MAGISTER PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2025
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-
Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Pembelajaran IPA Terpadu yang berjudul “Model Keterpaduan
Fragmented dan Connected”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran
IPA Terpadu Semester II dengan dosen Pengampu Dr. Noor Fadiawati, M.Si, Prof. Dr.
Neni Hasnunidah, M.Si, Dr. Pramita Sylvia Dewi, M.Pd. Tidak lupa penulis sampaikan
terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembacanya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan kualitas pembuatan makalah pada
tugas lain pada waktu mendatang.
Bandar Lampung, 19 Februari 2025
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover
Daftar Isi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1
II PEMBAHASAN
2.1 Model Fragmented
2.1.1 Pengertian Model Fragmented................................................................. 2
2.1.2 Kelebihan Model Fragmented ................................................................ 3
2.1.3 Kekurangan Model Fragmented ............................................................. 3
2.1.4 Manfaat Model Fragmented .................................................................. 3
2.1.5 Contoh Model Fragmented ..................................................................... 4
2.2 Model Connected
2.2.1 Pengertian Model Connected ................................................................. 5
2.2.2 Kelebihan Model Connected .................................................................. 6
2.2.3 Kekurangan Model Fragmented ............................................................. 7
2.2.4 Manfaat Model Fragmented ................................................................... 8
2.2.5 Contoh Model Fragmented ..................................................................... 10
III PENUTUP
IV DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sains berperan penting dalam membentuk pemahaman siswa terhadap
fenomena alam dan teknologi. Pendekatan pembelajaran harus mampu
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah.
Kurikulum di Indonesia mengarah pada pembelajaran IPA terpadu untuk memberikan
pengalaman belajar menyeluruh.
Pembelajaran IPA terpadu dapat menggunakan model Fragmented dan
Connected. Model Fragmented memisahkan disiplin ilmu IPA (Fisika, Biologi,
Kimia) dalam kurikulum dan diajarkan terpisah, sehingga penguasaan konsep tiap
disiplin lebih mendalam tetapi kurang menunjukkan keterkaitan dalam kehidupan
nyata. Sebaliknya, model Connected menghubungkan konsep dari berbagai disiplin
ilmu dalam satu tema, meningkatkan keterampilan berpikir holistik dan transfer
pengetahuan.
Dalam Kurikulum Merdeka, pendekatan berpusat pada siswa semakin ditekankan.
Maka, penting untuk mengeksplorasi efektivitas model Fragmented dan Connected
dalam meningkatkan pemahaman konsep serta keterampilan berpikir analitis siswa.
Makalah ini bertujuan menganalisis dan membandingkan kedua model guna
memberikan rekomendasi bagi pendidik dalam memilih strategi pembelajaran yang
efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai Model Fragmented?
2. Bagaimana penjelasan mengenai Model Connected?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Model Fragmented
2. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Model Connected
2
II. PEMBAHASAN
2.1 Model Fragmented
2.1.1 Pengertian Model Fragmented
Model pembelajaran terpadu tipe Fragmented (terpisah) merupakan suatu
model belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengaitkan dengan
mata pelajaran lain(Fogarty & Pete, 2009). Seperti sebuah periskop, memandang
satu arah, fokus pada setiap mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa
menghubungkan makna/isi dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran
lainnya. Model Fragmented merupakan pengaturan kurikulum tradisional yang
menentukan disiplin ilmu yang terpisah dan berbeda. Artinya model ini
memisahkan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain baik waktu,
pelaksaan pembelajaran meskipun pelajaran tersebut masih dalam inter disiplin
ilmu. Biasanya, dalam bidang akademik utama seperti matematika, sains, seni
bahasa dan ilmu sosial. Pengelompokan lain menggunakan kategori disiplin ilmu
Humaniora, Ilmu Pengetahuan, Seni tari, dan seni rupa. Dalam standar kurikulum,
area subyek ini diajarkan dalam isolasi, dengan tidak berusaha untuk
menghubungkan atau mengintegrasikan mereka.
Menurut Resmini, (2011) Model Fragmented adalah “model
pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran”. Hal
ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara
satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru
yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran
memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya.
Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara
mengajar yang berbeda dari setiap guru.
3
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model fragmented ini
menunjukkan pengintegrasian secara implisit di dalam satu displin ilmu tertentu
(intra disiplin). Di dalam masing-masing disiplin ilmu itu memiliki bagian-bagian
atau bidang-bidang ilmu yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ilmu
tersebut. Misalnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri
atas ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi.
2.1.2 Kelebihan Model Fragmented
1. Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan.
2. Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan
mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap
pembelajaran.
3. Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu.
4. Menciptakan guru yang ahli dalam bidangnya serta dapat mengembangkan
ilmunya secara luas.
5. Menggali pengetahuan lebih dalam, focus dan terbimbing dari setiap mata
pelajaran
6. Mudah dinilai dengan ujian atau tes.
2.1.3Kelemahan Model Fragmented
1. Peserta didik dibiarkan menggunakan sumber daya mereka sendiri dalam hal
membuat hubungan dan mengintegrasikan konsep yang serupa.
2. Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep
(overlap concept).
3. Dalam disiplin ilmu berbasis model ini, siswa dapat dengan mudah terjebak dalam
tugas atau pekerjaan yang berat. Meskipun setiap guru memberikan jumlah yang
wajar, efek kumulatif dapat datang luar biasa bagi para siswa. Tidak adanya
pengintegrasian antar disiplin ilmu akan menyebabkan pelimpahan dan
penimbunan materi pada siswa.
2.1.4 Manfaat Model Fragmented
Model fragmented ini akan berguna apabila diterapkan pada sekolah dasar yang
siswanya memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai
macam bidang ilmu yang ada yang nantinya siswa akan didorong untuk memilih
4
jurusan yang paling mereka sukai. Dan model ini sangat bermanfaat pada tingkat
menengah atas dan universitas di mana masing-masing siswa akan kita dorong
untuk menentukan dan mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki
melalui serangkaian aktivitas seperti monitoring, pelatihan, serta kerja sama
belajar. Selain itu model ini juga sangat bermanfaat untuk guru yang ingin lebih
spesifik dalam keahliannya di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan
kurikulum yang ada dalam proses pembelajaran di kelas. Manfaat model
fragmented ini diantaranya:
1. Menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya, tidak
tercampuri oleh mata pelajaran yang lainnya.
2. Menyiapkan seorang guru yang betul-betul ahli dalam di bidang mata pelajaran
yang ia ajarkan dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi
secara luas dan mendalam.
3. Memberikan kenyamanan bagi seluruh peserta didik. Artinya guru akan
ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, sebagai siswa sebagai pencari
ilmu yang berbeda.
4. Dengan bantuan guru siswa akan banyak mendapatkan manfaat dari model
Fragmented ini.
2.1.5 Contoh Model Fragmented
5
2.2 Model Connected
2.2.1 Pengertian Model Connected
Fogarty (2009) mendefinisikan terdapat sepuluh model keterpaduan
secara umum. Dari sepuluh model tersebut, ada tiga model yang sesuai dengan
pembelajaran IPA yaitu connected, webbed dan integrated. Menurut Fogarty
(2009) model tipe Connected ini memfokuskan pada pembuatan hubungan yang
jelas dengan tiap pelajaran, menghubungkan satu topik ke topik berikutnya,
menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya, menghubungkan satu
keterampilan dengan keterampilan yang lainnya, menghubungkan pekerjaan satu
ke hari berikutnya, atau bahkan ide satu semester dengan semester berikutnya.
Kunci model ini adalah usaha untuk menghubungkan kurikulum dengan disiplin
ilmu dengan asumsi bahwa peserta didik akan mengerti keterkaitan tersebut.
Model pembelajaran connected menjelaskan bahwa gagasan yang
mengatakan dalam setiap mata pelajaran berisi konten pelajaran yang saling
berkaitan satu sama lain, seperti konten pelajaran meliputi: Satu konsep dengan
satu konsep lainnya. Satu topik dengan satu topik lainnya. Satu keterampilan
dengan satu keterampilan lainnya. Tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari
dengan tugas tugas yang dilakukan dihari berikutnya, dan ide-ide yang dipelajari
dalam satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya
di dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran terpadu model connected merupakan
model yang menghubungkan antara satu bidang studi, artinya secara nyata
menghubungkan atau mengkaitkan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan
yang ditumbuh kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan
yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok
bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi. Contohnya
6
keterkaitan sub pokok bahasan sistem peredaran darah manusia dengan sub pokok
tekanan. Sub pokok sistem peredaran darah manusia dengan sub pokok bahasan
fluida. Sub pokok peredaran darah dengan sub pokok gelombang.
Secara umum proses pembelajaran yang dianggap sebagai suatu sistem
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu raw input, instrumental input, dan
environmental input (Rahmat, 2017). Faktor raw input dalam proses
pembelajaran terdiri dari guru & peserta didik. Kegiatan pembelajaran
dipengaruhi oleh pemahaman & pengetahuan guru terhadap pembelajaran terpadu
model pembelajaran connected maupun pengalaman mengajar guru. Selanjutnya
kemampuan, sikap, minat dan motivasi merupakan faktor peserta didik yang akan
berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Faktor instrumental input dalam proses
pembelajaran, acuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran terpadu
(connected) berdasarkan: undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri (kurikulum, SKL, & SKKD). Faktor enviromental input dalam proses
pembelajaran, lingkungan pembelajaran berpengaruh pada kegiatan belajar,
seperti: ketersediaan sarana prasarana dan dukungan dari masyarakat baik moral
maupun material.
2.2.2 Kelebihan Model Connected
Kelebihan dari model pembelajaran Tipe Connected (Fogarty, 2009) yaitu
dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan
gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu
aspek. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga
terjadi internalisasi. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran
memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan
mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudah-kan transfer atau
pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah. Guru akan dapat
melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang
digabungkan. Kegiatan siswa lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang
tertera pada indikator.
7
Menurut (Helfira et al., 2019) Model connected adalah model
integrasi antara satu bidang studi. Model ini secara langsung
menghubungkan atau mengintegrasikan satu kemampuan, konsep, atau
keterampilan yang dikembangkan dalam suatu materi yang dikaitkan dengan
konsep, keterampilan, atau kemampuan pada materi atau sub materi lain,
dalam satu bidang studi. Menurut Haidir et al., (2012) model pembelajaran
terpadu tipe connected ini diyakini dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik karena dengan model pembelajaran ini peserta didik dapat
menghubungkan materi sekarang dengan materi sebelumnya. Hal ini akan
memotivasi peserta didik agar selalu mengingat pelajaran yang telah
dipelajari sebelumnya dan akan menguatkan pemahaman peserta didik dalam
menghubungkan konsep-konsep yang mereka pelajari dengan konsep yang
lain yang mereka pahami.
2.2.3 Kelemahan Model Connected
Kelemahan dari model pembelajaran Tipe Connected (Fogarty,2009)
yaitu berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak
tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata
pelajaran (interdisiplin). Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-
sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-
konsep dan ide-ide antara mata pelajaran. Usaha-usaha yang terkonsentrasi
untuk mengintregrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat
mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih
global dengan mata pelajaran lain. Bagi guru bidang studi mungkin kurang
terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya
mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada
keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
Kelemahan pembelajaran terpadu tipe connected adalah berbagai bidang
studi masih tetap terpisah dan tampak tidak ada hubungan.
2.2.4 Langkah-Langkah Model Connected
8
Pada dasarnya langkah-langkah (sintaks) pembelajaran Connected
melalui tahap-tahap yang dilalui setiap model pembelajaran, menurut
Prabowo (2000) meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanan, dan tahap evaluasi. Berkaitan dengan itu makna sintaks model
pembelajaran terpadu dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran
seperti model pembelajaran langsung (Direct Intructions), model
pembelajaran kooperatif, maupun pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem Based Intructions). Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran
terpadu tipe Connected (terhubung) menurut Prabowo (2000) sebagai
berikut:
1. Tahap Perencanaan :
a. Menentukan tujuan pembelajaran umum.
b. Menentukan tujuan pembelajaran khusus. Langkah-langkah yang ditempuh
oleh guru:
1) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa (materi
prasyarat).
2) Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
3) Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
4) Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
5) Menyampaikan pertanyaan kunci
2.Tahap Pelaksanaan:
a. Pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok
b. Kegiatan proses
c. Kegiatan pencatatan data
d. Diskusi secara klasikal
3. Tahap Evaluasi:
a. Evaluasi proses, berupa :
1) Ketepatan hasil pengamatan
2) Ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
3) Ketepatan siswa saat menganalisis data
9
b. Evaluasi produk : Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi psikomotor : kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan
alat ukur. (Prabowo, 2000).
Secara umum prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu sebagai berikut (Trianto, 2007):
1) Tahap Penggalian Tema
Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran
terpadu. Artinya, tema-tema yang saling berhubungan menjadi target utama
dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut
hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan.
1) Tema hendaklah tidak terlalu luas, namun dapat digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran.
2) Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi siswa.
4) Tema dikembangkan harus mencakup sebagian besar minat anak.
5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa- peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang
berlaku serta harapan masyarakat.
7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.
2) Tahap Pengelolaan Pembelajaran
Pembelajaran mampu berjalan dengan baik apabila pendidik mampu
menguasai kelas. Artinya pendidik harus mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Karena dalam
pengelolaan pembelajaran guru dapat berlaku sebagai berikut.
1) Guru tidak boleh menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan
dalam proses pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
10
2) Pemberian tanggung jawab kepada individu atau kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adangan kerja sama jika dalam tugas
kelompok.
3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam perencanaan.
3) Tahap Evaluasi
Evalusi pada dasarnya menjadi hal yang penting dalam setiap kegiatan.
Bagai-mana suatu kegiatan dapat diketahui hasilnya dengan menggunakan
evaluasi. Dalam pembelajaran terpadu diperlukan beberapa langkah-langkah
dalam prinsip evaluasi, antara lain:
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri
disamping bentuk evaluasi lainnya.
2) Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan dalam tujuan yang akan
dicapai.
2.2.5 Contoh Model Connected
11
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran IPA terpadu dapat diterapkan melalui model Fragmented dan
Connected. Model Fragmented memisahkan setiap disiplin ilmu dalam IPA sehingga
memungkinkan pemahaman mendalam dalam masing-masing bidang, tetapi kurang
menunjukkan keterkaitan antar konsep. Sementara itu, model Connected
menghubungkan konsep-konsep IPA dalam suatu keterpaduan, memungkinkan siswa
memahami hubungan antar materi dan meningkatkan keterampilan berpikir analitis.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, model Connected lebih sesuai karena
mendorong keterampilan berpikir holistik dan meningkatkan pemahaman konseptual
siswa.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar
penulisan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, R., & Pete, B. M. (2009). How to integrate the curricula (3rd ed). Corwin.
Haidir, I., Azis, A., & Samad, A. (n.d.). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
TERPADU TIPE CONNECTED DALAM RANGKA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 29 SATAP MALAKA KAB.
MAROS.
Helfira, R., Ratnawulan, & Gusnedi. (2019). Analysis of integrated science teacher’s
book with blood fluids theme using connected to type integrated 21st century
learning. Journal of Physics: Conference Series, 1185, 012097.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1185/1/012097
Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Terpadu Dalam Menghadapi
Perkembangan IPTEK Milenium III: Makalah disampaikan pada seminar dan
lokakarya Jurusan Fisika FMIPA Unesa bekerja sama dengan Himpunan Fisika
Indonesia menghadapi perkembangan IPTEK pada tanggal 10 Pebruari 2000.
Resmini, O. N. (n.d.). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU .
Trianto, M. P. (2024). Model pembelajaran terpadu: Konsep, strategi, dan
implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi
Aksara.