Enterobiasis ..

fahmiikhwanonline 0 views 29 slides Sep 30, 2025
Slide 1
Slide 1 of 29
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29

About This Presentation

laporan kasus enterobiasis


Slide Content

Enterobiasis

Identitas Pasien Nama : An. M K H Umur : 6 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Kp. Cigempol RT 07 RW 10 kel Karanganyar

Keluhan Utama Gatal pada anus sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang bersama ibunya dengan keluhan gatal pada anus sejak ± 2 hari yang lalu. Anak tampak menggaruk-garuk pada bagian anus. Tidur terganggu karena gatal yang muncul kadang malam hari. Nafsu makan menurun. Anak tampak lemah dan tidak semangat bermain seperti biasa. Ibu pasien mengatakan bahwa sempat keluar cacing berwarna putih dari anus. Nyeri perut (-), demam (-), mual (+), muntah (-). BAK dan BAB biasa. Saat timbul gatal pada anus ibu memberi minyak sayur pada anus, namun rasa gatal tidak hilang. Belum pernah minum obat untuk mengurangi gejala, anak ± 3 tahun tidak minum obat cacing. Anak sering bermain tanah bersama temannya dibawah rumah. Anak mandi dua kali sehari. Ibu pasien rajin potong kuku anak setiap kali saat kuku nya mulai panjang. Anak sering makan jajanan yang dijual gerobak keliling yang lewat di depan rumah, seperti martabak, mie ayam, dan tahu bulat. Setiap mau makan, anak jarang mencuci tangan karena lupa. Anak juga tidak pernah mencuci tangan dengan sabun setelah buang air.

Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis Pengukuran Tanda Vital : Nadi : 84x/menit, reguler, isi cukup Suhu : 36°C Respirasi : 22x/menit, regular Berat Badan : 30 Kg Tinggi Badan :125 Cm

Pemeriksaan Organ Kepala : Bentuk : Simetris, normocephal Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/- Telinga : Dalam Batas Normal Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/- Mulut: Dalam Batas Normal Thorax Inspeksi : Simetris, retraksi (-) Palpasi : Krepitasi (-), vokal fremitus tidak dilakukan pemeriksaan Perkusi : Sonor Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/- BJI dan II regular, murmur (-) gallop(-)

Pemeriksaan Organ Abdomen : Inspeksi : Datar, jaringan parut (-),spider nevi (-)venektasi vena (-), Palpasi : Nyeri tekan (-) Perkusi : Timpani (+) Auskultasi : Bising usus (+) normal Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-,

Usulan Pemeriksaan Scotch Tape Test Anal Swab Mikroskopis tinja

Diagnosa Kerja Enterobiasis (B.80) Diagnosis Banding Dermatitis Perianal Tinea cruris Trichiasis

Manajemen Preventif Menjaga kebersihan tubuh anak dengan mandi dua kali sehari. Memotong kuku yang panjang dan tidak menggigit-gigiti kuku. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar maupun kecil. Memakai alas kaki saat keluar rumah. Tidak makan makanan yang dijual dipinggir jalan yang diragukan kebersihannya. Meminum obat cacing yang diberikan puskesmas selama 2x dalam setahun Promotif Memberikan informasi kepada ibu pasien tentang penyakitnya yang menular dan pengobatannya. Menyarankan kepada ibu agar anak mengkonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter. Menjaga kebersihan anak, lingkungan rumah dan sekitar.

Manajemen Kuratif Albendazole 400 mg dosis tunggal Vitamin B Complek tablet diberikan 1 x 1 tablet selama 3 hari Rehabilitatif Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan yang bergizi dengan menu lengkap sayur, daging dan lauk pauk serta buah dan susu. Menjaga kebersihan diri.

Tinjauan Pustaka

LATAR BELAKANG Enterobiasis merupakan infestasi cacing paling umum di dunia, termasuk negara maju. Sering pada anak di bawah 18 tahun, namun bisa juga terjadi pada orang dewasa Secara umum, prevalensi kecacingan di Indonesia dilaporkan berkisar 60- 80%

DEFINISI Enterobiasis adalah infestasi cacing vermicularis pada manusia Lebih sering ditemukan pada anak- anak Jalur infeksi fekal- oral

ETIOLOGI Enterobius vermicularis (cacing kremi) Tahap perkembangan: telur, larva cacing dewasa Siklus hidup: telur tertelan oleh penderita (reinfestasi atau paparan dari lingkungan) –> telur menetas di usus halus  larva di colon terutama caecum  cacing dewasa betina bergerak menuju anus dan meletakkan telur di perianal pada malam hari A , B: Enterobius egg(s). Eggs measure 50 to 60 µm by 20 to 32 µm. D: Anterior end of Enterobius vermicularis adult worm. jantan betina

Stadium Ukuran Bentuk & Ciri khas Keterangan Telur 50–60 × 20–30 µm Oval, asimetris, dinding tipis transparan Cepat infektif (4–6 jam) Larva ±150 µm Memanjang, menyerupai kecebong Menetas di usus halus Dewasa jantan 2–5 mm Tubuh kecil, ekor melengkung, spikulum jelas Mati setelah kawin Dewasa betina 8–13 mm Tubuh besar, ekor runcing, uterus penuh telur Migrasi ke perianal untuk bertelur Enterobius vermicularis

FAKTOR R I SIKO Anak usia < 18 tahun Tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan Anak dengan kebiasaan menggigit barang, seperti mainan dan alat tulis Status Pendidikan rendah

DIAGNOSIS Anamnesis Rasa gatal pada anus, terutama malam hari Keluhan lain seperti anoreksia, penurunan berat badan, nyeri perut, mual, muntah, dan diare 1/3 asimptomatik Dapat menyebabkan infeksi genitourinaria pada wanita ataupun komplikasi appendicitis akibat obstruksi lumen

DIAGNOSIS Pemeriksaan Fisik Tidak khas Bisa ditemukan ekskoriasi bekas garukan hingga tanda infeksi sekunder di peri anal Pada beberapa kasus, cacing dapat terlihat dengan mata telanjang, berbentuk benang- benang putih halus kecil

DIAGNOSIS Pemeriksaan Penunjang • Anal Swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan scoth adhesive tape. Bila adhesive tape ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi oleh sedikit tuluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Dilakukan pada pagi hari Temuan: telur berukuran 50x30 mikron

DIAGNOSIS BANDING Infeksi Nematoda Lain Dermatitis Infeksi Kulit Perianal

TATALAKSANA Medikamentosa Mebendazol 100 mg per oral dosis tunggal, diulang setelah 2 minggu Albendazol 400 mg per oral dosis tunggal, diulang setelah 2 minggu Pirantel pamoat 10mg/kgBB per oral, maksimal 1 g dosis tunggal Non medikamentosa Memperhatikan kebersihan diri, terutama kuku jari dan tempat tidur Membersihkan toilet setiap hari dengan disinfektan Membiasakan mencuci tangan sebelum makan Pemberian obat cacing di sekolah dan atau di posyandu

PEMBERIAN OBAT CACING Sasaran Anak usia 12–59 bulan ( balita ) melalui Posyandu . Anak usia 5–12 tahun ( usia sekolah dasar ). Pada daerah endemis tertentu , sasaran dapat diperluas ke remaja , ibu hamil trimester II–III, serta kelompok berisiko lainnya sesuai kebijakan Kemenkes . Pelaksanaan Obat yang digunakan adalah Albendazole 400 mg atau Mebendazole 500 mg dosis tunggal . Pemberian dilakukan minimal 2 kali dalam setahun ( setiap 6 bulan sekali ). Pelaksanaan dilakukan oleh Puskesmas bekerja sama dengan sekolah , posyandu , dan kader kesehatan masyarakat . Disertai edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) , termasuk mencuci tangan dengan sabun , menjaga kebersihan kuku, serta penggunaan jamban sehat . Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas untuk memastikan cakupan dan efektivitas program.

PROGRAM TERKAIT Program PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Edukasi cuci tangan pakai sabun , menjaga kebersihan lingkungan , dan kebiasaan sehat lainnya . PHBS di rumah , sekolah , dan masyarakat sangat berperan dalam menurunkan risiko kecacingan . Program P2P ( Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular ) Meliputi surveilans penyakit menular termasuk kecacingan . Mendorong deteksi dini kasus kecacingan di masyarakat . Program Gizi Pemberian makanan tambahan pada balita dan anak sekolah . Pemantauan status gizi untuk mencegah dampak buruk kecacingan seperti stunting dan anemia. Program Bina UKS (Usaha Kesehatan Sekolah ) Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan rutin di sekolah . Memastikan cakupan obat cacing pada anak usia sekolah dasar tercapai .

PROGRAM TERKAIT Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Fokus pada penggunaan jamban sehat , pengelolaan air minum dan sampah . Membantu mencegah penularan penyakit berbasis lingkungan termasuk kecacingan . Program AUSREM (Acara Penjaringan Anak Usia Sekolah dan Remaja ) Merupakan kegiatan rutin Puskesmas bersama sekolah untuk menjaring masalah kesehatan anak sekolah dan remaja . Meliputi pemeriksaan kesehatan umum , status gizi , kebersihan diri , kesehatan gigi , penglihatan , pendengaran , serta penyakit menular termasuk kecacingan . Dalam konteks kecacingan , AUSREM menjadi pintu masuk untuk skrining , edukasi PHBS, serta distribusi obat cacing bagi anak sekolah . Program ini melengkapi UKS dan POPM dengan pendekatan yang lebih menyeluruh pada kelompok usia sekolah dan remaja .

Komplikasi Persistent Perianal scratch Peritoneal inflammation Gut Obstruction (rare)

Terima Kasih
Tags