Dadang Solihin Book Review Number 004/April 2025

DadangSolihin 76 views 45 slides May 05, 2025
Slide 1
Slide 1 of 45
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45

About This Presentation

Pada edisi ini dihadirkan tinjauan kritis terhadap sepuluh karya penting yang menggambarkan dinamika dunia kontemporer dari berbagai perspektif — mulai dari geopolitik, keamanan nasional, kepemimpinan, hingga inovasi dalam organisasi dan transformasi sosial.


Slide Content

No Book Title Author Page
31. My Vision Muammar Gaddafi and
Edmond Jouve
3
32. The More Dangerous Case of Donald Trump Dr. Bandy Lee 7
33. The Making of the Indo-Pacific Economic
Framework for Prosperity
Amitendu Palit and Ramita 11
34. Nine Desh Line: Deciphering the South China
Sea Conundrum
Pooja Bhatt 15
35. Legacy of Ashes: The History of the CIA Tim Weiner 19
36. Paradoks Indonesia: Negara Kaya Raya, Tetapi
Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin
Prabowo Subianto 22
37. The Essentials of Theory U: Core Principles
and Applications
Otto Scharmer 26
38. The Fifth Discipline: The Art and Practice of
the Learning Organization
Peter M. Senge 30
39. The Fall of the FBI: How a Once Great Agency
Became a Threat to Democracy
Thomas J. Baker 35
40. China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories,
and Long-Term Competition
Andrew Scobell, Edmund J.
Burke, et al
39

Dadang Solihin
Book
Review
Number 004/April 2025
DS
BR

1

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terbitnya Book Review DSBR edisi keempat, Number 004/April
2025. Pada edisi ini, penulis menghadirkan tinjauan kritis terhadap
sepuluh karya penting yang menggambarkan dinamika dunia
kontemporer dari berbagai perspektif — mulai dari geopolitik,
keamanan nasional, kepemimpinan, hingga inovasi dalam
organisasi dan transformasi sosial. Pemilihan buku-buku ini
bertujuan untuk memperkaya pemahaman pembaca tentang
tantangan dan peluang yang membentuk abad ke-21.
Edisi ini diawali dengan ulasan terhadap My Vision karya Muammar
Gaddafi dan Edmond Jouve. Buku ini merefleksikan gagasan politik
dan sosial Gaddafi yang kontroversial namun penting dalam membaca lanskap politik dunia
Arab. Melalui lensa pemikiran Gaddafi, kita diingatkan bahwa visi besar seorang pemimpin,
betapapun radikalnya, memiliki daya untuk membentuk nasib bangsa, bahkan ketika harus
berhadapan dengan resistansi global.
Selanjutnya, The More Dangerous Case of Donald Trump yang ditulis oleh Dr. Bandy Lee,
bersama tim profesional kesehatan mental, mengangkat kekhawatiran atas dampak
psikologis seorang pemimpin terhadap stabilitas nasional dan internasional. Buku ini
mengajak kita merenung tentang pentingnya kesehatan mental dalam kepemimpinan dan
bagaimana karakter individu dapat memengaruhi jalannya sejarah.
Isu geopolitik global terus dikaji melalui buku The Making of the Indo-Pacific Economic
Framework for Prosperity karya Amitendu Palit dan Ramita. Buku ini membedah inisiatif
strategis Amerika Serikat untuk mengimbangi pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. Di
tengah rivalitas kekuatan besar, konsep kerjasama ekonomi regional menjadi instrumen
penting dalam menentukan arah baru tatanan global.
Masih berkaitan dengan geopolitik, Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea
Conundrum karya Pooja Bhatt memperkaya diskusi kita mengenai ketegangan di Laut Cina
Selatan. Buku ini tidak hanya mengulas sejarah klaim China, tetapi juga kompleksitas hukum
internasional dan strategi diplomatik negara-negara di kawasan.
Dari sisi sejarah intelijen dan keamanan, Legacy of Ashes: The History of the CIA karya Tim
Weiner menawarkan narasi mendalam tentang perjalanan CIA, membongkar berbagai
kegagalan, kesuksesan, hingga intrik internal yang selama ini jarang terungkap ke publik.
Pemahaman terhadap dinamika lembaga seperti CIA menjadi krusial dalam membaca
manuver global, terutama dalam era pasca-kebenaran.
Tidak kalah menarik, Paradoks Indonesia: Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat
Hidup Miskin oleh Prabowo Subianto mengangkat refleksi nasional yang sangat relevan. Buku
ini mengingatkan kita akan tantangan internal dalam mengelola sumber daya melimpah,
namun menghadapi kesenjangan ekonomi yang nyata. Sebuah ajakan untuk melihat ke dalam
dan membangun solusi berkelanjutan.

2

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
Dalam kerangka transformasi individu dan organisasi, penulis mengulas dua karya besar: The
Essentials of Theory U oleh Otto Scharmer dan The Fifth Discipline oleh Peter M. Senge.
Scharmer menawarkan pendekatan inovatif untuk perubahan sosial melalui “presencing” —
kombinasi antara kehadiran dan tindakan masa depan. Sementara Senge memperkenalkan
konsep organisasi pembelajar, di mana pembelajaran kolektif menjadi kunci adaptasi dan
pertumbuhan di tengah ketidakpastian.
Melengkapi pembahasan tentang dinamika lembaga negara, The Fall of the FBI: How a Once
Great Agency Became a Threat to Democracy oleh Thomas J. Baker memperingatkan tentang
bahaya politisasi institusi penegak hukum. Buku ini menunjukkan bagaimana penyalahgunaan
wewenang dapat menggerogoti kepercayaan publik terhadap pilar demokrasi.
Sebagai penutup, China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories, and Long-Term Competition
karya Andrew Scobell, Edmund J. Burke, dan rekan-rekannya, menawarkan analisis
komprehensif tentang arah strategis China dalam jangka panjang. Buku ini menjadi referensi
penting dalam memahami pola pikir dan kalkulasi strategis negara yang diprediksi akan
menjadi kekuatan dominan dunia.
Secara keseluruhan, ulasan pada edisi ini membentuk sebuah mosaik yang menggambarkan
dunia yang terus bergerak dalam kompleksitas baru — di mana pergeseran kekuasaan,
tantangan domestik, inovasi sosial, dan transformasi kelembagaan saling bertautan
membentuk masa depan. Penulis berharap bahwa pembaca dapat mengambil inspirasi,
pelajaran, dan pemahaman yang lebih luas dari kumpulan review ini, serta menggunakannya
sebagai bahan refleksi maupun tindakan nyata di bidang masing-masing.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga Book Review DSBR edisi keempat ini dapat menjadi
bagian kecil dari upaya kolektif kita dalam membangun wawasan, memperkuat nalar kritis,
dan menyalakan semangat perubahan di tengah dunia yang terus berubah. Selamat
menikmati.

Jakarta, 21 April 2025

Penulis

3

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025













My Vision Karya Muammar Gaddafi And Edmond Jouve – Pelajaran untuk
Ketahanan Nasional Indonesia

Abstract
This article reviews My Vision by Muammar Gaddafi and Edmond Jouve, highlighting its
relevance to national resilience building efforts, particularly in the Indonesian context.
Gaddafi’s vision on direct democracy (Jamahiriya), economic independence, cultural identity
preservation, anti-imperialism, and solidarity among developing nations offers critical
insights. These elements underline the importance of internal strength, people participation,
and sovereignty in facing globalization and geopolitical instability. The review extracts key
lessons for Indonesia in enhancing political, economic, cultural, and regional resilience. By
reflecting on Gaddafi’s ideas, Indonesia can strengthen its independence, unity, justice, and
prosperity in an increasingly interconnected world.
Keywords: My Vision, Muammar Gaddafi, national resilience, Indonesia, sovereignty,
economic independence

Pendahuluan
Dalam era globalisasi yang penuh tantangan geopolitik dan tekanan ekonomi, kebutuhan
akan ketahanan nasional menjadi semakin mendesak. Buku My Vision karya Muammar
Gaddafi dan Edmond Jouve menawarkan perspektif penting tentang bagaimana sebuah
negara seharusnya mengelola dirinya sendiri secara mandiri, adil, dan berdaulat. Buku ini
menggabungkan ideologi politik, ekonomi, dan sosial Gaddafi yang bertujuan membangun
kekuatan internal bangsa untuk menghadapi dominasi asing. Review ini bertujuan menggali
relevansi gagasan Gaddafi bagi upaya memperkokoh ketahanan nasional Indonesia di masa
kini dan masa depan.

4

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Tinjauan Buku
1. Pemerintahan Langsung oleh Rakyat (Jamahiriya)
Gaddafi memperkenalkan sistem Jamahiriya, yakni negara rakyat, di mana kekuasaan
dipegang langsung oleh komite-komite rakyat tanpa perantara partai politik atau elit. Melalui
mekanisme ini, rakyat tidak hanya berpartisipasi pasif, tetapi juga aktif dalam pengambilan
keputusan negara.

Relevansi untuk Indonesia
Meskipun Indonesia sudah menerapkan sistem demokrasi, peningkatan keterlibatan publik
dalam proses pengambilan keputusan tetap menjadi tantangan. Inovasi demokrasi deliberatif
melalui musyawarah berbasis komunitas, misalnya, dapat mempererat hubungan rakyat
dengan negara dan memperkuat ketahanan sosial-politik nasional.

2. Kemandirian Ekonomi
Gaddafi menekankan pentingnya kemandirian ekonomi, memperingatkan bahaya
ketergantungan terhadap investasi asing dan dominasi pasar global. Ia mendorong negara-
negara berkembang untuk membangun ekonomi berbasis sumber daya internal.

Relevansi untuk Indonesia
Pembangunan sektor pangan, energi, dan teknologi dalam negeri menjadi kunci ketahanan
ekonomi. Dengan memperkuat sektor UMKM, memperluas industrialisasi lokal, dan
mengurangi impor strategis, Indonesia dapat meningkatkan daya tahan terhadap krisis global.

3. Identitas dan Budaya Nasional
Menurut Gaddafi, mempertahankan identitas budaya merupakan benteng melawan
kolonialisasi budaya asing. Ia percaya bahwa globalisasi tidak boleh menghilangkan keunikan
suatu bangsa.

Relevansi untuk Indonesia
Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, memperkuat pendidikan kebangsaan berbasis
Pancasila, pelestarian budaya lokal, serta penanaman nilai Bhinneka Tunggal Ika sangat
penting untuk membangun ketahanan budaya di tengah derasnya arus globalisasi.

4. Perlawanan terhadap Imperialisme
Gaddafi sangat menentang segala bentuk imperialisme. Ia mengadvokasi prinsip kedaulatan
absolut dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua bangsa.

5

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Relevansi untuk Indonesia
Indonesia harus mempertahankan prinsip politik bebas aktif dalam diplomasi internasional.
Ketahanan nasional dapat diperkuat melalui pengembangan diplomasi ekonomi dan
pertahanan strategis yang berlandaskan kepentingan nasional.

5. Persatuan Negara-Negara Berkembang
Gaddafi menyerukan solidaritas di antara negara-negara berkembang untuk menghadapi
tekanan politik dan ekonomi dari negara-negara besar.

Relevansi untuk Indonesia
Sebagai pemimpin di ASEAN dan anggota G20, Indonesia dapat mendorong kerja sama
Selatan-Selatan dan memperkuat aliansi negara-negara berkembang dalam bidang
perdagangan, teknologi, dan keamanan.

6. Pembangunan Berbasis Potensi Lokal
Gaddafi menekankan pentingnya pembangunan berbasis kekuatan lokal untuk mengurangi
ketimpangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Relevansi untuk Indonesia
Penguatan otonomi daerah, pemberdayaan ekonomi desa, dan pengembangan sektor
unggulan lokal — seperti pariwisata, pertanian, dan industri kreatif — dapat memperkokoh
fondasi ketahanan ekonomi nasional.

7. Kritik terhadap Kapitalisme dan Sosialisme
Gaddafi mengkritik kapitalisme yang eksploitatif dan sosialisme yang mengekang individu,
menawarkan Jamahiriya sebagai jalan tengah yang menggabungkan keadilan sosial dan
kebebasan individu.

Relevansi untuk Indonesia
Dalam mengelola perekonomian, Indonesia perlu mengadopsi sistem ekonomi berkeadilan
sosial — memastikan keseimbangan antara kesempatan berusaha dan perlindungan bagi
kelompok rentan, sebagaimana diamanatkan dalam Konstitusi.

Diskusi
Gagasan-gagasan Gaddafi dalam My Vision relevan untuk memperkuat empat dimensi
ketahanan nasional Indonesia: ketahanan ideologi, ketahanan politik, ketahanan ekonomi,
dan ketahanan sosial-budaya.

6

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
Pertama, dalam menghadapi tantangan ideologi global seperti radikalisme dan liberalisme
ekstrem, penguatan ideologi Pancasila menjadi sangat penting.
Kedua, memperkuat demokrasi partisipatoris berbasis rakyat dapat mengurangi alienasi
politik dan meningkatkan stabilitas nasional.
Ketiga, kemandirian ekonomi melalui pembangunan berbasis sumber daya nasional dapat
mengurangi kerentanan terhadap krisis global.
Keempat, pelestarian budaya lokal di tengah globalisasi menjadi pilar penting dalam
memperkuat identitas bangsa.
Meskipun demikian, konteks Indonesia berbeda dengan Libya. Implementasi gagasan-
gagasan tersebut harus disesuaikan dengan realitas sosio-kultural Indonesia yang plural dan
demokratis.

Kesimpulan
My Vision menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya kemandirian, partisipasi
rakyat, pelestarian budaya, dan resistansi terhadap dominasi asing. Bagi Indonesia, refleksi
terhadap gagasan ini dapat memperkuat strategi nasional dalam membangun ketahanan
yang tangguh, adil, dan berkelanjutan di tengah dinamika global. Penerapan nilai-nilai
kemandirian ekonomi, partisipasi politik yang inklusif, dan diplomasi berdaulat adalah kunci
untuk mencapai visi Indonesia Maju.

Daftar Pustaka
Baker, T. J. (2022). The Fall of the FBI: How a Once Great Agency Became a Threat to
Democracy. Washington D.C.: Regnery Publishing.
Bhatt, P. (2023). Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea Conundrum. New Delhi:
Pentagon Press.
Gaddafi, M., & Jouve, E. (2005). My Vision. London: Blake Publishing.
Lee, B. X. (Ed.). (2019). The More Dangerous Case of Donald Trump. New York: Thomas Dunne
Books.
Palit, A., & Ramita. (2023). The Making of the Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity.
Singapore: ISEAS Publishing.
Prabowo, S. (2023). Paradoks Indonesia: Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat
Hidup Miskin. Jakarta: Gramedia.
Scharmer, O. (2018). The Essentials of Theory U: Core Principles and Applications. Oakland:
Berrett-Koehler Publishers.
Scobell, A., Burke, E. J., et al. (2020). China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories, and Long-
Term Competition. Santa Monica: RAND Corporation.
Senge, P. M. (2006). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization.
New York: Doubleday.
Weiner, T. (2007). Legacy of Ashes: The History of the CIA. New York: Doubleday.

7

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025












The More Dangerous Case of Donald Trump editor Dr. Bandy Lee

Abstract
This book review critically examines The More Dangerous Case of Donald Trump, edited by
Dr. Bandy Lee, which analyzes the psychological impact of Donald Trump's leadership on
American society and democracy. The book compiles insights from 40 mental health experts,
warning of the dangers posed by Trump's pathological narcissism, emotional instability, and
propensity for violence. Key themes include the spread of "shared psychosis" among his
supporters, threats to democratic structures, and the risk of inciting violence. The review also
draws lessons for Indonesia, emphasizing the importance of psychologically stable leadership,
social resilience, media oversight, and democratic strengthening. The book serves as a
cautionary tale about the dangers of manipulative leadership and the need for robust
democratic institutions.
Keywords: Donald Trump, mental health, shared psychosis, democracy, leadership, Indonesia

Pendahuluan
The More Dangerous Case of Donald Trump, diedit oleh Dr. Bandy Lee, merupakan karya yang
mengkaji dampak psikologis dan sosial dari kepemimpinan Donald Trump. Buku ini
melibatkan kontribusi dari 40 pakar kesehatan mental yang menganalisis bagaimana
karakteristik kepribadian Trump, seperti narsisme patologis dan ketidakstabilan emosional,
dapat membahayakan demokrasi dan stabilitas sosial. Review ini bertujuan untuk meringkas
argumen utama buku, mengevaluasi relevansinya, dan menarik pelajaran untuk konteks
Indonesia.

8

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Ringkasan Isi Buku
Buku ini terbagi menjadi beberapa bagian utama yang membahas:
1. Penyebaran "Kegilaan Bersama" (Shared Psychosis)
Para penulis menjelaskan konsep folie à millions, di mana delusi pemimpin menyebar ke
pendukungnya melalui ikatan emosional. Trump dianggap sebagai figur yang mampu
menciptakan "kegilaan bersama" di kalangan pengikutnya, sehingga mereka menerima narasi
yang bertentangan dengan realitas dan merusak demokrasi.

2. Ancaman terhadap Demokrasi
Buku ini menyoroti kecenderungan Trump untuk mengabaikan hukum, menekan kritik, dan
mempolarisasi masyarakat. Para ahli memperingatkan bahwa perilaku semacam ini dapat
melemahkan institusi demokrasi dan meningkatkan ketegangan sosial.

3. Risiko Kekerasan dan Ketidakstabilan Emosional
Trump dianalisis sebagai pemimpin yang menggunakan retorika kekerasan untuk
mempertahankan kekuasaan. Para pakar menunjukkan bahwa pemimpin dengan gangguan
narsistik sering kali menggantikan kendali diri dengan agresi, menciptakan lingkungan yang
berbahaya bagi keamanan nasional.

Analisis dan Evaluasi
Buku ini memberikan analisis mendalam tentang dampak psikologis kepemimpinan Trump,
didukung oleh bukti-bukti dari para ahli kesehatan mental. Namun, beberapa kritik dapat
diajukan:

1. Keterbatasan Perspektif
Buku ini cenderung fokus pada sudut pandang kesehatan mental tanpa banyak melibatkan
analisis politik atau historis yang lebih luas.

2. Relevansi untuk Konteks Global
Meskipun kasus Trump spesifik untuk Amerika Serikat, buku ini berhasil menarik pelajaran
universal tentang bahaya kepemimpinan yang manipulatif.

3. Kritik terhadap Metodologi
Beberapa argumen bersifat spekulatif, terutama terkait diagnosis kesehatan mental dari jarak
jauh (remote diagnosis), yang kontroversial dalam profesi psikiatri.

9

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Pelajaran untuk Indonesia
Buku ini menawarkan wawasan berharga bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan
kepemimpinan dan ketahanan nasional:

1. Pemimpin yang Stabil Psikologis
Penting bagi Indonesia untuk memilih pemimpin dengan kesehatan mental yang baik dan
etika yang kuat guna menjaga stabilitas nasional.

2. Ketahanan Sosial
Pendidikan kewarganegaraan dan toleransi dapat memperkuat ketahanan sosial terhadap
polarisasi.

3. Peran Media
Pengawasan media dan literasi informasi diperlukan untuk mencegah penyebaran narasi
menyesatkan.

4. Penguatan Demokrasi
Institusi demokrasi harus diperkuat agar mampu menahan pengaruh pemimpin yang otoriter.

5. Kesejahteraan Sosial
Ketimpangan sosial-ekonomi dapat membuat masyarakat rentan terhadap pemimpin
manipulatif, sehingga kebijakan inklusif sangat penting.

Kesimpulan
The More Dangerous Case of Donald Trump adalah buku yang penting untuk memahami
dampak psikologis dari kepemimpinan yang destruktif. Meskipun memiliki beberapa
keterbatasan, buku ini berhasil menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh pemimpin dengan
gangguan kepribadian dan memberikan pelajaran berharga bagi negara lain, termasuk
Indonesia.

Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-5).
Lee, B. (Ed.). (2024). The More Dangerous Case of Donald Trump. World Mental Health
Coalition, Inc.
Levitsky, S., & Ziblatt, D. (2018). How Democracies Die. Crown.

10

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
Sunstein, C. R. (2009). Going to Extremes: How Like Minds Unite and Divide. Oxford University
Press.
World Health Organization. (2022). Mental Health and Leadership: A Global Perspective.

11

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025












The Making of the Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity editor
Amitendu Palit dan Ramita

Abstract
This book review examines The Making of the Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity
(IPEF), edited by Amitendu Palit and Ramita, which explores the formation and objectives of
IPEF as a regional economic cooperation framework in the Indo-Pacific. The book highlights
IPEF's four key pillars: trade and digital economy, supply chain resilience, green infrastructure,
and anti-corruption taxation. It emphasizes how IPEF aims to address global challenges such
as geopolitical uncertainty, climate change, and economic crises. The review also analyzes the
implications for Indonesia, discussing opportunities for economic growth, technological
advancement, and sustainable development, as well as potential risks to national autonomy
and economic resilience. The book serves as a valuable resource for understanding regional
economic strategies and their impact on national policies.
Keywords: Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), economic cooperation, supply chain
resilience, green infrastructure, Indonesia, national resilience

Pendahuluan
The Making of the Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity disunting oleh Amitendu
Palit dan Ramita, merupakan karya yang mengkaji pembentukan dan tujuan IPEF sebagai
kerangka kerja sama ekonomi di kawasan Indo-Pasifik. Buku ini menyoroti upaya kolektif
negara-negara anggota untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan berkelanjutan di tengah tantangan global seperti ketidakpastian geopolitik dan
perubahan iklim. Review ini bertujuan untuk meringkas argumen utama buku, mengevaluasi
relevansinya bagi Indonesia, dan menganalisis peluang serta tantangan yang muncul dari
partisipasi Indonesia dalam IPEF.

12

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Ringkasan Isi Buku
Buku ini membahas empat pilar utama IPEF:
1. Perdagangan dan Ekonomi Digital
Pilar ini mendorong perdagangan terbuka dan digitalisasi untuk memfasilitasi pertukaran
barang dan jasa secara efisien. IPEF juga mengusung aturan main yang adil di sektor digital,
yang diharapkan dapat meningkatkan akses pasar bagi negara berkembang.

2. Ketahanan Rantai Pasokan
Pilar ini bertujuan memperkuat rantai pasokan melalui diversifikasi sumber dan rute
perdagangan, terutama untuk sektor strategis seperti teknologi dan energi. Tujuannya adalah
mengurangi dampak gangguan global seperti pandemi atau konflik.

3. Pembangunan Infrastruktur Hijau
IPEF mendorong investasi dalam infrastruktur berkelanjutan dan energi terbarukan. Fokus ini
relevan bagi negara seperti Indonesia yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan
kaya akan sumber daya alam.

4. Perpajakan dan Antikorupsi
Pilar ini berfokus pada penerapan standar perpajakan yang adil dan kebijakan antikorupsi
untuk menciptakan iklim bisnis yang stabil dan menarik bagi investasi asing.

Analisis dan Evaluasi
Buku ini memberikan analisis komprehensif tentang IPEF, dengan beberapa kelebihan dan
keterbatasan:

1. Kelebihan
• Relevansi Global: Buku ini berhasil menghubungkan tantangan global dengan solusi
regional, menjadikannya relevan bagi pembaca internasional.
• Struktur Jelas: Pembagian empat pilar memudahkan pemahaman tentang tujuan dan
manfaat IPEF.

2. Keterbatasan
• Perspektif Terbatas: Buku lebih fokus pada manfaat IPEF tanpa banyak membahas
kritik atau tantangan implementasi di tingkat nasional.
• Ketimpangan Partisipasi: Tidak ada analisis mendalam tentang bagaimana negara
berkembang seperti Indonesia dapat memastikan kepentingannya terakomodasi
dalam IPEF.

13

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Pelajaran untuk Indonesia
Buku ini menawarkan wawasan strategis bagi Indonesia:

1. Peluang
• Peningkatan Daya Saing: Partisipasi dalam IPEF dapat memperkuat ekonomi digital
dan teknologi Indonesia.
• Ketahanan Pasokan: Diversifikasi rantai pasokan dapat mengurangi ketergantungan
pada impor.
• Pembangunan Berkelanjutan: Investasi infrastruktur hijau mendukung transisi energi
terbarukan.

2. Tantangan
• Ancaman Kemandirian: Liberalisasi pasar dapat membahayakan UKM jika tidak
diimbangi kebijakan protektif.
• Ketergantungan Teknologi: Risiko ketergantungan pada teknologi asing dapat
menghambat inovasi lokal.
• Kompleksitas Diplomasi: Indonesia harus menjaga netralitas di tengah rivalitas AS-
China dalam IPEF.

3. Rekomendasi
• Kebijakan Protektif: Perlindungan bagi sektor strategis seperti UKM dan energi.
• Penguatan Institusi: Peningkatan transparansi dan tata kelola untuk menarik investasi.
• Diplomasi Aktif: Memastikan partisipasi Indonesia dalam IPEF sejalan dengan
kepentingan nasional.

Kesimpulan
The Making of the Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity adalah buku yang penting
untuk memahami dinamika kerja sama ekonomi regional di kawasan Indo-Pasifik. Buku ini
memberikan pandangan mendalam tentang potensi IPEF dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi dan ketahanan global. Namun, bagi Indonesia, partisipasi dalam IPEF harus
diimbangi dengan kebijakan yang melindungi kepentingan nasional dan memastikan manfaat
jangka panjang bagi ketahanan ekonomi dan sosial.

14

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Daftar Pustaka
ASEAN Secretariat. (2023). Regional Economic Integration in the Indo-Pacific.
IMF. (2023). Global Supply Chain Resilience and Economic Stability.
Ministry of Trade, Indonesia. (2024). Indonesia’s Strategy in the Indo-Pacific Economic
Framework.
Palit, A., & Ramita. (Eds.). (2024). The Making of the Indo-Pacific Economic Framework for
Prosperity. Publisher.
World Bank. (2023). Sustainable Infrastructure and Green Growth.

15

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025













Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea Conundrum Karya Pooja
Bhatt

Abstract
This article reviews the book Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea Conundrum by
Pooja Bhatt, a comprehensive study on China's geopolitical strategies in the South China Sea
(SCS). The book elaborates on the historical, political, and legal dimensions surrounding
China's claim based on the "Nine Dash Line" (NDL), which covers almost 80% of the SCS. The
author critiques China's strategic use of military and civilian maritime forces, diplomatic
negotiations aligned with Confucian values, and the embeddedness of territorial claims within
its national education and culture. This review also analyzes the lessons the book provides for
Indonesia in enhancing maritime security, regional diplomacy, and international legal
positioning. The study concludes that Bhatt’s work is a crucial contribution for understanding
the dynamics of maritime security and the challenges posed by China's maritime assertions.
Keywords: South China Sea, Nine Dash Line, maritime security, UNCLOS, Indonesia, China
geopolitics.

Pendahuluan
Konflik di Laut China Selatan (LCS) merupakan salah satu isu geopolitik paling kompleks abad
ini. Dalam buku Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea Conundrum, Pooja Bhatt
menawarkan pemetaan mendalam tentang bagaimana Tiongkok membangun dan
mempertahankan klaim teritorialnya berdasarkan garis sembilan putus-putus (Nine Dash
Line/NDL). Buku ini tidak hanya membahas aspek hukum, melainkan juga dimensi sejarah,
politik, dan strategi militer yang digunakan Tiongkok untuk memperkuat klaimnya.

16

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
Melalui pendekatan analitis, Bhatt memperlihatkan bagaimana Tiongkok mengintegrasikan
kekuatan keras (hard power) dan kekuatan lunak (soft power) untuk menormalisasi klaim
kontroversial ini di mata dunia dan rakyatnya sendiri. Buku ini menjadi penting tidak hanya
bagi pemahaman akademik tentang dinamika LCS, tetapi juga sebagai panduan strategis bagi
negara-negara seperti Indonesia.

Ringkasan Buku
Bhatt memulai dengan menguraikan bagaimana Nine Dash Line pertama kali diperkenalkan
pada 1947 oleh pemerintah Tiongkok. Meski peta ini belum pernah dijabarkan secara rinci
mengenai koordinat pastinya, Tiongkok terus menggunakannya untuk mengklaim hampir
seluruh wilayah LCS, termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE) milik negara-negara pesisir lain.
Buku ini kemudian mengkaji berbagai aspek:
1. Dimensi Hukum
Bhatt menunjukkan bahwa NDL tidak memiliki dasar hukum dalam United Nations Convention
on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, di mana ketentuan mengenai ZEE jelas diberikan
kepada negara pantai. Putusan Permanent Court of Arbitration (PCA) tahun 2016 dalam kasus
Filipina vs Tiongkok bahkan menegaskan tidak sahnya klaim historis Tiongkok. Namun
demikian, Tiongkok tetap menolak mengakui keputusan ini.

2. Strategi Militer dan Milisi Maritim
Salah satu temuan menarik adalah penggunaan milisi maritim oleh Tiongkok. Dengan
menyamarkan kapal-kapal militer sebagai kapal nelayan, Tiongkok dapat melakukan operasi
pengawasan, provokasi, dan penegasan klaim tanpa eskalasi langsung ke konflik bersenjata.

3. Pendekatan Budaya dan Pendidikan
Bhatt juga membahas bagaimana kurikulum pendidikan di Tiongkok menginternalisasi klaim
LCS kepada generasi muda. Strategi ini memperkuat narasi bahwa kawasan tersebut
merupakan bagian yang sah dari kedaulatan nasional.

4. Diplomasi Bilateral Berbasis Konfusianisme
Pendekatan bilateral dibandingkan litigasi multilateral menjadi strategi favorit Tiongkok.
Bhatt menilai bahwa ini sesuai dengan nilai-nilai Konfusianisme yang mengutamakan harmoni
dan negosiasi personal, bukan konfrontasi terbuka.

5. Kepentingan Strategis dan Energi
LCS digambarkan sebagai “Teluk Persia Kedua” karena potensi sumber daya energi yang
besar. Di samping itu, penguasaan LCS memungkinkan Tiongkok membangun sistem anti-
akses/penolakan wilayah (Anti-Access/Area Denial - A2/AD), memperluas zona pertahanan
udaranya, serta menantang dominasi maritim Amerika Serikat di Asia-Pasifik.

17

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Analisis Kritis
Buku ini menyajikan argumen yang kuat tentang konsistensi strategi Tiongkok di berbagai lini.
Namun, Bhatt kurang banyak mengelaborasi tentang dinamika internal negara-negara
ASEAN, yang juga menjadi faktor penting dalam respons terhadap Tiongkok. Selain itu, buku
ini cenderung menampilkan Tiongkok sebagai aktor tunggal tanpa banyak membahas
bagaimana kekuatan besar lain, seperti Amerika Serikat dan Jepang, ikut membentuk eskalasi
konflik.
Kendati demikian, kekuatan utama buku ini terletak pada penyajian yang sistematis dan
berbasis data sejarah serta hukum. Bhatt tidak hanya mengkritik, tetapi juga menunjukkan
bagaimana pemahaman budaya, hukum, dan militer perlu digabungkan untuk melihat
gambaran penuh strategi maritim Tiongkok.

Implikasi bagi Indonesia
Buku ini menawarkan pelajaran penting bagi Indonesia, khususnya terkait pengelolaan
wilayah Natuna yang masuk dalam tumpang tindih klaim di LCS:

1. Peningkatan Kapasitas dan Pengawasan Maritim
Indonesia harus memperkuat Badan Keamanan Laut (Bakamla), TNI AL, dan patroli maritim
untuk mengawasi dan mempertahankan ZEE secara efektif. Taktik “abu-abu” seperti milisi
maritim Tiongkok menuntut respons yang cepat namun tidak memicu konflik terbuka.

2. Penguatan Diplomasi dan ASEAN
Mengingat pentingnya solidaritas regional, Indonesia perlu memimpin inisiatif penguatan
kesatuan ASEAN dalam menegakkan UNCLOS. Pendekatan kolektif akan mengurangi
efektivitas diplomasi bilateral Tiongkok yang memecah belah negara-negara ASEAN.

3. Pembangunan Infrastruktur Energi di Natuna
Investasi besar-besaran dalam eksplorasi dan pengembangan energi di Natuna tidak hanya
meningkatkan kedaulatan, tetapi juga memperkuat posisi tawar Indonesia di tingkat regional.

4. Penguatan Pendekatan Hukum Internasional
Indonesia harus secara konsisten menolak klaim Nine Dash Line di forum internasional,
memanfaatkan keputusan PCA 2016 sebagai landasan.

Kesimpulan
Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea Conundrum karya Pooja Bhatt merupakan
kontribusi penting dalam memahami dinamika konflik LCS. Melalui analisis multidisipliner,

18

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
Bhatt memperlihatkan bahwa konflik ini bukan semata-mata persoalan hukum, tetapi juga
persoalan sejarah, budaya, dan strategi kekuasaan.
Bagi Indonesia, buku ini memberikan landasan kuat untuk mengembangkan strategi
ketahanan maritim yang lebih kokoh, memperkuat posisi hukum internasionalnya, dan
membangun kerja sama regional yang solid. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,
Indonesia tidak boleh lengah terhadap tantangan laten di perbatasan maritimnya.

Daftar Pustaka
Bhatt, Pooja. Nine Dash Line: Deciphering the South China Sea Conundrum. Air University
Press, 2024.
Permanent Court of Arbitration. Award in the Matter of the South China Sea Arbitration (The
Republic of the Philippines v. The People's Republic of China). 12 July 2016.
United Nations. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). 1982.

19

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025














Legacy of Ashes: The History of the CIA oleh Tim Weiner

Abstract
This book review critically examines Legacy of Ashes: The History of the CIA by Tim Weiner, a
Pulitzer Prize-winning journalist. The book provides a comprehensive and critical account of
the Central Intelligence Agency (CIA) from its inception to the modern era, highlighting its
operational failures, leadership flaws, and lack of accountability. Weiner’s work is based on
declassified documents and interviews with former CIA agents, revealing how the agency’s
missteps in intelligence gathering, foreign interventions, and geopolitical predictions have
often compromised U.S. national security. The review also draws lessons for Indonesia,
emphasizing the importance of accurate intelligence, transparency, competent leadership,
and selective international cooperation to strengthen national resilience.
Keywords: CIA, intelligence failures, national security, accountability, Indonesia, geopolitical
strategy

Pendahuluan
Legacy of Ashes: The History of the CIA karya Tim Weiner adalah sebuah analisis mendalam
tentang sejarah Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat. Buku ini mengungkapkan
berbagai kegagalan operasional, kesalahan strategis, dan kurangnya akuntabilitas yang telah
membentuk citra CIA sebagai lembaga yang sering merugikan kepentingan nasional AS.
Weiner, seorang jurnalis investigatif, menggunakan dokumen-dokumen rahasia yang telah
dideklasifikasi dan wawancara dengan mantan agen CIA untuk membangun narasi yang kritis
namun berbasis fakta. Review ini bertujuan untuk meringkas temuan utama buku,

20

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
mengevaluasi argumen Weiner, dan menarik pelajaran relevan bagi Indonesia dalam konteks
ketahanan nasional.

Ringkasan Isi Buku
Weiner membagi analisisnya ke dalam beberapa tema utama:

1. Kesalahan dalam Pengumpulan Intelijen
CIA sering gagal mengumpulkan intelijen yang akurat, seperti kegagalan memprediksi
serangan Pearl Harbor, Revolusi Iran (1979), dan invasi Soviet ke Afghanistan (1979).
Kesalahan ini disebabkan oleh ketergantungan pada sumber yang tidak andal dan bias politik.

2. Intervensi yang Gagal
Buku ini mencatat berbagai operasi rahasia CIA yang justru berbalik merugikan AS, seperti
kudeta Iran (1953), invasi Teluk Babi di Kuba (1961), dan intervensi di Chili (1973). Operasi-
operasi ini sering kali memicu ketidakstabilan jangka panjang di negara sasaran.

3. Kepemimpinan yang Bermasalah
Weiner mengkritik kepemimpinan CIA yang terlalu politis dan kurang kompeten. Contohnya,
direktur CIA seperti Allen Dulles dan Richard Helms lebih memprioritaskan kepentingan politik
daripada profesionalisme intelijen.

4. Kurangnya Akuntabilitas
CIA sering bertindak di luar pengawasan Kongres atau Presiden, seperti dalam skandal Iran-
Contra (1980-an). Kurangnya transparansi ini menciptakan budaya impunitas yang merusak
kepercayaan publik.

5. Kegagalan Memprediksi Perubahan Geopolitik
CIA gagal mengantisipasi peristiwa besar seperti keruntuhan Uni Soviet (1991) dan
kebangkitan terorisme pasca-9/11, menunjukkan kelemahan dalam analisis strategis.

Analisis dan Evaluasi
Kelebihan Buku:
• Riset Mendalam: Weiner menggunakan sumber primer (dokumen rahasia dan
wawancara) untuk membangun argumen yang kuat.
• Kritik yang Tajam: Buku ini tidak segan mengungkap kegagalan CIA tanpa bias,
menjadikannya referensi penting bagi studi intelijen.

21

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Keterbatasan:
• Perspektif Satu Sisi: Weiner fokus pada kegagalan CIA tanpa banyak mengeksplorasi
keberhasilan atau konteks politik yang memengaruhi keputusan CIA.
• Generalisasi: Beberapa kritik terhadap CIA mungkin terlalu menyederhanakan
kompleksitas operasi intelijen.

Pelajaran untuk Ketahanan Nasional Indonesia
1. Akurasi Intelijen. Indonesia perlu mengembangkan sistem intelijen yang berbasis data
valid dan bebas dari intervensi politik, seperti Badan Intelijen Negara (BIN).
2. Transparansi dan Akuntabilitas. Mekanisme pengawasan oleh DPR dan lembaga
independen harus diperkuat untuk mencegah penyalahgunaan wewenang.
3. Kepemimpinan yang Profesional. Lembaga intelijen harus dipimpin oleh figur yang
kompeten dan berintegritas, bukan berdasarkan pertimbangan politik.
4. Hindari Intervensi yang Tidak Perlu. Indonesia harus belajar dari kegagalan CIA dengan
tidak terlibat dalam konflik asing yang tidak relevan dengan kepentingan nasional.
5. Adaptasi terhadap Ancaman Global. Intelijen Indonesia harus mampu merespons
ancaman non-tradisional seperti kejahatan siber dan perubahan iklim.
6. Kerja Sama Internasional yang Selektif. Kolaborasi dengan negara lain harus dijaga agar
tidak mengorbankan kedaulatan, seperti dalam kerja sama dengan ASEAN atau PBB.

Kesimpulan
Legacy of Ashes adalah buku yang penting untuk memahami dinamika dan kegagalan intelijen
AS. Bagi Indonesia, buku ini menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya
profesionalisme, akuntabilitas, dan strategi intelijen yang adaptif. Dengan memperkuat
lembaga intelijen dan menghindari kesalahan CIA, Indonesia dapat membangun ketahanan
nasional yang lebih tangguh.

Daftar Pustaka
ASEAN Secretariat. (2022). Regional Security Cooperation in Southeast Asia.
Indonesian Ministry of Defense. (2023). Strategi Intelijen Nasional untuk Ketahanan Negara.
Johnson, L. K. (2011). The Oxford Handbook of National Security Intelligence. Oxford
University Press.
Lowenthal, M. M. (2016). Intelligence: From Secrets to Policy. CQ Press.
Weiner, T. (2007). Legacy of Ashes: The History of the CIA. Doubleday.

22

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025












Paradoks Indonesia: Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup
Miskin Karya Prabowo Subianto

Abstract
This article reviews the book Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Paradoks Indonesia
Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin. The book presents a critical
analysis of the paradox where Indonesia, despite its abundant natural and human resources,
still struggles with widespread poverty and significant economic inequality. The review
highlights the major themes discussed in the book, including the threat of the middle-income
trap, economic disparities, low human capital development, and the urgency for accelerated
economic growth. Furthermore, this article draws lessons on how Indonesia can strengthen
its national resilience by promoting equitable economic policies, investing in education and
healthcare, and pursuing economic independence. The review concludes that Prabowo
Subianto's strategic vision is crucial for building a stronger, fairer, and more prosperous
Indonesia.
Keywords: Indonesia paradox, economic inequality, national resilience, human development,
economic independence.

Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang diberkahi kekayaan alam yang melimpah dan sumber daya
manusia yang potensial. Namun, ironisnya, sebagian besar rakyat Indonesia masih bergulat
dengan kemiskinan dan ketidaksetaraan. Fenomena ini diangkat dalam buku Pandangan
Strategis Prabowo Subianto: Paradoks Indonesia Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak
Rakyat Hidup Miskin, sebuah karya yang menggugah kesadaran nasional terhadap masalah-
masalah fundamental yang menghambat kemajuan bangsa.
Melalui analisis yang tajam dan disertai data relevan, Prabowo mengajak pembaca untuk
merenungkan akar permasalahan ekonomi Indonesia dan menawarkan solusi strategis untuk

23

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
membangun ketahanan nasional yang lebih kokoh. Buku ini penting sebagai bahan refleksi,
tidak hanya untuk kalangan akademisi dan pengambil kebijakan, tetapi juga untuk masyarakat
luas.

Ringkasan Buku
1. Paradoks Indonesia: Negara Kaya dengan Rakyat Miskin
Prabowo memulai dengan memaparkan fakta bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang
luar biasa—hutan, tambang, laut, serta sumber energi terbarukan. Akan tetapi, distribusi
kekayaan tersebut sangat timpang. Sebagian besar kekayaan negara dikuasai oleh segelintir
elite, mengingatkan pada kondisi masa kolonial.
Ia juga memperingatkan tentang bahaya middle income trap di mana Indonesia berisiko
terjebak dalam status negara berpendapatan menengah tanpa prospek peningkatan
kesejahteraan, kecuali dilakukan perubahan besar dalam strategi pembangunan ekonomi.

2. Ketimpangan Ekonomi yang Signifikan
Buku ini menggambarkan ketimpangan kekayaan yang ekstrem: sekitar 1% penduduk
menguasai hampir setengah dari total kekayaan nasional. Pada tahun 2016, tercatat Rp11.000
triliun kekayaan orang Indonesia berada di luar negeri, jauh melebihi anggaran negara.
Masalah lain yang disorot adalah rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja, dengan sekitar
40% lulusan hanya sampai tingkat sekolah dasar, serta angka stunting yang mengkhawatirkan,
di mana satu dari tiga anak Indonesia mengalami pertumbuhan tidak optimal.

3. Urgensi Pertumbuhan Ekonomi Double Digit
Prabowo berpendapat bahwa untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, Indonesia
harus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dua digit (di atas 10%) selama 12 tahun
berturut-turut. Ini mensyaratkan reformasi besar-besaran dalam sektor infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, dan tata kelola pemerintahan.

4. Peran Seluruh Warga Negara dalam Menjawab Tantangan
Buku ini menekankan pentingnya partisipasi aktif seluruh warga negara dalam pembangunan
nasional. Setiap individu diharapkan berkontribusi sesuai kapasitasnya untuk menciptakan
Indonesia yang kuat, adil, dan makmur, dengan semangat menghormati keberagaman dan
solidaritas nasional.

Analisis Kritis
1. Kekuatan Buku
Buku ini memiliki kekuatan pada keberanian untuk mengemukakan fakta pahit tentang
kondisi ekonomi Indonesia secara terbuka. Prabowo tidak hanya mengkritik, tetapi juga

24

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
memberikan alternatif strategis yang konkret, seperti fokus pada pertumbuhan ekonomi
tinggi dan pemerataan distribusi kekayaan.
Penyajian data statistik tentang ketimpangan, pendidikan, dan kesehatan memperkuat
argumen-argumennya, menjadikan buku ini lebih dari sekadar opini politis, melainkan juga
dokumen strategis berbasis realitas.

2. Kelemahan Buku
Kritik yang bisa diajukan terhadap buku ini adalah kurangnya penjelasan rinci tentang
bagaimana strategi-strategi yang diusulkan bisa diimplementasikan dalam sistem politik dan
birokrasi Indonesia yang kompleks dan sering kali tidak efisien. Selain itu, target pertumbuhan
ekonomi dua digit tampak idealistik tanpa penjabaran strategi mikro yang terperinci.
Namun demikian, semangat perubahan dan nasionalisme yang diusung tetap menjadi nilai
tambah yang patut diapresiasi.

Implikasi untuk Ketahanan Nasional Indonesia
Buku ini memberikan beberapa pelajaran penting yang relevan dengan penguatan ketahanan
nasional:

1. Membangun Ketahanan Ekonomi Melalui Pengentasan Ketimpangan
Ketahanan nasional sangat bergantung pada stabilitas ekonomi dan pemerataan
kesejahteraan. Mengurangi jurang ketimpangan akan memperkecil potensi konflik sosial dan
memperkuat kohesi nasional.

2. Memprioritaskan Pendidikan dan Kesehatan
Kualitas sumber daya manusia adalah fondasi ketahanan bangsa. Investasi pada pendidikan
dan kesehatan, khususnya dalam mengatasi stunting dan memperbaiki kualitas tenaga kerja,
akan menentukan kemampuan Indonesia untuk bersaing di kancah global.

3. Mengoptimalkan Potensi SDA dengan Kebijakan Berkeadilan
Pemanfaatan sumber daya alam harus dikendalikan dengan kebijakan nasionalis yang
memastikan hasilnya dinikmati oleh seluruh rakyat, bukan hanya oleh elite tertentu atau
korporasi asing.

4. Menciptakan Ekonomi Mandiri
Kemandirian ekonomi adalah kunci dalam menghadapi gejolak global. Indonesia harus
mengurangi ketergantungan terhadap modal asing, memperkuat industri dalam negeri, dan
mengembangkan teknologi lokal.

25

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Kesimpulan
Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Paradoks Indonesia adalah seruan untuk refleksi
nasional. Buku ini tidak hanya mengungkapkan ketimpangan dan permasalahan struktural
Indonesia, tetapi juga mengajak seluruh komponen bangsa untuk bertindak demi
memperbaiki nasib kolektif.
Prabowo Subianto menyampaikan pesan bahwa Indonesia memiliki semua modal untuk
menjadi negara besar—kekayaan alam, sumber daya manusia, dan posisi geopolitik
strategis—namun harus segera membenahi distribusi kekayaan, meningkatkan kualitas
manusia, dan mengarahkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang inklusif dan berkelanjutan.
Buku ini sangat relevan untuk dibaca oleh para pengambil kebijakan, akademisi, dan generasi
muda yang peduli terhadap masa depan Indonesia.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (BPS). Statistik Indonesia 2023. Jakarta: BPS.
Prabowo Subianto. Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Paradoks Indonesia Negara Kaya
Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin. Jakarta: Koperasi Garudayaksa
Nusantara, 2017.
United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report 2022. New
York: UNDP.
World Bank. Indonesia Economic Prospects 2023. Washington DC: The World Bank.

26

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025













The Essentials of Theory U: Core Principles and Applications Karya C. Otto
Scharmer

Abstract
This article reviews The Essentials of Theory U: Core Principles and Applications by C. Otto
Scharmer, focusing on the Theory U model that facilitates deep social transformation. The
book offers an approach based on conscious awareness to guide individuals and organizations
through profound change processes. The review highlights Theory U’s stages—seeing,
sensing, presencing, and acting—and discusses how these concepts can be applied to
strengthen Indonesia's national resilience. The analysis concludes that Theory U provides
valuable insights for inclusive leadership, participatory policy formulation, and innovative
problem-solving in facing contemporary global challenges.
Keywords: Theory U, social transformation, national resilience, collective leadership, policy
innovation.

Pendahuluan
Perubahan sosial yang mendalam tidak hanya memerlukan reformasi struktural, tetapi juga
transformasi kesadaran individu dan kolektif. Inilah premis utama dari buku The Essentials of
Theory U: Core Principles and Applications karya C. Otto Scharmer. Melalui pendekatan
Theory U, Scharmer mengajak pembaca untuk memahami bahwa perubahan sejati lahir dari
proses mendalam—melihat kenyataan dengan jernih, merasakan aspirasi masa depan, hingga
bertindak berdasarkan pemahaman baru yang lahir dari presencing.
Di tengah tantangan global dan dinamika nasional yang kompleks, penerapan prinsip-prinsip
Theory U menjadi sangat relevan untuk memperkuat ketahanan nasional Indonesia. Buku ini

27

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
memberikan kerangka kerja yang tidak hanya teoritis, tetapi juga praktis dalam mengelola
perubahan sosial dan organisasi.

Ringkasan Buku
1. Konsep Dasar Theory U
Theory U memperkenalkan pendekatan berbasis kesadaran untuk perubahan transfor-
masional. Proses ini mengajak individu dan kelompok untuk menuruni “sisi kiri U” dengan
melepaskan pola pikir lama, mencapai titik terdalam presencing (kehadiran + merasakan), dan
kemudian “naik sisi kanan U” dengan membawa ide-ide baru ke dalam aksi nyata.
Presencing menjadi inti Theory U, di mana individu terhubung dengan masa depan yang
berpotensi terwujud, bukan hanya bereaksi terhadap pengalaman masa lalu.

2. Tahapan dalam Theory U
Scharmer membagi Theory U dalam beberapa tahapan:
• Melihat (Seeing): Membuka pikiran untuk mengamati realitas apa adanya, tanpa
prasangka.
• Merasakan (Sensing): Membuka hati untuk merasakan kebutuhan kolektif dan aspirasi
masa depan.
• Presencing (Connecting): Memasuki ruang keheningan batin, di mana inspirasi masa
depan dapat dirasakan dan diinternalisasi.
• Melakukan (Acting): Menerjemahkan wawasan baru ke dalam tindakan nyata melalui
pendekatan prototyping.
Setiap tahap berfungsi untuk membongkar asumsi lama dan menciptakan keterbukaan
terhadap kemungkinan baru.

3. Penerapan Theory U
Theory U tidak hanya konsep teoretis. Scharmer menampilkan berbagai studi kasus
bagaimana pendekatan ini diterapkan di dunia bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan
komunitas sosial. Melalui dialog terbuka, eksperimen prototipe, dan refleksi mendalam,
organisasi dan komunitas dapat menemukan solusi inovatif atas masalah sistemik.

Analisis Kritis
1. Kekuatan Buku
Salah satu kekuatan utama buku ini adalah kesederhanaan dan keterapan langsung dari
konsep-konsepnya. Scharmer berhasil meramu prinsip transformasi kompleks menjadi
langkah-langkah praktis yang bisa diikuti siapa saja. Theory U juga menekankan pentingnya
empati, keterhubungan, dan keterbukaan sebagai fondasi perubahan sosial yang
berkelanjutan.

28

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

2. Kelemahan Buku
Meskipun efektif sebagai panduan umum, beberapa contoh kasus dalam buku ini lebih
banyak berasal dari konteks budaya Barat, sehingga memerlukan adaptasi ketika diterapkan
dalam konteks negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, implementasi Theory U
dalam skala besar membutuhkan komitmen waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.

Implikasi untuk Ketahanan Nasional Indonesia
Dalam konteks Indonesia, penerapan prinsip-prinsip Theory U dapat memperkuat berbagai
aspek ketahanan nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan.

1. Membangun Kesadaran Kolektif
Ketahanan nasional tidak hanya bergantung pada kekuatan militer atau ekonomi, tetapi juga
pada kesadaran kolektif masyarakat terhadap tantangan dan tujuan bersama. Theory U
mengajarkan pentingnya membangun kesadaran ini melalui dialog jujur dan refleksi bersama.
Melalui tahap "melihat" dan "merasakan," masyarakat dan pemimpin dapat mengidentifikasi
akar masalah nasional—mulai dari ketimpangan ekonomi hingga ancaman terhadap
kedaulatan—dengan cara yang lebih objektif dan empatik.

2. Mengatasi Pola Lama dan Membuka Diri pada Masa Depan
Banyak tantangan Indonesia, seperti birokrasi yang tidak efisien atau ketergantungan pada
ekspor komoditas mentah, adalah hasil dari pola pikir lama. Theory U menawarkan metode
untuk melepaskan pola usang ini dan membuka diri terhadap inovasi yang relevan dengan
dunia modern.
Reformasi birokrasi, penguatan industri berbasis teknologi, dan pengembangan sumber daya
manusia adalah contoh langkah konkret yang membutuhkan perubahan paradigma melalui
pendekatan presencing.

3. Proses Partisipatif dalam Merumuskan Kebijakan
Theory U menekankan bahwa perubahan sejati terjadi ketika semua pemangku kepentingan
terlibat aktif. Dalam konteks Indonesia, perumusan kebijakan strategis seperti pembangunan
berkelanjutan, ketahanan pangan, dan mitigasi perubahan iklim harus melibatkan komunitas
lokal, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Partisipasi ini memperkuat legitimasi kebijakan dan meningkatkan efektivitas implementasi.

4. Mengadopsi Prototyping untuk Kebijakan Strategis
Salah satu keunikan Theory U adalah prinsip prototyping—uji coba skala kecil sebelum
implementasi penuh. Dalam ketahanan nasional, ini dapat diterapkan misalnya dalam:
• Pilot project untuk desa tangguh bencana.

29

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

• Uji coba model energi terbarukan di daerah terpencil.
• Program kewirausahaan lokal untuk pengurangan kemiskinan.
Melalui prototyping, kebijakan dapat disesuaikan berdasarkan hasil nyata sebelum
diterapkan secara luas, mengurangi risiko kegagalan besar.

5. Membangun Kepemimpinan Visioner
Ketahanan nasional menuntut kepemimpinan yang tidak hanya reaktif terhadap krisis, tetapi
juga proaktif mengantisipasi masa depan. Theory U menanamkan nilai presencing dalam
kepemimpinan, yaitu membangun koneksi antara realitas saat ini dan potensi masa depan.
Pemimpin nasional yang berbasis Theory U akan mampu menginspirasi, memobilisasi
partisipasi, dan memandu perubahan transformatif.

Kesimpulan
Buku The Essentials of Theory U: Core Principles and Applications karya C. Otto Scharmer
adalah kontribusi penting dalam bidang perubahan sosial dan kepemimpinan transformatif.
Konsep Theory U yang menekankan kesadaran, keterhubungan, dan eksperimen kreatif
menawarkan pendekatan yang sangat relevan untuk memperkuat ketahanan nasional
Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks—dari perubahan iklim, krisis
energi, hingga disrupsi teknologi—Indonesia memerlukan pendekatan transformasi yang
dalam dan berkesadaran penuh. Theory U memberikan kerangka metodologis yang dapat
diadaptasi untuk memimpin perubahan ini secara lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Strategi Nasional Ketahanan Nasional
2024. Jakarta: BNPB.
Presencing Institute. Theory U Resources and Case Studies. Accessed 2024.
Scharmer, C. Otto. The Essentials of Theory U: Core Principles and Applications. San Francisco:
Berrett-Koehler Publishers, 2018.
World Economic Forum. Global Risks Report 2024. Geneva: WEF.

30

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025












The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization Karya
Peter M. Senge

Abstract
This article reviews The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization by
Peter M. Senge, a pioneering work that introduces the concept of learning organizations.
Senge identifies five core disciplines—systems thinking, personal mastery, mental models,
shared vision, and team learning—that are essential for organizational development and
adaptation in a complex and changing world. This review discusses how these principles can
be applied to enhance Indonesia’s national resilience through systemic thinking, leadership
development, mental model transformation, shared national vision, and interregional
collaboration. The study concludes that Senge’s insights offer strategic guidance for building
a sustainable, adaptive, and innovative nation.
Keywords: learning organization, systems thinking, national resilience, leadership,
organizational development.

Pendahuluan
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian dan perubahan cepat, kemampuan untuk belajar
secara kolektif dan beradaptasi menjadi kunci kelangsungan organisasi maupun bangsa. Buku
The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization karya Peter M. Senge
menawarkan kerangka konseptual untuk membangun organisasi pembelajar (learning
organization), yakni organisasi yang mampu bertransformasi terus-menerus melalui
pembelajaran kolektif dan adaptasi sistemik.
Penerapan prinsip-prinsip ini sangat relevan dalam konteks ketahanan nasional Indonesia,
mengingat tantangan global seperti perubahan iklim, disrupsi teknologi, ketimpangan sosial,
serta dinamika geopolitik yang kian kompleks. Buku ini memberi peta jalan bagaimana

31

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
Indonesia dapat memperkuat daya saing dan ketahanannya melalui perubahan paradigma
berpikir dan bertindak secara kolektif.

Ringkasan Buku
Peter M. Senge membangun konsep organisasi pembelajar berdasarkan lima disiplin utama:

1. Sistem Berpikir (Systems Thinking)
Senge menekankan bahwa berpikir sistemik adalah inti dari organisasi pembelajar. Sistem
berpikir mengajarkan untuk melihat pola hubungan antarbagian dalam suatu sistem,
memahami interkoneksi, dan menghindari solusi instan yang justru memperparah masalah
jangka panjang.
Melalui pemahaman sistemik, individu dan organisasi dapat mengidentifikasi akar masalah
dan mengembangkan solusi berkelanjutan.

2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
Disiplin ini berfokus pada komitmen individu terhadap pembelajaran seumur hidup dan
pengembangan diri. Orang dengan penguasaan pribadi tinggi memiliki visi pribadi yang jelas,
rasa ingin tahu mendalam, serta kemampuan menghadapi perubahan dengan fleksibilitas dan
ketangguhan.
Dalam organisasi pembelajar, pengembangan individu menjadi prioritas utama untuk
mendukung transformasi kolektif.

3. Model Mental (Mental Models)
Model mental adalah asumsi, keyakinan, dan gambaran internal tentang bagaimana dunia
bekerja. Senge mengajarkan bahwa organisasi perlu secara sadar mengevaluasi dan
memperbaharui model mental mereka untuk mendorong inovasi dan menghindari terjebak
dalam pola pikir lama.
Kesadaran terhadap model mental membantu organisasi lebih adaptif dalam menghadapi
perubahan.

4. Visi Bersama (Shared Vision)
Organisasi pembelajar membutuhkan visi bersama yang kuat dan disepakati seluruh anggota.
Visi ini menjadi sumber energi kolektif yang mengarahkan tindakan dan memperkuat
komitmen.
Visi bersama menciptakan rasa kepemilikan terhadap tujuan bersama, meningkatkan
keterlibatan, dan memperkuat kohesi organisasi.

32

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

5. Pembelajaran Tim (Team Learning)
Senge menyoroti pentingnya pembelajaran dalam tim sebagai unit dasar organisasi. Melalui
dialog terbuka, pemikiran bersama, dan eksperimen kolaboratif, tim dapat mempercepat
inovasi dan adaptasi.
Pembelajaran tim juga memperkuat kepercayaan antaranggota dan mengoptimalkan potensi
kolektif.

Analisis Kritis
1. Kekuatan Buku
The Fifth Discipline menawarkan pendekatan yang sistematis, aplikatif, dan relevan lintas
sektor. Buku ini tidak hanya teoritis, melainkan juga diperkaya dengan contoh kasus nyata
yang menunjukkan bagaimana prinsip organisasi pembelajar diterapkan dalam berbagai
konteks.
Senge menggabungkan prinsip-prinsip psikologi, manajemen, dan teori sistem menjadi satu
kerangka yang utuh, menjadikan buku ini sebagai panduan penting dalam perubahan
organisasi modern.

2. Kelemahan Buku
Beberapa kritik terhadap buku ini adalah kompleksitas aplikasinya dalam organisasi besar
dengan struktur birokrasi kaku. Implementasi lima disiplin membutuhkan waktu panjang,
komitmen kuat, dan perubahan budaya organisasi yang sering kali sulit dicapai.
Namun, jika dilakukan secara bertahap dan konsisten, manfaat jangka panjangnya akan
sangat signifikan.

Implikasi untuk Ketahanan Nasional Indonesia
Dalam konteks Indonesia, prinsip-prinsip The Fifth Discipline sangat relevan untuk
memperkuat ketahanan nasional di tengah dinamika global dan tantangan internal.

1. Penerapan Sistem Berpikir
Indonesia menghadapi tantangan multidimensional seperti kemiskinan, perubahan iklim,
ketimpangan sosial, dan ancaman geopolitik. Sistem berpikir membantu memahami
keterkaitan antar masalah ini dan mencegah kebijakan sektoral yang fragmentaris.
Misalnya, pembangunan ekonomi harus selaras dengan konservasi lingkungan dan penguatan
sosial, bukan dipertentangkan satu sama lain.

33

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

2. Pengembangan Kepemimpinan melalui Penguasaan Pribadi
Pemimpin nasional di semua tingkat perlu memiliki kapasitas penguasaan pribadi untuk terus
belajar, berinovasi, dan menginspirasi. Ketahanan nasional membutuhkan pemimpin yang
visioner, adaptif, dan berintegritas.
Program pengembangan kepemimpinan berbasis pembelajaran berkelanjutan perlu
diperluas di sektor publik dan swasta.

3. Transformasi Model Mental
Mengubah model mental lama—seperti ketergantungan pada sumber daya alam mentah
atau budaya paternalistik—menjadi pola pikir inovatif, kolaboratif, dan berkelanjutan sangat
penting bagi masa depan Indonesia.
Transformasi ini harus didorong melalui pendidikan, media massa, dan program kesadaran
publik.

4. Membangun Visi Bersama
Visi "Indonesia Emas 2045" harus dijadikan visi bersama yang inklusif, membumi, dan
menginspirasi semua kalangan. Visi ini harus diterjemahkan dalam program nyata yang bisa
dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat.
Keterlibatan masyarakat dalam perumusan dan implementasi visi nasional akan memperkuat
legitimasi dan komitmen kolektif.

5. Pembelajaran Tim dalam Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Kerja sama antarprovinsi, antarlembaga, dan antar komunitas lokal penting untuk
mempercepat pembangunan dan mengatasi ketimpangan. Pendekatan pembelajaran tim
mendorong sinergi, inovasi, dan solidaritas nasional.
Contohnya, program kerja sama pembangunan antar daerah tertinggal dan daerah maju
melalui skema "sister province" berbasis pembelajaran tim.

Kesimpulan
The Fifth Discipline karya Peter M. Senge adalah karya visioner yang menawarkan peta jalan
untuk membangun organisasi dan bangsa pembelajar. Melalui penguasaan lima disiplin—
sistem berpikir, penguasaan pribadi, model mental, visi bersama, dan pembelajaran tim—
Indonesia dapat memperkuat ketahanan nasionalnya dalam menghadapi tantangan global.
Transformasi menuju bangsa pembelajar bukanlah proses instan. Dibutuhkan komitmen,
kesabaran, dan kerja keras kolektif. Namun, dengan mengadopsi prinsip-prinsip The Fifth
Discipline, Indonesia berpotensi menjadi bangsa yang tidak hanya bertahan, tetapi juga
berkembang dan memimpin di panggung global.

34

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Daftar Pustaka
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Visi Indonesia 2045. Jakarta:
Bappenas, 2020.
Presencing Institute. Learning Organizations and Systemic Change. Accessed 2024.
Senge, Peter M. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New
York: Doubleday/Currency, 1994.
World Economic Forum. The Future of Jobs Report 2023. Geneva: WEF.

35

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025












The Fall of the FBI: How a Once Great Agency Became a Threat to Democracy
Karya Thomas J. Baker

Abstract
This article reviews The Fall of the FBI: How a Once Great Agency Became a Threat to
Democracy by Thomas J. Baker, a veteran FBI agent who critically reflects on the agency's
transformation. Baker argues that the FBI's shift from a law enforcement institution to an
intelligence-driven entity after 9/11 resulted in the loss of public trust and the agency's
politicization. Through historical narratives and personal anecdotes, Baker emphasizes the
importance of maintaining integrity, neutrality, and professionalism in law enforcement
institutions. The review highlights lessons that can be applied to strengthening national
resilience in Indonesia, particularly regarding institutional integrity, accountability, and
sustainable reform.
Keywords: FBI, institutional resilience, law enforcement neutrality, public trust,
organizational reform.

Pendahuluan
Kepercayaan publik terhadap lembaga negara adalah salah satu pilar penting dalam menjaga
ketahanan nasional. Buku The Fall of the FBI: How a Once Great Agency Became a Threat to
Democracy karya Thomas J. Baker mengangkat isu krusial mengenai bagaimana sebuah
lembaga penegakan hukum yang dulunya dihormati dapat kehilangan fokus, kepercayaan,
dan integritasnya akibat perubahan budaya organisasi dan politisasi internal.
Melalui pengalaman lebih dari tiga dekade di FBI, Baker mengisahkan perjalanan transformasi
FBI dan memberikan analisis kritis tentang dampaknya terhadap demokrasi Amerika.
Pelajaran yang ditarik dari pengalaman FBI ini sangat relevan untuk memperkuat ketahanan
institusional di Indonesia.

36

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Ringkasan Buku
1. Sejarah Awal dan Kejayaan FBI
Baker memulai dengan memaparkan masa-masa kejayaan FBI sebagai lembaga penegakan
hukum yang menjunjung tinggi konstitusi dan hak asasi manusia. Pada masa-masa tersebut,
FBI dikenal atas keberhasilannya dalam menangani kasus-kasus penting seperti pembajakan
pesawat, penculikan, dan perampokan bank, dengan pendekatan yang profesional dan non-
partisan.
Nilai-nilai dasar FBI pada masa itu adalah integritas, netralitas, dan penghormatan terhadap
supremasi hukum.

2. Perubahan Budaya Pasca-9/11
Serangan teroris pada 11 September 2001 menjadi titik balik bagi FBI. Fokus organisasi
bergeser dari penegakan hukum tradisional menjadi lembaga berbasis intelijen. Menurut
Baker, pergeseran ini menyebabkan FBI kehilangan identitas aslinya, mengaburkan misi
utamanya, dan membuka jalan bagi politisasi keputusan organisasi.
Baker mengkritik bahwa perubahan ini mengorbankan keahlian investigatif klasik FBI yang
sebelumnya menjadi kekuatannya.

3. Kritik terhadap Kepemimpinan
Baker secara khusus mengkritik kepemimpinan James Comey dan Robert Mueller, yang
menurutnya bertanggung jawab atas politisasi internal FBI. Ia menyoroti bagaimana
investigasi terkait dugaan kolusi Rusia dalam pemilu AS digunakan untuk tujuan politik, yang
pada akhirnya merusak reputasi FBI sebagai lembaga netral.
Keputusan-keputusan strategis yang bersifat politis telah mempercepat hilangnya
kepercayaan publik terhadap FBI.

4. Peristiwa Penting dalam Narasi Pribadi
Melalui berbagai anekdot, Baker berbagi pengalaman pribadinya, termasuk keterlibatannya
dalam penyelidikan percobaan pembunuhan Presiden Ronald Reagan. Cerita-cerita ini
memperkuat argumen Baker tentang bagaimana nilai-nilai profesionalisme dulu diterapkan
dalam operasi FBI.
Baker membandingkan praktik masa lalu dengan kondisi kontemporer untuk menunjukkan
degradasi integritas dalam organisasi.

5. Rekomendasi untuk Reformasi
Baker mengusulkan langkah-langkah reformasi untuk memulihkan FBI, termasuk:
• Mengembalikan fokus pada penegakan hukum tradisional.
• Menjaga netralitas politik mutlak.

37

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

• Memperkuat pengawasan internal dan eksternal.
• Menegaskan kembali nilai-nilai integritas dan profesionalisme.

Analisis Kritis
1. Kekuatan Buku
Buku ini kuat dalam menyajikan narasi personal yang berbobot dengan analisis sistemik
mengenai perubahan budaya organisasi. Perspektif Baker sebagai insider memperkaya
pembaca dengan wawasan otentik yang sulit ditemukan dalam analisis luar.
Gaya penulisan yang lugas, disertai anekdot menarik, membuat buku ini tidak hanya
informatif, tetapi juga menggugah.

2. Kelemahan Buku
Sebagian kritik terhadap buku ini adalah kecenderungan Baker untuk melihat masa lalu FBI
secara sangat idealistik, tanpa sepenuhnya mengakui kompleksitas kebutuhan perubahan
setelah 9/11. Beberapa pengamat juga menilai bahwa tantangan yang dihadapi FBI modern
lebih rumit daripada yang digambarkan.
Namun demikian, pesan utama tentang pentingnya menjaga netralitas dan integritas tetap
relevan dan kuat.

Implikasi untuk Ketahanan Nasional Indonesia
Buku ini memberikan beberapa pelajaran penting yang dapat diadopsi untuk memperkuat
ketahanan nasional Indonesia, khususnya dalam membangun institusi penegak hukum yang
profesional dan berintegritas.

1. Menjaga Netralitas Lembaga Penegak Hukum
Politisasi lembaga penegak hukum seperti Polri dan KPK berpotensi merusak kepercayaan
publik. Indonesia harus memastikan bahwa lembaga-lembaga ini tetap netral, tidak menjadi
alat kekuasaan politik, dan fokus pada penegakan hukum yang adil.
Penguatan budaya profesionalisme dan penghormatan terhadap prinsip hukum harus
menjadi prioritas.

2. Penguatan Akuntabilitas dan Pengawasan
Pengalaman FBI menunjukkan bahwa perubahan budaya yang tidak dikendalikan dapat
mengarah pada penyimpangan. Oleh karena itu, penguatan mekanisme pengawasan internal
dan eksternal di lembaga negara sangat penting untuk menjaga akuntabilitas.
Badan pengawas independen dan audit berkala harus dipastikan berfungsi efektif.

38

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

3. Pemisahan Peran Intelijen dan Penegakan Hukum
Pemisahan antara fungsi intelijen dan penegakan hukum penting untuk mencegah konflik
kepentingan dan penyalahgunaan wewenang. Di Indonesia, pembagian tugas yang jelas
antara BIN, Polri, dan lembaga penegakan hukum lainnya perlu diperkuat.

4. Pentingnya Integritas Kepemimpinan
Pemimpin lembaga negara harus dipilih berdasarkan kompetensi, integritas, dan komitmen
terhadap nilai-nilai dasar hukum dan demokrasi. Indonesia dapat belajar dari kegagalan
kepemimpinan FBI dalam menjaga netralitas untuk memperbaiki proses seleksi dan
pengawasan terhadap pemimpin institusi vital.

5. Perlunya Reformasi yang Berkelanjutan
Reformasi institusi penegak hukum harus menjadi proses berkelanjutan, bukan sekadar
respons terhadap krisis. Transformasi ini perlu didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi,
partisipasi publik, dan komitmen terhadap supremasi hukum.

Kesimpulan
The Fall of the FBI karya Thomas J. Baker adalah refleksi kritis atas pentingnya menjaga
integritas, netralitas, dan profesionalisme dalam lembaga penegak hukum. Buku ini menjadi
pengingat bahwa kepercayaan publik adalah aset utama lembaga negara, dan begitu
kepercayaan itu hilang, dampaknya terhadap stabilitas nasional sangat besar.
Pelajaran dari pengalaman FBI sangat berharga bagi Indonesia dalam upaya memperkuat
ketahanan nasional melalui pembangunan institusi yang bersih, netral, dan akuntabel.
Reformasi kelembagaan yang berkelanjutan, kepemimpinan berbasis integritas, serta
pengawasan yang efektif adalah fondasi bagi terciptanya negara yang stabil, adil, dan
demokratis.

Daftar Pustaka
Baker, Thomas J. The Fall of the FBI: How a Once Great Agency Became a Threat to Democracy.
New York: Bombardier Books, 2022.
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia. Reformasi Hukum dan Ketahanan Institusi di
Indonesia. Jakarta: PSHK, 2023.
Transparency International. Corruption Perceptions Index 2023. Berlin: TI.
United Nations Office on Drugs and Crime. Handbook on Police Accountability, Oversight and
Integrity. Vienna: UNODC, 2011.

39

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025













China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories, and Long-Term Competition
Karya Andrew Scobell, Edmund J. Burke, dan lainnya

Abstract
This article reviews China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories, and Long-Term Competition,
published by the RAND Corporation and authored by Andrew Scobell, Edmund J. Burke,
among others. The book analyzes China's comprehensive approach to achieving global
dominance through economic, military, and cultural power. It explores China's strategic
objectives, internal and external trends, and future trajectories. This review emphasizes the
lessons Indonesia can learn in strengthening national resilience by integrating domestic and
international policies, modernizing the military, enhancing economic independence, and
fortifying national identity against foreign influence. The study concludes that understanding
China's grand strategy is crucial for Indonesia's strategic positioning in the evolving
geopolitical landscape.
Keywords: China’s grand strategy, national resilience, geopolitics, Indonesia, economic
independence, military modernization.

Pendahuluan
Dalam beberapa dekade terakhir, Tiongkok telah menunjukkan transformasi luar biasa dari
kekuatan regional menjadi aktor global utama. Buku China’s Grand Strategy: Trends,
Trajectories, and Long-Term Competition, hasil penelitian RAND Corporation yang ditulis oleh
Andrew Scobell, Edmund J. Burke, dan rekan-rekannya, memberikan analisis komprehensif
mengenai pendekatan strategis jangka panjang Tiongkok dalam persaingan global.
Dengan memperhatikan tren internal dan eksternal, buku ini menyoroti bagaimana Tiongkok
memanfaatkan seluruh instrumen kekuatan nasionalnya—ekonomi, militer, diplomasi, dan

40

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025
budaya—untuk mencapai visinya sebagai kekuatan dunia utama. Pelajaran dari buku ini
menjadi penting untuk Indonesia dalam memperkuat ketahanan nasional di tengah
perubahan konstelasi global.

Ringkasan Buku
1. Tujuan Strategi Besar Tiongkok
Buku ini menguraikan tiga tujuan utama dari strategi besar Tiongkok:
• Kelangsungan Hidup Rezim Komunis Tiongkok: Memastikan Partai Komunis Tiongkok
(PKT) tetap menjadi pusat kekuasaan nasional.
• Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan: Mengelola pertumbuhan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan rakyat dan menjaga legitimasi politik domestik.
• Pemulihan Posisi Sentral Global: Mengaktualisasikan visi China Dream melalui penguatan
pengaruh Tiongkok di kancah dunia.
Tujuan-tujuan ini saling berkaitan dan menjadi dasar seluruh kebijakan domestik dan
internasional Tiongkok.

2. Tren Utama dalam Strategi Tiongkok
Beberapa tren utama yang diidentifikasi dalam strategi Tiongkok meliputi:
• Modernisasi Militer: Melalui pengembangan People’s Liberation Army (PLA), Tiongkok
meningkatkan kapabilitas militer di darat, laut, udara, ruang angkasa, dan dunia maya.
• Diplomasi Ekonomi: Program Belt and Road Initiative (BRI) menjadi alat strategis untuk
memperluas pengaruh global dan menciptakan ketergantungan ekonomi.
• Kampanye Pengaruh Global: Tiongkok mengandalkan diplomasi budaya, media global,
dan teknologi untuk membangun citra positif internasional.
• Penguatan Kontrol Domestik: Pemerintah memperketat pengawasan melalui teknologi
canggih dan propaganda untuk menjaga stabilitas internal.

3. Tantangan dan Peluang dalam Strategi Tiongkok
Tiongkok menghadapi berbagai tantangan domestik:
• Ketimpangan ekonomi yang terus melebar.
• Penuaan populasi yang dapat melemahkan produktivitas.
• Potensi ketidakpuasan sosial terhadap otoritarianisme dan korupsi.
Namun, Tiongkok juga melihat peluang dari:
• Ketegangan dan ketidakstabilan di negara-negara Barat.
• Kelemahan struktural negara-negara berkembang sebagai target perluasan pengaruh.

41

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

4. Prediksi Jalur Strategis Tiongkok
Buku ini memprediksi bahwa Tiongkok akan terus:
• Meningkatkan Kekuatan Maritim: Untuk mengamankan jalur perdagangan dan
memperkuat klaim di Laut Cina Selatan.
• Diversifikasi Aliansi: Dengan mempererat hubungan dengan negara-negara Asia, Afrika,
dan Amerika Latin.
• Menguasai Sektor Teknologi Strategis: Seperti kecerdasan buatan, 5G, dan teknologi
ruang angkasa.

Analisis Kritis
1. Kekuatan Buku
Buku ini memiliki keunggulan dalam penyajian data berbasis riset mendalam, analisis tren
jangka panjang, serta pendekatan multidisipliner yang menggabungkan aspek ekonomi,
militer, sosial, dan budaya. Penulis menyajikan narasi yang jelas tentang bagaimana kebijakan
domestik dan internasional Tiongkok saling terkait dalam kerangka strategi besar.
Selain itu, penggunaan berbagai skenario membuat pembaca dapat memahami kemungkinan
jalur masa depan Tiongkok secara lebih realistis.

2. Kelemahan Buku
Meskipun analisisnya komprehensif, buku ini cenderung berfokus pada pandangan geopolitik
berbasis kepentingan Amerika Serikat. Perspektif negara-negara berkembang, termasuk
negara-negara ASEAN, kurang dieksplorasi mendalam. Hal ini sedikit membatasi pemahaman
tentang dampak strategi Tiongkok terhadap negara-negara mitra dalam BRI.

Implikasi untuk Ketahanan Nasional Indonesia
1. Menghadapi Tantangan Geopolitik di Kawasan
Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia harus memperkuat diplomasi regional
melalui ASEAN dan forum multilateral lainnya untuk menjaga keseimbangan kekuatan di
kawasan. Konsolidasi solidaritas ASEAN sangat penting untuk menanggapi dinamika di Laut
Cina Selatan.
Indonesia juga harus menegaskan kedaulatannya secara konsisten berdasarkan hukum
internasional, khususnya UNCLOS 1982.

2. Penguatan Ekonomi Nasional
Mengambil pelajaran dari Tiongkok, Indonesia perlu mengintegrasikan kebijakan ekonomi
domestik dengan strategi geopolitik. Investasi besar dalam infrastruktur, teknologi, dan
industri strategis harus diarahkan untuk memperkuat kedaulatan ekonomi nasional,
mengurangi ketergantungan asing, dan meningkatkan daya saing global.

42

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

3. Pemanfaatan Diplomasi Multi-Lapis
Indonesia harus memperluas diplomasi budaya dengan memanfaatkan kekuatan soft power,
seperti seni, pendidikan, kuliner, dan olahraga. Diplomasi publik yang cerdas akan
memperkuat citra Indonesia sebagai negara demokratis, toleran, dan inovatif.

4. Modernisasi Militer
Dalam menjaga kedaulatan teritorial, khususnya di wilayah perbatasan laut, Indonesia harus
mempercepat modernisasi TNI, khususnya AL dan AU. Peningkatan kapasitas pertahanan
maritim menjadi prioritas untuk menghadapi tantangan keamanan non-tradisional dan
geopolitik.

5. Ketahanan Ideologi dan Budaya
Indonesia harus memperkuat identitas nasional berbasis Pancasila untuk menangkal infiltrasi
ideologi asing. Pendidikan nilai-nilai kebangsaan, penguatan literasi digital, dan
pengembangan narasi nasional yang positif menjadi bagian dari strategi membangun
ketahanan budaya.

6. Penguatan Teknologi Domestik
Indonesia perlu meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi strategis,
khususnya di bidang kecerdasan buatan, energi baru, dan digitalisasi. Kemajuan teknologi
domestik menjadi kunci dalam menjaga kemandirian nasional di era kompetisi teknologi
global.

Kesimpulan
China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories, and Long-Term Competition memberikan
wawasan mendalam mengenai ambisi strategis Tiongkok dalam membentuk tatanan global
baru. Buku ini menjadi peringatan bahwa kebangkitan Tiongkok bukan hanya tantangan
geopolitik bagi Amerika Serikat, tetapi juga bagi negara-negara kawasan termasuk Indonesia.
Memahami strategi besar Tiongkok memungkinkan Indonesia merumuskan kebijakan yang
lebih proaktif, integratif, dan berorientasi masa depan dalam memperkuat ketahanan
nasional. Sinergi antara pembangunan domestik dan diplomasi internasional, modernisasi
militer, penguatan ekonomi, serta ketahanan ideologi menjadi fondasi utama untuk menjaga
kedaulatan dan mendorong kemajuan nasional di tengah persaingan global yang kian ketat.

43

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Daftar Pustaka
ASEAN Secretariat. ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Jakarta: ASEAN, 2019.
Badan Nasional Ketahanan Nasional (Wantannas). Strategi Ketahanan Nasional Indonesia
2045. Jakarta: Wantannas, 2022.
Scobell, Andrew, Edmund J. Burke, et al. China’s Grand Strategy: Trends, Trajectories, and
Long-Term Competition. Santa Monica, Calif.: RAND Corporation, 2020.
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982.
World Bank. Indonesia Economic Prospects: Strengthening Competitiveness. Washington DC:
The World Bank, 2024.

44

Dadang Solihin Book Review Number 00 4/April 2025

Tentang Penulis

Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022. Di dunia
kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.