DT Psikofarmaka - dr. Suharpudianto, Sp copy.pptx

guruh14 8 views 59 slides Aug 31, 2025
Slide 1
Slide 1 of 59
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59

About This Presentation

DT Psikofarmaka - dr. Suharpudianto, Sp copy.pptx


Slide Content

Pembimbing : dr. Suharpudianto, Sp.KJ PSIKOFARMAKA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA SOEHARTO HEERDJAN FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERIODE 16 JUNI - 12 JULI 2025

Anti Psikotik

Anti Psikotik Definisi any drug that favorably modifies psychotic symptoms; categories include the phenothiazines, butyrophenones, thioxanthenes, dibenzodiazepines, diphenylbutylpiperidines, dihydroindolones, and dibenzoxazepines. Psikosis → suatu kondisi di mana kapasitas mental seseorang untuk mengenali realita, berkomunikasi, dan memiliki relasi dengan orang lain; terganggu, sehingga mengganggu kemampuan sehari-hari. Obat antipsikosis digunakan untuk menangani psikosis akut dan kronis, seperti skizofrenia, gangguan skizo-afektif, demensia dengan gejala psikosis, psikosis akibat obat, dan gangguan bipolar. Ciri utama obat antipsikosis: Efek Antipsikosis : Bekerja mengatasi gejala positif (halusinasi, delusi, bicara kacau, agitasi) dan secara terbatas memperbaiki gejala negatif (apatis, kurang motivasi, sedikit bicara) serta gangguan kognitif. Keamanan : Memiliki batas keamanan yang besar, di mana dosis tinggi tidak menyebabkan koma. Efek Samping : Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal (gangguan gerak). Berdasarkan efek samping ini, obat antipsikosis dibagi menjadi dua jenis: Tipikal : Menimbulkan efek samping ekstrapiramidal yang nyata. Atipikal : Menimbulkan efek samping ekstrapiramidal yang minimal (ini merupakan jenis yang lebih baru). Ketergantungan : Tidak menyebabkan ketergantungan fisik maupun psikis. Dorland. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. Saunders W.B.; 2019. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014 Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Anti Psikotik Klasifikasi Antipsikotik tipikal/konvensional (generasi pertama): bekerja terutama melalui blokade kuat reseptor dopamin D2 gejala positif skizofrenia memiliki efek samping motorik yang jelas seperti extrapyramidal symptoms (EPS) dan tardive dyskinesia , yang juga dianggap "tipikal" atau khas dari kelompok ini. Antipsikotik atipikal (generasi kedua): Blokade moderat D2 + antagonis reseptor serotonin 5-HT2A + histamin + reseptor muskarinik + reseptor alfa adrenergik efek samping ekstrapiramidal yang lebih rendah. gejala positif maupun gejala negatif Antipsikosis Tipikal Antipsikosis Atipikal Fenotiazin Golongan Lain Klorpromazin Klorprotiksen Klozapin Flufenazin Droperidol Olanzapin Perfenazin Haloperidol Risperidon Tioridazin Loksapin Quetiapin Trifluperazin Molindon Sulpirid Tiotiksen Ziprasidon Aripriprazol Zotepin Amilsulpirid Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014 Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Struktur Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Pemilihan Obat Golongan Obat Mg. Eq. Potensi Klinik Rentang Dosis Harian (mg) Efek Ekstrapiramidal (EPS) Efek Sedatif Efek Hipotensi & Otonomik Fenotiazin (Alifatik) Klorpromazin 100 ++ 150 - 1600 (25,100) ++ ++++ +++ Fenotiazin (Piperidin) Thioridazine 100 ++ 100 - 900 + +++ +++ Fenotiazin (Piperazin) Perphenazine 8 ++++ 8 - 48 +++ + + Trifluoperazine 5 ++++ 5 - 60 (5) +++ + + Fluphenazine 5 ++++ 5 - 60 (inj 25mg/ml) ++++ ++ + Tioxanten Thiotixene 5 ++++ 10 - 60 +++ +++ +++ Butirofenon Haloperidol 2 +++++ 2 - 100 (0.5,1.5,2,5) +++++ ++ + Diphenylbutylpiperidin Pimozide 2 ++++ 2 - 6 ++ + + Benzamid Sulpiride 200 ++ 200 - 1600 + + + Dibenzodiazepin Klozapin 25 +++ 25 - 200 (25,100) - ++++ +++ Dibenzothiepin Zotepine 50 +++ 75 - 100 + + + Benzisoksazol Risperidon 2 ++++ 2 - 9 (1,2,3) ++ ++ ++ Tienobenzodiazepin Olanzapin 10 ++++ 10 - 20 (5,10) + +++ ++ Dibenzotiazepin Quetiapin 100 ++ 50 - 400 (100,200) + +++ ++ Dihidroindolon Ziprasidon 20 +++ 40 - 160 + ++ + Dihidrokarbostiril Aripiprazol 10 ++++ 10 - 20 (5, 10, 15) + + ++ Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014 Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Pemilihan Obat Golongan Obat Mg. Eq. Fenotiazin (Alifatik) Klorpromazin 100 Fenotiazin (Piperidin) Thioridazine 100 Fenotiazin (Piperazin) Perphenazine 8 Trifluoperazine 5 Fluphenazine 5 Tioxanten Thiotixene 5 Butirofenon Haloperidol 2 Diphenylbutylpiperidin Pimozide 2 Benzamid Sulpiride 200 Dibenzodiazepin Klozapin 25 Dibenzothiepin Zotepine 50 Benzisoksazol Risperidon 2 Tienobenzodiazepin Olanzapin 10 Dibenzotiazepin Quetiapin 100 Dihidroindolon Ziprasidon 20 Dihidrokarbostiril Aripiprazol 10 Mg. Eq. (Miligram Ekuivalen): dosis obat yang diperlukan untuk memberikan efek setara dengan 100 mg Klorpromazin. Angka yang lebih kecil menunjukkan potensi obat yang lebih tinggi. Contohnya, hanya butuh 2 mg Haloperidol untuk setara dengan 100 mg Klorpromazin. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014 Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014 Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016 Pemilihan Obat Obat Onset Kerja (Oral) Durasi Kerja (Lama Kerja) Klorpromazin Efek sedatif: 30-60 menit. Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Long-acting (Waktu paruh, t ½ ~30 jam) Thioridazine Efek sedatif: Cepat. Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Long-acting (t½​ ~24 jam) Perphenazine Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Intermediate-acting (t½​ ~9-12 jam) Fluphenazine Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Long-acting (t½​ ~33 jam) Haloperidol Efek antiagitasi: 30–60 menit Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Long-acting (t½​ ~24 jam) Pimozide Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Very Long-acting (t½​ ~55 jam) Sulpiride Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Short-acting (t½​ ~8 jam) Klozapin Efek sedatif: Cepat. Efek antipsikotik: Terlihat dalam 6 minggu, optimal >6 bulan. Intermediate-acting (t½​ ~12 jam) Zotepine Efek antipsikotik: 2-4 minggu. Intermediate-acting (t½​ ~12 jam) Risperidon Efek antipsikotik: 1-2 minggu. Long-acting (Metabolit aktif t½​ ~20 jam) Olanzapin Efek sedatif: Cepat. Efek antipsikotik: 1-2 minggu. Long-acting (t½​ ~30 jam) Quetiapine IR (Immediate Release): Onset cepat. XR (Extended Release): Onset lambat. IR: Short-acting (t½​ ~6 jam). XR: Intermediate-acting (t½​ ~12 jam) Ziprasidon Efek antipsikotik: 1-2 minggu. Short-acting (t½​ ~7 jam) Aripiprazol Efek antipsikotik: 1-2 minggu. Very Long-acting (t½​ ~75 jam untuk Aripiprazol, ~94 jam untuk metabolit aktifnya) Dosis awal sesuai anjuran Dosis awal efektif Dosis optimal Dosis maintenance dinaikkan setiap 2 - 3 hari dievaluasi per 2 minggu, bila perlu dinaikkan 8 -12 minggu, (stabilisasi) --> diturunkan / 2 minggu 6 bulan - 2 th Tapering off Stop Ringkasan: Onset efek primer (efek klinis) : 2 - 4 minggu Onset efek sekunder (efek samping) : 2 - 6 jam Waktu paruh 12 - 24 jam (pemberian obat 1-2x perhari)

Sediaan

Anti Depresan Kelompok obat yang heterogen dengan efek utama dan terpenting adalah untuk mengendalikan gejala depresi. Elvira, SD. Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. 3rd ed. 2017

Indikasi Penggunaan Selama hampir 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami: Rasa hati yang murung (afek menurun) Hilang rasa minat dan rasa senang (Anhedonia) Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan (anergia) Disertai gejala lain: Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan Gagasan atau tindakan mencederai diri/bunuh diri Gangguan tidur Pengurangan nafsu makan Terdapat hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Klasifikasi MAOI ( Mono Amine Oxidase Inhibito r) → Moclobemide Trisiklik → Amitriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine Tetrasiklik → Maprotiline, Mianserin, Amoxapine SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) → Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram SNRI ( Selective Norepinephrine Re-uptake Inhibitors ) → Venlafaxine, Duloxetine Melatonergic agonist (MT1 dan MT2 receptors) and 5-H2TC antagonist → Agomelatine Atypical antidepressant → Mirtazapine, trazodone Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Klasifikasi Elvira, SD. Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. 3rd ed. 2017

Mekanisme Kerja Obat Trevor, BG. Katzung, M. Kruidering-Hall, M. Katzung and Trevor’s Pharmacology Examination & Board Review. 11th ed. 2015 SSRI SNRI Atypical

Sediaan Obat Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Pemilihan Obat Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Interaksi Obat Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014 Trisiklik + Haloperidol/phenothiazine → mengurangi kecepatan ekskresi dari trisiklik. Terjadi potensiasi efek antikolinergik (ileus paralitik, disuria, gangguan absorbsi) SSRI/TCA + MAOI = Serotonin Malignant Syndrome MAOI + sympathomimetic drugs (phenylpropanolamine, pseudoephedrine, noradrenalin, derivat amfetamin, L-dopa) → efek potensial Krisis hipertensi (acute paroxysmal hypertension), risiko stroke MAOI + tyramine (keju, anggur, dll) → Krisis hipertensi, risiko stroke Obat antidepresan + CNS Depressants (morfin, benzodiazepin, alcohol,dll) → potensial efek sedasi dan penekanan pusat napas (respiratory failure)

Anti Ansietas

Anti Ansietas Merupakan obat untuk mengatasi gangguan kecemasan, serangan panik dan atau rasa takut dan khawatir yang berlebihan dan juga biasanya memiliki efek sedasi, amnestik, relaksasi otot, dan mengatasi kejan Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014 Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-6. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2016.

Golongan Benzodiazepine Non-Benzodiazepine Diazepam, Chlorprodiazepoxide, Lorazepam, Clobazam, Bromazepam, Alprazolam. Sulpride, Buspirone, Hydroxyzine Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-6. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2016.

Mekanisme Kerja Hipotesis : Sindrom Anxietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri dari ”dopaminergic, norandrenergic, serotonergic neurons” yang dikendalikan oleh GABA-ergic neuron (“Gamma Amino Butiric Acid, suatu inhibitory neurotransmitter”) ● Obat Anti-anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron”, sehingga hiperaktivitas tersebut diatas mereda. ● Benzodiazepin bekerja dengan meningkatkan efek neurotransmitter GABA (asam gamma-aminobutirat) di otak. GABA adalah neurotransmitter penghambat utama, yang berarti mengurangi aktivitas saraf. Benzodiazepin mengikat reseptor GABA-A di otak, meningkatkan afinitas GABA untuk reseptor ini. Hal ini menyebabkan peningkatan frekuensi pembukaan saluran ion klorida, memungkinkan lebih banyak ion klorida masuk ke neuron. Masuknya ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi neuron, membuatnya kurang responsif terhadap stimulasi. Efek keseluruhan adalah penurunan aktivitas saraf, yang menghasilkan efek sedatif, ansiolitik (anti-kecemasan), dan relaksan otot yang terkait dengan benzodiazepin. Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Mekanisme Kerja Stahl SM. Stahl's Essential Psychopharmacology: Neuroscientific Basis and Practical Applications. 4th ed. New York: Cambridge University Press ; 2013. Agen GABAergik seperti benzodiazepin dapat meredakan kecemasan dengan meningkatkan kerja interneuron GABA penghambat di dalam korteks prefrontal .

Mekanisme Kerja Agonis Reseptor Serotonin (5-HT1A) - Contoh: Buspirone ● Buspirone bekerja sebagai agonis parsial pada reseptor serotonin 5-HT1A yang berarti meningkatkan aktivitas serotonin di otak sehingga mengurangi gejala kecemasan ● Tidak menyebabkan sedasi atau efek adiktif seperti benzodiazepine. ● Onset kerja lambat (beberapa minggu), sehingga lebih cocok untuk pengobatan jangka panjang gangguan kecemasan umum (GAD) Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Mekanisme Kerja agen serotonergik dapat mengurangi rasa cemas dengan meningkatkan masukan serotonin (5HT) dalam sirkuit Pre frontal Corteks, Striatum dan thalamus. Stahl SM. Stahl's Essential Psychopharmacology: Neuroscientific Basis and Practical Applications. 4th ed. New York: Cambridge University Press ; 2013.

Indikasi Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax). Adanya 6 gejala dari 18 gejala berikut Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Ketegangan Motorik Kedutan otot atau rasa gemetar Otot tegang/kaku/pegal linu Tidak bisa diam Mudah menjadi lelah Hiperaktivitas otonomik Nafas pendek/terasa berat Jantung berdebar-debar Telapak tangan basah-dingin Mulut kering Kepala pusing/rasa melayang Mual, mencret, perut tak enak Muka panas/badan menggigil Buang air kecil lebih sering Sukar Menelan Kewaspadaan Berlebihan Perasaan jadi peka/mudah ngilu Mudah Terkejut Sulit Berkonsentrasi Sulit tidur Mudah Tersinggung

Sediaan Obat

Sediaan Obat Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Sediaan Obat Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014 Steady state” (keadaan dengan jumlah obat yang masuk ke dalam badan sama dengan jumlah obat yang keluar dari badan) dicapai setelah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari (half life ≤ 24 jam). “onset of action” cepat dan langsung memberikan efek. Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai “steady state” Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) naikkan dosis setiap 3 – 5 hari sampai mencapai dosis optimal dipertahankan 2-3 minggu diturunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose) bila kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap efektif pertahankan 4 – 8 minggu tapering off.

Efek Samping Efek samping obat Anti-anxietas dapat berupa: ● Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah) ● Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll) ● Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll. Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat Benzodiazepine dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obat-nya dibandingkan dengan obat Benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya, Clobazam sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat). Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Interaksi Obat Benzodiazepine + CNS Depressants (phenobarbital, alcohol, obat anti-psikois, anti-depresi, opiates) potensial efek sedasi dan penekanan pusat napas, risiko timbulnya “respiratory failure”. Benzodiazepine + CNS stimulants (amphetamine, caffeine, appetite suppressants) = antagonisme efek Anti-Anxietas, sehingga efek Benzodiazepine menurun. Benzodiazepine + Neuroleptika = manfaat efek klinis dari Benzodiazepine mengurangi kebutuhan dosis neuroleptika, sehingga risiko efek samping neuroleptika mengurang.

Pemilihan Obat Spektrum Klinis Benzodiazepine meliputi efek anti-anxietas, antikonvulsan, anti insomnia, premedikasi tindakan operatif. Diazepam/Chlordiazepoxide : “broad spectrum” Clobazam = 1,5 Benzodiazepine = “psychomotor performance” paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif. Lorazepam = “Short half life benzodiazepine & no significant drug accumulation at clinical dose”, untuk pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal Alprazolam =, “ onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-depresi Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Kontra-indikasi : Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, Glaucoma, Myasthenia gravis, Chronic pulmonary insufficiency, Chronic renal or hepatic disease. Kontraindikasi

Gejala Overdosis/Intoksikasi : - Kesadaran menurun, lemas, jarang sampai dengan coma - Pernapasan, tekanan darah, denyut nadi menurun sedikit - Ataksia, disertai, “confusion”, refleks fisiologis menurn Terapi Suportif : Terapi Kausal : tata laksana terhadap “Respiratory Depression” dan “Shock” “Benzodiazepine antagonist” Flumazenil (ANEXATE) Ampul 0,5 mg/5 cc (iv) Gejala Overdosis

Anti Mania

Antimania Definisi Antimania atau mood stabilizer merupakan salah satu obat psikotropika yang berfungsi untuk mengendalikan suasana hati atau mood. Hipotesis: Perubahan mood disebabkan oleh tingginya kadar serotonin pada celah antarsinaps. Indikasi Antimania digunakan pada pasien dengan gangguan bipolar, seperti: Sindrom mania dalam jangka waktu 1 minggu terdapat keadaan (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif, atau irritable, disertai minimal 4 gejala dibawah: peningkatan aktivitas lebih banyak bicara dari lazimnya flight of ideas harga diri yang melambung (grandiositas), dapat bertaraf hingga waham kurang tidur mudah teralihkan perhatian Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Penggolongan Berdasarkan Fungsi Sindrom Mania Akut Haloperidol Carbamazepine Asam Valproat Divalproex Profilaksis Mania Lithium bicarbonate Efek Samping Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare) Gangguan ginjal (edema tungkai) Hiper/Hipotiroid (keringat berlebihan) Peningkatan berat badan Leukositosis Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Cara Pemberian Sindrom Mania Akut Haloperidol (IM) 5mg/ml dapat diulangi setiap 30 menit dengan dosis maksimal 20mg/jam → mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, dan iritabilitas dengan onset cepat Olanzapine (IM) → 10 mg dapat diulang setiap 2 jam, max 30 mg/jam Aripiprazole (IM) → 9,75 mg dapat diulang setiap 2 jam, max 29,25 mg/jam Tab. Lithium Carbonate 2-3x500 mg/hari → onset efek anti mania dalam 7-10 hari Efek Terapeutik Lithium Carbonate Kadar serum Lithium 0,8-1,2 mEq/L → dipertahankan hingga 2-3 bulan Untuk dosis maintenance, kadar Lithium diturunkan hingga 0,5-0,8 mEq Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Intoksikasi Faktor Predisposisi Demam (dengan keringat berlebihan) Diare dan Muntah Pemakaian obat-obatan diuretik, antirematik NSAID Diet rendah garam (pada pasien hipertensi) Gejala dini Kadar serum Lithium >1,5 mEq: muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil Gejala Berat Penurunan kesadaran hipertoni otot kedutan/fasikulasi oliguria kejang Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ). 4th ed. 2014

Anti-Insomnia

Golongan Anti Insomnia Benzodiazepin Non-benzodiazepin - Hipnotik / non-benzodiazepine benzodiazepinereceptor agonist (nBBRA) Obat obat yang lain yang dapat memberikan efek tertidur

Benzodiazepine GABA Banyak ditemukan di korteks dan sistem limbik Efek utama : inhibisi Kanal ion klori da (Cl-) : subunit alfa, beta, gamma GABA berikatan di antara alfa dan beta —> membuka kanal ion —> hiperpolarisasi di membran neuron Benzodiazepine Agonis receptor GABA A Berikatan di celah subunit alfa dan gamma Memfasilitasi pengikatan GABA Frekuensi pembukaan kanal ion Cl-

Benzodiazepin

Non-Benzodiazepin

Efek Samping Benzodiazepin 1. Ketergantungan 2. Pusing 3. Ngantuk 4. Hipotensi 5. Distress respirasi 6. Defisit memori Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014 Non-Benzodiazepin 1. Mual 2. Pusing 3. Kecanduan

Interaksi obat Obat anti insomnia + CNS depressants (Alkohol dll) = potensiasi efek supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation & respiratory failure” Obat golongan benzodiazepine tidak menginduce “hepatic microsomal enzymes” atau “ produce binding displacement” sehingga jarang menimbulkan interaksi obat yang digunakan untuk kondisi medik tertentu. Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol atau CNS depressants lain, risiko kematian meningkat. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014

Lama Pemberian Sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja tidak lebih dari 2 minggu agar risiko ketergantungan kecil. > 2 minggu menimbulkan perubahan sleep eeg yang menetap sekitar 6 bulan lamanya. Kesulitan berhenti obat >> Psychological Dependence, akibat rasa nyaman. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014

Kontraindikasi Sleep Apneu Syndrome Congestive Heart Failure Chronic Respiratory Disease Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014

UU RI No. 5 Tahun 1997 Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Antipsikotik Obat psikotropik Obat yang bekerja secara selektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik Obat narkotik obat yang bekerja secara selektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan untuk analgesik, antitusif, antispasmodik, dan premedikasi anestesi dalam praktek kedokteran

Dopamine Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology : Neuroscientific Basis and Practical Applications. 5th ed. Cambridge: Cambridge University Press. 2021.

Dopamine pathways Mesolimbik Pathway Mesocortical Pathway Nigrostriatal Pathway Tuberoinfundibular Pathway Thalamus Pathway Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology : Neuroscientific Basis and Practical Applications. 5th ed. Cambridge: Cambridge University Press. 2021.

Nigrostriatal Pathway Tuberoinfundibular Pathway Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology : Neuroscientific Basis and Practical Applications. 5th ed. Cambridge: Cambridge University Press. 2021.

Mesolimbic Pathway Mesocortical Pathway Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology : Neuroscientific Basis and Practical Applications. 5th ed. Cambridge: Cambridge University Press. 2021.

Penggolongan OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL ( TYPICAL ANTI PSYCHOTICS ) 1. Phenothiazine Rantai Aliphatic : Chlorpromazine Rantai Piperazine : Perphenazine Trifluoperazine Fluphenazie Rantai Piperidine : Thioridazine 2. Butyrophenone : Haloperidol 3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide OBAT ANTI-PSIKOSIS ATIPIKAL ( ATYPICAL ANTI PSYCHOTICS) 1. Benzamide : Supiride 2. Dibenzodiazepine : Clozapine Olanzapine Quetiapine Zotepine 3. Benzisoxazole : Risperidon Aripiprazole Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014

Mekanisme Kerja

Mekanisme Kerja

Efek Samping Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Interaksi Obat Antipsikosis + Antipsikosis lain = potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak ada efek sinergi antara 2 obat antipsikosis). Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat Antipsikosis + Anti-anxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala gaduh gelisah Antipsikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat antipsikosis pada pagi hari sebelum dilakukan ECT Antipsikosis + Antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, dosis antikonvulsan harus lebih besar Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat antipsikosis menurun --> gg. Absorpsi Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2014
Tags