan P -Zink

20 mg

1x1/2 tab


95 779xxx

Alzam 1 tahun 4 bulan L -Zink

20 mg

1x1 tab


96 888xxx

Delvi 3 tahun P -Zink

20 mg

1x1 tab


97 821xxx Hilmi 9 bulan L -Zink

20 mg

1x1/2 tab


98 845xxx Lukman 2 tahun L -Zink 20 mg

1x1 tab

70















99 876xxx Yumna 1 tahun P -Zink

20 mg

1x1 tab


100 856xxx Agus 3 tahun 5 bulan L -Zink

20 mg

1x1 tab

71

BIODATA

NAMA : SAIRI KHOIRIATI
NIM : P2.06.30.1.20.034
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : GARUT, 02 OKTOBER 2001
JURUSAN : FARMASI
PROGRAM STUDI : D-III FARMASI
PENGALAMAN ORGANISASI : -
PELATIHAN/SEMINAR :
1. Seminar dan Workshop nasional 2021
“Pengaruh digital marketing terhadap
peningkatan omzet penjualan dalam
pelayanan kefarmasian”
2. FARMAKOSENA 2022 Webinar and
Workshop “Peran Bidang Kefarmasian
dalam Dunia Digital Menuju Era
Society 5.0” Pelatihan Farmasi
“Tenaga Farmasi Tanggap Bencana”
2022
ALAMAT : Kp. Pangkalan Rt 04/ Rw 03/11, Ds. Citeras,
Kec. Malangbong, Kab.Garut , Kode Pos
44188
TELEPON/HP : 088214965298

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Tasikmalaya, 26 Mei 2023

i

30
Tags