Lokakarya Diseminasi Hasil Penelitian Pencegahan Perkawinan Anak Bone, 19 September 2019 Tulodo indonesia
Tim Enumerator & UNICEF
Survei di sekolah
Wawancara dengan stakeholders
FGD
FGD
FGD
FGD
Survei Rumah Tangga Total sampel = 500 orang (8 kecamatan , intervensi vs kecamatan kontrol ) Jenis Kelamin : 83% perempuan , 17% laki-laki Status: 72% ibu / pengasuh utama Asal tempat tinggal : 76% lahir dan besar di sana Tingkat pendidikan responden : 38% menyelesaikan sekolah dasar , 21% menyelesaikan sekolah menengah pertama ( responden ) Tingkat pendidikan rumah tangga : 41% menyelesaikan sekolah dasar , 18% menyelesaikan sekolah menengah pertama ( kepala rumah tangga ) Pendapatan rumah tangga : 46% penjualan tanaman , 24% pekerja biasa dari sektor non- pertanian Kepemilikan rumah tangga : sepeda motor 90%, radio 95%, telepon standar 82%, smartphone 42% Suku dan Agama: 97% Bugis , 99,6% Islam Status sosial : 83% orang biasa , 14% Andi. Partisipasi dalam Umroh dan Haji: 16% pernah berpartisipasi dalam Umroh dan Haji.
Bagaimana untuk melakukan intervensi / kampanye ke orang tua ya ?
Orang tua masih suka menonton TV
Ternyata yang ikut kegiatan keagamaan hanya sedikit, kira-kira apakah bisa intervensi lewat jalur ini untuk mencegah perkawinan anak ?
Peraturan/UU tentang Perkawinan 9 dari 10 orang tua tidak tahu Peraturan/ Undang-Undang tentang Perkawinan misalnya batas usia . Hanya SATU orang yang tahu dari 10 orang!!
Ada yang menikah anak ? Di sini kami tanyakan tentang pengetahuan mereka kalau ada anak yang menikah di sekitar mereka . Ada anak perempuan menikah di sekitar tempat tinggal mereka ? 7 dari 10 bilang iya ada . Kira- kira berapa yang menikah dari 10 orang anak perempuan di tempatmu ? 2 anak menikah . Kalau laki-laki ? 5 dari 10 anak bilang ada anak laki-laki yang menikah . Dari 10 anak laki-laki kira-kira ada berapa yang menikah ? 2 anak menikah . Trend Perkawinan anak turun 5 dari 10 bilang kalau tren Perkawinan anak di sekitar mereka turun . Sekitar 1 dari 10 orang tua yang bilang kalau trend Perkawinan naik.
Diskusi dengan keluarga terkait Perkawinan 6 dari 10 pernah membicarakan Perkawinan di keluarga . Dengan siapa ? Suami / istri (77%) Nenek (49%) Kakek (46%) Paman dan tante (42%) Anak perempuan (34%) Anak laki-laki (34%) Anak jarang atau belum dilibatkan untuk membicarakan Perkawinan .
Siapa di keluarga yang mendukung Perkawinan anak ? Siapa yang biasanya mendukung menikahkan anak perempuan yang di bawah 18 tahun ? Nenek atau kakek dari keluarga ayah (76%). Nenek atau kakek dari keluarga ibu (30%). Kalau anak laki-laki : nenek atau kakek dari keluarga ibu (29%).
Siapa di keluarga yang tidak setuju dengan Perkawinan anak ? Siapa yang biasanya tidak setuju menikahkan anak perempuan yang usianya masih di bawah 18 tahun ? Responden sendiri (70%) Pasangan mereka (52%) Anak perempuan (30%) Kalau yang tidak setuju menikahkan anak laki-laki ? Keluarga besar (74%) Suami / istri (60%) Responden sendiri (49%)
Diskusi Perkawinan dengan orang lain? Pernah diskusi dengan orang lain tentang pernah ? 8 dari 10 pernah . Siapa saja yang dimintai nasihat ? Tetangga (24%) Tokoh masyarakat (19%) Tokoh agama (19%) Seberapa pengaruh terhadap ambil keputusan ? Sedikit (41%), banyak (35%).
Program pencegahan Perkawinan anak ? Ada program Perkawinan anak dalam 3 bulan terakhir ? Hanya 3 dari 10 yang bilang iya pernah baca atau dengar . Dari mana sumbernya ? TV (57%) Tokoh masyarakat (28%) Tokoh agama (22%) Ingin ikut kegiatan pencegahan Perkawinan anak ? Sebanyak 7 dari 10 orang ingin ikut kalau ada program atau kegiatan seputar Perkawinan anak .
Usia Ideal Menikah ? Perempuan: 19-20 tahun Laki-laki : 23-25 tahun Wah, ternyata umur ideal menurut orang tua sudah di atas 18 tahun lho ! Tuo mannennungeng
Persepsi Perkawinan anak Persepsi terhadap Perkawinan anak bervariasi , masih ada juga sebagian kecil yang mendukung Perkawinan anak . Seorang anak perempuan siap menikah setelah dia mulai menstruasi (1 dari 4 orang setuju ). Ada keuntungan Perkawinan anak perempuan di bawah 18 tahun (2 dari 10 orang setuju ). Perubahan fisik dalam penampilan adalah tanda bahwa seorang anak perempuan siap menikah (1 dari 4 orang). Anak perempuan di bawah 18 tahun lebih subur dari mereka yang di atas 18 tahun (1 dari 3 orang setuju ). Anak perempuan di atas 18 tahun yang belum menikah merupakan beban bagi keluarga mereka (1 dari 4 setuju ). Ternyata masih ada yang mendukung Perkawinan anak di bawah 18 tahun , bagaimana ini ya ?
Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Perkawinan
Faktor Kesiapan Perkawinan 1. Kemapanan Ekonomi Meliputi kestabilan keuangan , adanya pekerjaan Keinginan untuk tidak membebani orang tua Memiliki pekerjaan belum tentu ekonomi bagus Kemapanan ekonomi juga dihubungkan dengan budaya Bugis , dimana terdapat kemampuan untuk mengelilingi dapur sebanyak tujuh kali. “ Jadi balik lagi ke tadi , laki-laki dan perempuan bisa menikah kalau sudah punya pekerjaan ,” (R1) “ Kalau laki-laki sebaiknya kapan pas punya pekerjaan yang lebih baik .” (R2) “.. kalau sudah ada pekerjaan , matang baru menikah …” (R14) “.. Kalau di sini yang penting ada uang , ada kerja , dikasih menikah . Kalau umur tidak masalah …” (R16) “... bisa mengayomi istri , menghidupi , ada kerjaan , itu yang tersirat di dalam kultur Bugis . “ (R34) “ Terutama filosofi seorang Bugiskan kan kemapanan , ada filosofi Bugis yang mengatakan bisa menikah kalau bisa mengelilingi dapur tujuh kali, kalo tujuh kali hanya sekedar mengelilingikan gampang , tidak ada maksudnya .” (R36)
Faktor Kesiapan Perkawinan 2. Kecukupan Umur Umur siap menikah adalah di atas usia 17 tahun atau mereka yang sudah lulus SMA. Usia laki-laki sebaiknya lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan Semakin tinggi umur , semakin mapan tingkat ekonomi , sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan . Kecukupan umur untuk anak perempuan dapat diabaikan dengan syarat calon suami-nya benar-benar dianggap berkualitas tinggi ( pendidikan tinggi , mapan secara ekonomi , dan jauh lebih dewasa secara usia ) “ Kalau pengalaman saya , sebaiknya laki-laki-nya yang lebih tua .” (R25). “ Usia 22 tahun itu paling cepat .” (R26). “ Harus yang mapannya itu 24 tahun lah , karena kalau masih proses sekolah , belum punya kerja , kasihan kan. Kalau perempuan , saya itu 21, saya anggap dia matang , 21.” (R27).
Faktor Kesiapan Perkawinan 3. Kesiapan Mental Mampu bersikap dewasa , bersikap dalam rumah tangga . Bagaimana mereka menjalani kehidupan tangga , memadukan kedua belah pihak termasuk keluarga besar Kesiapan mental secara umum dianggap penting bagi laki-laki dan perempuan , namun kematangan perempuan untuk menjadi Ibu lebih sering disebutkan Kesiapan mental untuk laki-laki dianggap lebih berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarganya . “.. berpikiran dewasa , itu saja ... bisa menjaga rumah , bisa menjaga suami , siap menerima resiko .” (R5) “.. karena pikiran sudah dewasa , begitulah . Tapi kalau jodoh belum ada mau di apa . Walaupun umur 20an kalau belum ada jodoh , meski sudah ingin menikah tapi kita perempuan …” (R7) “ Jadi kesiapannya itu dari segi mental .” (R31)
Faktor Kesiapan Perkawinan 4. Pendidikan Syarat yang diperlukan untuk dapat menikah Dihubungkan dengan kemampuan untuk mencari pekerjaan Menyelesaikan sekolah adalah satu faktor yang sering disebut jika ingin menikah termasuk semakin tinggi pendidikan adalah salah satu faktor untuk kemapanan Pendidikan, oleh responden , dianggap menjadi penghalang ( barrier) bagi Perkawinan anak dan syarat untuk mendapatkan pekerjaan Perempuan juga diharapkan untuk mengenyam pendidikan tinggi “.. kalau kuliah . Diselesaikan dulu kuliahnya kemudian dinikahkan ..” (R11). “ Kalau sudah sarjana kan sudah mapan ….. Kalau saya , minimal sarjana dua-duanya . Biar seumur , tapi sebaiknya dua-duanya harus sarjana .” (R25); “ Kalau kita mau berpikir secara dewasa , sarjana itu sudah matang , iya memang tapi untuk memilih pasangan .” (R21).
Faktor Kesiapan Perkawinan 5. Cinta Cinta antara laki-laki dan perempuan Saling kenal satu sama lain “.. Saling sama suka , sama cinta . Mau orang tua , keinginan kita sendiri …” (R19). “.. Sebaiknya perkenalan dulu 3 minggulah ..” (R8); “... saya tidak mau , karena tidak kenal .” (R11). “Saya sampaikan Perkawinan itu sebenarnya harus ada dua pihak yang mau bersatu ... Makanya saya sampaikan kenal dulu , baru jalan , karena kalau sudah begini , siapa yang rugi , orang tuanya menerima , anaknya tidak bisa ..” (R21); “ Iya , cintanya jangan melebihi . Jangan terlalu . Sederhana saja . Itu menurut pemahaman kami... Misalnya kalau sudah saling kenal . Karena kalau ndak kenal , siapa , dimana , apa pekerjaannya . Kalau sudah kenal kan sudah tahu jiwanya orang..” (R23).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak?
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 1. Tekanan Keluarga Keinginan untuk segera menimang cucu dan melihat anaknya segera punya masa depan yang baik Keinginan orang tua termasuk keluarga besar ( misalnya nenek ) Anak yang dianggap tidak bisa mengutarakan keinginan , masih bisa dibujuk Menghindari perselisihan dengan orang tuanya Pandangan dari orang tua terhadap anak bahwa anak tidak mampu untuk bersekolah : Faktor ketakutan jika tidak ada yang melamar Keluarga punya hak penuh atas anaknya sehingga mereka bisa menggunakan kewenangannya sebagai orang tua untuk mengatur anaknya “.. Kenapa itu dinikahkan di usia muda , karena kehendak orang tua ... padahal sudah mau naik kelas 3, tapi kemauan orang tua mau di apa ...” (R5); “.. Itu orangtuanya sudah ingin sekali menikahkan anaknya .” (R7). “... karena ingin cepat punya cucu ... karena ingin melihat anaknya lebih baik .” (R10); “... kebanyakan sudah tua , mau melihat anaknya menikah , kadang seperti itu , kedua ada pandangan orangtua kita yang sudah ada jodohnya ...faktor yang ketiga itu tadi orangtuanya sudah tua ingin melihat anaknya menikah .” (R35).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 2. Kehamilan di luar nikah Sudah tidak dapat ditawar lagi karena dianggap sebagai aib atau membuat sirri ( malu ) keluarga Perkawinan meskipun masih usia anak dilakukan untuk menutupi aib keluarga . Menikahkan anak yang sudah terlanjur hamil dianggap sebagai adat Bugis yang semakin melunak . “..Kayak ada hamil duluan belum menikah …” (R14). “..Ada juga banyak yang hamil di luar nikah…” (R15). “... kalau sudah ada MBA baru itu ( dipaksa nikah), tapi kalau di luar MBA, biasanya nggak . Itu dari keluarga besar saja .” (R22). “Oh iya , harus dinikahkan . Daripada kita tidak tahu siapa ayahnya . Tetapi ini saya lihat , kalau tidak ada ikatan .” (R23). “Nah kalau hamil 'mi? malu orang tua , pasti dinikahkan . Karena kita orang Bugis , itu malu kalau hamil tidak menikah .” (R30).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 3. Ekonomi Dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan ketidakmampuan keluarga untuk membiayai anak Yang melamar mempunyai keadaan ekonomi yang lebih baik Anak yatim piatu cenderung lebih rentan terhadap Perkawinan anak , Perkawinan sebagai peneguh ikatan keluarga yang secara tidak langsung akan menambah kemungkinan sebuah keluarga untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik Laki-laki dianggap dapat menopang keluarga istri karena asumsinya laki-laki yang bekerja ; sementara dari yang diucapkan oleh para partisipan , tidak ada yang beranggapan bahwa perempuan dapat bahwa perempuan juga dapat bekerja dan produktif secara ekonomi “... karena orang tuanya tidak mampu lagi biayai sekolah …. Perekonomiannya juga karena bapaknya sudah meninggal , susah juga orang tuanya cari uang jadi dia nikahkan anaknya .” (R7). Menikahkan anak sebagai salah bentuk pelepasan beban ekonomi orang tua : “..kata orang, baiknya adalah jika menikah cepat lepaslah beban orangtua ..” (R18). : “ Itu juga, tingkat ekonomi juga ada ….yang apalagi kalau perempuan yang dilamar , sementara yang melamar itu ekonomi setingkat jauh lebih tinggi .” (R27);
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 4. Media Internet (termasuk pengoperasian melalui HP, dianggap memiliki konten pornografi ; sementara televisi dianggap memiliki pengaruh terhadap budaya pacaran dan mengenakan pakaian seksi . Sementara telepon genggam memberikan kebebasan tanpa batas pada anak-anak untuk melakukan chatting dan panggilan video dengan perempuan dan laki-laki . Tontonan yang diidentifikasi dapat mendukung keinginan untuk menikah dini . Media dapat menjadi saluran untuk perkenalan dan pertemuan anak laki-laki dan perempuan . Media juga diasosiasikan sebagai alat yang dapat mengarah ke hal-hal negatif termasuk film porno. “..Internet mempengaruhi botting malolo ? Kebanyakan , sebagian . Terpengaruh dari begitu . Apa yang biasanya dilihat ? Mungkin lihat kebahagiaan orang lalu cepat mau menyusul . Rata-rata foto botting lalu ingin juga. Kalau TV tidak ada begitu-begituan mi.” (R13). “.. kan sering chat dengan dia di messenger. kan saya chatting sama dia . Mama saya katakan sudah ada orang yang sudah lamarkan kamu …” (R14). “ Kalau internet atau hp? Ya itu dia ; sekarang mereka senang menonton film-film porno. Kalau di Islam, itu tidak boleh .” (R25).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 5. Pacaran Pacaran biasanya menyebabkan orang akan diminta untuk menikah meskipun usianya belum mencukupi . Ketakutan terjadinya hubungan seks Ada hubungan antara pacaran dengan menjadi bahan pembicaraan orang Anak yang berpacaran juga sering menjadi gunjingan masyarakat dan dapat mempermalukan keluarga karena dianggap tidak bisa mendidik anak . Tekanan dari masyarakat dalam bentuk pergunjingan dapat memicu Perkawinan anak . “.. bilang pacaran aja kerjanya , kayak orang di sini mengatakan bahwa pacaran saja kerjanya . .” (R6) “.. kalau sepupu saya dia pacaran terus dinikahkan . Itu kelas 3 SMP..” (R7); “ Jika seorang anak pacaran , orang tua biasanya khawatir ada resiko yang terjadi di kemudian hari . Maka lebih baik menikah muda .” (FGD#3, R1);
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 6. Pendidikan Faktor pendidikan termasuk tidak bersekolah dan keinginan yang rendah untuk melanjutkan pendidikan Pendidikan juga termasuk tingkat pendidikan orang tua Pendidikan atau sekolah malah juga dianggap sebagai tempat bertemu laki-laki dan perempuan “..Karena tidak sekolah mi, lalu ada yang melamar mi … Iya , ada yang seperti itu , putus sekolah dikasih menikah .” (R15); “Banyak juga terjadi Perkawinan usia dini itu karena pendidikan , ndak berkelanjutan , misalnya dia lulus SD, ga lanjut sampai SMP, biasanya di situlah , kadang daripada tinggal di rumah , tidak sekolah , ada yang melamar , sekalian seperti itu , dinikahkan .” (FGD#4, R1). Iya Ndi , banyak sekali menurut saya ada , faktor pendidikan orang tua yang masih kurang ...” (R28). “Pendidikan itu bisa melindungi tetapi juga pemicu . Anak di kampung tidak punya kawan ; tapi kalau sekolah , dia bisa jatuh cinta dengan laki-laki yang lain.” (R30).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 7. Pelepasan Tanggung Jawab Orang tua ingin menikahkan anak mereka meskipun belum cukup umur karena ingin segera melepaskan tanggung jawabnya Pelepasan tanggung jawab ini juga erat kaitannya dengan faktor ekonomi yang rendah , di mana mereka menikahkan anak perempuanya sehingga ada yang menanggung anak mereka dari sisi finansial “... orangtua cepat lepas tanggung jawab , anak tidak lagi di urus oleh orang tua karena telah memiliki keluarga .” (FGD#3, R1); “ Mungkin daripada tinggal di rumah , mending dinikahkan untuk mengurangi beban orang tua .” (FGD#4, R1); “Karena orang tua . Orang tua mau melepas tanggung jawab ; diserahkan ke suaminya .” (R24); “ Jadi kewajiban orang tua untuk menafkahi anaknya sudah dialihkan ke suaminya , sekalipun mereka masih tinggal dengan orang tua .” (R26).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 8. Perbedaan perilaku dan gaya hidup di desa dan kota Pandangan terhadap peluang pendidikan yang lebih rendah di desa . Pesimis hidup di desa . “... kalau di desa banyak yang tidak sekolah jadi dikasih menikah muda . Kalau di kota banyak yang sekolah sampai kuliah .” (R15). “ Apalagi kalau di desa , atau di pegunungan - situasinya berbeda daripada di kota . Di sana dingin , akhirnya hubungan suami-istri lebih sering terjadi .” (R26). “ Cuma kalau yang di kota sekarang itu kan anak-anak pemikirannya lebih maju , sudah bisa bilang nggak , kalau di desa masih pengaruh orang tua , keluarga , masih bisa dibujuk , masih bisa ditekan .” (R27). “ Kalau di desa , paling hanya jadi buruh tani . Baru juga pergaulan di kota , pacaran sudah biasa . Kalau di desa , ya lebih tabu - ada budaya sirri tadi .” (R30).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 9. Posisi perempuan yang dianggap ‘ pasif ’ Posisi perempuan sebagai pihak yang pasif , sebagai pihak yang menunggu untuk dilamar . “ Kalau perempuan kan tinggal menunggu jodohnya .” (R13); “ Perempuan sifatnya menunggu , obyek penderita begitu ….. ini budaya , jadi di sini tidak ada perempuan yang melamar .” (R22); “ Sebenarnya begini , di persepsi kita itu orang Bugis itu selalu kembali ke tugasnya perempuan , kodratnya perempuan itu rumah , mengurus anak , mengurus suami , itu sih sebenarnya .” (R27).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 10. Kemauan sendiri Ternyata ada anak yang memang mau menikah di usia dini . Termasuk karena sudah kenal dengan calon suaminya “.. Iya , ( karena sudah kenal juga), saya suka sama suami sebelumnya …” (R16). “.... keinginan anak sendiri,misalnya karena dia ingin bantu untuk kerja .” (FGD#4). “... lingkungan ada pasangan ideal muda-mudi , bahkan ada yang cepat menikah , sukses mereka , kemudian muncullah dorongan mau cepat menikah daripada sekolah …” (FGD#5, R1).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Anak ? 11. Menstruasi sebagai tanda kedewasaan ( baligh ) Bentuk ibadah dan untuk menghindari perzinahan . “.. sebagai ibadah ..” (FGD#4); “ Perkawinan menjadi wajib , kalau anak itu sudah terjerumus ke dalam perzinahan ; artinya pelanggaran etika dan agama.” (R26); “ Sebenarnya di agama itu kan anak-anak dianggap bisa menikah kalau dia sudah menstruasi .” (R27).
Dampak Perkawinan anak Apa saja dampak Perkawinan anak menurut survey dengan orang tua ? Paling banyak menyoroti terputusnya akses ke pendidikan .
Dampak Perkawinan Anak ?
Dampak Perkawinan Anak 1. Gangguan kesehatan mental Pernikahan anak dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mental karena pernikahan terjadi karena unsur paksaan , tidak bahagia , dan rasa tidak bebas . Sifatnya yang masih belum dewasa menyikapi permasalahan rumah tangga Kurangnya kesiapan mental sehingga mengakibatkan kurang dewasa dalam menjalani rumah tangga “.. Bersifat kayak anu , anak-anak . Kayak ndak mau diatur-atur kan masih anu pikirannya begini ... “ (R17). “ kedewasaannya dan tanggung jawabnya terhadap rumah tangga juga kurang …. karena kemampuan mengurusi dirinya belum cukup .” (R23). “ hak anak yang dicuri , jadi kebebasan anak itu hilang , itu yang pertama , masa bermainnya itu direnggut oleh orang tua ..” (R32); “..Dari keagamaan juga kan , mungkin emosinya anak belum bisa terkontrol , mereka masih mau bermain ini sudah menggendong anak ..” (R34).
Dampak Perkawinan Anak 2. Perselisihan dan Perceraian Perselisihan karena kurang dewasa sehingga memicu perceraian . Belum didaftarkan sudah ada yang bercerai . “.. bisa terjadi pertengkaran dalam pernikahan …” (R5); “ menimbulkan konflik di antara anak apalagi kalau seumuran to, suaminya minta diperhatikan , mau dikasih makanan , perhatian , tapi kalau istrinya merasa melihat temannya bermain di luar , dia kepingin , masih mau mengadakan pertemuan dengan teman-temannya , ini yang bisa memicu konflik .” (R34); “.. Kalau tidak bagusnya , banyak yang bercerai gara-gara bertengkar gitu , karena belum paham , karena terlalu muda …” (R15). “ pernikahan di bawah umur,memang sebenarnya harus dicegah karena terjadi di bawah baru dua bulan sudah menikah , sudah cerai juga .” (FGD#4).
Dampak Perkawinan Anak 3. Ketidakstabilan ekonomi Pernikahan anak dapat mengakibatkan kurang stabilnya ekonomi rumah tangga berkaitan dengan kesulitan dalam mengakses lapangan pekerjaan . Bagaimana nanti mereka tetap akan bergantung pada orang tua meskipun sudah menikah “.. kalau cepat menikah , cepat berkeluarga , cepat memikirkan tentang keuangan …” (R11); “ ekonominya menjadi berantakan di belakang …..termasuk mencari nafkah belum sanggup untuk membiayai keluarganya , sehingga dari pihak istri merasa kurang ekonomi .” (FGD#4). “ Pasti masih bergantung dengan keluarganya , yang mengurus ya keluarganya .” (R23);
Dampak Perkawinan Anak 4. Kesehatan ibu dan bayi Pernikahan anak berdampak negatif pada ibu dan anak terutama pada kondisi janin , dan bahkan kematian bayi , dengan anggapan bahwa perempuan belum siap secara fisik Hubungannya bagi anak nanti setelah lahir karena pengetahuan ibu yang belum mencukupi “ Kalau di bawah umur biasanya kelahiran anak cacat ... nanti biasanya kandungannya itu yang berkelainan .” (FGD#2). “Karena belum saatnya untuk melahirkan akan tetapi sudah melahirkan sehingga banyak yang meninggal .” (FGD#3). “ Masalahnya kaya anaknya gizi buruk atau misalnya anaknya cacat . ” (R37).
Dampak Perkawinan Anak 5. Terganggunya pendidikan / putus sekolah Terganggunya kesempatan menempuh pendidikan karena putus sekolah , termasuk bahwa hak anak menjadi hilang . “Banyak juga sih dari sisi sosialnya anak , misalnya haknya sebagai anak sudah hilang . Contohnya dia baru umur 15 tahun atau 16 tahun menikah , kan dia seharusnya masih sekolah ..” (R27).
Tanya Jawab Pertanyaan , Tanggapan hasil penelitian . Jika ada pertanyaan yang belum terjawab silakan dituliskan di kertas .
Lokakarya Diseminasi Hasil Penelitian Pencegahan Perkawinan Anak Bone, 19 September 2019 Tulodo indonesia