Dadang Solihin Book Review Number 005/May 2025

DadangSolihin 144 views 45 slides May 05, 2025
Slide 1
Slide 1 of 45
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45

About This Presentation

Review sepuluh buku penting dari berbagai disiplin ilmu dan perspektif strategis yang mewakili spektrum luas wacana dan pemikiran kontemporer yang dinamis, dari ekonomi frugal, kebijakan publik, keamanan global, hingga geopolitik wilayah udara Indonesia.


Slide Content

No Book Title Author Page
41. Brilliant Frugal Living Kristen Hagopian 3
42. The Future of Think Tanks and Policy Advice
Around the World
James McGann 7
43. Future Food Systems: Exploring Global
Production, Processing, Distribution, and
Consumption
Rickey Y. Yada, et al 11
44. Transforming School Food Politics Around
the World
Jennifer E. Gaddis and Sarah
A. Robert, eds
15
45. Global Institutions: The Organisation for
Economic Co-operation and Development
(OECD)
Richard Woodward 19
46. Reengineering Management: The Mandate
for New Leadership Managing the Change to
the Reengineered Corporation
James Champy 23
47. A Vision So Noble: John Boyd, the OODA
Loop, and America's War on Terror
Andiel Ford 28
48. Holistic Innovation Policy: Theoretical
Foundations, Policy Problems, and
Instrument Choices
Edquist and Borrás 33
49. Climate as a Weapon of War: High
Frequency Active Auroral Research Program
(HAARP)
José Ruiz Watzeck 37
50. Langit Indonesia Milik Siapa? Makna
Strategis Wilayah Pengendalian Udara (FIR)
Indonesia-Singapura
lan Montratama, et al 40

Dadang Solihin
Book
Review
Number 005/May 2025
DS
BR

1

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Pengantar

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terbitnya edisi kelima Book Review DSBR dengan nomor 005/Mei
2025. Edisi ini kembali hadir sebagai wujud komitmen penulis
dalam menyajikan ulasan kritis, reflektif, dan strategis terhadap
buku-buku terpilih yang relevan dengan isu-isu pembangunan
nasional, globalisasi, inovasi kebijakan, transformasi sosial, serta
ketahanan nasional.
Pada edisi kali ini, penulis mereview sepuluh buku penting dari
berbagai disiplin ilmu dan perspektif strategis. Kesepuluh buku
tersebut mewakili spektrum luas wacana dan pemikiran
kontemporer yang dinamis, dari ekonomi frugal, kebijakan publik,
keamanan global, hingga geopolitik wilayah udara Indonesia. Tujuan penulis mereview buku-
buku ini tidak hanya untuk memahami substansi masing-masing karya, tetapi juga untuk
merangkai benang merah yang menghubungkan berbagai pemikiran lintas sektor dalam
menjawab tantangan masa depan bangsa dan dunia.
Buku pertama, Brilliant Frugal Living karya Kristen Hagopian, mengangkat nilai-nilai hidup
hemat dan pengelolaan keuangan rumah tangga yang cerdas dalam menghadapi tekanan
ekonomi global. Buku ini menjadi relevan dalam konteks post-pandemi dan ketidakpastian
ekonomi, di mana penguatan daya tahan ekonomi mikro keluarga menjadi fondasi ketahanan
nasional.
Selanjutnya, The Future of Think Tanks and Policy Advice Around the World oleh James
McGann memberikan tinjauan global atas peran lembaga pemikir (think tank) dalam
ekosistem kebijakan publik. Buku ini memicu refleksi penting bagi institusi strategis di
Indonesia mengenai cara meningkatkan kredibilitas, ketajaman analisis, dan efektivitas
advokasi kebijakan dalam era digital dan disrupsi informasi.
Buku ketiga dan keempat, masing-masing Future Food Systems oleh Rickey Y. Yada et al., serta
Transforming School Food Politics Around the World yang disunting oleh Jennifer E. Gaddis
dan Sarah A. Robert, sama-sama membahas transformasi sistem pangan global dan politik
makanan sekolah. Dua buku ini menyuguhkan analisis sistemik atas tantangan ketahanan
pangan, keberlanjutan, dan keadilan sosial dalam konteks produksi, distribusi, dan konsumsi
pangan, khususnya pada generasi muda.
Beralih ke tataran tata kelola global, buku Global Institutions: The Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) karya Richard Woodward menyajikan pembacaan
kritis atas peran OECD dalam membentuk kebijakan ekonomi dunia. Buku ini membantu
pembaca memahami mekanisme lembaga internasional dalam membentuk standar dan
kebijakan lintas negara.
Sementara itu, buku Reengineering Management oleh James Champy merupakan bacaan
klasik yang tetap relevan untuk memahami transformasi organisasi dalam merespons
perubahan zaman. Dengan pendekatan manajemen yang adaptif dan kepemimpinan

2

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
transformatif, buku ini menekankan pentingnya pembaruan dalam tata kelola lembaga publik
dan swasta.
Buku A Vision So Noble karya Andiel Ford mengulas pemikiran strategis John Boyd melalui
konsep OODA Loop (Observe, Orient, Decide, Act) dan aplikasinya dalam konteks perang
modern dan kebijakan keamanan. Perspektif ini memberikan kontribusi penting bagi para
perancang kebijakan pertahanan dan keamanan nasional dalam menghadapi dinamika
ancaman asimetris.
Masih dalam ranah kebijakan strategis, buku Holistic Innovation Policy oleh Edquist dan
Borrás menawarkan pendekatan menyeluruh dalam perumusan kebijakan inovasi, termasuk
permasalahan kelembagaan dan pemilihan instrumen. Buku ini bermanfaat bagi pemerintah
dan akademisi yang ingin mendorong ekosistem inovasi yang adaptif dan berkelanjutan.
Buku Climate as a Weapon of War: HAARP karya José Ruiz Watzeck, meskipun kontroversial,
membuka ruang diskusi tentang dimensi baru dari perang berbasis teknologi iklim. Ulasan
terhadap buku ini tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, tetapi sebagai bahan refleksi atas
pentingnya penguatan kapasitas sains dan teknologi nasional guna menghadapi potensi
ancaman non-konvensional.
Akhirnya, buku Langit Indonesia Milik Siapa? karya Ian Montratama et al. mengupas makna
strategis wilayah udara Indonesia dalam konteks Flight Information Region (FIR) dan dinamika
hubungan Indonesia–Singapura. Buku ini menegaskan pentingnya kedaulatan ruang udara
sebagai bagian dari instrumen ketahanan nasional dan diplomasi strategis.
Melalui edisi ini, penulis berharap para pembaca, baik dari kalangan akademisi, praktisi
kebijakan, maupun masyarakat umum, dapat memperluas wawasan dan mendapatkan
inspirasi dari hasil pembacaan kritis atas buku-buku tersebut. Setiap ulasan dirancang untuk
menstimulasi dialog, memperkuat tradisi intelektual, serta menumbuhkan kesadaran
strategis dalam menjawab tantangan zaman.
Semoga Book Review DSBR edisi kelima ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran yang
bermakna dan terus mendorong semangat membaca, menelaah, dan berpikir kritis demi
kemajuan ilmu pengetahuan dan kebijakan strategis di Indonesia. Selamat menikmati.

Jakarta, 1 Mei 2025

Penulis

3

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025












Brilliant Frugal Living: Gaya Hidup Hemat sebagai Strategi Ketahanan
Ekonomi Keluarga Karya Kristen Hagopian

Abstract
This paper reviews Brilliant Frugal Living by Kristen Hagopian, a practical guide to sustainable
frugality in personal finance and everyday consumption. Through a humorous, realistic, and
step-by-step narrative, Hagopian presents frugal living not as a constraint but as a lifestyle
choice that empowers individuals and families to achieve financial independence. The review
highlights the book's core themes, including household budgeting, smart shopping, saving
strategies, and debt avoidance, while also reflecting on its relevance in the post-pandemic
economic context. This paper argues that frugal living, as promoted by Hagopian, can be a
grassroots economic resilience strategy and a cultural shift towards sustainable consumption.
Keywords
Frugal living, economic resilience, household budgeting, sustainable consumption, Kristen
Hagopian

Pendahuluan
Dalam konteks ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang meningkat, dan ketimpangan
sosial yang membesar, muncul kebutuhan untuk mengembangkan strategi bertahan hidup
yang tidak hanya bersifat struktural dari negara, tetapi juga dimulai dari unit terkecil
masyarakat: keluarga. Buku Brilliant Frugal Living karya Kristen Hagopian menawarkan
jawaban praktis dan inspiratif melalui pendekatan gaya hidup hemat (frugal living) yang dapat
diterapkan secara luas.
Hagopian, seorang ibu rumah tangga dan kolumnis keuangan, menuliskan pengalamannya
mengelola kehidupan rumah tangga dengan satu penghasilan, tanpa utang, namun tetap
produktif dan bahagia. Buku ini bukan semata-mata tentang penghematan uang, melainkan

4

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
sebuah manifestasi kemandirian ekonomi rumah tangga melalui kecerdikan, kesederhanaan,
dan perubahan pola pikir.

Isi dan Analisis Buku
1. Struktur dan Gaya Penulisan
Buku ini disusun dalam gaya naratif yang ringan, penuh humor, namun sarat informasi dan
strategi praktis. Dengan pendekatan yang membumi, Hagopian menghindari istilah teknis dan
menyampaikan gagasannya dengan bahasa sehari-hari. Setiap bab berisi kiat-kiat spesifik—
mulai dari cara memangkas tagihan listrik, menyusun anggaran makanan mingguan, hingga
strategi belanja saat diskon—yang didasarkan pada pengalaman langsung.

2. Tema Utama: Gaya Hidup Hemat yang Berdaya
Konsep "frugal living" yang ditawarkan Hagopian tidak bersifat pasif atau membatasi,
melainkan proaktif dan membebaskan. Ia mendorong pembaca untuk:
• Menolak budaya konsumtif: Menghindari pemborosan demi status sosial, dan memilih
untuk hidup dengan apa yang benar-benar dibutuhkan.
• Merencanakan pengeluaran secara cermat: Dengan mencatat semua belanja dan
mengalokasikan anggaran berdasarkan prioritas.
• Maksimalisasi sumber daya rumah tangga: Seperti memasak di rumah, membuat produk
sendiri, atau menggunakan kembali barang yang masih layak.
• Hidup tanpa utang: Ia menekankan pentingnya menghindari kartu kredit dan cicilan
konsumtif demi menjaga kestabilan finansial jangka panjang.
Frugal living, dalam konteks buku ini, menjadi pilihan sadar yang ditujukan untuk menciptakan
ruang kebebasan dan kontrol atas hidup, bukan sekadar bertahan dalam kondisi miskin.

3. Relevansi Kontekstual: Pandemi dan Resiliensi Ekonomi Mikro
Buku ini mendapatkan relevansi tambahan ketika dibaca dalam konteks pandemi COVID-19
yang menekan ekonomi keluarga secara masif. Banyak rumah tangga yang kehilangan
pendapatan, terlilit utang konsumtif, dan mengalami krisis psikologis akibat tekanan
keuangan. Dalam kondisi ini, pendekatan Kristen Hagopian memberikan arah baru tentang
bagaimana rumah tangga bisa menjadi pusat ketahanan ekonomi mikro yang tidak
bergantung sepenuhnya pada sistem eksternal.

Refleksi Kritis: Gaya Hidup Hemat dalam Konteks Indonesia
Gagasan frugal living bukanlah sesuatu yang asing di budaya Indonesia. Konsep seperti hemat
pangkal kaya, nrimo ing pandum, atau tidak boros adalah ibadah sudah lama melekat dalam
nilai-nilai budaya dan keagamaan. Namun, modernisasi dan budaya konsumerisme sering kali
menggoyahkan nilai-nilai tersebut.

5

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Dalam konteks Indonesia, beberapa poin penting dapat ditarik dari buku ini:
• Peran Perempuan dalam Manajemen Keuangan Keluarga: Hagopian mencontohkan
bagaimana ibu rumah tangga bisa menjadi pengelola keuangan yang tangguh. Ini sejalan
dengan realitas di banyak keluarga Indonesia di mana perempuan memegang kendali
anggaran rumah tangga.
• Pentingnya Literasi Keuangan Sejak Dini: Buku ini bisa menjadi bahan edukasi literasi
keuangan di tingkat keluarga dan sekolah, untuk membangun kebiasaan konsumsi sehat
dan perencanaan masa depan.
• Adaptasi Teknologi untuk Hemat: Meski Hagopian menulis dengan konteks Amerika awal
2000-an, pembaca Indonesia dapat mengadaptasi prinsip yang sama melalui
pemanfaatan teknologi lokal seperti aplikasi pencatat pengeluaran, e-commerce untuk
belanja hemat, dan media sosial untuk berbagi tips keuangan.

Keterbatasan Buku
Beberapa hal yang perlu dikritisi dari buku ini antara lain:
• Konteks Lokal yang Berbeda: Sebagian besar contoh yang diberikan berasal dari
kehidupan suburban Amerika, sehingga perlu adaptasi konteks bagi pembaca dari negara
berkembang.
• Kurangnya Dimensi Struktural: Buku ini sangat fokus pada individu dan rumah tangga,
sehingga tidak banyak membahas faktor struktural ekonomi seperti ketimpangan
pendapatan, kebijakan fiskal, atau reformasi jaminan sosial.
• Ketidakseimbangan Gender dalam Representasi: Meski kuat dalam narasi perempuan,
buku ini hampir tidak mengulas keterlibatan laki-laki dalam pengelolaan rumah tangga,
sehingga cenderung menguatkan stereotip domestik.

Kesimpulan
Buku Brilliant Frugal Living merupakan panduan praktis dan inspiratif yang relevan untuk
masa kini. Dengan pendekatan naratif yang ringan, Kristen Hagopian menunjukkan bahwa
gaya hidup hemat bukan sekadar pilihan ekonomis, tetapi strategi hidup yang
memberdayakan. Di tengah dunia yang semakin konsumtif dan tidak pasti, buku ini menjadi
suara yang mengajak kita untuk back to basics dan membangun ketahanan dari rumah.
Implementasi nilai-nilai frugal living dalam konteks Indonesia akan sangat bergantung pada
keberhasilan literasi keuangan, penguatan nilai budaya lokal, serta dukungan kebijakan publik
yang mendorong keberdayaan ekonomi keluarga. Buku ini layak menjadi rujukan dalam
pendidikan keuangan keluarga, pelatihan komunitas, hingga diskusi strategis tentang
ketahanan ekonomi mikro.

6

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Daftar Pustaka
Anderson, J. (2021). Frugal Living for Beginners. Independently Published.
Hagopian, K. (2010). Brilliant Frugal Living. SpotLight Press.
Puspitawati, H. (2012). Manajemen Keuangan Keluarga. Jakarta: IPB Press.
UNESCAP. (2022). Financial Literacy and Inclusion in Asia-Pacific Households. United Nations
Publications.
World Bank. (2023). Social Protection and Economic Resilience in Developing Countries.
Washington DC: World Bank.

7

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025












Masa Depan Think Tanks dan Nasehat Kebijakan di Seluruh Dunia: Refleksi
atas Transformasi dan Tantangan Global Ulasan Buku James G. McGann: The
Future of Think Tanks and Policy Advice Around the World

Abstract
This paper presents a review of The Future of Think Tanks and Policy Advice Around the World
by James G. McGann, a leading expert in global think tank research. The book explores the
shifting role, structure, and impact of think tanks in response to rapid political, economic, and
technological changes. Through a global comparative lens, McGann provides a critical analysis
of the challenges and opportunities think tanks face in an era of disinformation, digital
disruption, and shrinking public trust. This review highlights the relevance of McGann’s work
for developing countries like Indonesia, where think tanks are increasingly central in shaping
public discourse and policy reform. It concludes that adaptive, innovative, and transparent
think tanks are essential for sustainable democratic governance and evidence-based policy-
making in the 21st century.
Keywords:
Think tanks, policy advice, governance, public policy, global transformation, James McGann

Pendahuluan
Di tengah perubahan global yang pesat—baik dari sisi geopolitik, kemajuan teknologi digital,
hingga meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap institusi—peran think tank sebagai
penyedia nasihat kebijakan berbasis bukti menghadapi tantangan dan peluang baru. Buku The
Future of Think Tanks and Policy Advice Around the World karya James G. McGann, seorang
tokoh sentral dalam kajian lembaga pemikir global, menawarkan tinjauan kritis dan prospektif
terhadap masa depan think tank di berbagai belahan dunia.

8

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Buku ini menjadi penting dibaca tidak hanya oleh akademisi dan pelaku kebijakan, tetapi juga
oleh lembaga masyarakat sipil, universitas, hingga birokrasi pemerintahan yang ingin
memahami dinamika produksi pengetahuan kebijakan dalam lanskap yang semakin
kompleks.

Struktur dan Isi Buku
Buku ini terdiri dari beberapa bagian tematik yang masing-masing membahas:
1. Evolusi think tanks dari abad ke-20 ke abad ke-21.
2. Dampak transformasi digital terhadap metode kerja dan jangkauan pengaruh think tank.
3. Tantangan dalam menjaga kredibilitas dan keberlanjutan organisasi di tengah disrupsi
keuangan dan politik.
4. Kasus-kasus regional dari berbagai negara (Amerika Serikat, Eropa, Asia, Amerika Latin,
dan Afrika).
5. Strategi masa depan: adaptasi, kolaborasi, dan inovasi dalam menghasilkan policy advice
yang relevan.
McGann mengandalkan pengalaman panjangnya dalam memimpin Global Go To Think Tank
Index dan jaringan konsultasi kebijakan global untuk memberikan kerangka analisis yang kuat
dan komprehensif.

Kontribusi Utama Buku
1. Transformasi Peran dan Fungsi Think Tanks
McGann menggarisbawahi bahwa think tanks tidak lagi sekadar laboratorium ide akademis,
tetapi telah berubah menjadi aktor penting dalam arsitektur kebijakan publik. Mereka harus
mampu:
• Menavigasi ruang digital dengan kecepatan penyampaian informasi.
• Menjadi jembatan antara sains, masyarakat, dan pembuat kebijakan.
• Menghadapi kompetisi dari konsultan swasta, perusahaan teknologi, dan pengaruh media
sosial.
Di sinilah think tank ditantang untuk menggabungkan ketajaman analisis akademik dengan
efektivitas komunikasi publik.

2. Ancaman terhadap Independensi dan Kredibilitas
Salah satu fokus penting McGann adalah bagaimana tekanan politik, pembiayaan partisan,
dan ketergantungan pada donor tertentu dapat menggerus independensi lembaga. Banyak
think tank di negara berkembang, termasuk Indonesia, kerap terjebak dalam posisi ambigu
antara advokasi dan analisis objektif.

9

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

McGann menyerukan pentingnya transparansi sumber pendanaan, audit independen, dan
mekanisme tata kelola organisasi yang baik agar think tank tetap menjadi penyalur suara
publik dan penyedia solusi berbasis bukti.

3. Pentingnya Kolaborasi dan Jaringan Global
Dalam era hiper-konektivitas, McGann mendorong terbentuknya knowledge networks antar
think tank lintas negara. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya wawasan komparatif, tetapi
juga memperkuat kapasitas riset dan pengaruh kebijakan secara transnasional. Untuk negara
berkembang, ini menjadi kesempatan strategis untuk memanfaatkan pengetahuan global
secara lokal.

Relevansi Buku bagi Indonesia
Dalam konteks Indonesia, buku ini sangat relevan karena peran think tank dalam mendukung
reformasi kebijakan semakin menonjol, baik di tingkat nasional maupun daerah. Lembaga
seperti CSIS, SMERU, INDEF, PATTIRO, dan Lemhannas RI memainkan peran signifikan dalam:
• Merumuskan kebijakan publik berbasis riset.
• Menyediakan ruang dialog antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil.
• Memonitor dan mengevaluasi dampak kebijakan terhadap kelompok rentan.
Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi:
• Minimnya pendanaan jangka panjang untuk riset independen.
• Keterbatasan kapasitas dalam pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan.
• Tantangan komunikasi publik di tengah polarisasi politik dan banjir informasi hoaks.
Buku McGann bisa menjadi panduan strategis bagi para pengelola think tank di Indonesia
untuk membangun tata kelola organisasi yang adaptif, menjaga integritas ilmiah, dan
memperkuat keterlibatan dengan aktor kebijakan.

Kritik dan Catatan Reflektif
Meski sangat komprehensif, buku ini memiliki beberapa kekurangan:
• Kecenderungan Global-North Centric: Fokus McGann lebih kuat pada lembaga di Amerika
Utara dan Eropa Barat, sementara think tank di Global South belum tergali mendalam
secara struktural.
• Kurangnya Dimensi Gender dan Inklusivitas: Peran perempuan dan kelompok marjinal
dalam ekosistem think tank hanya sedikit dibahas, padahal penting untuk masa depan
kebijakan yang inklusif.
• Belum Mengulas Dampak Kecerdasan Buatan (AI) secara Luas: Mengingat buku ini terbit
sebelum ledakan AI generatif, pengaruh AI terhadap produksi kebijakan dan algoritma
opini publik belum dikaji mendalam.

10

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Meskipun demikian, buku ini tetap menjadi rujukan utama dalam studi kebijakan dan
manajemen kelembagaan think tank modern.

Kesimpulan
James G. McGann, melalui bukunya The Future of Think Tanks and Policy Advice Around the
World, berhasil menawarkan refleksi kritis dan arahan strategis terhadap nasib dan masa
depan lembaga pemikir di tengah dunia yang berubah cepat. Buku ini menunjukkan bahwa
keberlanjutan dan relevansi think tank sangat bergantung pada kemampuannya untuk:
1. Beradaptasi dengan teknologi dan dinamika informasi.
2. Menjaga integritas, independensi, dan akuntabilitas.
3. Membangun jejaring kolaboratif yang melampaui batas negara dan sektor.
4. Menyediakan nasihat kebijakan yang kontekstual, inklusif, dan solutif.
Bagi Indonesia, buku ini dapat menjadi dasar penting dalam merancang arah penguatan
lembaga riset kebijakan nasional yang tangguh, responsif, dan berpihak pada kepentingan
publik.

Daftar Pustaka
Budiati, A. (2017). “Peran Think Tank dalam Perumusan Kebijakan Publik di Indonesia.” Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 21(1), 44–59.
McGann, J. G. (2021). The Future of Think Tanks and Policy Advice Around the World. Edward
Elgar Publishing.
Stone, D. (2013). Knowledge Actors and Transnational Governance: The Private-Public Policy
Nexus in the Global Agora. Palgrave Macmillan.
Ufen, A. (2020). “Think Tanks in Indonesia: Between Policy Advice and Patronage.” Journal of
Current Southeast Asian Affairs, 39(2), 248–271.
Weaver, R. K. (1989). The Changing World of Think Tanks. PS: Political Science & Politics, 22(3),
563–578.

11

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025











Transformasi Sistem Pangan Global di Era Modern: Tinjauan Kritis atas Buku
Future Food Systems Karya Rickey Y. Yada, dkk

Abstract
This review discusses Future Food Systems: Exploring Global Production, Processing,
Distribution, and Consumption, edited by Rickey Y. Yada and colleagues. The book offers a
multidisciplinary perspective on the dynamic and complex nature of global food systems,
covering innovations in production technologies, sustainability, nutrition, consumer behavior,
and policy frameworks. This review highlights how the book addresses the challenges of
climate change, population growth, and resource scarcity in shaping the future of food
systems. It also discusses its relevance for Indonesia in strengthening food security and
promoting sustainable food practices. The authors’ comprehensive and scientific approach
makes the book an essential reference for scholars, policy makers, and food industry
stakeholders seeking to understand and transform food systems in the 21st century.
Keywords:
Global food systems, sustainable agriculture, food technology, food security, consumption
behavior, policy innovation

Pendahuluan
Sistem pangan global saat ini tengah mengalami perubahan struktural dan fungsional yang
signifikan. Perubahan iklim, urbanisasi cepat, pertumbuhan penduduk, dan transformasi
teknologi menjadi pendorong utama dinamika dalam produksi, pengolahan, distribusi, dan
konsumsi pangan di seluruh dunia. Buku Future Food Systems yang disunting oleh Rickey Y.
Yada dan kolega hadir sebagai kontribusi penting dalam memetakan tantangan dan peluang
masa depan sistem pangan dengan pendekatan ilmiah yang komprehensif dan lintas disiplin.
Buku ini mengangkat isu-isu strategis mulai dari teknologi pertanian canggih, keberlanjutan
ekosistem pangan, keterjangkauan nutrisi, hingga peran konsumen dan kebijakan dalam
membentuk pola pangan yang adil dan berkelanjutan. Dalam konteks Indonesia—sebagai

12

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
negara agraris dengan ketergantungan tinggi pada stabilitas pangan—buku ini memberikan
wawasan krusial untuk penguatan sistem ketahanan pangan nasional.

Struktur dan Isi Buku
Buku ini terdiri dari 13 bab yang terbagi dalam empat bagian besar:
1. Produksi dan Teknologi Pertanian: Mencakup inovasi seperti pertanian presisi, rekayasa
genetika tanaman, dan penggunaan data besar untuk prediksi hasil panen.
2. Pengolahan dan Rantai Pasok Pangan: Fokus pada keamanan pangan, efisiensi logistik,
dan sistem distribusi berbasis digital.
3. Konsumsi dan Gizi: Membahas perubahan perilaku konsumsi global, pola diet sehat, dan
tantangan malnutrisi.
4. Kebijakan dan Tata Kelola Sistem Pangan: Menyentuh aspek regulasi, perdagangan
internasional, dan inisiatif pembangunan berkelanjutan.
Kontributor dalam buku ini berasal dari berbagai latar belakang: ilmuwan pangan, ahli nutrisi,
ekonom, pakar kebijakan, dan pelaku industri, mencerminkan kekayaan perspektif dan
keilmuan yang disajikan.

Kontribusi Ilmiah Buku
1. Pendekatan Sistemik terhadap Ketahanan Pangan
Yada dan kolega menekankan pentingnya pendekatan sistemik untuk memahami keterkaitan
antara berbagai aktor dalam sistem pangan global. Buku ini memandang bahwa peningkatan
produksi semata tidak cukup jika tidak disertai distribusi yang adil, pengolahan yang efisien,
dan konsumsi yang bijak.
Pendekatan sistemik ini sangat relevan dalam kebijakan pangan Indonesia yang kerap
terfokus pada peningkatan produksi, namun belum sepenuhnya menyentuh efisiensi rantai
nilai dan perubahan perilaku konsumsi.

2. Integrasi Teknologi dan Inovasi
Bab-bab awal buku menggambarkan revolusi teknologi yang mengubah cara kita
memproduksi dan mendistribusikan pangan. Mulai dari Internet of Things (IoT), drone
pertanian, robotik pemanen, hingga bioteknologi pangan. Teknologi ini dikaji tidak hanya dari
sisi efisiensi, tetapi juga dampaknya terhadap ekologi, biaya sosial, dan ketahanan ekonomi
petani kecil.
Buku ini menyarankan pentingnya transfer teknologi ke negara berkembang agar terjadi
konvergensi inovasi global secara merata.

3. Keberlanjutan dan Lingkungan
Isu keberlanjutan menjadi benang merah seluruh bagian buku. Para penulis menekankan
bahwa sistem pangan yang tidak ramah lingkungan justru akan menimbulkan krisis pangan

13

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
jangka panjang. Solusi seperti pertanian regeneratif, pengurangan limbah makanan (food loss
and waste), dan circular economy dijelaskan secara aplikatif.
Hal ini relevan dengan permasalahan deforestasi dan degradasi lahan pertanian di Indonesia.

4. Perubahan Perilaku Konsumen
Konsumen kini bukan lagi objek pasif, tetapi menjadi aktor penting dalam membentuk sistem
pangan. Buku ini menjelaskan bagaimana gerakan makanan sehat, makanan berbasis nabati,
dan kesadaran iklim mempengaruhi pasar pangan global.
Strategi intervensi perilaku—seperti pelabelan gizi, kampanye publik, dan insentif fiskal—
dapat menjadi rujukan bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kualitas konsumsi
masyarakat.

Relevansi bagi Indonesia
Sebagai negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan keberagaman geografis serta
sosial-budaya, Indonesia menghadapi tantangan pangan yang unik. Buku ini memberikan
pelajaran penting untuk Indonesia dalam hal:
• Ketahanan pangan berbasis data: Perlunya pemanfaatan sistem informasi pangan
terpadu untuk memantau produksi, distribusi, dan harga secara real-time.
• Diversifikasi pangan lokal: Buku ini mendukung upaya pengembangan sumber pangan
alternatif berbasis kearifan lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.
• Pemberdayaan petani kecil: Inklusi teknologi dan pasar harus didesain agar berpihak
pada kelompok tani skala kecil agar mereka tidak tertinggal dalam revolusi pangan.
• Penguatan regulasi dan kebijakan pangan nasional: Diperlukan koordinasi lintas sektor
antara kementerian dan pemda untuk menciptakan tata kelola pangan yang adaptif dan
akuntabel.

Kritik dan Catatan Tambahan
Meski buku ini sangat kaya informasi dan analisis, terdapat beberapa catatan:
• Konteks negara berkembang masih terbatas: Sebagian besar studi kasus berasal dari
negara maju, sehingga aplikabilitasnya memerlukan adaptasi kontekstual.
• Kurangnya dimensi sosial dan gender: Buku ini belum banyak menggali peran
perempuan, buruh tani, dan kelompok rentan dalam sistem pangan global.
• Minimnya eksplorasi budaya pangan: Perspektif antropologi pangan yang menjelaskan
nilai budaya dalam konsumsi pangan masih kurang ditekankan.
Namun secara keseluruhan, buku ini tetap menjadi kontribusi besar dalam wacana reformasi
sistem pangan global.

14

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Kesimpulan
Future Food Systems adalah karya kolektif yang luar biasa dan visioner dalam
menggambarkan kompleksitas dan masa depan sistem pangan global. Dengan pendekatan
ilmiah yang holistik, buku ini berhasil menunjukkan bahwa:
1. Inovasi teknologi harus diimbangi dengan keberlanjutan dan keadilan sosial.
2. Ketahanan pangan bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas dan keterjangkauan.
3. Perubahan perilaku konsumen dan tata kelola kebijakan memainkan peran penting dalam
sistem pangan modern.
4. Negara berkembang seperti Indonesia dapat mengambil banyak pelajaran untuk
memperkuat ekosistem pangan nasional yang resilien, sehat, dan inklusif.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi akademisi, pembuat kebijakan, pelaku industri
pangan, aktivis lingkungan, dan mahasiswa yang ingin memahami dan berkontribusi pada
transformasi sistem pangan dunia.

Daftar Pustaka
FAO. (2022). The State of Food Security and Nutrition in the World 2022. Rome: FAO.
Friedmann, H., & McMichael, P. (1989). "Agriculture and the State System: The Rise and
Decline of National Agricultures, 1870 to the Present." Sociologia Ruralis, 29(2), 93–
117.
HLPE. (2017). Nutrition and Food Systems. High Level Panel of Experts on Food Security and
Nutrition, Committee on World Food Security, Rome.
Khoury, C. K., Bjorkman, A. D., Dempewolf, H., et al. (2014). “Increasing Homogeneity in
Global Food Supplies and the Implications for Food Security.” PNAS, 111(11), 4001–
4006.
Yada, R. Y., Chen, L., & Moraru, C. I. (Eds.). (2020). Future Food Systems: Exploring Global
Production, Processing, Distribution, and Consumption. Springer.

15

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025













Rekonstruksi Politik Pangan Sekolah Global: Tinjauan Kritis atas Buku
Transforming School Food Politics Around the World editor Jennifer E. Gaddis
dan Sarah A. Robert.

Abstract
This review explores Transforming School Food Politics Around the World, edited by Jennifer
E. Gaddis and Sarah A. Robert. The book critically examines the political, social, and cultural
dimensions of school food systems across different regions, highlighting the power structures,
grassroots activism, and policy innovations that shape children's access to nutritious meals.
By bridging food justice, feminist theory, and critical pedagogy, the editors offer a
transnational dialogue on how school meals serve as a battleground for broader societal
struggles, including labor rights, gender equity, and environmental sustainability. This review
contextualizes the book's themes in relation to Indonesia’s school food programs and offers
insights for future reform toward equitable and sustainable food systems.
Keywords:
School food politics, food justice, public policy, feminist theory, school meal programs, global
food systems

Pendahuluan
Pangan sekolah bukan sekadar urusan logistik penyediaan makanan bagi anak-anak usia
sekolah. Lebih dari itu, pangan sekolah merupakan arena politik tempat berbagai ideologi,
kebijakan, praktik sosial, dan struktur kekuasaan berinteraksi. Buku Transforming School Food
Politics Around the World yang disunting oleh Jennifer E. Gaddis dan Sarah A. Robert
menghadirkan analisis kritis lintas negara terhadap bagaimana sistem pangan sekolah
dikelola, dipolitisasi, dan dilawan.

16

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
Dalam konteks global yang tengah berjuang menghadapi krisis gizi, ketidaksetaraan
pendidikan, dan perubahan iklim, buku ini menyajikan argumentasi bahwa perubahan dalam
sistem pangan sekolah dapat menjadi titik tolak bagi transformasi sosial yang lebih luas.
Kontribusi utama buku ini terletak pada pendekatan multidisipliner yang menyatukan
perspektif studi perempuan, keadilan pangan, kebijakan publik, dan pendidikan kritis.

Struktur dan Isi Buku
Buku ini terdiri dari 13 bab yang ditulis oleh akademisi dan praktisi dari berbagai wilayah
dunia: Amerika Latin, Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Serikat. Struktur buku dikelompokkan
ke dalam tiga bagian utama:
1. Politik Global dan Lokal dalam Pangan Sekolah. Bagian ini mengulas bagaimana politik
pangan sekolah beroperasi dalam konteks neoliberalisme, ketergantungan impor, dan
standar gizi global. Perbandingan antar negara menunjukkan bagaimana negara
berkembang berjuang mempertahankan kedaulatan pangan di tengah tekanan
globalisasi.
2. Aktivisme, Inovasi, dan Pekerjaan Perawatan dalam Program Makanan Sekolah. Penulis
menyoroti peran perempuan, pekerja kantin, dan aktivis komunitas yang seringkali
menjadi agen perubahan di balik layar. Isu-isu seperti upah rendah, kondisi kerja buruk,
dan marginalisasi profesi perawatan menjadi bahasan sentral.
3. Menuju Transformasi yang Adil dan Berkelanjutan. Bagian akhir berisi tawaran solusi,
praktik terbaik, dan pendekatan kritis untuk merancang program pangan sekolah yang adil
gender, inklusif, sehat, dan berkelanjutan.

Kontribusi Ilmiah Buku
1. Dekonstruksi Pangan Sekolah sebagai Proyek Politik
Gaddis dan Robert menekankan bahwa pangan sekolah bukanlah intervensi teknokratis
semata, melainkan medan politik yang mencerminkan relasi kuasa antara negara, korporasi,
keluarga, dan komunitas. Kebijakan makan siang gratis di satu negara bisa menjadi bentuk
redistribusi sosial, sementara di negara lain bisa menjadi alat kontrol gizi tanpa
memperhatikan konteks budaya lokal.
Buku ini membantu pembaca memahami bahwa setiap aspek dari makanan sekolah—dari
menu hingga penyedia—terkait erat dengan ideologi yang mendasarinya.

2. Perspektif Feminisme dan Kerja Perawatan
Salah satu kontribusi terbesar buku ini adalah mengangkat kerja perawatan (care work) yang
dilakukan oleh pekerja pangan sekolah, mayoritas perempuan, yang kerap terpinggirkan
secara ekonomi dan politik. Buku ini menyatukan teori feminis dengan praktik pangan sekolah
untuk memperlihatkan bagaimana keadilan gender harus menjadi inti dari kebijakan pangan.
Dalam konteks Indonesia, hal ini sangat relevan mengingat banyaknya pekerja kantin sekolah
perempuan yang bekerja secara informal tanpa jaminan sosial.

17

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

3. Praktik Keadilan Pangan dan Kedaulatan Komunitas
Berbagai studi kasus, seperti program makanan sekolah berbasis pertanian lokal di Brasil atau
keterlibatan masyarakat adat dalam pendidikan pangan di Kanada, menunjukkan bahwa
keadilan pangan hanya mungkin tercapai jika masyarakat dilibatkan secara penuh. Buku ini
mengedepankan pentingnya program berbasis komunitas, transparansi, dan partisipasi siswa
dalam perencanaan pangan sekolah.
Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat program seperti “Pangan Jajanan
Anak Sekolah” (PJAS) dengan prinsip partisipatif dan kearifan lokal.

4. Kritik terhadap Komersialisasi Pangan Sekolah
Bab-bab dalam buku ini juga mengkritik meningkatnya dominasi perusahaan makanan besar
dalam penyediaan makanan sekolah, khususnya di negara maju. Penulis mengingatkan bahwa
orientasi profit mengaburkan tujuan utama pangan sekolah sebagai hak anak dan instrumen
pendidikan kesehatan.
Ini menjadi refleksi penting bagi Indonesia yang mulai membuka peluang sektor swasta dalam
pengadaan makanan sekolah melalui kerja sama publik-swasta.

Relevansi untuk Indonesia
Indonesia memiliki tantangan besar dalam memperbaiki kualitas gizi anak sekolah.
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi anak pendek dan kurus masih tinggi. Pemerintah
telah menggagas berbagai inisiatif seperti “Gerakan Makan Buah dan Sayur”, “UKS”, dan
kampanye pangan sehat. Namun, pendekatan masih bersifat top-down, teknokratis, dan
minim partisipasi masyarakat.
Buku ini menawarkan pembelajaran penting:
• Membangun sistem pangan sekolah berbasis komunitas: Pemberdayaan komite sekolah,
guru, dan orang tua dapat meningkatkan rasa kepemilikan terhadap program pangan.
• Meningkatkan kondisi kerja penyedia makanan sekolah: Pembentukan standar kerja
layak bagi pekerja kantin dapat menjadi langkah awal menuju keadilan sosial.
• Mendorong pendidikan pangan berbasis lokal: Kurikulum sekolah perlu
mengintegrasikan pelajaran gizi dan pertanian lokal sebagai bagian dari pendidikan
karakter.
• Menyusun kebijakan pangan yang adil dan lintas sektor: Kementerian Pendidikan,
Kesehatan, dan Pertanian perlu berkolaborasi dalam membangun sistem pangan sekolah
yang berkelanjutan.

18

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Kritik dan Keterbatasan Buku
Beberapa catatan kritis terhadap buku ini meliputi:
• Minimnya representasi Asia Tenggara, termasuk Indonesia: Buku ini banyak memuat
studi dari Amerika Latin dan Amerika Utara, sementara pengalaman Asia cenderung
kurang terwakili.
• Pendekatan teoritis cukup berat: Beberapa bab menggunakan terminologi akademik
yang kompleks sehingga kurang mudah diakses oleh praktisi lapangan.
• Tidak cukup membahas digitalisasi dan inovasi teknologi: Buku ini kurang mengangkat
peran teknologi digital dalam modernisasi sistem pangan sekolah.
Meski demikian, kekuatan utama buku ini terletak pada keberanian politis dan kedalaman
analisis struktural terhadap isu yang sering dipandang sepele.

Kesimpulan
Buku Transforming School Food Politics Around the World berhasil menggeser cara pandang
terhadap pangan sekolah dari sekadar program nutrisi menjadi proyek politik dan sosial.
Melalui pendekatan feminis, keadilan pangan, dan pedagogi kritis, buku ini memberikan
kontribusi besar bagi pembacaan ulang terhadap peran sekolah dalam membentuk generasi
sehat dan sadar politik.
Bagi Indonesia, buku ini bukan hanya relevan tetapi juga mendesak untuk dijadikan referensi
dalam merancang kebijakan pangan sekolah yang adil, partisipatif, dan berkelanjutan.
Pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil perlu bersama-sama merekonstruksi sistem
pangan sekolah sebagai bagian dari perjuangan keadilan sosial dan pembangunan manusia.

Daftar Pustaka
FAO. (2019). School-based food and nutrition education: A white paper on the current state,
principles, challenges and recommendations for low- and middle-income countries.
Rome: FAO.
Gaddis, J. E., & Robert, S. A. (Eds.). (2022). Transforming School Food Politics Around the
World. Bloomsbury Academic.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Hasil Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Litbangkes.
Robert, S. A. (2010). "Neoliberal Education Restructuring and the Stratification of School Meal
Provision: The Case of New York City." Journal of Education Policy, 25(6), 789–804.
Winson, A. (2008). The Industrial Diet: The Degradation of Food and the Struggle for Healthy
Eating. UBC Press.

19

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025













Global Institutions: The Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD), OECD sebagai Institusi Global: Peran, Dinamika, dan
Kritik atas Tata Kelola Ekonomi Dunia Karya Richard Woodward

Abstract
This book review analyzes The Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) by Richard Woodward, part of the Global Institutions series. The book explores the
institutional history, organizational dynamics, and global influence of the OECD. Woodward
highlights the OECD’s evolving role in shaping economic policies, governance standards, and
development cooperation in both member and non-member states. The review critically
examines how the OECD functions as a 'club of the rich', its limitations in global
representativeness, and its normative influence on global governance. The book offers
valuable insights into the often-overlooked soft power wielded by international organizations
in the 21st-century policy landscape.
Keywords:
OECD, global institutions, economic governance, policy diffusion, international organization,
economic cooperation, development

Pendahuluan
Di tengah meningkatnya kompleksitas tata kelola global, Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD) menjadi salah satu institusi internasional yang berperan
penting dalam membentuk arsitektur ekonomi dunia. Buku The Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) karya Richard Woodward merupakan bagian dari seri
Global Institutions yang ditujukan untuk memberikan pemahaman komprehensif namun
ringkas tentang lembaga-lembaga internasional terkemuka.

20

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Buku ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai sejarah pembentukan, struktur
kelembagaan, mekanisme kerja, serta pengaruh normatif OECD terhadap kebijakan publik
global. Meski OECD tidak sepopuler IMF atau Bank Dunia dalam diskursus publik, lembaga ini
justru memainkan peran strategis dalam mempromosikan prinsip-prinsip good governance,
reformasi struktural, dan kerja sama pembangunan melalui kekuatan lunaknya (soft power).
Dalam ulasan ini, penulis akan membahas kontribusi, kelebihan, dan keterbatasan buku
Woodward dalam membedah peran OECD sebagai aktor penting dalam tata kelola ekonomi
global kontemporer.

Ikhtisar Buku
Buku ini terbagi dalam delapan bab yang masing-masing membahas dimensi berbeda dari
OECD:
1. Sejarah dan Pendiriannya. OECD didirikan pada 1961 sebagai kelanjutan dari
Organisation for European Economic Co-operation (OEEC), yang awalnya dibentuk untuk
mengelola bantuan Marshall Plan pasca-Perang Dunia II. Woodward menjelaskan transisi
dari lembaga regional menjadi institusi global yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi,
stabilitas fiskal, dan kerja sama pembangunan.
2. Struktur Organisasi. Penulis membahas badan utama dalam OECD seperti Dewan,
Komite-Komite, Sekretariat, dan peran Sekretaris Jenderal. Fungsi koordinasi kebijakan
lintas sektor (ekonomi, pendidikan, inovasi, lingkungan) menjadi sorotan utama.
3. Metode Kerja dan Mekanisme Pengaruh. OECD tidak memiliki kewenangan koersif,
melainkan mengandalkan pendekatan peer pressure, soft law, dan publikasi data serta
rekomendasi kebijakan. Mekanisme ini menciptakan efek normatif dan membentuk
standar global.
4. Anggota dan Ekspansi Global. Buku ini mencatat bahwa OECD terdiri dari 38 negara
anggota, sebagian besar negara maju. Ekspansi ke negara-negara nonanggota dilakukan
melalui instrumen seperti OECD Watch dan kemitraan strategis.
5. OECD dan Negara Berkembang. Woodward mengkaji hubungan OECD dengan negara-
negara Selatan Global, termasuk kritik atas eksklusivitasnya sebagai “klub negara kaya”
dan bagaimana lembaga ini mencoba memperluas dampaknya tanpa memperluas
keanggotaan secara signifikan.
6. OECD dan Isu Global. Peran OECD dalam isu seperti globalisasi, ketimpangan, pajak
internasional, dan perubahan iklim juga dibahas, termasuk kontribusinya dalam Base
Erosion and Profit Shifting (BEPS) dan Green Growth Strategy.
7. Kritik dan Kontroversi. Bab ini membahas keterbatasan OECD dalam hal legitimasi
demokratis, representasi global, serta efektivitas pengaruhnya terhadap negara
berkembang.
8. Kesimpulan dan Masa Depan OECD. Buku ditutup dengan refleksi atas masa depan OECD
dalam lanskap global multipolar yang semakin didominasi negara-negara seperti Tiongkok
dan India, yang belum menjadi anggota.

21

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Kontribusi Ilmiah Buku
1. Penjelasan Institusional yang Mendalam namun Ringkas
Woodward berhasil menyajikan sejarah dan struktur organisasi OECD dengan gaya yang
ringkas namun tetap akademik. Dengan panjang hanya sekitar 170 halaman, buku ini cocok
digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa, pembuat kebijakan, maupun peneliti yang ingin
memahami OECD secara cepat namun menyeluruh.

2. Sorotan pada Kekuasaan Normatif (Normative Power)
Salah satu kontribusi utama buku ini adalah penjelasannya mengenai bagaimana OECD
mempengaruhi negara anggota dan nonanggota melalui norm diffusion dan benchmarking.
Meskipun tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, OECD berperan besar dalam mengatur
standar internasional seperti dalam bidang pendidikan (melalui PISA), perpajakan, dan tata
kelola publik.

3. Kritik atas Eksklusivitas Global
Woodward tidak bersikap apologetik. Ia menyampaikan kritik-kritik tajam atas dominasi
negara maju dalam OECD dan bagaimana hal itu memengaruhi legitimasi lembaga ini di mata
negara berkembang. Penyebutan istilah "klub negara kaya" menjadi pengingat akan
pentingnya inklusivitas dalam tata kelola global.

4. Relevansi Isu Kontemporer
Buku ini juga membahas secara relevan keterlibatan OECD dalam isu-isu terbaru seperti
ekonomi digital, pajak multinasional, dan keberlanjutan lingkungan. Ini menjadikan buku ini
tetap aktual di tengah pergeseran geopolitik dan tantangan global pasca-pandemi.

Relevansi untuk Indonesia
Meskipun Indonesia bukan anggota OECD, keterlibatannya sebagai mitra strategis (key
partner) telah meningkat sejak satu dekade terakhir. Beberapa hal yang dapat diambil dari
pembahasan buku ini dalam konteks Indonesia:
• Keterlibatan dalam Program OECD. Indonesia telah berpartisipasi dalam beberapa
inisiatif OECD seperti PISA, Base Erosion and Profit Shifting (BEPS), dan Review Kebijakan
Investasi. Buku ini membantu memahami konteks dan logika di balik rekomendasi OECD.
• Pertimbangan dalam Tata Kelola Publik. Benchmarking kebijakan yang dilakukan OECD
dapat menjadi referensi perbaikan reformasi birokrasi, transparansi fiskal, serta inovasi
pendidikan di Indonesia, meskipun perlu adaptasi dengan konteks lokal.
• Kritik terhadap Standar Ganda Global. Buku ini mengingatkan Indonesia untuk kritis
terhadap adopsi kebijakan OECD secara mentah, tanpa mempertimbangkan kepentingan
nasional, struktur sosial-ekonomi, dan kapasitas kelembagaan yang berbeda.

22

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Keterbatasan Buku
Beberapa kekurangan buku ini antara lain:
• Minim Studi Kasus dari Negara Berkembang. Buku ini cenderung fokus pada negara
anggota dan pengalaman OECD dalam kerangka negara maju. Minimnya representasi
negara berkembang membuat pembaca dari Global South harus melakukan interpretasi
tambahan.
• Pendekatan Teoritis Kurang Mendalam. Buku ini lebih bersifat deskriptif-institusional dan
kurang mendalam dalam penggunaan teori hubungan internasional atau ekonomi politik
global.
• Kurangnya Proyeksi Strategis. Buku ini tidak secara eksplisit memberikan proyeksi
strategis tentang bagaimana OECD harus berubah agar lebih relevan dalam dunia
multipolar yang semakin kompleks.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, buku The Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) karya Richard Woodward merupakan referensi penting untuk memahami salah satu
aktor kunci dalam tata kelola ekonomi global. Buku ini menyajikan informasi mendalam
namun tetap mudah dicerna tentang sejarah, struktur, serta peran OECD dalam menyebarkan
norma kebijakan publik global.
Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, buku ini memberikan pemahaman kritis
mengenai bagaimana lembaga seperti OECD memengaruhi kebijakan nasional melalui
kekuatan lunaknya. Namun, pembaca tetap harus mewaspadai potensi bias institusional dan
pentingnya adaptasi lokal dalam mengadopsi standar global.

Daftar Pustaka
Djalal, H. (2018). “Indonesia and Global Governance: Between Engagement and Non-
alignment.” Indonesian Journal of International Studies, 4(2), 115–132.
Mahon, R., & McBride, S. (2008). The OECD and Transnational Governance. UBC Press.
Martens, K., & Jakobi, A. P. (2010). Mechanisms of OECD Governance: International Incentives
for National Policy-Making? Oxford: Oxford University Press.
OECD. (2023). OECD Key Partner Engagement and Strategic Directions. Retrieved from
https://www.oecd.org
Woodward, R. (2009). The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Routledge: London and New York.

23

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025













Kepemimpinan Baru dalam Mengelola Perubahan Korporasi Reengineering
Management: The Mandate for New Leadership karya James Champy

Abstract
This article presents a scholarly review of Reengineering Management: The Mandate for New
Leadership by James Champy, a seminal follow-up to his earlier work on business process
reengineering (BPR). While the previous work focused on redesigning processes, this book
emphasizes the critical role of leadership in driving and sustaining change. Champy articulates
the psychological, cultural, and structural shifts necessary within organizations to successfully
implement reengineering initiatives. This review evaluates the book’s key arguments,
contributions, limitations, and relevance for contemporary management, especially in facing
rapid technological and market transformations. It argues that Champy’s leadership-centered
approach remains highly relevant in the digital era, particularly for emerging economies
undergoing institutional reform and organizational restructuring.
Keywords:
Reengineering, Leadership, Change Management, Organizational Transformation, Corporate
Culture, Strategic Management

Pendahuluan
Dalam dekade 1990-an, dunia korporasi dihadapkan pada tekanan globalisasi, revolusi
teknologi informasi, dan kebutuhan efisiensi organisasi. Salah satu pendekatan revolusioner
yang muncul dari konteks tersebut adalah Business Process Reengineering (BPR), yang
dipopulerkan oleh Michael Hammer dan James Champy melalui buku Reengineering the
Corporation. Namun, dalam penerapannya, banyak inisiatif BPR gagal karena faktor non-
teknis—khususnya kepemimpinan dan budaya organisasi.

24

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
Menanggapi kegagalan tersebut, James Champy menulis Reengineering Management: The
Mandate for New Leadership (1995) sebagai upaya untuk menekankan bahwa keberhasilan
reengineering tidak semata terletak pada desain ulang proses bisnis, tetapi juga pada
transformasi gaya manajerial, kepemimpinan, dan nilai-nilai organisasi. Buku ini
mereposisikan peran manajer bukan sebagai pengontrol, tetapi sebagai agen perubahan,
pemimpin moral, dan fasilitator inovasi.
Artikel ini mereview secara kritis isi, relevansi, dan kontribusi buku Champy dalam konteks
manajemen kontemporer dan reformasi organisasi, khususnya di era digital dan ekonomi
disruptif.

Ikhtisar Buku
Buku ini terdiri dari sepuluh bab yang tersusun secara progresif, mulai dari analisis kegagalan
inisiatif reengineering sebelumnya hingga bagaimana membangun fondasi kepemimpinan
baru. Beberapa ide kunci dari buku ini meliputi:

1. Mengapa Reengineering Gagal
Champy membuka dengan pengakuan bahwa banyak proyek BPR mengalami kegagalan.
Penyebab utamanya bukan pada perencanaan teknis, melainkan pada kegagalan manajer
untuk memahami bahwa perubahan proses memerlukan perubahan cara berpikir, nilai, dan
struktur kekuasaan. Manajemen lama kerap mempertahankan kendali dan resistensi
terhadap perubahan mendasar.

2. Paradigma Manajemen Baru
Menurut Champy, manajemen perlu direkayasa ulang sebagaimana proses bisnis. Ini
mencakup perubahan dari gaya kepemimpinan top-down ke model yang lebih partisipatif dan
berbasis pada visi jangka panjang, kolaborasi lintas fungsi, serta keberanian menghadapi
ketidakpastian.

3. Mandat Kepemimpinan Baru
Champy menyatakan bahwa pemimpin di organisasi reengineered harus memiliki lima
mandat:
1. Pernyataan Nilai Baru
2. Penciptaan Makna bagi Pekerja
3. Penyelarasan Struktur dengan Tujuan
4. Pemberdayaan dan Pendelegasian Kewenangan
5. Kepemimpinan Moral

25

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

4. Manajer sebagai Agen Perubahan
Champy menekankan pentingnya peran manajer sebagai fasilitator dan katalis transformasi
budaya. Kepemimpinan tidak cukup hanya mengelola proses—ia harus menginspirasi
perubahan nilai dan perilaku.

5. Mengelola Ketidakpastian dan Ketakutan
Buku ini membahas pentingnya mengelola emosi dalam organisasi, terutama ketakutan
terhadap perubahan. Komunikasi terbuka, partisipasi, dan dukungan psikologis menjadi kunci
keberhasilan.

6. Studi Kasus dan Ilustrasi
Champy menyajikan berbagai studi kasus dari perusahaan seperti AT&T, Shell, dan IBM, yang
menggambarkan tantangan nyata dalam mentransformasikan gaya manajemen.

Kontribusi dan Relevansi Buku
1. Perpindahan Fokus dari Proses ke Manusia
Buku ini berkontribusi besar dalam memindahkan perhatian manajemen dari aspek teknis
reengineering ke aspek humanistik. Champy mengingatkan bahwa tanpa perubahan nilai,
kepemimpinan, dan budaya, proses terbaik pun akan gagal.

2. Kepemimpinan Transformasional sebagai Kunci
Champy mengadopsi pendekatan kepemimpinan transformasional, yang fokus pada
inspirasi, visi, dan perubahan mendasar. Pendekatan ini sangat relevan dalam konteks saat
ini, di mana organisasi harus beradaptasi cepat terhadap perubahan digital dan sosial.

3. Kritis terhadap Model Hierarkis Tradisional
Champy menyerang model hierarki birokratis yang memperlambat inovasi dan memperbesar
resistensi terhadap perubahan. Gagasan tentang desentralisasi kekuasaan, pendelegasian,
dan pembelajaran organisasi menjadi inti pembaruan.

4. Kontekstualisasi dalam Dunia Nyata
Studi kasus dalam buku ini membuat konsep-konsep abstrak menjadi konkret dan aplikatif,
baik untuk perusahaan besar maupun organisasi sektor publik.

26

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Keterbatasan Buku
Meski sangat visioner, buku ini tidak luput dari keterbatasan:
• Kurangnya Dimensi Global atau Lintas Budaya. Buku ini terlalu fokus pada konteks
perusahaan multinasional di Amerika Serikat. Dalam konteks organisasi Asia seperti
Indonesia, pergeseran nilai manajemen membutuhkan pendekatan yang lebih
kontekstual dan tidak bisa diimpor mentah-mentah.
• Minim Kerangka Teoritis Formal. Buku ini lebih bersifat praktis dan naratif ketimbang
akademik. Ia minim pembahasan teoritis mendalam seperti teori institusional atau teori
perubahan organisasi dari perspektif sosiologis.
• Tidak Menjawab Isu Politik Organisasi secara Mendalam. Aspek-aspek resistensi yang
bersifat politis atau pertarungan kekuasaan dalam organisasi tidak dibahas secara
menyeluruh, padahal seringkali menjadi penghalang utama dalam transformasi.

Relevansi Buku untuk Organisasi di Indonesia
Bagi organisasi di Indonesia, baik sektor publik maupun swasta, buku ini memiliki beberapa
implikasi penting:
• Reformasi Birokrasi. Gagasan Champy tentang desentralisasi kekuasaan dan
kepemimpinan partisipatif dapat diterapkan dalam reformasi birokrasi, terutama dalam
mendorong pelayanan publik yang lebih responsif.
• Transformasi Digital dan Budaya Kerja. Di era digitalisasi, transformasi sistem perlu
dibarengi dengan perubahan budaya kerja. Buku ini memberi peta jalan bagaimana
manajer tidak sekadar mengadopsi teknologi, tetapi mengubah pola pikir SDM-nya.
• Kepemimpinan Moral dan Etika Publik. Di tengah krisis integritas di berbagai sektor,
mandat kepemimpinan moral dari Champy menjadi sangat relevan, terutama bagi pejabat
publik dan pimpinan BUMN.

Kesimpulan
Buku Reengineering Management adalah sebuah refleksi mendalam sekaligus panduan
praktis bagi pemimpin yang ingin melakukan transformasi organisasi secara utuh. James
Champy menegaskan bahwa perubahan tidak bisa hanya menyentuh struktur dan proses; ia
harus menyentuh jiwa organisasi—nilai, budaya, dan kepemimpinan.
Dengan pendekatan naratif yang kuat, wawasan praktis yang mendalam, dan refleksi dari
praktik nyata perusahaan global, buku ini tetap relevan hingga saat ini. Di tengah perubahan
cepat dan ketidakpastian global, kepemimpinan visioner dan nilai-nilai transformasional
seperti yang digariskan oleh Champy menjadi kebutuhan mendesak bagi setiap organisasi
yang ingin bertahan dan berkembang.

27

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Daftar Pustaka
Bass, B. M. (1990). From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share the
Vision. Organizational Dynamics, 18(3), 19–31.
Burns, J. M. (1978). Leadership. Harper & Row.
Champy, J. (1995). Reengineering Management: The Mandate for New Leadership.
HarperBusiness.
Hammer, M., & Champy, J. (1993). Reengineering the Corporation: A Manifesto for Business
Revolution. HarperBusiness.
Kotter, J. P. (1996). Leading Change. Harvard Business Press.
Schein, E. H. (2010). Organizational Culture and Leadership (4th ed.). Jossey-Bass.

28

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025













Membedah Strategi dan Kegagalan Operasional Militer Modern A Vision So
Noble: John Boyd, the OODA Loop, and America’s War on Terror karya Daniel
Ford

Abstract
This review critically examines Daniel Ford’s book A Vision So Noble: John Boyd, the OODA
Loop, and America's War on Terror, which explores the intellectual legacy of military strategist
John Boyd. The book contextualizes Boyd's OODA Loop (Observe–Orient–Decide–Act) within
modern American military interventions, especially in the post-9/11 era. Ford not only
documents Boyd’s contributions to air combat theory and organizational adaptability, but
also critiques how Boyd's ideas have been either misapplied or misunderstood in
contemporary warfare. This review reflects on the book’s relevance to strategic studies,
decision theory, and institutional agility, with implications beyond the military, including
political leadership, public administration, and crisis management.
Keywords:
John Boyd, OODA Loop, strategic thinking, military reform, decision-making, counter
terrorism, organizational agility, war on terror

Pendahuluan
Dalam dunia strategi militer modern, nama John Boyd menjadi legendaris karena warisannya
yang melampaui medan pertempuran. Sebagai seorang kolonel Angkatan Udara Amerika
Serikat, Boyd bukan hanya ahli tempur udara, tetapi juga seorang pemikir brilian yang
mengembangkan kerangka OODA Loop—sebuah siklus kognitif untuk merespons secara
cepat terhadap perubahan situasi.

29

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Buku A Vision So Noble: John Boyd, the OODA Loop, and America's War on Terror karya
Daniel Ford menyajikan biografi intelektual Boyd dan menganalisis bagaimana pemikirannya,
khususnya OODA Loop, telah memengaruhi doktrin militer AS. Lebih dari itu, Ford
menunjukkan bagaimana warisan Boyd justru sering kali disalahpahami dan gagal diterapkan
secara utuh, terutama dalam Perang Melawan Terorisme pasca 9/11.
Dalam konteks strategi nasional dan kelembagaan, terutama di era disrupsi dan konflik
asimetris, pemikiran Boyd menawarkan lensa analitis yang berguna untuk memahami respons
cepat, ketangkasan organisasi, dan efektivitas kepemimpinan. Ulasan ini membahas isi buku,
signifikansi Boyd dan OODA Loop, serta relevansinya untuk studi kebijakan publik dan
pertahanan saat ini.

Isi dan Struktur Buku
Buku ini terdiri dari 12 bab yang dikemas dengan gaya esai reflektif dan didukung oleh narasi
historis. Daniel Ford, seorang penulis dan veteran, membawa pendekatan kritis yang
memadukan biografi dengan analisis strategis.

1. Biografi John Boyd
Bab awal mengisahkan karier Boyd dari pilot tempur hingga pemikir strategis. Ford menyoroti
bagaimana pengalaman Boyd dalam Perang Korea membentuk keprihatinannya terhadap
efektivitas operasional dan kecepatan keputusan dalam pertempuran udara.

2. Lahirnya OODA Loop
Boyd mengembangkan siklus Observe–Orient–Decide–Act sebagai kerangka adaptasi dalam
menghadapi lingkungan kompleks dan berubah cepat. Ford menjelaskan bahwa orientasi
(bukan sekadar observasi) adalah titik krusial, karena melibatkan analisis, bias kognitif, dan
intuisi.

3. Boyd dan Reformasi Militer
Boyd bukan sekadar ahli teori. Ia adalah aktivis internal Pentagon yang mendorong
pengembangan pesawat tempur ringan seperti F-16 dan F/A-18. Ia menentang dominasi
industri militer besar yang lebih mementingkan teknologi mahal daripada kelincahan
operasional.

4. OODA dan Perang Asimetris
Ford membandingkan pemikiran Boyd dengan kegagalan militer AS di Irak dan Afghanistan.
Ia menegaskan bahwa OODA Loop menuntut pemahaman mendalam terhadap konteks sosial
dan budaya musuh—sesuatu yang sering diabaikan oleh militer AS.

30

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

5. Kritik terhadap War on Terror
Buku ini mengulas bagaimana strategi Amerika dalam Perang Melawan Teror tidak
mencerminkan semangat adaptif OODA Loop. Ketergantungan pada kekuatan militer
konvensional, operasi drone, dan pendudukan jangka panjang dianggap kontra-produktif.

6. A Vision So Noble
Judul buku ini diambil dari kutipan retoris George W. Bush, dan Ford menggunakannya secara
ironis untuk menunjukkan bahwa niat mulia sering kali berubah menjadi bencana karena
kurangnya refleksi strategis dan pemahaman medan.

Analisis Kritis dan Relevansi Strategis
1. Kontribusi Boyd terhadap Strategi Kontemporer
OODA Loop telah menjadi kerangka lintas disiplin: dari militer hingga manajemen, dari
diplomasi hingga teknologi informasi. Keunggulan utamanya adalah kesadaran terhadap
kecepatan adaptasi dan pentingnya situational awareness.

2. Relevansi dalam Dunia Publik dan Sipil
Konsep Boyd relevan untuk birokrasi yang ingin menjadi agile. Dalam konteks Indonesia,
reformasi birokrasi, penanganan bencana, dan diplomasi dapat dioptimalkan melalui
pendekatan berpikir cepat, orientasi ulang informasi, dan tindakan adaptif.

3. Kritik terhadap Implementasi
Ford menunjukkan bahwa banyak pengambil kebijakan hanya menerapkan OODA sebagai
alat taktis tanpa memahami aspek orientasi budaya dan kognitif. Di sinilah kegagalan utama
strategi AS, yang sering kali mengabaikan realitas lokal.

4. Paradigma Strategi: Dari Kontrol ke Adaptasi
Ford memperkuat ide Boyd bahwa strategi bukan tentang kontrol total, melainkan tentang
menciptakan sistem yang adaptif dan mendesak musuh untuk bereaksi terhadap kita secara
keliru.

Kelebihan Buku
• Gabungan Antara Biografi dan Teori: Buku ini bukan hanya menggambarkan pemikiran
Boyd, tetapi juga perjalanan hidup dan perjuangan intelektualnya.
• Kritik Konstruktif terhadap Kebijakan Militer: Ford tidak segan mengkritik dogma militer
dan politik luar negeri AS dengan basis argumentatif yang kuat.

31

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

• Bahasa yang Aksesibel: Meskipun membahas isu strategis, gaya tulisannya tetap naratif
dan mudah dicerna oleh pembaca umum maupun akademisi.

Keterbatasan Buku
• Fokus pada Konteks Amerika: Buku ini sangat terpusat pada dinamika militer dan politik
AS. Pembaca dari luar AS perlu melakukan interpretasi ulang dalam konteks masing-
masing.
• Minim Analisis Institusional: Buku ini tidak banyak menggali bagaimana lembaga negara
atau organisasi besar bisa secara sistematis menerapkan OODA Loop.

Implikasi untuk Studi Strategi dan Kepemimpinan
Buku ini sangat penting bagi mahasiswa, praktisi, dan perumus kebijakan di bidang strategi
pertahanan, keamanan nasional, serta kepemimpinan publik. Dalam dunia yang penuh
ketidakpastian dan perubahan cepat, pelajaran utama dari Boyd adalah:
• Strategi bukan tentang prediksi, melainkan tentang ketangkasan menghadapi perubahan.
• Keunggulan bukan ditentukan oleh kekuatan, tetapi oleh kecepatan dan ketepatan dalam
pengambilan keputusan.
• Pemimpin yang berhasil bukan yang paling tahu segalanya, tetapi yang mampu belajar
dan menyesuaikan dengan cepat.

Kesimpulan
Buku A Vision So Noble merupakan refleksi tajam terhadap dinamika strategi militer dan
kepemimpinan nasional. Daniel Ford secara berhasil menghidupkan warisan intelektual John
Boyd dan mengaitkannya dengan krisis kontemporer. OODA Loop tidak hanya relevan di
medan tempur, tetapi juga dalam politik, bisnis, dan administrasi publik.
Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, pelajaran dari Boyd adalah bahwa kecepatan
dalam memahami situasi dan menyesuaikan strategi lebih penting daripada kekuatan besar
yang kaku. Ketika negara dan organisasi menghadapi kompleksitas, pemikiran adaptif seperti
yang diwariskan Boyd menjadi semakin krusial.

Daftar Pustaka
Boyd, J. (1986). A Discourse on Winning and Losing. Unpublished briefing.
Coram, R. (2002). Boyd: The Fighter Pilot Who Changed the Art of War. Little, Brown and
Company.
Ford, D. (2010). A Vision So Noble: John Boyd, the OODA Loop, and America's War on Terror.
Warbird Books.
Lind, W. S. (2004). Understanding Fourth Generation War. Military Review, Sep–Oct 2004.

32

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
Osinga, F. P. B. (2007). Science, Strategy and War: The Strategic Theory of John Boyd.
Routledge.

33

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025













Pendekatan Terpadu dalam Perumusan Kebijakan Inovasi di Era
Kompleksitas, Holistic Innovation Policy: Theoretical Foundations, Policy
Problems, and Instrument Choices Karya Charles Edquist dan Susana Borrás

Abstract
This article presents a critical review of Holistic Innovation Policy: Theoretical Foundations,
Policy Problems, and Instrument Choices by Charles Edquist and Susana Borrás. The book
proposes a systemic, demand-oriented, and problem-solving approach to innovation policy,
moving away from traditional linear models. It emphasizes the interconnectedness of
innovation actors, institutions, and instruments, offering a comprehensive framework for
public policy aimed at enhancing national innovation systems. This review highlights the
book’s theoretical contributions, practical policy implications, and relevance to developing
countries, especially in the context of science, technology, and innovation (STI) governance.
Furthermore, it critiques the operational challenges of implementing holistic approaches in
politically and administratively fragmented systems.
Keywords:
Innovation policy, holistic approach, innovation systems, public policy instruments, Edquist,
Borrás, STI policy, policy coherence

Pendahuluan
Dalam era globalisasi ekonomi dan disrupsi teknologi, inovasi menjadi salah satu penentu
utama daya saing nasional. Namun, tantangan terbesar dalam kebijakan inovasi bukan hanya
pada soal teknologinya, melainkan bagaimana negara merancang kebijakan yang holistik,
koheren, dan berorientasi pada pemecahan masalah. Buku Holistic Innovation Policy karya

34

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
Charles Edquist dan Susana Borrás menjadi salah satu karya paling komprehensif yang
menjawab tantangan tersebut.
Buku ini mengusulkan pendekatan baru dalam kebijakan inovasi yang menyeluruh, mencakup
semua aspek sistem inovasi: dari identifikasi masalah, pemilihan instrumen kebijakan, hingga
pentingnya integrasi antara pelaku dan institusi. Ulasan ini akan membahas isi, struktur,
kontribusi teoretis, relevansi praktis, serta kritik terhadap penerapan pendekatan holistik
dalam konteks negara berkembang.

Isi dan Struktur Buku
Buku ini terdiri dari sepuluh bab utama yang disusun secara sistematis, dimulai dari dasar
konseptual hingga implikasi kebijakan.

1. Dasar Teoretis Sistem Inovasi
Edquist dan Borrás mengawali buku dengan menguraikan kelemahan pendekatan linear
dalam kebijakan inovasi tradisional yang cenderung menekankan “penelitian mendorong
inovasi.” Sebaliknya, mereka menawarkan pendekatan sistem inovasi nasional (NIS) yang
bersifat kompleks, interaktif, dan terdesentralisasi.

2. Definisi Kebijakan Inovasi Holistik
Kebijakan inovasi holistik didefinisikan sebagai intervensi kebijakan yang bersifat lintas sektor,
menyeluruh, dan terkoordinasi, dengan fokus utama pada problem orientation—yaitu
mengidentifikasi dan memecahkan functional problems dalam sistem inovasi.

3. Fungsi Sistem Inovasi
Terdapat tujuh fungsi utama sistem inovasi menurut Edquist, termasuk pembentukan
kompetensi, penciptaan dan difusi pengetahuan, pembentukan pasar, hingga pengurangan
ketidakpastian. Kebijakan inovasi idealnya menargetkan fungsi-fungsi ini secara simultan.

4. Masalah dalam Sistem Inovasi
Buku ini menekankan pentingnya memahami systemic problems seperti kegagalan koordinasi
antaraktor, kesenjangan pengetahuan, dan lemahnya kapabilitas kelembagaan. Edquist dan
Borrás menolak penggunaan istilah "market failure" yang terlalu sempit untuk menjelaskan
kegagalan inovasi.

5. Pemilihan Instrumen Kebijakan
Pemilihan instrumen harus berbasis masalah dan konteks. Mereka membagi instrumen
menjadi dua kategori: supply-side (misalnya, dana R&D) dan demand-side (misalnya,
pengadaan inovatif dan regulasi), serta menekankan pentingnya kombinasi yang seimbang
antar keduanya.

35

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

6. Koordinasi dan Koherensi Kebijakan
Koherensi kebijakan menjadi syarat mutlak agar pendekatan holistik dapat
diimplementasikan. Buku ini mengkritik praktik kebijakan yang terfragmentasi antar
kementerian dan kurang terintegrasi antarlevel pemerintahan.

7. Relevansi Internasional
Penulis membahas bagaimana pendekatan holistik relevan baik di negara maju maupun
berkembang. Namun, tantangan utama di negara berkembang adalah lemahnya institusi dan
rendahnya kapasitas kebijakan.

Kontribusi Teoretis dan Praktis
1. Paradigma Baru Kebijakan Inovasi
Buku ini berhasil membongkar asumsi lama bahwa inovasi hanya didorong oleh penelitian
atau insentif pasar. Dengan memposisikan inovasi sebagai sistem terbuka yang kompleks,
penulis mengarahkan perhatian pada relasi antaraktor dan fungsi kelembagaan.

2. Kerangka Analisis Komprehensif
Dengan menggabungkan teori sistem inovasi, teori kebijakan publik, dan pendekatan
pemecahan masalah, buku ini menawarkan kerangka evaluatif yang kuat bagi perancang
kebijakan untuk menilai efektivitas dan koherensi intervensi mereka.

3. Implikasi Kebijakan Nyata
Edquist dan Borrás mendorong pembuat kebijakan untuk menilai bukan hanya apakah suatu
program berjalan, tetapi apakah ia mengatasi masalah sistemik dan memperkuat fungsi
inovasi yang relevan.

Relevansi bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia
Pendekatan ini sangat relevan untuk Indonesia, yang sedang membangun ekosistem riset dan
inovasi pasca pembentukan BRIN. Fragmentasi kelembagaan, rendahnya integrasi antar
kebijakan riset, dan dominasi pendekatan proyek menunjukkan pentingnya adopsi holistic
innovation policy.
Beberapa pelajaran yang bisa diambil:
• Fokus pada masalah nyata seperti lemahnya adopsi teknologi oleh UMKM dan rendahnya
kerja sama universitas–industri.
• Pemilihan instrumen berdasarkan kebutuhan, bukan sekadar menyalurkan dana riset.
• Koordinasi lintas lembaga sebagai kunci untuk integrasi sistem inovasi nasional.

36

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Kritik dan Tantangan Implementasi
1. Idealistik tetapi Kompleks
Pendekatan holistik membutuhkan kapasitas kelembagaan yang tinggi, baik dari sisi
koordinasi antaraktor, maupun dari segi evaluasi kebijakan. Di negara dengan sistem birokrasi
yang sektoral dan terfragmentasi, pendekatan ini sulit dijalankan tanpa reformasi struktural.

2. Kesulitan Pengukuran
Identifikasi dan pengukuran functional problems dalam sistem inovasi bukanlah tugas mudah.
Dibutuhkan data, analisis jaringan, dan indikator sistemik yang sering kali belum tersedia
secara memadai.

3. Politik Kebijakan
Penerapan kebijakan inovasi yang holistik tidak lepas dari dinamika politik, terutama ketika
berbagai kementerian memiliki ego sektoral yang kuat. Buku ini kurang membahas strategi
manajerial atau politik untuk mengatasi hambatan semacam ini.

Kesimpulan
Buku Holistic Innovation Policy karya Edquist dan Borrás merupakan kontribusi penting dalam
literatur kebijakan inovasi. Ia menawarkan paradigma baru yang lebih sesuai dengan
kompleksitas dunia saat ini, serta mendorong negara untuk merancang kebijakan
berdasarkan pemahaman sistemik dan orientasi pada masalah nyata.
Meskipun penuh tantangan dalam penerapannya, pendekatan ini layak dipertimbangkan
sebagai arah kebijakan inovasi masa depan, terutama bagi negara seperti Indonesia yang
tengah bertransisi ke ekonomi berbasis pengetahuan.

Daftar Pustaka
Borrás, S., & Edquist, C. (2013). "The choice of innovation policy instruments." Technological
Forecasting and Social Change, 80(8), 1513–1522.
Edquist, C., & Borrás, S. (2021). Holistic Innovation Policy: Theoretical Foundations, Policy
Problems, and Instrument Choices. Oxford University Press.
Karo, D., & Kattel, R. (2018). "Innovation bureaucracy: Does the organization of government
matter when promoting innovation?" Papers in Innovation Studies, Lund University.
Lundvall, B. Å. (1992). National Systems of Innovation: Towards a Theory of Innovation and
Interactive Learning. Pinter.
OECD. (2015). Frascati Manual 2015: Guidelines for Collecting and Reporting Data on
Research and Experimental Development. OECD Publishing.

37

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025













Analisis Kritis terhadap Dugaan Penggunaan Teknologi HAARP sebagai
Senjata Iklim, Climate as a Weapon of War: H.A.A.R.P Karya José Ruiz
Watzeck

Abstract
This article critically reviews Climate as a Weapon of War: H.A.A.R.P by José Ruiz Watzeck,
which explores the controversial hypothesis that the High Frequency Active Auroral Research
Program (HAARP) is utilized as a geophysical weapon capable of manipulating weather
patterns for military purposes. The book delves into the technical aspects of HAARP, its
potential applications, and the geopolitical implications of climate control technologies. This
review assesses the author's arguments, examines the scientific validity of the claims, and
discusses the broader context of environmental modification in warfare.
Keywords:
HAARP, climate warfare, geophysical weapons, weather modification, environmental
security, José Ruiz Watzeck

Pendahuluan
Perubahan iklim telah menjadi isu global yang mendesak, dengan dampak yang meluas pada
lingkungan, ekonomi, dan keamanan. Dalam konteks ini, muncul kekhawatiran tentang
kemungkinan penggunaan teknologi untuk memanipulasi cuaca sebagai senjata. Buku
Climate as a Weapon of War: H.A.A.R.P karya José Ruiz Watzeck membahas dugaan bahwa
proyek HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) digunakan oleh Amerika
Serikat untuk tujuan tersebut.
Buku ini menyoroti potensi HAARP dalam mengendalikan kondisi atmosfer dan cuaca, serta
implikasinya terhadap keamanan global. Ulasan ini bertujuan untuk mengevaluasi klaim yang

38

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025
diajukan oleh penulis, menilai validitas ilmiahnya, dan membahas dampak potensial dari
penggunaan teknologi semacam itu dalam konteks geopolitik.

Isi dan Struktur Buku
Buku ini terdiri dari beberapa bab yang membahas:
1. Latar Belakang HAARP: Penjelasan tentang sejarah dan tujuan resmi proyek HAARP, yang
dikembangkan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat bersama
Universitas Alaska. Tujuan utamanya adalah memahami dan mengendalikan proses
ionosferik yang dapat mempengaruhi sistem komunikasi dan pengawasan.
2. Kemampuan Teknologi HAARP: Diskusi tentang bagaimana HAARP dapat memanipulasi
ionosfer untuk mempengaruhi kondisi cuaca, termasuk kemungkinan menyebabkan
bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.
3. Dugaan Penggunaan Militer: Penulis mengutip resolusi Parlemen Eropa tahun 1999 yang
menyatakan bahwa HAARP memanipulasi lingkungan untuk tujuan militer, serta laporan
dari Parlemen Rusia tahun 2002 yang menyebutkan HAARP sebagai "senjata geofisika"
baru.
4. Implikasi Geopolitik: Pembahasan tentang bagaimana penggunaan teknologi semacam
itu dapat mempengaruhi keseimbangan kekuatan global dan menimbulkan ketegangan
antarnegara.

Analisis Kritis
Kekuatan Buku
• Topik Relevan: Buku ini membahas isu yang sangat relevan dalam konteks keamanan
lingkungan dan teknologi militer.
• Sumber Referensi: Penulis merujuk pada dokumen resmi dan laporan dari lembaga
internasional, seperti resolusi Parlemen Eropa dan laporan Parlemen Rusia, yang
memberikan kredibilitas pada argumennya.
• Gaya Penulisan: Penyajian informasi yang sistematis dan bahasa yang mudah dipahami
membuat buku ini dapat diakses oleh pembaca dari berbagai latar belakang.
Kelemahan Buku
• Kurangnya Bukti Empiris: Meskipun penulis mengutip beberapa dokumen resmi, buku ini
kurang menyajikan data empiris atau studi ilmiah yang mendukung klaim bahwa HAARP
digunakan untuk memanipulasi cuaca.
• Spekulatif: Beberapa argumen dalam buku ini bersifat spekulatif dan tidak didukung oleh
bukti ilmiah yang kuat, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang validitas klaim
tersebut.
• Kurangnya Perspektif Alternatif: Buku ini cenderung fokus pada satu sudut pandang
tanpa membahas kemungkinan penjelasan alternatif atau pandangan dari komunitas
ilmiah yang lebih luas.

39

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Diskusi
Penggunaan teknologi untuk memanipulasi cuaca sebagai senjata telah menjadi topik
kontroversial selama beberapa dekade. Meskipun ada kekhawatiran tentang potensi
penyalahgunaan teknologi semacam itu, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang
meyakinkan bahwa HAARP digunakan untuk tujuan tersebut.
Penelitian ilmiah tentang HAARP menunjukkan bahwa proyek ini bertujuan untuk memahami
proses ionosferik dan tidak memiliki kapasitas untuk mengendalikan cuaca secara signifikan.
Namun, penting untuk terus memantau perkembangan teknologi dan memastikan bahwa
penggunaannya tidak melanggar hukum internasional atau menimbulkan ancaman terhadap
keamanan global.

Kesimpulan
Buku Climate as a Weapon of War: H.A.A.R.P oleh José Ruiz Watzeck mengangkat isu penting
tentang potensi penggunaan teknologi untuk tujuan militer yang dapat mempengaruhi
lingkungan. Meskipun buku ini memberikan wawasan tentang kekhawatiran yang ada,
kurangnya bukti empiris dan pendekatan yang spekulatif mengurangi kekuatan argumennya.
Penting bagi komunitas ilmiah dan pembuat kebijakan untuk terus mengevaluasi dan
mengawasi penggunaan teknologi canggih, memastikan bahwa penggunaannya sesuai
dengan prinsip-prinsip etika dan hukum internasional.

Daftar Pustaka
Eastlund, B. (1987). Method and apparatus for altering a region in the Earth's atmosphere,
ionosphere, and/or magnetosphere. U.S. Patent No. 4,686,605.
European Parliament. (1999). Resolution on the environment, security and foreign policy.
Ferraro, A. J., & Smith, L. M. (2010). The High-Frequency Active Auroral Research Program
(HAARP): An overview. Journal of Atmospheric and Solar-Terrestrial Physics, 72(13),
1030-1038.
Russian State Duma. (2002). Report on the potential military applications of HAARP.
Watzeck, J. R. (2021). Climate as a Weapon of War: H.A.A.R.P. Independently Published.

40

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025












Langit Indonesia Milik Siapa? Makna Strategis Wilayah Pengendalian Udara
(FIR) Indonesia-Singapura Karya Ian Montratama, dkk

Abstract
This book review examines Langit Indonesia Milik Siapa? by Ian Montratama and colleagues,
which explores the strategic, legal, and political implications of Indonesia's Flight Information
Region (FIR) that has historically been managed in part by Singapore. The book offers a
multidisciplinary analysis that combines geopolitical perspectives, international aviation law,
and national security considerations. This review evaluates the clarity of arguments, the use
of empirical data, and the relevance of the book in Indonesia's current efforts to reclaim air
sovereignty.
Keywords:
Flight Information Region (FIR), air sovereignty, Indonesia-Singapore relations, geopolitics,
national security, airspace management

Pendahuluan
Wilayah udara merupakan dimensi penting dalam kedaulatan sebuah negara, sama halnya
dengan darat dan laut. Salah satu isu strategis yang lama menjadi perhatian Indonesia adalah
pengelolaan sebagian wilayah udara nasional di atas Kepulauan Riau dan Natuna yang, sejak
tahun 1946, berada di bawah kendali Flight Information Region (FIR) Singapura berdasarkan
penetapan ICAO (International Civil Aviation Organization).
Buku Langit Indonesia Milik Siapa? karya Ian Montratama, dkk., merupakan kontribusi
penting dalam memperkuat literasi strategis dan kebijakan publik mengenai isu FIR ini. Buku
ini mengkaji secara mendalam latar belakang, dinamika, dan implikasi strategis dari persoalan
FIR antara Indonesia dan Singapura, serta bagaimana Indonesia seharusnya memosisikan diri
untuk memastikan kedaulatan udara secara penuh.

41

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Isi Buku dan Struktur Pemikiran
Buku ini terdiri dari beberapa bagian utama yang mencerminkan pendekatan multidisipliner:
dari perspektif sejarah, hukum internasional, geopolitik, hingga pertahanan negara.

1. Sejarah Penetapan FIR dan Ketimpangan Pengelolaan Udara
Penulis menelusuri sejarah penetapan FIR pada 1946 oleh ICAO, ketika Indonesia masih dalam
proses konsolidasi pascakemerdekaan. Alokasi FIR kepada Singapura dilakukan atas dasar
pertimbangan teknis dan kapasitas pengelolaan, bukan soal kedaulatan. Namun, dalam
perjalanan waktu, ketergantungan Indonesia pada FIR Singapura menimbulkan masalah
strategis tersendiri, terutama terkait dengan aspek pertahanan dan navigasi penerbangan
sipil.

2. Kedaulatan Udara dan Dimensi Hukum Internasional
Buku ini menegaskan bahwa secara hukum, FIR bukanlah wilayah kedaulatan tetapi zona
pelayanan navigasi penerbangan. Namun demikian, dalam praktiknya, penguasaan FIR oleh
negara lain di atas wilayah kedaulatan nasional berpotensi menimbulkan dampak terhadap
kontrol negara atas langitnya sendiri.
Penulis juga membahas ketentuan dalam Konvensi Chicago 1944 dan bagaimana pemahaman
terhadap kedaulatan udara harus ditafsirkan dalam konteks hak negara untuk mengelola lalu
lintas udara di atas wilayah nasionalnya.

3. Implikasi Geopolitik dan Pertahanan Nasional
Dari sudut pandang geopolitik, kontrol FIR oleh negara lain dapat mengurangi efektivitas
Indonesia dalam mendeteksi ancaman, melakukan intersepsi, dan menjaga keutuhan wilayah
udara. Buku ini mengangkat kasus-kasus konkret seperti keterbatasan TNI AU dalam
mengintersepsi pesawat asing yang melintas wilayah FIR yang dikuasai Singapura.
Penulis juga menguraikan bagaimana isu FIR berpotensi digunakan sebagai alat negosiasi
dalam hubungan bilateral Indonesia-Singapura, termasuk dalam konteks diplomasi
pertahanan, kerja sama ekonomi, dan perjanjian ekstradisi.

4. Upaya Indonesia Merebut Kembali FIR
Bagian akhir buku membahas perkembangan terkini, termasuk upaya Indonesia dalam
melakukan diplomasi internasional dan meningkatkan kapasitas navigasi udara melalui
AirNav Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia dan Singapura akhirnya menandatangani
perjanjian yang mengatur pengalihan FIR kepada Indonesia dalam batas waktu tertentu.

42

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Analisis Kritis
Kekuatan Buku
• Analisis Komprehensif: Buku ini menawarkan pembahasan dari berbagai sudut pandang:
hukum, militer, diplomasi, dan teknologi. Pendekatan interdisipliner ini memperkaya
pemahaman pembaca.
• Relevansi Isu: Topik FIR sangat relevan dalam konteks geopolitik regional dan upaya
Indonesia memperkuat kedaulatannya di seluruh dimensi.
• Bahasa Populer Akademik: Meski bersifat akademis, buku ini menggunakan gaya bahasa
yang cukup populer dan dapat dipahami oleh pembuat kebijakan maupun masyarakat
umum.
Kelemahan Buku
• Minimnya Perspektif Singapura: Buku ini sangat berfokus pada perspektif nasionalis
Indonesia. Sementara itu, posisi Singapura sebagai pihak terkait kurang diberikan ruang
dalam analisis.
• Data dan Peta Visual: Buku ini akan lebih kuat jika dilengkapi dengan data statistik
navigasi udara, grafik jalur penerbangan, dan peta FIR yang lebih interaktif.
• Aspek Ekonomi Kurang Digali: Potensi pendapatan negara dari pengelolaan FIR sendiri
belum dibahas secara mendalam, padahal ini adalah salah satu poin penting dalam
kebijakan navigasi udara.

Diskusi dan Implikasi
Buku ini hadir pada momentum yang tepat saat Indonesia tengah berupaya mengokohkan
kedaulatan udaranya, terutama di tengah meningkatnya tensi geopolitik di Laut Natuna
Utara. Isu FIR bukan hanya soal kebanggaan nasional, tapi juga tentang kemampuan negara
dalam mengelola ruang udara demi keamanan, efisiensi ekonomi, dan posisi tawar
internasional.
Dengan FIR kembali ke Indonesia, maka tantangan selanjutnya adalah memastikan kesiapan
teknis, sumber daya manusia, dan sistem pengawasan udara yang mumpuni. Penulis juga
menyiratkan perlunya transformasi AirNav Indonesia sebagai aktor strategis.

Kesimpulan
Langit Indonesia Milik Siapa? merupakan buku yang penting dan strategis bagi siapa pun yang
tertarik pada isu kedaulatan udara, hubungan bilateral Indonesia-Singapura, serta
transformasi tata kelola ruang udara nasional. Buku ini tidak hanya membangkitkan
kesadaran publik, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi pembuat kebijakan dan praktisi
pertahanan.
Melalui pendekatan analitis dan narasi yang lugas, buku ini berhasil memosisikan isu FIR
sebagai simbol penting perjuangan Indonesia untuk sepenuhnya mengelola wilayah udaranya
sendiri.

43

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Daftar Pustaka
AirNav Indonesia. (2023). Peta Rencana Pengelolaan Navigasi Udara Nasional. Jakarta:
Laporan Tahunan.
International Civil Aviation Organization (ICAO). (1944). Convention on International Civil
Aviation (Chicago Convention).
Montratama, I., Widodo, H., & Prayogo, B. (2021). Langit Indonesia Milik Siapa? Makna
Strategis Wilayah Pengendalian Udara (FIR) Indonesia-Singapura. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Pemerintah Republik Indonesia. (2022). Perjanjian Pengalihan FIR antara Indonesia dan
Singapura. Kementerian Luar Negeri RI.
Suryohadiprojo, A. (2015). Kedaulatan Negara dan Hukum Internasional. Jakarta: Rajawali
Press.

44

Dadang Solihin Book Review Number 00 5/May 2025

Tentang Penulis

Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022. Di dunia
kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.