Dadang Solihin Book Review Number 001/January 2025
DadangSolihin
121 views
42 slides
May 05, 2025
Slide 1 of 42
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
About This Presentation
Sepuluh buku yang direview dalam edisi ini tidak hanya menawarkan narasi-narasi kuat, tetapi juga membuka peluang untuk memahami hubungan antara kekuasaan, ideologi, teknologi, dan masa depan umat manusia. Mulai dari pertanyaan mengapa bangsa-bangsa gagal, hingga refleksi atas masa depan yang ditent...
Sepuluh buku yang direview dalam edisi ini tidak hanya menawarkan narasi-narasi kuat, tetapi juga membuka peluang untuk memahami hubungan antara kekuasaan, ideologi, teknologi, dan masa depan umat manusia. Mulai dari pertanyaan mengapa bangsa-bangsa gagal, hingga refleksi atas masa depan yang ditentukan oleh kecerdasan buatan dan realitas kuantum global.
Size: 2.03 MB
Language: none
Added: May 05, 2025
Slides: 42 pages
Slide Content
No Book Title Author Page
1. Why Nations Fail Daron Acemoglu and James
A Robinson
3
2. The Jakarta Method: Washington's
Anticommunist Crusade and the Mass
Murder Program that Shaped Our World
Vincent Bevins 7
3. The New Rulers of the World John Pilger 11
4. Despite Good Intentions: Why Development
Assistance to the Third World Has Failed
Thomas W. Dichter 15
5. Ghost Fleet Peter Warren Singer and
August Cole
19
6. The Black Swan: The Impact of the Highly
Improbable
Nassim Nicholas Taleb 23
7. Jokowi: Man of Contradictions Ben Bland 27
8. The Jokowi-Prabowo Elections 2.0 Editor Made Supriatma and
Hui Yew-Foong
31
9. War by Other Means: Geoeconomics and
Statecraft
Robert D Blackwill and
Jennifer M Harris
34
10. Geopolitics 2024: Quantum ASI An AI Book Victor Trujillo 38
Dadang Solihin
Book
Review
Number 001/January 2025
DS
BR
1
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Pengantar
Dengan penuh rasa syukur dan semangat intelektual, penulis hadirkan
kepada para pembaca edisi perdana jurnal ilmiah Book Review DSBR
Nomor 001/Januari 2025. Edisi ini merupakan upaya awal penulis untuk
menghadirkan sebuah ruang reflektif dan analitis dalam mengulas
karya-karya strategis yang menyuarakan gagasan-gagasan penting,
menantang status quo, serta membuka cakrawala berpikir mengenai
dinamika global, nasional, dan kemanusiaan. Melalui kajian terhadap
sepuluh buku pilihan, penulis mengajak pembaca menyelami simpul-
simpul pengetahuan yang dapat memperkaya wacana strategis dan
kebijakan publik.
Dalam dunia yang terus berubah dan penuh ketidakpastian, membaca buku bukan sekadar
kegiatan akademik, melainkan juga suatu bentuk perlawanan terhadap kedangkalan berpikir
dan arus informasi yang instan. Sepuluh buku yang direview dalam edisi ini tidak hanya
menawarkan narasi-narasi kuat, tetapi juga membuka peluang untuk memahami hubungan
antara kekuasaan, ideologi, teknologi, dan masa depan umat manusia. Mulai dari pertanyaan
mengapa bangsa-bangsa gagal, hingga refleksi atas masa depan yang ditentukan oleh
kecerdasan buatan dan realitas kuantum global.
Buku pertama, Why Nations Fail karya Daron Acemoglu dan James A. Robinson, menjadi
pondasi pemikiran mengenai bagaimana institusi memainkan peran sentral dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu bangsa. Buku ini menekankan pentingnya
inklusivitas politik dan ekonomi sebagai kunci kemajuan, serta memperingatkan bahaya dari
institusi ekstraktif yang hanya menguntungkan segelintir elite. Ulasan atas buku ini menjadi
pengantar penting untuk memahami relasi kekuasaan, ekonomi, dan demokrasi.
Buku kedua, The Jakarta Method karya Vincent Bevins, membuka luka sejarah yang lama
disembunyikan: operasi rahasia dan genosida atas nama anti-komunisme yang mendapat
dukungan dari kekuatan global. Dengan gaya jurnalisme investigatif yang tajam, buku ini
menelusuri jejak kekerasan sistematis yang dimulai dari Indonesia dan menjalar ke berbagai
belahan dunia, membentuk peta politik global kontemporer.
Selanjutnya, The New Rulers of the World karya John Pilger memperdalam pemahaman
tentang hegemoni kekuatan Barat melalui media, ekonomi, dan intervensi militer. Pilger
mengajak kita melihat dunia dari kacamata rakyat tertindas yang selama ini menjadi korban
sistem global yang tidak adil.
Dalam Despite Good Intentions, Thomas W. Dichter menggugat romantisme bantuan
pembangunan dan menunjukkan betapa seringnya proyek-proyek bantuan justru gagal
memahami konteks lokal, menciptakan ketergantungan, dan memperkuat birokrasi yang
tidak efektif. Buku ini menyajikan pembelajaran berharga bagi para pelaku pembangunan
agar lebih reflektif dan adaptif.
Beralih ke ranah fiksi spekulatif, Ghost Fleet karya P.W. Singer dan August Cole menyuguhkan
skenario perang masa depan yang dibangun di atas basis teknologi mutakhir dan dinamika
2
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
geopolitik yang rumit. Melalui narasi yang sangat imajinatif namun berbasis riset mendalam,
buku ini memberikan simulasi masa depan konflik global yang sangat mungkin terjadi.
Di sisi lain, The Black Swan karya Nassim Nicholas Taleb menawarkan kerangka berpikir
tentang ketidakpastian ekstrem dan bagaimana peristiwa yang tidak terduga dapat
mengubah arah sejarah. Buku ini mengajak kita untuk berhati-hati terhadap kepercayaan diri
berlebih dalam meramal masa depan dan mendorong kesiapan menghadapi hal-hal yang
tidak bisa diprediksi.
Dua buku berikutnya menyoroti politik Indonesia kontemporer. Jokowi: Man of
Contradictions karya Ben Bland dan The Jokowi-Prabowo Elections 2.0 yang disunting oleh
Made Supriatma dan Hui Yew-Foong menyuguhkan dua perspektif penting: yang satu
mengupas sisi personal dan kontradiktif dari sosok Presiden Joko Widodo, sedangkan yang
lainnya mengulas kontestasi elektoral sebagai fenomena politik dan sosial yang kompleks.
Kedua buku ini menjadi cermin penting bagi bangsa yang tengah mencari format demokrasi
yang substansial.
Buku kesembilan, Geoeconomics and Statecraft karya Robert D. Blackwill dan Jennifer M.
Harris, memperlihatkan bahwa kekuatan ekonomi kini menjadi alat strategis yang jauh lebih
efektif daripada kekuatan militer. Dalam konteks persaingan global, geoeconomics menjadi
senjata baru yang harus dipahami oleh para pembuat kebijakan.
Akhirnya, Geopolitics 2024: Quantum ASI – An AI Book karya Victor Trujillo membuka
cakrawala tentang bagaimana kecerdasan buatan, kuantum computing, dan kekuatan data
akan menentukan masa depan geopolitik. Buku ini menjadi titik simpul antara teknologi dan
kekuasaan global dalam satu narasi futuristik yang menggugah dan mencemaskan.
Sepuluh buku yang direview dalam edisi ini mewakili lanskap pemikiran yang luas—dari
ekonomi politik hingga teknologi mutakhir, dari sejarah kelam hingga masa depan spekulatif.
Penulis berharap ulasan-ulasan dalam jurnal ini dapat menjadi referensi penting bagi
akademisi, pembuat kebijakan, praktisi, dan siapa pun yang ingin memahami dunia dengan
lebih jernih dan kritis.
Akhir kata, penulis berharap semoga Book Review DSBR ini dapat menjadi wadah refleksi
strategis dan pembelajaran kolektif di tengah dunia yang terus berubah. Selamat menikmati.
Jakarta, 11 Januari 2025
Penulis
3
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Institusi Inklusif sebagai Pilar Ketahanan Nasional Indonesia: Tinjauan Kritis
terhadap Why Nations Fail karya Daron Acemoglu dan James A Robinson
Abstract
The book Why Nations Fail by Daron Acemoglu and James A. Robinson provides a compelling
argument on how inclusive political and economic institutions determine a country's
prosperity or poverty. This article explores the central thesis of the book and evaluates its
relevance to strengthening Indonesia’s national resilience. By discussing critical institutional
reforms, economic diversification, ethnic solidarity, and sustainable development, this paper
proposes an institutional framework that Indonesia could adopt to escape the pitfalls of
extractive systems and ensure long-term national strength.
Keywords: inclusive institutions, national resilience, Indonesia, democracy, Why Nations Fail
Pendahuluan
Pertanyaan mengapa beberapa negara menjadi kaya sementara yang lain tetap miskin telah
lama menjadi perdebatan akademis. Daron Acemoglu dan James A. Robinson dalam karya
monumental mereka Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty
menawarkan penjelasan yang kuat: perbedaan institusional. Mereka menyatakan bahwa
institusi politik dan ekonomi yang inklusif merupakan kunci bagi kemakmuran, sedangkan
institusi ekstraktif menjadi penyebab utama kemiskinan yang sistemik. Dalam konteks
Indonesia—negara pascakolonial dengan keberagaman etnis, kekayaan sumber daya alam,
dan sejarah transisi demokrasi—gagasan ini menjadi sangat relevan untuk memperkuat
ketahanan nasional secara berkelanjutan.
4
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Kerangka Teori: Inklusivitas versus Ekstraksi
Acemoglu dan Robinson mengategorikan institusi ke dalam dua jenis: inklusif dan ekstraktif.
Institusi inklusif membuka ruang partisipasi luas bagi warga negara, mendorong inovasi, dan
menjamin perlindungan hukum serta kepemilikan. Sementara itu, institusi ekstraktif
cenderung mengonsentrasikan kekuasaan dan kekayaan kepada segelintir elit, menghambat
kemajuan ekonomi dan menindas kebebasan politik. Contoh sukses seperti Inggris dan
Amerika Serikat menunjukkan bagaimana inklusivitas mendorong kemajuan, sedangkan
kegagalan sistemik di negara-negara Afrika Sub-Sahara dan Amerika Latin disebabkan oleh
pola ekstraktif yang berulang.
Analisis Relevansi di Indonesia
1. Demokrasi dan Reformasi Politik
Sejak reformasi 1998, Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan dalam membangun
sistem politik yang demokratis. Namun, praktik oligarki masih menjadi tantangan utama.
Proses demokrasi sering kali dikendalikan oleh elite ekonomi-politik, menyebabkan
ketimpangan representasi. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memperdalam
demokrasi substantif dengan mendorong akuntabilitas, memperkuat lembaga peradilan, dan
memastikan kebebasan pers yang independen.
2. Ketergantungan Sumber Daya Alam dan Kutukan Ekonomi
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi sejarah menunjukkan
bahwa ketergantungan terhadap komoditas primer seperti minyak, batu bara, dan kelapa
sawit membawa risiko stagnasi ekonomi dan krisis fiskal. Fenomena ini dikenal sebagai
"kutukan sumber daya" (resource curse). Untuk menghindari jebakan ini, Indonesia perlu
mengalihkan fokus pembangunan ekonomi ke sektor-sektor berbasis pengetahuan, seperti
teknologi informasi, industri kreatif, dan pertanian modern berbasis inovasi.
3. Solidaritas Sosial dalam Keberagaman
Keberagaman etnis, budaya, dan agama adalah kekayaan bangsa, tetapi juga berpotensi
menjadi sumber konflik jika tidak dikelola dengan baik. Acemoglu dan Robinson tidak secara
langsung membahas pluralitas sosial, tetapi gagasan mereka tentang institusi inklusif dapat
diperluas ke dimensi sosial. Solidaritas etnis harus diperkuat melalui pendidikan multikultural,
penguatan nilai-nilai Pancasila, dan pengembangan institusi sosial yang mendukung kohesi
nasional.
4. Transisi Demokrasi yang Berkelanjutan
Transisi demokrasi bukan sekadar perubahan institusi formal, tetapi juga transformasi budaya
politik. Indonesia telah menghindari kemunduran menjadi negara otoriter, tetapi godaan
terhadap populisme dan korupsi struktural tetap tinggi. Sistem checks and balances perlu
5
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
diperkuat melalui independensi lembaga negara, partisipasi sipil aktif, dan reformasi partai
politik.
5. Tantangan Geografis dan Ketahanan Iklim
Sebagai negara kepulauan di garis khatulistiwa, Indonesia menghadapi tantangan geografis
yang kompleks, mulai dari kesenjangan pembangunan antarwilayah hingga kerentanan
terhadap perubahan iklim. Institusi inklusif dalam hal ini berarti memastikan pembangunan
merata dan kebijakan lingkungan yang adil. Investasi infrastruktur di wilayah terluar dan
adaptasi kebijakan berbasis sains harus menjadi bagian dari strategi ketahanan nasional.
Peran Critical Junctures dan Momentum Sejarah
Dalam bukunya, Acemoglu dan Robinson juga menekankan pentingnya critical junctures, yaitu
momen-momen kritis dalam sejarah ketika arah institusional dapat berubah drastis.
Reformasi 1998 adalah salah satu critical juncture bagi Indonesia. Kini, momentum serupa
muncul dalam bentuk transformasi digital dan tekanan global akibat krisis iklim. Indonesia
harus mampu mengambil keputusan yang strategis agar tidak kembali ke pola institusional
yang ekstraktif.
Rekomendasi Strategis
1. Reformasi Hukum dan Politik: Mewujudkan institusi peradilan yang independen dan
melindungi kebebasan sipil.
2. Diversifikasi Ekonomi: Mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan untuk
melepaskan diri dari ketergantungan terhadap SDA.
3. Pendidikan Inklusif dan Multikultural: Menanamkan nilai kebhinekaan dan toleransi
dalam kurikulum nasional.
4. Infrastruktur Inklusif: Pembangunan wilayah tertinggal untuk mengurangi kesenjangan
regional.
5. Kolaborasi Lintas Sektor: Sinergi pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil dalam
membangun institusi yang transparan dan akuntabel.
Kesimpulan
Pelajaran utama dari Why Nations Fail adalah bahwa kemakmuran dan ketahanan sebuah
negara tidak semata ditentukan oleh geografi, budaya, atau sumber daya, melainkan oleh
desain dan kinerja institusinya. Untuk membangun ketahanan nasional jangka panjang,
Indonesia perlu menciptakan institusi yang inklusif, adil, dan adaptif terhadap perubahan
zaman. Hanya dengan demikian, bangsa ini dapat mewujudkan cita-cita kesejahteraan yang
merata dan berkelanjutan.
6
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Daftar Pustaka
Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2012). Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and
Poverty. Crown Business.
Sachs, J. D., & Warner, A. M. (1995). “Natural Resource Abundance and Economic Growth.”
NBER Working Paper No. 5398.
Mauro, P. (1995). “Corruption and Growth.” The Quarterly Journal of Economics, 110(3), 681–
712.
Glynn, P., Kobrin, S. J., & Naim, M. (1999). “The Globalization of Democracy.” International
Political Science Review, 20(1), 123–146.
Todaro, M. P. (2002). Economic Development (8th ed.). Addison Wesley.
Solihin, D. (2006). “AWAS…!! Negara-negara ini Akan Sulit untuk Maju.” Diakses dari:
https://www.slideshare.net/slideshow/dukungan-sekwan-bagi-penerapan-
prinsipprinsip-good-governance/56130
7
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
“The Jakarta Method” dan Ketahanan Nasional Indonesia:
Sebuah Ulasan Kritis Karya Vincent Bevins
Abstract
The Jakarta Method by Vincent Bevins offers a harrowing account of the Cold War-era anti-
communist purges, with Indonesia as a central case. The book illustrates how the United
States supported mass violence in Indonesia during 1965 and how these methods inspired
similar repressive tactics across Latin America and beyond. This review explores the book’s
key themes and reflects on its implications for Indonesia’s national resilience, focusing on
historical awareness, foreign intervention, democracy, human rights, and military oversight.
The Jakarta Method is not just a historical study—it is a critical reminder for nations to uphold
sovereignty, democratic values, and inclusive narratives.
Keywords: Jakarta Method, national resilience, Cold War, Indonesia 1965, democracy, foreign
intervention
Pendahuluan
Buku The Jakarta Method: Washington’s Anticommunist Crusade and the Mass Murder
Program that Shaped Our World karya Vincent Bevins menjadi karya monumental dalam
memahami bagaimana kekuatan global, khususnya Amerika Serikat, memengaruhi arah
sejarah negara-negara berkembang, terutama Indonesia, selama Perang Dingin. Melalui
narasi jurnalistik yang tajam dan berdasarkan penelitian lapangan yang mendalam, Bevins
menyajikan kisah kelam yang selama ini luput dari narasi arus utama: pembantaian massal
terhadap jutaan orang yang diduga komunis setelah kegagalan kudeta tahun 1965.
8
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Buku ini tidak hanya menyuguhkan dokumentasi sejarah, tetapi juga menantang pembaca
untuk merenungkan ulang konsep kedaulatan, demokrasi, dan hak asasi manusia sebagai
elemen penting dalam membangun ketahanan nasional.
Isi Pokok Buku dan Konteks Historis
Vincent Bevins menempatkan Indonesia sebagai pusat dari strategi global antikomunis yang
dipimpin Amerika Serikat. Peristiwa 1965 di Indonesia—yang menewaskan lebih dari 500.000
orang dan menghancurkan Partai Komunis Indonesia (PKI)—menjadi model bagi penindasan
serupa di Chili, Brasil, Argentina, dan negara-negara lainnya. Metode yang digunakan oleh
militer Indonesia, dengan restu dan bantuan dari CIA, kemudian dikenal sebagai “Metode
Jakarta”—sebuah paradigma eliminasi sistematis terhadap ideologi kiri yang dianggap
mengancam dominasi kapitalis Barat.
Bevins menunjukkan bahwa kekerasan tidak berhenti pada pelabelan “komunis”, melainkan
menyasar siapa saja yang mengadvokasi perubahan struktural, termasuk serikat buruh,
intelektual, hingga mahasiswa.
Implikasi terhadap Ketahanan Nasional Indonesia
1. Kesadaran Sejarah yang Kritis
Bevins menekankan pentingnya meninjau kembali sejarah 1965 secara terbuka dan jujur.
Ketahanan nasional bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga narasi sejarah yang inklusif
dan tidak represif. Kesadaran kolektif tentang masa lalu yang gelap dapat menjadi fondasi
untuk membangun identitas nasional yang sehat dan kohesif.
2. Menjaga Kedaulatan dari Intervensi Asing
Salah satu pesan utama buku ini adalah bahaya dari intervensi eksternal terhadap urusan
domestik. Ketergantungan terhadap kekuatan asing untuk menyelesaikan konflik dalam
negeri justru membuka pintu bagi penggiringan agenda asing yang dapat merusak kedaulatan
negara. Indonesia harus memperkuat posisi politik luar negerinya yang bebas aktif.
3. Memperkuat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
Pembantaian massal 1965 menunjukkan rapuhnya struktur demokrasi yang tidak dilandasi
penghormatan terhadap hak-hak dasar warga negara. Ketahanan nasional tidak akan kokoh
jika negara tidak menjamin kebebasan berekspresi, perlindungan hukum, dan hak hidup
warganya. Dalam konteks saat ini, perlindungan HAM harus menjadi indikator utama
keberhasilan institusi negara.
4. Mencegah Polarisasi Politik dan Kekerasan
Polarisasi ekstrem yang terjadi pada era 1960-an menjadi pelajaran berharga. Ketika
perbedaan ideologi disikapi dengan kebencian dan kekerasan, bangsa menjadi terpecah dan
9
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
lemah. Indonesia masa kini harus membangun ruang dialog yang sehat, mendorong
pendidikan politik yang berimbang, serta menghindari wacana demonisasi terhadap
kelompok-kelompok tertentu.
5. Pengawasan terhadap Militer
Salah satu kekhawatiran utama yang dibawa buku ini adalah bagaimana militer yang tidak
diawasi dapat berubah menjadi kekuatan represif terhadap rakyatnya sendiri. Dalam konteks
ketahanan nasional, militer harus ditempatkan di bawah kendali sipil yang kuat dan
transparan, sesuai dengan prinsip-prinsip negara demokratis.
6. Membangun Ketahanan Sosial
Bevins secara implisit menggarisbawahi bahwa kondisi sosial-ekonomi yang timpang turut
memicu keberhasilan kekerasan sistemik. Oleh karena itu, penguatan ketahanan nasional
memerlukan strategi pengentasan kemiskinan, pemberdayaan komunitas akar rumput, dan
pembangunan sistem kesejahteraan yang merata dan adil.
7. Relevansi Kebijakan Luar Negeri Bebas Aktif
Kebijakan luar negeri yang bebas aktif menjadi penting untuk memastikan Indonesia tidak
menjadi pion dalam persaingan geopolitik global. Seperti yang diperjuangkan Sukarno,
Indonesia harus mampu berdiri di atas kepentingan nasional dan tidak tergoda untuk
memihak pada kekuatan asing yang memiliki kepentingan hegemonik.
Kritik dan Apresiasi terhadap Buku
Buku ini sangat kuat secara naratif dan berhasil menghubungkan peristiwa lokal Indonesia
dengan dinamika global. Namun, kritik yang muncul adalah bahwa buku ini cenderung
berfokus pada narasi korban dan tidak secara mendalam mengulas kompleksitas internal
politik Indonesia saat itu. Meski demikian, The Jakarta Method tetap menjadi referensi
penting bagi mereka yang ingin memahami dinamika kekuasaan global dan dampaknya
terhadap bangsa-bangsa berkembang.
Kesimpulan
The Jakarta Method membuka luka lama yang sering disembunyikan dari narasi resmi.
Namun, buku ini bukan semata-mata untuk menyesali masa lalu, melainkan untuk belajar
darinya. Ketahanan nasional Indonesia harus dibangun di atas kesadaran sejarah yang utuh,
komitmen terhadap hak asasi manusia, kedaulatan yang dijaga dari intervensi asing, dan
institusi demokratis yang kuat. Buku ini menjadi pengingat bahwa kebijakan yang tidak
berakar pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan akan menimbulkan dampak jangka panjang
yang merusak bangsa.
Daftar Pustaka
10
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Bevins, V. (2020). The Jakarta Method: Washington’s Anticommunist Crusade and the Mass
Murder Program that Shaped Our World. PublicAffairs.
Cribb, R. (2001). The Indonesian Killings of 1965–1966: Studies from Java and Bali. Clayton:
Monash Asia Institute.
Roosa, J. (2006). Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto’s Coup
d'État in Indonesia. University of Wisconsin Press.
Heryanto, A. (2006). State Terrorism and Political Identity in Indonesia: Fatally Belonging.
Routledge.
Schwarz, A. (2004). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Allen & Unwin.
11
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Membongkar Kekuasaan Global dan Ketahanan Nasional: Tinjauan Buku "The
New Rulers of the World" Karya John Pilger
Abstract
This article presents a critical review of John Pilger's The New Rulers of the World, a journalistic
investigation into global power structures that perpetuate inequality and neo-colonialism in
the post-colonial era. The book illustrates how multinational corporations, international
financial institutions, and powerful states manipulate developing countries through
globalization, debt, and political intervention. Using Indonesia as a case study, Pilger
highlights the consequences of foreign interference and economic dependency. This review
identifies key arguments from the book and interprets their relevance to strengthening
Indonesia's national resilience, especially in the face of global pressure. It proposes strategic
insights for safeguarding economic sovereignty, reducing external debt, and promoting
inclusive development.
Kata Kunci: John Pilger, globalisasi, ketahanan nasional, kedaulatan ekonomi, kolonialisme
modern
Pendahuluan
Buku The New Rulers of the World karya John Pilger merupakan karya jurnalisme investigatif
yang menyoroti ketimpangan kekuasaan global pasca-kolonialisme. Dengan pendekatan yang
kritis dan berani, Pilger mengungkap bagaimana kekuatan global—termasuk negara adikuasa,
korporasi multinasional, dan lembaga keuangan internasional—mengontrol arah
pembangunan di negara-negara berkembang. Indonesia menjadi salah satu fokus utama
dalam narasi ini, menjadikan buku ini sangat relevan untuk dikaji dalam konteks penguatan
ketahanan nasional.
12
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Argumen Utama Buku
1. Eksploitasi Globalisasi
Pilger menyatakan bahwa globalisasi, meskipun dibingkai sebagai sarana pembangunan,
sering kali menjadi instrumen eksploitasi oleh kekuatan global. Negara-negara berkembang
dipaksa menerima paket kebijakan neoliberal seperti privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi
perdagangan yang justru memperlemah kapasitas ekonomi domestik dan memperkuat
ketergantungan pada aktor asing.
2. Kasus Indonesia: Kudeta dan Kapitalisme Korporat
Dalam bab yang sangat kuat, Pilger membahas kudeta 1965 di Indonesia dan intervensi
Amerika Serikat dalam menggulingkan Presiden Sukarno. Rezim militer Soeharto yang
didukung Barat dinilai memberikan karpet merah bagi korporasi asing untuk mengeruk
kekayaan Indonesia, meninggalkan jejak penderitaan sosial dan ketimpangan ekonomi yang
panjang bagi rakyat.
3. Peran IMF dan Bank Dunia
Pilger mengkritik tajam IMF dan Bank Dunia sebagai alat dominasi ekonomi global. Lembaga
ini disebut memaksakan kebijakan struktural yang melanggengkan ketergantungan dan
mempersempit ruang gerak kebijakan nasional. Negara-negara yang tunduk pada "resep"
mereka justru sering gagal mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
4. Kesenjangan Sosial dan "Kolonialisme Baru"
Salah satu dampak sistemik dari dominasi global adalah meningkatnya kesenjangan sosial.
Pilger menggambarkan dunia pasca-kolonial sebagai arena kolonialisme baru yang dibungkus
dengan narasi pembangunan, demokrasi, dan perang melawan teror. Hegemoni Barat tetap
berlangsung melalui instrumen ekonomi dan militer.
Relevansi Buku terhadap Ketahanan Nasional Indonesia
Buku ini menjadi sangat relevan bagi Indonesia sebagai pembelajaran penting dalam
merumuskan strategi ketahanan nasional yang adaptif terhadap tantangan global.
1. Kedaulatan Ekonomi
Pilger mengingatkan akan pentingnya kedaulatan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Indonesia harus memperkuat posisi tawar dalam investasi asing, memperketat regulasi untuk
mencegah eksploitasi sumber daya alam, dan memastikan bahwa kebijakan fiskal dan
moneter tidak dikendalikan oleh lembaga internasional.
13
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
2. Pengurangan Ketergantungan Utang
Kritik Pilger terhadap peran utang luar negeri sebagai alat kontrol ekonomi menjadi pengingat
agar Indonesia tidak jatuh ke dalam jebakan utang. Reformasi perpajakan, peningkatan
produksi nasional, dan efisiensi belanja negara adalah langkah penting menuju kemandirian
fiskal.
3. Pembangunan Inklusif dan Berkeadilan
Pembangunan infrastruktur yang hanya menguntungkan investor asing tidak akan
memperkuat ketahanan sosial. Pemerintah harus mengedepankan pembangunan yang
inklusif, menjangkau wilayah tertinggal, dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat luas.
4. Perlindungan Sumber Daya Alam
Indonesia harus mampu menegosiasikan kontrak yang adil dengan perusahaan asing dan
memperkuat sistem hukum agar hasil kekayaan alam tidak mengalir keluar negeri tanpa
kontribusi berarti terhadap pembangunan nasional.
5. Kepemimpinan Berdaulat
Kepemimpinan nasional yang kuat dan bebas dari pengaruh asing merupakan pilar penting
ketahanan nasional. Sejarah intervensi asing di Indonesia menjadi pengingat bahwa
kemandirian politik harus dijaga melalui konsolidasi demokrasi dan pendidikan politik rakyat.
6. Strategi Pertahanan Non-Militer
Pilger memperluas makna kolonialisme melalui ranah ekonomi, informasi, dan budaya. Oleh
karena itu, strategi ketahanan nasional Indonesia juga harus mencakup ketahanan digital,
ketahanan pangan, ketahanan budaya, dan literasi media untuk menghadapi bentuk baru
penjajahan modern.
7. Kesejahteraan sebagai Fondasi Ketahanan
Ketahanan sosial adalah elemen kunci dari ketahanan nasional. Negara harus fokus pada
pengurangan kemiskinan, pemerataan ekonomi, dan penguatan sektor informal yang
menyerap sebagian besar tenaga kerja Indonesia.
Kesimpulan
Melalui The New Rulers of the World, John Pilger menyajikan analisis tajam terhadap wajah
baru kolonialisme yang tersembunyi di balik retorika globalisasi dan pembangunan. Buku ini
memberikan pelajaran penting bahwa dalam dunia yang semakin terkoneksi, kemerdekaan
sejati hanya dapat dicapai melalui ketahanan nasional yang menyeluruh. Bagi Indonesia, ini
berarti memperkuat kedaulatan ekonomi, mengurangi ketergantungan, dan memastikan
14
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
bahwa pembangunan berpihak kepada rakyat. Buku ini layak dibaca oleh para pemimpin,
akademisi, dan generasi muda yang peduli pada masa depan bangsa di tengah arus kekuatan
global yang terus berubah.
Daftar Pustaka
Pilger, John. The New Rulers of the World. Verso Books, 2002.
Stiglitz, Joseph E. Globalization and Its Discontents. W. W. Norton & Company, 2003.
Klein, Naomi. The Shock Doctrine: The Rise of Disaster Capitalism. Picador, 2007.
The New Rulers of the World, https://youtu.be/UxgZZ8Br6cE?feature=shared
Rodrik, Dani. The Globalization Paradox. W. W. Norton & Company, 2011.
15
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Membaca Kegagalan Bantuan Internasional: Tinjauan Kritis Buku Despite
Good Intentions Karya Thomas W. Dichter
Abstract
This article reviews Thomas W. Dichter's Despite Good Intentions: Why Development
Assistance to the Third World Has Failed, a critical work that explores the structural
weaknesses and moral dilemmas of international aid programs in developing countries.
Through decades of personal experience and global case studies, Dichter illustrates how
bureaucratization, lack of contextual understanding, donor dependency, and short-termism
hinder the effectiveness of aid. This review contextualizes Dichter’s arguments in the
Indonesian development experience, highlighting the need for inclusive, locally driven, and
sustainable strategies to enhance national resilience and reduce reliance on foreign aid.
Keywords: development aid, local empowerment, national resilience, Thomas W. Dichter,
development failure
Pendahuluan
Buku Despite Good Intentions: Why Development Assistance to the Third World Has Failed
karya Thomas W. Dichter menawarkan kritik mendalam terhadap praktik bantuan
pembangunan internasional yang seringkali gagal meskipun didorong oleh niat baik. Dengan
pengalaman lebih dari tiga dekade dalam lembaga pembangunan internasional, Dichter
membongkar kegagalan struktural, moral, dan implementatif dari bantuan pembangunan.
Buku ini sangat relevan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih
menjadi penerima bantuan internasional, terutama dalam konteks membangun kemandirian
dan ketahanan nasional.
16
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Argumen Utama Buku
1. Birokratisasi Bantuan
Dichter mengungkap bahwa lembaga bantuan sering kali lebih sibuk dengan manajemen
internal dan pelaporan administratif daripada efektivitas di lapangan. Proyek bantuan
menjadi terlalu teknokratik dan terjebak dalam sistem pelaporan yang rumit, yang
memperlambat respons dan mengurangi efisiensi dalam mencapai tujuan pembangunan.
2. Kurangnya Pemahaman Konteks Lokal
Salah satu kelemahan paling krusial dari bantuan pembangunan adalah kegagalan memahami
realitas sosial, budaya, dan politik masyarakat lokal. Proyek cenderung bersifat top-down,
menggunakan pendekatan yang seragam dan tidak responsif terhadap keunikan lokal.
3. Ketergantungan dan Hilangnya Kemandirian
Alih-alih membangun kapasitas, bantuan justru sering menciptakan siklus ketergantungan.
Negara penerima menjadi terbiasa menunggu solusi dari luar, sementara upaya internal
untuk berkembang secara mandiri menjadi stagnan.
4. Fokus pada Proyek Jangka Pendek
Donor sering menuntut hasil cepat dan terukur, sehingga proyek didesain untuk menunjukkan
keberhasilan instan. Sayangnya, hal ini tidak menjawab persoalan struktural jangka panjang
yang lebih penting dan kompleks.
5. Moralitas dan Paternalistik Donor
Dichter juga mengkritik sikap moralistik dan paternalistik donor yang merasa lebih tahu
kebutuhan negara penerima. Sikap ini merusak hubungan kemitraan dan menghambat
partisipasi aktif masyarakat lokal dalam pembangunan.
6. Minimnya Evaluasi Jangka Panjang
Sebagian besar proyek bantuan tidak memiliki mekanisme evaluasi yang berkelanjutan.
Proyek sering dinyatakan sukses tanpa bukti konkret tentang dampak jangka panjangnya
terhadap perubahan sosial dan ekonomi.
17
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Relevansi untuk Pembangunan Indonesia dan Ketahanan Nasional
1. Pendekatan Kontekstual dan Partisipatif
Indonesia memiliki keberagaman budaya dan sosial yang menuntut pendekatan
pembangunan yang spesifik dan partisipatif. Pelibatan masyarakat lokal dalam perencanaan
dan pelaksanaan program pembangunan menjadi syarat mutlak agar program tidak gagal
seperti yang digambarkan Dichter.
2. Pembangunan Berbasis Kemandirian
Untuk memperkuat ketahanan nasional, Indonesia harus mulai meninggalkan
ketergantungan pada bantuan asing. Penguatan kapasitas lembaga lokal, pengembangan
SDM, serta pemanfaatan sumber daya nasional secara optimal menjadi kunci kemandirian
yang tahan krisis.
3. Evaluasi Berbasis Dampak Jangka Panjang
Pemerintah harus menekankan pentingnya evaluasi proyek pembangunan berdasarkan
dampak jangka panjang. Evaluasi ini tidak hanya mengukur output, tetapi juga perubahan
struktural dan kemandirian komunitas penerima manfaat.
4. Efisiensi Birokrasi
Salah satu kritik utama Dichter adalah inefisiensi birokrasi. Di Indonesia, reformasi birokrasi
pembangunan harus diarahkan untuk memangkas jalur administrasi yang tidak perlu,
mendorong koordinasi antarinstansi, dan memperkuat pengawasan di lapangan.
5. Kepemimpinan Pembangunan yang Rendah Hati dan Kolaboratif
Buku ini juga memberikan pelajaran penting tentang kepemimpinan pembangunan yang tidak
bersifat menggurui. Pemerintah dan donor perlu memposisikan diri sebagai mitra sejajar
dengan masyarakat lokal, membangun rasa percaya dan kepemilikan bersama atas proses
pembangunan.
6. Fokus pada Penguatan Kapasitas Lokal
Proyek bantuan di Indonesia perlu diarahkan pada peningkatan kapasitas masyarakat agar
dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan secara mandiri. Ini termasuk pelatihan,
pembentukan kelembagaan lokal, dan akses terhadap sumber daya produksi.
18
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
7. Tata Kelola Bantuan yang Lebih Adaptif dan Multilateral
Indonesia harus cerdas dalam menyeleksi jenis bantuan dan mitra pembangunan.
Pendekatan multilateral yang adaptif dan sesuai dengan strategi pembangunan nasional akan
lebih efektif daripada mengikuti agenda tunggal dari satu donor.
Kesimpulan
Buku Despite Good Intentions menawarkan pembacaan kritis dan realistis tentang kegagalan
bantuan pembangunan internasional di negara-negara berkembang. Dengan gaya naratif
yang lugas dan kaya akan pengalaman lapangan, Thomas W. Dichter memberikan pelajaran
penting bagi negara seperti Indonesia dalam menyusun strategi pembangunan yang lebih
mandiri, inklusif, dan berkelanjutan. Gagasan dalam buku ini dapat dijadikan refleksi untuk
memperbaiki pendekatan kebijakan pembangunan dan memperkuat ketahanan nasional
melalui pemutusan siklus ketergantungan dan birokrasi.
Daftar Pustaka
Bappenas RI. Evaluasi Bantuan Pembangunan Internasional di Indonesia, Jakarta: Bappenas,
2020.
Chambers, Robert. Whose Reality Counts? Putting the First Last. Intermediate Technology
Publications, 1997.
Dichter, Thomas W. Despite Good Intentions: Why Development Assistance to the Third World
Has Failed. University of Massachusetts Press, 2003.
Easterly, William. The White Man’s Burden: Why the West’s Efforts to Aid the Rest Have Done
So Much Ill and So Little Good. Penguin Books, 2006.
Moyo, Dambisa. Dead Aid: Why Aid Is Not Working and How There Is a Better Way for Africa.
Farrar, Straus and Giroux, 2009.
19
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Perang Masa Depan dan Ketahanan Nasional Indonesia:
Tinjauan Kritis atas Buku Ghost Fleet karya Peter W. Singer dan August Cole
https://www.slideshare.net/slideshow/ghost-fleet-p-w-singer/257295706
Abstract
This article reviews Ghost Fleet: A Novel of the Next World War, a techno-thriller by Peter W.
Singer and August Cole. Though fictional, the novel realistically portrays a future global
conflict involving advanced military technology, cyber warfare, and strategic disruptions. The
book imagines a war scenario between the United States and a China-Russia coalition,
underscoring the vulnerabilities of high-tech militaries. This review highlights key themes of
the book—cybersecurity, asymmetric warfare, and defense innovation—and reflects on their
implications for Indonesia's national resilience. Lessons drawn emphasize cyber readiness,
maritime security, technological diversification, and global alliances as essential pillars for
safeguarding Indonesia in the era of digital warfare.
Keywords: cyber warfare, defense innovation, national resilience, Indonesia, future conflict
Pendahuluan
Di era modern yang didominasi oleh kecanggihan teknologi dan ketegangan geopolitik,
memahami potensi bentuk konflik masa depan menjadi sangat penting dalam upaya
memperkuat ketahanan nasional. Buku Ghost Fleet: A Novel of the Next World War karya
Peter W. Singer dan August Cole menghadirkan sebuah narasi fiksi militer berbasis skenario
realistis mengenai pecahnya perang dunia ketiga antara Amerika Serikat dan koalisi Tiongkok-
Rusia.
20
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Meski bergenre novel, Ghost Fleet ditulis oleh dua pakar strategi dan pertahanan Amerika
dengan pendekatan berbasis riset dan skenario geopolitik faktual. Buku ini memadukan narasi
militer, teknologi canggih, serta dinamika perang asimetris dan serangan siber,
menjadikannya sumber pembelajaran strategis dalam menyikapi ancaman global masa
depan.
Intisari Cerita dan Tema Sentral
Dalam kisahnya, Tiongkok melancarkan serangan siber besar-besaran yang melumpuhkan
sistem militer dan infrastruktur Amerika. AS terpaksa mengaktifkan kembali “Ghost Fleet”—
armada kapal tua yang tidak terhubung dengan jaringan digital—untuk melawan balik. Dari
cerita ini, sejumlah tema penting muncul:
1. Perang Teknologi Masa Depan
Konflik masa depan tidak lagi hanya berlangsung di medan darat atau laut, tetapi meluas ke
dunia maya. Teknologi seperti kecerdasan buatan, drone, dan robot tempur menjadi
kekuatan utama dalam peperangan.
2. Kerentanan Sistem Siber
Buku ini mengilustrasikan betapa rentannya negara maju terhadap serangan siber jika terlalu
bergantung pada sistem berbasis jaringan. Serangan siber mampu melumpuhkan pertahanan
tanpa peluru.
3. Relevansi Teknologi Lawas
Teknologi lama yang tidak tersambung ke internet justru menjadi lebih tahan terhadap
ancaman digital. Ini menunjukkan bahwa diversifikasi teknologi penting dalam strategi
pertahanan.
4. Perang Asimetris dan Inovasi
Buku ini juga menggarisbawahi bahwa aktor dengan teknologi lebih rendah bisa mengalahkan
lawan yang lebih kuat secara militer dengan inovasi taktis dan strategi disruptif.
5. Aliansi Global dan Koalisi Strategis
Konflik di dalam Ghost Fleet menunjukkan bahwa kekuatan geopolitik terbentuk melalui
jaringan aliansi dan kerja sama strategis antarnegara.
Pembelajaran Strategis untuk Ketahanan Nasional Indonesia
Buku ini menyajikan pelajaran penting bagi Indonesia dalam menyusun strategi pertahanan
nasional di tengah ancaman global yang makin kompleks:
21
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
1. Peningkatan Keamanan Siber
Indonesia perlu membangun sistem pertahanan siber nasional yang kuat dan terintegrasi,
dengan memperkuat infrastruktur kritis seperti sistem komunikasi, listrik, transportasi, dan
sektor keuangan.
2. Diversifikasi Teknologi Pertahanan
Pemerintah dan TNI harus mendorong penggabungan antara teknologi lama dan baru untuk
menghindari kerentanan tunggal. Teknologi analog atau semi-digital mungkin lebih tahan
terhadap serangan siber.
3. Inovasi Militer Domestik
Penguatan industri pertahanan nasional melalui litbang AI, drone, dan sistem otonom harus
menjadi prioritas. Kemitraan antara perguruan tinggi, industri teknologi, dan militer perlu
diperluas.
4. Mengantisipasi Perang Asimetris
Indonesia harus bersiap menghadapi aktor non-negara seperti kelompok teroris digital atau
hacktivist dengan meningkatkan kapasitas intelijen digital dan kontra-siber.
5. Memperkuat Kapabilitas Maritim
Sebagai negara kepulauan, pertahanan laut Indonesia harus diperkuat, baik dari segi kapal
perang, radar pantai, maupun teknologi pengawasan maritim. Pengembangan drone laut dan
satelit pemantau perairan menjadi sangat strategis.
6. Membangun Aliansi Strategis
Indonesia perlu memperkuat hubungan militer dengan negara sahabat dalam bidang
pelatihan, pertukaran intelijen, dan kerja sama keamanan kawasan, seperti di ASEAN, Indo-
Pasifik, dan PBB.
7. Simulasi dan Perencanaan Skenario Perang Masa Depan
Latihan militer yang melibatkan unsur teknologi tinggi, siber, dan ekonomi digital harus
menjadi bagian dari strategi kesiapsiagaan nasional.
22
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Kesimpulan
Ghost Fleet merupakan fiksi spekulatif yang membawa realitas masa depan ke dalam ruang
analisis strategis. Meskipun merupakan novel, buku ini menyampaikan pesan serius tentang
pentingnya kesiapsiagaan nasional menghadapi bentuk konflik yang tidak konvensional. Bagi
Indonesia, pelajaran dari buku ini penting untuk memperkuat ketahanan nasional di lima
domain utama: militer, siber, teknologi, maritim, dan diplomasi global. Ketahanan nasional
tidak lagi cukup dengan kekuatan konvensional, tetapi harus diperluas hingga dunia digital
dan aliansi global.
Daftar Pustaka
Bappenas. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045. Jakarta:
Bappenas, 2024.
Kemhan RI. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2023. Jakarta: Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia.
Prabowo Subianto. (2018). “Komentar tentang Ghost Fleet dan implikasinya bagi Indonesia.”
[Wawancara publik].
Ridwan, Fachry Ali. Strategi Siber dan Ketahanan Nasional. Jakarta: Gramedia, 2020.
Singer, Peter W., & Cole, August. Ghost Fleet: A Novel of the Next World War. Houghton
Mifflin Harcourt, 2015.
23
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Ketahanan Nasional di Era Ketidakpastian:
Tinjauan Buku The Black Swan Karya Nassim Nicholas Taleb
https://www.slideshare.net/slideshow/taleb-the-black-swan/255189763
Abstract
This paper provides a critical review of Nassim Nicholas Taleb’s The Black Swan: The Impact
of the Highly Improbable, a groundbreaking work on the profound effect of rare and
unpredictable events. Taleb argues that modern societies are vulnerable to "Black Swan"
events due to overreliance on linear models and historical data. The review explores the
book’s key concepts, such as resilience, antifragility, and overconfidence bias, while reflecting
on their relevance to Indonesia’s national resilience strategy. The paper highlights the need
for Indonesia to anticipate uncertainty, embrace diversification, and transform crises into
opportunities to strengthen national preparedness and adaptive capacity.
Keywords: Black Swan, resilience, antifragility, uncertainty, national preparedness, Indonesia
Pendahuluan
Buku The Black Swan karya Nassim Nicholas Taleb telah menjadi referensi penting dalam
memahami ketidakpastian, terutama dalam konteks ekonomi, politik, dan bencana. Taleb
memperkenalkan istilah "Black Swan" atau "Angsa Hitam" sebagai metafora untuk
menggambarkan peristiwa-peristiwa langka, tak terduga, namun berdampak sangat besar.
Buku ini menjadi relevan dalam merumuskan strategi ketahanan nasional, khususnya dalam
menghadapi dunia yang penuh dengan disrupsi dan ketidakpastian.
24
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Konsep Utama dalam Buku The Black Swan
1. Definisi dan Karakteristik Black Swan
Taleb menjelaskan bahwa peristiwa Black Swan memiliki tiga ciri utama: (1) jarang terjadi, (2)
berdampak besar, dan (3) baru tampak masuk akal setelah kejadian berlangsung. Contohnya
termasuk serangan 9/11, krisis keuangan global 2008, dan pandemi COVID-19.
Implikasi untuk Indonesia: Negara perlu menyadari bahwa peristiwa luar biasa tidak selalu
bisa diprediksi dan oleh karena itu harus membangun kesiapsiagaan menyeluruh yang tidak
bergantung pada model prediksi semata.
2. Kritik terhadap Prediksi dan Model Statistik
Taleb mengecam kecenderungan manusia untuk mempercayai prediksi statistik yang hanya
berbasis data historis. Model semacam ini tidak dapat menangkap kompleksitas dunia nyata.
Implikasi: Ketahanan nasional harus melibatkan perencanaan berbasis skenario dan
pendekatan non-linear dalam menangani risiko.
3. Resilience dan Antifragility
Alih-alih hanya bertahan, Taleb memperkenalkan konsep “antifragile”, yakni sistem yang
menjadi lebih kuat setelah mengalami guncangan.
Implikasi: Indonesia perlu membangun institusi dan kebijakan yang tidak hanya tangguh
terhadap krisis, tetapi juga mampu berkembang lebih baik setelah menghadapi tantangan
berat.
4. Overconfidence dan Bias dalam Pengambilan Keputusan
Taleb mengingatkan tentang bahaya kepercayaan diri yang berlebihan dalam menggunakan
prediksi. Banyak pembuat kebijakan mengabaikan kemungkinan kegagalan dari sistem yang
mereka anggap aman.
Implikasi: Para pembuat kebijakan di Indonesia perlu mengadopsi prinsip kehati-hatian dan
menyadari keterbatasan informasi yang tersedia.
5. Diversifikasi dan Redundansi
Untuk menghindari dampak Black Swan, Taleb menyarankan diversifikasi—baik dalam
portofolio keuangan, ekonomi, maupun sistem pendukung kehidupan.
Implikasi: Indonesia harus mendiversifikasi basis ekonominya, tidak hanya bergantung pada
komoditas ekspor seperti batu bara dan kelapa sawit, tetapi juga mengembangkan sektor
teknologi, industri kreatif, dan energi terbarukan.
25
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Relevansi Buku terhadap Ketahanan Nasional Indonesia
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan Taleb, terdapat sejumlah pelajaran penting
yang dapat diterapkan dalam konteks Indonesia:
1. Meningkatkan Fleksibilitas dan Adaptabilitas Kebijakan
Kebijakan nasional tidak bisa hanya fokus pada target jangka pendek yang terukur, tetapi juga
perlu memberi ruang bagi adaptasi terhadap kejadian yang belum diketahui.
2. Membangun Sistem yang Tangguh terhadap Kejutan Eksternal
Kesiapsiagaan terhadap bencana, krisis energi, ketegangan geopolitik, dan pandemi
merupakan bagian dari agenda ketahanan nasional. Sistem logistik, pangan, dan kesehatan
harus diperkuat dengan redundansi dan cadangan yang memadai.
3. Penguatan Data dan Literasi Risiko
Taleb menyarankan agar kita tidak terlalu bergantung pada data masa lalu. Maka, penting
bagi Indonesia untuk membangun budaya literasi risiko dan pengambilan keputusan berbasis
ketidakpastian, bukan sekadar statistik.
4. Mengantisipasi Ketidakpastian Global
Di era globalisasi, gangguan di satu negara bisa berdampak luas. Strategi diplomasi ekonomi
dan keamanan Indonesia harus mempertimbangkan kerentanan terhadap ketidakpastian
sistemik global, termasuk krisis ekonomi, perang, atau cyber attack.
5. Mengubah Krisis menjadi Peluang
Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa Indonesia dapat mempercepat transformasi digital
dan memperluas inklusi keuangan digital di tengah krisis. Pendekatan serupa dapat
diterapkan pada sektor lain seperti energi bersih, transportasi, dan pendidikan.
Kesimpulan
Taleb menantang pola pikir konvensional yang terlalu percaya diri terhadap prediksi dan
sistem stabil. Lewat buku The Black Swan, ia mengajak pembaca untuk merangkul
ketidakpastian sebagai bagian dari realitas yang tidak bisa dihindari. Bagi Indonesia, pesan
utama buku ini adalah perlunya membangun ketahanan nasional yang adaptif, fleksibel, dan
mampu memanfaatkan krisis sebagai katalisator perubahan.
26
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Dengan pendekatan strategis yang memperhitungkan kemungkinan ekstrem, Indonesia
dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bertahan dan berkembang dalam dunia yang penuh
gejolak.
Daftar Pustaka
Bappenas. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Jakarta:
Kementerian PPN/Bappenas, 2020.
Taleb, Nassim Nicholas. Antifragile: Things That Gain from Disorder. Random House, 2012.
Taleb, Nassim Nicholas. The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable. Random House,
2007.
UNDRR (United Nations Office for Disaster Risk Reduction). Global Assessment Report on
Disaster Risk Reduction 2022. Geneva: United Nations, 2022.
World Economic Forum. Global Risks Report 2024. Geneva: WEF, 2024.
27
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Joko Widodo dalam Pusaran Kontradiksi:
Tinjauan Kritis Buku Man of Contradictions Karya Ben Bland dan Implikasinya
bagi Ketahanan Nasional Indonesia
https://www.slideshare.net/slideshow/ben-bland-man-of-contradictions-joko-widodo-and-
the-struggle-to-remake-indonesiapenguin-books-2020/266758119
Abstract
This article critically reviews Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake
Indonesia by Ben Bland, a political biography that explores the personality, leadership style,
and political dilemmas faced by President Joko Widodo. Bland portrays Jokowi as a leader
shaped by contradictions—between populism and pragmatism, reform and compromise,
democracy and control. The review contextualizes these contradictions within Indonesia's
broader national resilience strategy. Drawing lessons from Jokowi’s leadership, the article
underscores the need for balanced development, democratic integrity, and strong leadership
as foundations of national resilience in an era of domestic complexity and global uncertainty.
Keywords: Joko Widodo, leadership, oligarchy, national resilience, democracy, Ben Bland
Pendahuluan
Buku Man of Contradictions karya Ben Bland menyajikan potret politik dan pribadi Presiden
Joko Widodo, seorang tokoh yang sering digambarkan sebagai pemimpin “rakyat biasa” tetapi
berada di tengah arus politik elite yang kompleks. Dengan pendekatan biografis-jurnalistik,
Bland membedah berbagai sisi kepemimpinan Jokowi, mulai dari akar populisnya hingga
kompromi-kompromi politik yang dilakukannya untuk menjaga stabilitas kekuasaan.
28
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Tulisan ini menyoroti kontradiksi-kontradiksi utama dalam kepemimpinan Jokowi
sebagaimana ditulis dalam buku, lalu mengaitkannya dengan isu ketahanan nasional
Indonesia dalam konteks pembangunan, demokrasi, geopolitik, dan tata kelola negara.
Pokok-Pokok Bahasan Buku dan Pembelajaran Strategis
1. Kepemimpinan ‘Orang Biasa’ dan Legitimasi Populer
Jokowi adalah figur pemimpin yang muncul dari luar lingkaran elite politik tradisional. Latar
belakangnya sebagai pengusaha mebel dan wali kota Solo membentuk gaya kepemimpinan
yang sederhana, membumi, dan populis.
Pelajaran: Kepemimpinan yang dekat dengan rakyat merupakan modal penting dalam
membangun legitimasi dan ketahanan sosial. Namun, tantangannya adalah menjaga
hubungan itu tetap autentik ketika menghadapi tekanan elite politik dan birokrasi.
2. Kompromi dengan Oligarki
Bland menunjukkan bagaimana Jokowi, dalam praktiknya, harus merangkul oligarki demi
kelangsungan pemerintahan. Meski berniat melakukan reformasi, Jokowi sering kali terjebak
dalam sistem politik yang dikuasai oleh elite ekonomi-politik.
Pelajaran: Ketahanan nasional tidak akan optimal jika negara dikendalikan oleh kepentingan
sempit kelompok oligarki. Reformasi kelembagaan, transparansi politik, dan penguatan
partisipasi rakyat harus menjadi bagian dari strategi kebangsaan jangka panjang.
3. Pembangunan Infrastruktur sebagai Simbol Kemajuan
Di bawah kepemimpinan Jokowi, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama. Jalan
tol, pelabuhan, dan proyek strategis nasional dibangun dengan skala besar. Namun, Bland
menyoroti adanya tantangan dalam pembiayaan, eksekusi, dan dampak sosial-lingkungan.
Pelajaran: Infrastruktur fisik memang vital bagi ketahanan ekonomi, namun perlu dibarengi
dengan pembangunan kapasitas manusia, sistem pendidikan, serta pembangunan yang
inklusif dan berkelanjutan.
4. Pengelolaan Politik Identitas
Jokowi menghadapi tantangan besar dari meningkatnya politik identitas berbasis agama.
Pemilihan Ma’ruf Amin sebagai Wapres mencerminkan kompromi untuk meredam tekanan
konservatif.
Pelajaran: Stabilitas nasional bergantung pada kemampuan negara menjaga kohesi sosial dan
pluralisme. Strategi kebangsaan Indonesia harus mencegah instrumentalitas agama sebagai
senjata politik.
29
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
5. Fleksibilitas Politik dan Kurangnya Visi Ideologis
Bland menggambarkan Jokowi sebagai sosok yang fleksibel tetapi terkadang tanpa arah
ideologis yang tegas. Dalam menghadapi isu HAM, lingkungan, atau konflik agraria, sikap
Jokowi dinilai tidak konsisten.
Pelajaran: Dalam konteks ketahanan nasional, konsistensi kebijakan dan keberanian
mengambil sikap penting untuk membangun arah pembangunan jangka panjang yang jelas
dan berkelanjutan.
6. Respons terhadap Tantangan Global
Meski fokus Jokowi cenderung domestik, tantangan global seperti ketegangan di Laut China
Selatan dan perang dagang turut memengaruhi posisi Indonesia. Bland menilai Jokowi lamban
merespons dinamika global.
Pelajaran: Indonesia membutuhkan kepemimpinan luar negeri yang strategis. Ketahanan
nasional harus mencakup diplomasi aktif, penguatan posisi geopolitik, serta antisipasi
terhadap disrupsi global.
7. Demokrasi dan Sentralisasi Kekuasaan
Bland mencatat bahwa meski Jokowi adalah produk pemilu demokratis, pemerintahannya
menunjukkan tren konsolidasi kekuasaan. Ini tampak dari cara menangani oposisi, pengaruh
terhadap media, dan pemilihan pejabat tinggi.
Pelajaran: Ketahanan nasional tidak hanya soal keamanan fisik, tetapi juga integritas
demokrasi. Partisipasi publik, kebebasan berekspresi, dan check and balance institusional
perlu dijaga.
Kesimpulan
Melalui buku ini, Ben Bland memperlihatkan bahwa Jokowi adalah representasi dari dinamika
dan kontradiksi politik Indonesia modern: antara rakyat dan elite, populisme dan
pragmatisme, demokrasi dan sentralisasi. Buku ini memberikan cermin bagi Indonesia dalam
menilai kekuatan dan kelemahan kepemimpinan nasional dalam membangun ketahanan
negara.
Dari tinjauan tersebut, beberapa poin penting untuk memperkuat ketahanan nasional
Indonesia antara lain:
• Membangun hubungan yang kuat dan transparan antara negara dan rakyat.
• Mencegah dominasi oligarki dalam sistem ekonomi-politik nasional.
• Mendorong pembangunan berkelanjutan dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
• Menjaga pluralisme dan mencegah politisasi agama.
• Menegaskan prinsip kepemimpinan yang konsisten dan pro-HAM.
• Menyusun strategi luar negeri yang aktif dan strategis.
30
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
• Menjaga semangat demokrasi substantif dan partisipatif.
Dengan menerapkan pelajaran dari buku ini, Indonesia dapat memperkuat pondasi nasional
di tengah era ketidakpastian domestik dan global.
Daftar Pustaka
Bappenas. RPJMN 2020–2024. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2020.
Bland, Ben. Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia.
Penguin Books, 2021.
Hadiwinata, Bob Sugeng. Ketahanan Nasional dan Demokratisasi. Jakarta: LP3ES, 2020.
Mietzner, Marcus. Democracy and Islam in Indonesia. ISEAS–Yusof Ishak Institute, 2015.
Warburton, Eve. “Jokowi and the New Developmentalism.” Bulletin of Indonesian Economic
Studies, Vol. 56, No. 3, 2020.
31
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Politik Pemilu dan Ketahanan Nasional – Tinjauan atas Buku “The Jokowi-
Prabowo Elections 2.0”
Abstract
The Jokowi-Prabowo Elections 2.0, edited by Made Supriatma and Hui Yew-Foong, offers a
comprehensive analysis of the 2019 Indonesian presidential election rematch between Joko
Widodo and Prabowo Subianto. This book delves into key aspects such as identity politics,
media and disinformation, oligarchic influence, civil-military relations, and electoral
participation. Through a multidisciplinary lens, it reveals how democratic practices interact
with socio-political structures in Indonesia. This review evaluates the book’s contribution to
understanding Indonesia’s political dynamics and draws implications for strengthening
national resilience in an increasingly polarized and digital political landscape.
Pendahuluan
Pemilihan presiden Indonesia tahun 2019 bukan sekadar ajang pengulangan dari kontestasi
2014 antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, melainkan sebuah momen penting
dalam perjalanan demokrasi Indonesia yang memperlihatkan dinamika baru dalam identitas
politik, peran media sosial, serta intensitas polarisasi. Buku The Jokowi-Prabowo Elections 2.0,
yang dieditori oleh Made Supriatma dan Hui Yew-Foong, menyajikan rangkaian tulisan
akademis yang membedah fenomena ini dari berbagai sudut pandang. Dalam ulasan ini,
penulis mengevaluasi isi dan kontribusi buku tersebut terhadap pemahaman politik Indonesia
kontemporer serta relevansinya bagi upaya memperkuat ketahanan nasional.
32
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Politik Identitas dan Tantangan Pluralisme
Salah satu sorotan utama buku ini adalah menguatnya politik identitas selama kampanye.
Diangkatnya isu-isu berbasis agama dan etnisitas menjadi alat mobilisasi politik yang efektif,
tetapi sekaligus memperbesar jurang sosial di antara kelompok masyarakat. Buku ini
menegaskan bahwa pluralisme Indonesia sedang diuji oleh praktik politisasi identitas yang
berlebihan.
Bagi ketahanan nasional, temuan ini menunjukkan urgensi narasi kebangsaan yang inklusif
dan adil. Politik yang berbasis pada eksklusivitas agama dan etnis bukan saja mengancam
persatuan nasional, tetapi juga membuka peluang konflik horizontal yang destruktif.
Disinformasi dan Peran Media Sosial
Kontribusi penting lainnya dari buku ini adalah analisis mendalam tentang peran media sosial
dalam membentuk opini publik dan menyebarkan disinformasi. Melalui studi kasus dan data
lapangan, penulis-penulis dalam buku ini menggambarkan bagaimana ruang digital menjadi
arena tempur utama dalam perebutan suara pemilih.
Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital dan regulasi informasi digital adalah bagian integral
dari ketahanan informasi nasional. Negara perlu mendorong penggunaan media sosial secara
sehat dan berbasis fakta, serta membatasi penyebaran hoaks melalui kebijakan dan edukasi
yang tepat.
Oligarki dalam Demokrasi
Buku ini juga mengungkap keberlanjutan dominasi oligarki dalam politik Indonesia. Meskipun
Jokowi sering dipandang sebagai “outsider” dari elite politik, ia tetap bergantung pada
dukungan kekuatan ekonomi-politik yang berakar kuat.
Kondisi ini menegaskan bahwa reformasi demokrasi belum sepenuhnya menghapus kendali
elite terhadap sistem politik. Bagi ketahanan nasional, ini menjadi tantangan serius karena
kebijakan yang dihasilkan cenderung berpihak pada segelintir elit ketimbang kepentingan
rakyat banyak. Transparansi dan akuntabilitas harus terus diperjuangkan untuk membatasi
pengaruh oligarki.
Keterlibatan Militer dan Politik Sipil
Kehadiran kembali tokoh militer seperti Prabowo dalam panggung politik nasional
menunjukkan bahwa relasi sipil-militer di Indonesia belum sepenuhnya terlepas dari masa
lalu. Buku ini membahas bagaimana militer masih memiliki pengaruh dalam struktur
kekuasaan politik Indonesia, baik secara simbolis maupun praktis.
Dari perspektif ketahanan nasional, penting untuk menjaga profesionalisme militer dengan
memisahkan secara tegas peran pertahanan dari kepentingan politik praktis. Demokrasi
hanya dapat berkembang dengan sehat apabila kekuatan militer tunduk pada otoritas sipil
dan konstitusi.
33
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Stabilitas Politik dan Keberlanjutan Kebijakan
Stabilitas politik menjadi tema penting dalam buku ini. Terlepas dari berbagai tantangan,
pemerintahan Jokowi berupaya menjaga kesinambungan pembangunan, terutama dalam
infrastruktur dan ekonomi. Namun, polarisasi politik dan pertarungan elite berpotensi
menghambat implementasi kebijakan jangka panjang.
Stabilitas ini harus dijaga melalui konsensus nasional yang lebih luas serta tata kelola politik
yang lebih transparan. Dalam konteks global yang semakin tidak menentu, keberlanjutan
kebijakan menjadi salah satu pilar utama ketahanan nasional.
Partisipasi Politik Masyarakat
Buku ini mencatat tingginya partisipasi pemilih dalam Pemilu 2019, namun juga menunjukkan
bahwa partisipasi tersebut tidak selalu disertai pemahaman mendalam tentang isu-isu
kebangsaan. Partisipasi cenderung emosional dan simbolik, bukan substantif.
Penguatan kesadaran politik rakyat Indonesia menjadi syarat mutlak untuk memperkuat
ketahanan demokrasi. Pendidikan politik yang kritis dan berkelanjutan diperlukan agar
masyarakat bukan hanya memilih, tetapi juga mampu mengawasi dan menuntut
pertanggungjawaban dari para pemimpin.
Kesimpulan
Buku The Jokowi-Prabowo Elections 2.0 memberikan wawasan yang tajam dan kaya tentang
bagaimana kontestasi politik di Indonesia membentuk wajah demokrasi dan ketahanan
nasional. Buku ini tidak hanya relevan bagi akademisi, tetapi juga bagi pembuat kebijakan dan
publik luas yang peduli terhadap arah demokrasi Indonesia.
Beberapa rekomendasi penting yang dapat diambil dari buku ini antara lain:
1. Memperkuat narasi kebangsaan yang inklusif.
2. Meningkatkan literasi digital untuk melawan disinformasi.
3. Membatasi pengaruh oligarki dengan reformasi politik dan ekonomi.
4. Menjaga profesionalisme militer di bawah kendali sipil.
5. Menjamin stabilitas politik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
6. Meningkatkan pendidikan politik rakyat agar partisipasi politik menjadi lebih bermakna.
Dengan memanfaatkan pemahaman dari buku ini, Indonesia dapat melangkah lebih kokoh
dalam memperkuat ketahanan nasional, sekaligus menjaga kualitas demokrasi yang sehat
dan berkeadaban.
Daftar Pustaka
Supriatma, M., & Hui, Y.-F. (Eds.). (2022). The Jokowi-Prabowo Elections 2.0. Singapore: ISEAS
– Yusof Ishak Institute.
34
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Geoeconomics dan Ketahanan Nasional Indonesia – Telaah atas Buku War by
Other Means karya Blackwill dan Harris
Abstract
War by Other Means: Geoeconomics and Statecraft by Robert D. Blackwill and Jennifer M.
Harris explores the integration of economic tools into the strategic arsenal of modern states.
Through comprehensive analysis, the authors argue that economic instruments—sanctions,
investment, trade policy—are as pivotal as military might in securing national interests in
global politics. This review highlights the book's relevance to Indonesia's national resilience,
emphasizing how the state can leverage geoeconomic tools for strategic advantage amid
intensifying geopolitical competition in Southeast Asia.
Pendahuluan
Dalam era kontestasi global yang semakin kompleks, negara-negara besar tidak hanya
mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga menggunakan alat-alat ekonomi sebagai
instrumen dominasi. Buku War by Other Means: Geoeconomics and Statecraft karya Robert
D. Blackwill dan Jennifer M. Harris menjadi karya penting yang membahas fenomena ini
secara sistematis. Buku ini memperkenalkan dan memperkuat konsep “geoeconomics”, yaitu
penggunaan instrumen ekonomi—seperti perdagangan, sanksi, dan investasi—untuk
mencapai tujuan politik dan strategis suatu negara.
Tinjauan ini akan menggali isi pokok buku, menganalisis relevansinya dengan konteks
Indonesia, serta mengevaluasi potensi penerapan prinsip-prinsip geoeconomics sebagai
pendekatan baru dalam memperkuat ketahanan nasional Indonesia.
35
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Isi dan Gagasan Utama Buku
1. Konsep Geoeconomics
Blackwill dan Harris mengemukakan bahwa geoeconomics bukanlah konsep baru, melainkan
praktik klasik yang kini mendapat perhatian kembali di tengah globalisasi dan pergeseran
kekuasaan dunia. Negara tidak hanya bertarung dengan senjata, tetapi juga dengan strategi
ekonomi: membangun pengaruh melalui investasi, menciptakan ketergantungan melalui
perdagangan, atau menghukum dengan sanksi ekonomi.
2. Ekonomi vs Militer
Penulis menyatakan bahwa di masa kini, kekuatan ekonomi dapat menjadi lebih efektif
dibanding kekuatan militer dalam mencapai tujuan luar negeri. Sebagai contoh, proyek Belt
and Road Initiative (BRI) oleh Tiongkok dipandang sebagai instrumen geoeconomics untuk
memperluas pengaruh global tanpa perlu intervensi militer.
3. Taktik Geoeconomics
Buku ini menelaah berbagai alat geoeconomics seperti:
• Sanksi ekonomi, digunakan untuk menghukum negara yang melanggar norma
internasional.
• Manipulasi nilai tukar, sebagai strategi untuk memperkuat daya saing ekspor.
• Kebijakan perdagangan dan investasi, yang diarahkan untuk memperkuat aliansi atau
menekan lawan.
4. Kritik terhadap Amerika Serikat
Penulis menilai bahwa Amerika Serikat terlambat dalam menyadari pentingnya strategi
geoeconomics, terlalu mengandalkan kekuatan militer, dan kurang memanfaatkan instrumen
ekonomi dalam kebijakan luar negeri, berbeda dengan pendekatan yang lebih agresif dari
Tiongkok dan Rusia.
Relevansi Bagi Indonesia: Geoeconomics sebagai Pilar Ketahanan Nasional
1. Peningkatan Daya Tawar Ekonomi
Indonesia memiliki posisi strategis di jalur pelayaran dunia dan sebagai anggota G20 serta
ASEAN. Dalam konteks ini, daya tawar ekonomi dapat ditingkatkan melalui strategi
perdagangan dan investasi yang berorientasi geopolitik. Misalnya, kebijakan hilirisasi mineral
bukan hanya soal nilai tambah ekonomi, tetapi juga menciptakan posisi tawar dalam negosiasi
global.
36
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
2. Diplomasi Ekonomi Proaktif
Sejalan dengan argumen buku, Indonesia perlu lebih agresif dalam diplomasi ekonomi.
Investasi infrastruktur di kawasan, penguatan peran dalam forum regional, dan kerjasama
teknologi adalah cara-cara memperluas pengaruh tanpa kekuatan militer. Hal ini juga
memperkuat ketahanan ekonomi domestik.
3. Pengelolaan Sumber Daya Alam
Indonesia dapat meniru strategi Rusia dalam menggunakan gas alam sebagai alat pengaruh
geopolitik. Potensi energi, mineral strategis, dan sumber daya laut dapat dikelola dengan
pendekatan geoeconomics untuk memperkuat posisi Indonesia di kawasan maupun dalam
perjanjian perdagangan global.
4. Waspada terhadap Pengaruh Negara Lain
Proyek-proyek seperti BRI harus dianalisis bukan hanya dari sisi manfaat ekonomi, tetapi juga
dampak strategisnya. Indonesia harus memastikan keterlibatan dalam proyek internasional
tidak menggerus kedaulatan ekonomi dan politiknya. Penilaian risiko geopolitik perlu
ditingkatkan dalam proses perencanaan investasi asing.
5. Kolaborasi Regional ASEAN
Sebagai bagian dari ASEAN, Indonesia dapat memperkuat blok ekonomi regional sebagai
benteng terhadap tekanan eksternal. Pendekatan kolektif dalam negosiasi perdagangan dan
pembangunan infrastruktur kawasan akan memperkuat ketahanan regional terhadap
hegemoni kekuatan besar.
Kritik dan Kekuatan Buku
Buku ini unggul dalam menyajikan kasus-kasus konkret dan strategi negara besar secara rinci.
Penjelasan konsep juga disusun dengan jelas dan didukung data yang kuat. Namun, fokus
utama pada kebijakan luar negeri AS membuat perspektif Global South seperti Indonesia
kurang banyak dibahas secara langsung. Meski demikian, gagasan-gagasan dalam buku ini
sangat relevan untuk diadaptasi dan dikontekstualisasikan bagi negara-negara berkembang.
Kesimpulan
War by Other Means adalah buku penting yang membuka cakrawala baru dalam memahami
hubungan antara kekuatan ekonomi dan strategi politik. Dalam dunia yang semakin
terhubung dan kompetitif, buku ini menjadi panduan strategis bagi negara-negara seperti
Indonesia untuk memanfaatkan potensi ekonominya dalam mencapai tujuan politik dan
mempertahankan kedaulatan.
Implementasi pendekatan geoeconomics dalam kebijakan luar negeri dan pembangunan
nasional akan memperkuat ketahanan nasional secara menyeluruh. Diplomasi ekonomi,
37
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
pengelolaan SDA yang strategis, dan kerja sama regional adalah fondasi bagi Indonesia untuk
tidak hanya bertahan, tetapi juga memimpin dalam persaingan global.
Daftar Pustaka
Blackwill, R. D., & Harris, J. M. (2016). War by Other Means: Geoeconomics and Statecraft.
Cambridge, MA: Harvard University Press.
38
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Teknologi dan Ketahanan Nasional di Era Quantum AI — Telaah atas Buku
2024 Geopolitics: Quantum ASI An AI Book karya Victor Trujillo
Abstract
Victor Trujillo’s 2024 Geopolitics: Quantum ASI An AI Book examines how advancements in
artificial intelligence (AI) and quantum computing are reshaping global geopolitics. Through a
techno-strategic lens, Trujillo analyzes the rivalry among major powers—particularly the
United States, China, and Russia—in controlling these disruptive technologies. The book
highlights the geopolitical consequences of technological supremacy and urges developing
countries, like Indonesia, to adapt rapidly or risk marginalization. This review explores the
implications of the book’s ideas for Indonesia’s national resilience in the face of accelerated
global technological transformation.
Pendahuluan
Geopolitik kontemporer tidak lagi hanya ditentukan oleh kekuatan militer atau sumber daya
alam, melainkan semakin bergeser ke arah penguasaan teknologi mutakhir, terutama
kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum. Buku 2024 Geopolitics: Quantum ASI An AI
Book karya Victor Trujillo menyuguhkan kajian penting tentang bagaimana kedua teknologi
ini membentuk ulang peta kekuasaan global. Trujillo menegaskan bahwa negara-negara yang
berhasil menguasai dan memanfaatkan AI serta komputasi kuantum akan menjadi aktor
dominan di masa depan.
Ulasan ini akan menggambarkan secara ringkas isi buku, mengeksplorasi gagasan kunci yang
disampaikan Trujillo, dan menelaah implikasinya terhadap ketahanan nasional Indonesia
dalam konteks keamanan, ekonomi, diplomasi, dan pembangunan sumber daya manusia.
39
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Isi dan Gagasan Utama Buku
1. AI dan Komputasi Kuantum sebagai Instrumen Geopolitik Baru
Trujillo menjelaskan bahwa AI dan komputasi kuantum bukan sekadar teknologi industri,
melainkan senjata strategis dalam politik global. Kemampuan mengolah data secara real time
dan mensimulasikan skenario kompleks menjadikan AI dan kuantum sebagai alat utama
dalam perang informasi, pengambilan keputusan militer, dan kebijakan ekonomi.
2. Persaingan Tiga Kekuatan Besar
Buku ini menguraikan persaingan antara Amerika Serikat, Cina, dan Rusia dalam
mengembangkan dan mengintegrasikan teknologi AI dan kuantum ke dalam sistem
pertahanan, ekonomi digital, dan diplomasi. Tiongkok, misalnya, dianggap paling agresif
dalam mengejar supremasi teknologi, dengan dukungan negara yang besar terhadap riset dan
industri berbasis AI.
3. Risiko Ketimpangan Global
Trujillo memperingatkan tentang munculnya jurang baru antara negara maju dan negara
berkembang yang tidak memiliki kapasitas teknologi. Negara-negara yang tertinggal akan
semakin rentan secara ekonomi, politik, dan keamanan, jika tidak segera mengejar
ketertinggalan teknologi.
Implikasi Buku bagi Ketahanan Nasional Indonesia
1. Penguatan Keamanan Siber dan Infrastruktur Teknologi
Buku ini menjadi peringatan bagi Indonesia mengenai pentingnya membangun infrastruktur
teknologi yang kuat dan aman. Ancaman siber dan kebocoran data strategis bisa
menghancurkan stabilitas nasional. Oleh karena itu, investasi pada sistem pertahanan digital
dan pelatihan SDM teknologi merupakan hal yang mendesak.
2. Pentingnya Kemandirian Teknologi
Ketergantungan pada teknologi luar negeri, khususnya dari negara-negara besar, dapat
menempatkan Indonesia dalam posisi lemah dalam negosiasi internasional. Trujillo
menyarankan pentingnya strategi nasional dalam membangun ekosistem riset dan inovasi
lokal yang mendukung pengembangan AI dan kuantum secara mandiri.
3. Adaptasi terhadap Perubahan Aliansi Geopolitik
Trujillo mencatat bahwa kompetisi teknologi global turut menggeser orientasi aliansi politik.
Indonesia perlu menjaga keseimbangan dalam membangun kerja sama teknologi tanpa
40
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
terjebak dalam konflik kepentingan geopolitik antara blok Barat dan Timur. Prinsip non-blok
harus dijalankan secara adaptif melalui diplomasi cerdas dan kalkulatif.
4. Penguatan Diplomasi Teknologi
Diplomasi teknologi menjadi pilar baru dalam hubungan luar negeri. Indonesia harus proaktif
dalam menjalin kerja sama internasional di bidang teknologi canggih, mengikuti forum global,
dan memastikan keterlibatan dalam proses standarisasi teknologi global, termasuk AI ethics
dan keamanan kuantum.
5. Transformasi Ekonomi dan Tenaga Kerja
AI dan kuantum akan mendisrupsi pasar tenaga kerja tradisional, tetapi sekaligus membuka
peluang ekonomi baru. Indonesia harus menyiapkan pendidikan dan pelatihan vokasional
berbasis teknologi untuk mencetak tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan revolusi
industri 5.0. Buku ini menyarankan pendekatan strategis dalam membangun sektor teknologi
sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Kritik terhadap Buku
Buku ini ditulis dalam gaya yang provokatif dan futuristik, memberikan gambaran besar tetapi
dengan contoh yang kadang bersifat spekulatif dan belum teruji. Namun, kekuatan buku ini
justru terletak pada kemampuannya menggugah pembaca untuk berpikir strategis dan jauh
ke depan. Meski tidak banyak membahas negara berkembang secara mendalam, pesan
utamanya sangat relevan bagi Indonesia: jangan terlambat dalam transformasi digital global.
Kesimpulan
Victor Trujillo melalui bukunya 2024 Geopolitics: Quantum ASI An AI Book menyampaikan
pesan tegas bahwa masa depan kekuasaan global akan ditentukan oleh penguasaan terhadap
teknologi AI dan komputasi kuantum. Negara-negara yang gagal beradaptasi dengan cepat
akan tertinggal dalam semua aspek strategis: militer, diplomasi, ekonomi, dan sosial.
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan posisi strategis di Asia Tenggara, harus
melihat buku ini sebagai panduan awal dalam merancang strategi ketahanan nasional
berbasis teknologi. Investasi pada riset, pendidikan teknologi, diplomasi teknologi, dan
perlindungan siber menjadi syarat mutlak untuk menghadapi masa depan yang ditentukan
oleh kecanggihan algoritma dan kekuatan komputasi.
Daftar Pustaka
Trujillo, V. (2024). 2024 Geopolitics: Quantum ASI An AI Book. USA: Self-published.
41
Dadang Solihin Book Review Number 001/ Januari 2025
Tentang Penulis
Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022. Di dunia
kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.