Diskusi Kasus Epilepsi Departemen Neurologi

intanadevia 1 views 9 slides Oct 05, 2025
Slide 1
Slide 1 of 9
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9

About This Presentation

Diskusi Kasus Epilepsi Departemen Neurologi


Slide Content

Diskusi Kasus Program Studi Magister Farmasi Klinik Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Diskusi Kasus Perempuan usia 55 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan : tiba-tiba mengalami kelemahan anggota gerak kanan bicara pelo dan bibir mencong yang terjadi 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sadar tidak ada nyeri kepala tidak ada muntah. Tidak demam, telinga berdenging, gangguan menghidu , gangguan berbahasa, gangguan pendengaran dan riwayat tersedak. P asien mempunyai Riwayat : hipertensi dan diabetes melitus, tetapi tidak kontrol secara rutin ke dokter. Tidak ada Riwayat : stroke , hiperkolesterolemia maupun penyakit jantung .

Kurang lebih 30 menit s etelah berada di I GD , pasien mengalarni kejang kelojotan pada lengan dan tangan kanan selama kurang lebih 3 menit , dan pasien langsung diberikan diazepam 5 mg bolus lambat intravena dan kejang langsung berhenti. Kemudian 1 jam setelah kejang berhenti, pasien mengalami kejang berulang dengan kelojotan pada seluruh tubuh selama 2 menit , selanjutnya pasien diberikan diazepam 5 mg bolus lambat intravena kedua, dan loading fenitoin 300 mg intravena.

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah170/110 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 36,7 Celcius, saturasi oksigen 99% dengan terpasang nasal kanul 3 liter/menit. Pemeriksaan fisik umum dalam batas normal, kesadaran saat awal datang ke IGD adalah compos mentis (sadar penuh). Tanda rangsang meningeal tidak ditemukan. Pemeriksaan nervus kranialis didapatkan paresis nervus VII dan XII kanan . Kekuatan motorik derajat 3 pada ekstremitas atas dan bawah kanan dan derajat 5 pada ekstremitas atas dan bawah kiri, dengan tonus baik. Refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ditemukan, dan pemeriksaan sensibilitas dalam batas normal. Pemeriksaan skrining demensia dengan MoCa-Ina didapatkan skor 19, dan disimpulkan terjadi demensia vakuler

Pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin 13,4 g/dL, hematocrit 41,6%, angka leukosit 11.000 ( sedikit >>) , angka trombosit 454.000 ( sedikit >> ) , kadar Ureum 16 mg/dL, Kreatinin 1,0 mg/dL, Natrium 140 mmol/L, Kalium 3,7 mmol/L, Gula Darah Sewaktu 344 mg/dL ( >>>) , asam urat 8,8 mg/dL ( sedikit >>) , Kolesterol total 290 mg/dL ( >>) , LDL 194 mg/dL, HDL 38 mg/dL, Trigliserid 346 mg/dL ( >>) . Rapid test terhadap Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) non reaktif. Pemeriksaan jantung dengan Elektrokardiografi menunjukkan Left Ventricle Hypertrophy. Rontgen thorax posterior anterior menunjukkan pada jantung terjadi pembesaran ventrikel kiri dan pulmo dalam batas normal. CT Scan kepala non kontras didapatkan cerebral infarction di kapsula interna kiri dan di basal ganglia kiri.

Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 16 tetes per menit, citicoline intravena 1000 mg tiap 12 jam, loading aspilet 240 mg dilanjutkan dosis 80 mg peroral per hari dan untuk hipertensinya diberikan Valsartan 160 mg tiap 24 jam dan Amlodipin 5 mg tiap 24 jam yang diminum bersama-sama, untuk dislipidemianya diberikan Atorvastatin 40 mg/24 jam . Untuk demensianya diberikan terapi Donepezil 5 mg yang diberikan tiap 12 jam dan Asam Folat 400 mcgram/12 jam. Pada hari ke -2 , diazepam 5 mg intravena bolus lambat jika kejang dan fenitoin intravena 100 mg tiap 8 jam. Pasien dilakukan rawat bersama dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk DM nya , dan di konfirmasi DM tipe 2 dengan gula darah terkontrol dengan Novorapid (Insulin Aspart) 6 unit /8 jam subkutan .

Pada hari ke -2 perawatan di bangsal, pasien mengalarni kejang fokal di lengan dan tungkai kanan dalam kondisi sadar h ingga tiga kali sehingga diberikan diazepam 5 mg bolus pelan intravena setiap terjadi kejang , dan t erapi ditambahkan clobazam 5 mg peroral tiap 12 jam . Pada hari ke-3 dan ke-4 perawatan di bangsal kejang berhenti. Pada hari ke-4 perawatan, fenitoin intravena diganti fenitoin per oral dengan dosis 100 mg tiap 8 jam dan dengan kombinasi Zodium Valproat 500 mg/12 jam . Observasi hari ke-5 dan ke-6 perawatan, pasien tidak lagi mengalami kejang.

Pada hari ke-7 pasien sudah diperbolehkan rawat jalan dengan kondisi bebas kejang , tekanan darah dan gula darah terkendali dan semua obat oral ditambah mecobalamin 1000 mcgr/12 jam dan citicoline diganti per oral dosis 500 mg/12 jam yang diberikan selama 7 hari dan kontrol dijadwalkan pada hari ke-7 di Poli Saraf. Pasien juga dilakukan edukasi mengenai keterkaitan manifestasi stroke akut dengan kejadian kejang, serta terjadinya kejadian kejang berulang. Pasien juga akan direncanakan pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) saat kontrol rawat jalan.

Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok Setiap kelompok harus mendiskusikan kasus tersebut untuk mengevaluasi obat-obat yang diberikan pada pasien, serta edukasi apa yang harus diberikan terkait dengan banyaknya obat yang diberikan pada pasien. Materi diskusi disesuaikan dengan bidang ilmu farmasi klinik yang dipelajari. Hasil diskusi tiap kelompok akan dipresentasikan pada waktu yang sudah ditentukan Ketentuan dan tugas untuk mahasiswa:
Tags