EMPAT-KETERAMPILAN-BERBAHASA-INDONESIA (1).pptx

RantiPermatasari1 0 views 10 slides Sep 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 10
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10

About This Presentation

keterampilan berbahasa


Slide Content

KETERAMPILAN BERBAHASA Presentasi ini akan membahas secara mendalam tentang berbagai aspek keterampilan berbahasa, mulai dari pengertian dasar hingga jenis dan sifatnya, serta hubungan antarketerampilan tersebut. Kami akan mengupas tuntas bagaimana menyimak, berbicara, membaca, dan menulis saling berkaitan dan mendukung satu sama lain dalam komunikasi yang efektif.

A. PENGERTIAN KETERAMPILAN BERBAHASA Keterampilan berasal dari kata "terampil" yang berarti cakap, mampu, dan cekatan. Dengan imbuhan "ke-an", "keterampilan" bermakna kecakapan atau kemampuan dan kecekatan. Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan dalam menggunakan bahasa, yang meliputi mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulis. Oleh karena itu, terampil berbahasa Indonesia berarti terampil menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi lisan dan tertulis. Keterampilan berbahasa lisan mencakup menyimak dan berbicara, sementara keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis. Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif, yaitu menerima atau memahami pesan dari pembicara atau penulis. Sebaliknya, berbicara dan menulis bersifat produktif, artinya menghasilkan ujaran atau tulisan. Untuk lebih memahami jenis dan sifat masing-masing keterampilan tersebut, perhatikan tabel berikut ini: Keterampilan Berbahasa Lisan Tulis Menyimak Membaca Reseptif Berbicara Menulis Produktif

B. KETERAMPILAN RESEPTIF Keterampilan berbahasa lisan dilakukan secara tatap muka atau langsung, dengan atau tanpa media penghubung seperti telepon. Sementara itu, keterampilan berbahasa tulis dilakukan tanpa tatap muka antara pembaca dan penulis. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai empat keterampilan berbahasa ini, dimulai dengan keterampilan reseptif.

1. Menyimak Menyimak, atau yang dalam kurikulum sekolah disebut mendengarkan, adalah kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan yang disampaikan pembicara. Dengan pengertian ini, jelas bahwa menyimak berbeda dengan mendengar. Setiap orang dengan alat pendengaran yang sehat dapat mendengar berbagai bunyi dan suara. Namun, mendengar hanya melibatkan fungsi alat dengar tanpa adanya tujuan pemahaman. Misalnya, ketika ada bunyi ledakan, baik manusia maupun hewan dapat mendengarnya. Demikian pula dengan bahasa; jika seseorang hanya mendengar ujaran tanpa memahami maksudnya, itu bukanlah menyimak. Menyimak menggunakan alat yang sama (alat dengar) tetapi memiliki tujuan pemahaman, berbeda dengan mendengar yang tidak memiliki tujuan tersebut. Tarigan (1980) mengilustrasikannya dengan ungkapan "Memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya." Orang tua sering menasihati anak-anaknya, "Kalau orang tua sedang berbicara, jangan hanya sekadar didengar, masuk telinga kiri keluar telinga kanan," yang berarti nasihat harus diperhatikan dan diterapkan. Perbedaan mendasar antara mendengar (to hear) dan menyimak (to listen) terletak pada adanya konsentrasi dan sikap positif. Dalam menyimak, seseorang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya, tetapi juga harus berkonsentrasi serta memiliki sikap positif terhadap pembicara maupun bahan pembicaraan. Sikap positif ini membantu penyimak memahami isi simakan. Jika seseorang tidak menyukai topik atau pembicara, ia cenderung hanya mendengar secara pasif, sehingga kegiatan menyimak menjadi tidak efektif. Menyimak dapat bersifat interaktif dan noninteraktif. Menyimak Interaktif: Melibatkan tanya jawab dengan pembicara atau penyimak lain, bersifat dua arah atau multi arah. Contohnya adalah menyimak penjelasan guru di kelas, ceramah agama, diskusi, atau musyawarah. Menyimak interaktif jarak jauh terjadi saat bertelepon. Menyimak Noninteraktif: Tidak disertai tanya jawab. Contohnya mendengarkan siaran radio atau televisi (berita, iklan), pidato, atau ceramah tanpa sesi tanya jawab.

2. Membaca Sama seperti menyimak, membaca adalah kegiatan berbahasa yang bertujuan memahami pesan. Perbedaannya, jika menyimak memahami pesan lisan, membaca memahami pesan yang disampaikan melalui tulisan. Oleh karena itu, keterampilan membaca termasuk dalam keterampilan berbahasa tulis. Ada banyak jenis keterampilan membaca, namun dalam mata kuliah ini, Anda akan mempelajari dan melatih keterampilan membaca pemahaman. Bloom (2001) mendefinisikan pemahaman sebagai proses mengetahui isi komunikasi atau gagasan yang disampaikan, baik lisan maupun tulis. Dalam pemahaman, terdapat unsur tujuan, sikap, dan respons yang mewakili pengertian pesan. Smith (dalam Solkhan, 1987) membagi pemahaman membaca menjadi empat kategori: Membaca pemahaman literal Membaca interpretasi Membaca kritis Membaca kreatif Penjelasan lebih rinci mengenai keempat kategori ini akan dibahas pada Modul 4.

Tingkat Pemahaman Membaca 1 a. Membaca Pemahaman Literal Ini adalah keterampilan pemahaman paling dasar, hanya memerlukan sedikit pemikiran. Tujuannya adalah menemukan makna kata dan kalimat secara langsung dalam konteks. Contohnya, jika membaca teks tentang keberhasilan pemerintah mengatasi masalah TKI ilegal, pembaca literal hanya akan memahami bahwa "Pemerintah telah berhasil mengatasi masalah TKI yang selama ini belum terselesaikan," tanpa pemikiran lebih lanjut. 2 b. Membaca Interpretasi Tingkat ini melibatkan keterampilan berpikir untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pembaca harus mampu menggeneralisasi, menentukan hubungan sebab akibat, mengidentifikasi motif penulis, menemukan hubungan antarbagian teks, memprediksi kesimpulan, dan membuat perbandingan. Misalnya, dalam teks TKI, pembaca interpretatif akan membandingkan paragraf pertama dengan kedua dan menyimpulkan adanya perbedaan pendapat antara Menteri Tenaga Kerja dan pelapor televisi, atau menangkap makna implisit bahwa pengiriman TKI sebagai pembantu rumah tangga mungkin bukan hal yang membanggakan. 3 c. Membaca Kritis Pembaca kritis tidak hanya memahami secara literal dan menginterpretasikan, tetapi juga mampu menilai apa yang dibacanya. Mereka dapat menilai gagasan penulis dan kesahihan teks secara keseluruhan. Dalam contoh teks TKI, pembaca kritis akan menilai keabsahan informasi (misalnya, apakah benar 3500 TKI akan dikirim secara legal) dan kebermanfaatan teks, seperti komentar pelapor yang mengajak pemirsa berpikir. Pembaca kritis menggunakan lebih banyak kemampuan berpikir, pengetahuan, dan pengalaman. 4 d. Membaca Kreatif Ini adalah tingkat membaca tertinggi. Selain kemampuan literal, interpretasi, dan kritis, pembaca kreatif mampu menerapkan gagasan teks ke situasi baru, mengombinasikan gagasan sendiri dengan teks, dan memperluas konsep. Singkatnya, pembaca kreatif menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan gagasan dalam teks. Contohnya, setelah membaca teks TKI, pembaca kreatif dapat menulis karya baru yang menuangkan gagasan tentang dilema kebanggaan bangsa atau bahkan menciptakan ide industri rumahan.

C. KETERAMPILAN PRODUKTIF 1. Berbicara Kegiatan berbicara yang dimaksud di sini adalah berbicara dalam konteks ilmiah, bukan obrolan nonformal. Ini mencakup kegiatan seperti diskusi, seminar, pidato, atau wawancara untuk memperoleh dan menyampaikan pengetahuan. Berbicara didefinisikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain (penyimak) melalui bahasa lisan. Suhendar (1992: 20) menyatakan bahwa berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Proses berbicara memerlukan alat utama, yaitu alat-alat ucap (bibir, lidah, langit-langit, gigi, tenggorokan, anak tekak, pita suara), paru-paru, dan hidung. Gangguan pada salah satu alat ini dapat memengaruhi pelafalan. Kegiatan berbicara yang baik melalui tiga tahapan: Tahap Persiapan: Menentukan tujuan, mengumpulkan referensi, menyusun kerangka, dan berlatih. Tahap Pelaksanaan: Membuka pembicaraan, menyampaikan gagasan, dan menutup pembicaraan. Tahap Evaluasi: Mendengarkan rekaman atau meminta masukan dari pendengar. Keterampilan berbicara, seperti keterampilan berbahasa lainnya, membutuhkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan berpikir yang memadai. Setiap orang dapat menjadi pembicara yang baik dengan belajar konsep berbicara dan berlatih secara berkesinambungan. Modul berikutnya akan membahas keterampilan berbicara lebih khusus untuk mahasiswa.

2. Menulis Menulis adalah keterampilan berbahasa produktif kedua. Jika berbicara menyampaikan pesan lisan, menulis menyampaikannya melalui bahasa tulis. Menulis juga merupakan proses yang memerlukan tahapan: Tahap Prapenulisan (Prewriting): Menentukan topik, mengorganisasikan tulisan, menentukan sasaran pembaca, mengumpulkan informasi, dan menyusun kerangka karangan. Tahap Penulisan (Writing): Menyusun tulisan dalam bentuk draf atau buram. Tahap Pascapenulisan (Postwriting): Membaca ulang, menambah, mengurangi, dan memperbaiki tulisan hingga final. Hafferman dan Lincoln berpendapat bahwa menulis adalah proses yang membutuhkan banyak waktu untuk berpikir, menuangkan ide, mengembangkan topik, memilih kata, membaca kembali, mempertimbangkan, dan memperbaikinya. Richek, dkk. (1989) dan Hock (1999) menegaskan bahwa menulis yang baik tidak mudah dan memerlukan tahapan panjang serta latihan intensif. Amran Halim, dkk. (1979) mengemukakan lima komponen penting dalam sebuah karangan: Isi Karangan: Ide, pengalaman, fakta, atau informasi yang dituangkan. Bentuk Karangan: Formal (laporan, surat dinas, jurnal, karya ilmiah) atau nonformal (cerpen, dongeng, novel). Tata Bahasa: Aturan bahasa meliputi morfologi, sintaksis, dan aturan penulisan. Gaya: Pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa yang memengaruhi isi tulisan, terkait dengan tujuan, bentuk, dan pembaca. Ejaan dan Tanda Baca: Harus sesuai aturan yang berlaku agar tidak mengganggu pemahaman dan mencegah salah penafsiran. Meskipun tidak mudah, dengan semangat belajar tinggi, mahasiswa dapat menjadi penulis yang baik melalui belajar, berlatih, bertanya, membaca, dan menyimak. Tips menulis: Jangan takut salah. Pastikan ada sesuatu yang layak diinformasikan. Kuasai gagasan yang akan ditulis. Jangan pikirkan judul di awal. Jangan takut dicemooh. Tulis topik dan sub-topik. Segera lakukan, jangan ditunda! Judul dapat ditentukan setelah tulisan selesai, dengan kriteria menarik, terkait isi, dan berupa pernyataan.

D. HUBUNGAN ANTARKETERAMPILAN BERBAHASA Empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) memiliki keterkaitan erat. Satu keterampilan mendukung yang lain. Hubungan antar-ragam bahasa lebih erat dibandingkan hubungan antar-keterampilan di luar ragam. Hubungan dalam ragam yang sama (misalnya menyimak dengan berbicara) disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan antar-ragam berbeda (misalnya menyimak dengan membaca) adalah hubungan tidak langsung. Menyimak Reseptif ↑↓ Berbicara Produktif Hubungan dalam Ragam yang Sama: Lisan (Menyimak & Berbicara): Dalam komunikasi tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar peran. Interaksi ini memungkinkan perbaikan kesalahan berbahasa dan pemahaman pesan yang lebih cepat karena dibantu ekspresi. Pengetahuan dari menyimak meningkatkan kemampuan berbicara. Tulis (Membaca & Menulis): Seperti saat berkirim surat, pembaca menjadi penulis saat membalas. Ini mengatasi komunikasi jarak jauh. Di era digital, pertukaran peran dalam komunikasi tulis sangat cepat. Pengetahuan dari membaca meningkatkan keterampilan menulis. Hubungan dalam Sifat yang Sama: Reseptif (Menyimak & Membaca): Keduanya bersifat reseptif. Pengetahuan dari menyimak menjadi skemata yang membantu memahami bacaan, dan sebaliknya. Keduanya saling mendukung, sehingga seseorang yang terampil membaca juga terampil menyimak. Produktif (Berbicara & Menulis): Diasumsikan memiliki hubungan erat. Seorang pembicara yang baik seringkali adalah penulis yang baik, dan sebaliknya. Contohnya, penyaji seminar menyiapkan makalah (menulis) sebelum berbicara. Hubungan dalam Ragam dan Sifat Berbeda: Menyimak (Lisan Reseptif) & Menulis (Tulis Produktif): Ide atau gagasan untuk menulis dapat diperoleh melalui menyimak. Keterampilan menyimak dapat meningkatkan keterampilan menulis. Membaca (Tulis Reseptif) & Berbicara (Lisan Produktif): Pengetahuan dari membaca dapat digunakan saat mengemukakan gagasan dalam berbicara. Keterampilan membaca dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Kesimpulannya, setiap keterampilan berbahasa saling berhubungan dan mendukung satu sama lain.

Latihan & Kesimpulan Untuk memperdalam pemahaman Anda, bacalah wacana berikut dan jawab pertanyaan yang tersedia: Menimba Pelajaran dari Bencana Karena bencana, kita tidak boleh saling menyalahkan. Dari bencana, kita bersama-sama mengambil pelajaran. Ketika bencana bertubi-tubi datangnya, baik bencana alam maupun bencana buatan manusia, kita tidak bisa berbuat lain kecuali bertanya pada diri sendiri. Apa makna dari semua ini? Benarkah bencana alam dan bencana buatan manusia datang bertubi-tubi menimpa dan membelenggu kita, bangsa Indonesia? Sepertinya, iya, dari bencana alam, seperti gempa, gelombang tsunami, kekeringan, wabah penyakit, sampai bencana kekerasan. Kita lebih cenderung asyik dengan urusan masing-masing. Hal itu membuat bencana terasa lebih dahsyat dari kemauan dan kemampuan kita untuk menghadapinya. Sumber: Kompas, 1 April 2019 dengan modifikasi seperlunya. Ringkasan Materi: Terampil berbahasa Indonesia berarti terampil menggunakan bahasa dalam komunikasi lisan (menyimak, berbicara) dan tulis (membaca, menulis). Menyimak dan membaca bersifat reseptif (menerima pesan), sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif (menghasilkan pesan). Menyimak dapat interaktif (dengan tanya jawab) atau noninteraktif (tanpa tanya jawab). Membaca bertujuan memahami isi tulisan, dengan empat kategori pemahaman: literal, interpretasi, kritis, dan kreatif. Berbicara adalah proses menyampaikan pesan lisan, mengubah pikiran menjadi ujaran. Menulis adalah keterampilan produktif yang menyampaikan pesan melalui bahasa tulis, melalui tahapan prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Semua keterampilan berbahasa saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Jelaskan perbedaan antara keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif dan produktif.
Tags