KELOMPOK VI APOTEK CAHAYA EVALUASI MUTU DI APOTEK C AHAYA
Sistem Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan di Apotek Tempat PKPA Sistem pemantauan dan evaluasi kegiatan di apotek dilakukan secara berkala untuk memastikan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian berjalan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan prinsip Good Pharmacy Practice (GPP) . Pemantauan dilakukan oleh apoteker penanggung jawab dan dibantu oleh asisten apoteker serta mahasiswa PKPA. 1. Aspek yang Dipantau : Pelayanan Resep Manajemen Obat Administrasi dan Dokumentasi Kualitas Pelayanan Kepatuhan terhadap SOP
Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi di apotek dilakukan untuk menjamin mutu , ketersediaan , dan keamanan obat agar pelayanan kepada pasien berjalan optimal. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin oleh apoteker penanggung jawab bersama staf apotek . 1. Tahapan Pengelolaan Sediaan Farmasi yang Dipantau : Perencanaan Pengadaan Penerimaan Penyimpanan Pendispensingan Pemantauan Stok Penghapusan dan Retur
Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek 2. Metode Pemantauan dan Evaluasi : Observasi langsung di ruang penyimpanan dan pelayanan obat . Pemeriksaan catatan stok ( kartu stok , sistem komputer ).Audit logistik dan pengecekan fisik obat secara berkala . Rapat evaluasi bulanan untuk membahas hasil pemantauan dan menentukan tindak lanjut . 3. Pelaporan dan Tindak Lanjut : Hasil pemantauan dicatat dalam laporan evaluasi yang berisi : Data temuan dan deviasi , Analisis penyebab masalah , Rekomendasi perbaikan , serta Tindakan korektif dan preventif untuk peningkatan mutu pengelolaan sediaan farmasi .
Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Farmasi Klinis di Apotek Pemantauan dan evaluasi kegiatan farmasi klinis dilakukan untuk memastikan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien berjalan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian . Kegiatan ini bertujuan meningkatkan keamanan , efektivitas , dan rasionalitas penggunaan obat . 1. Aspek yang Dievaluasi : Ketepatan pemberian obat berdasarkan resep dokter ( drug use evaluation ). Ketepatan dosis , cara dan waktu pemberian obat . Identifikasi Drug Related Problems (DRP) seperti interaksi obat , duplikasi terapi , efek samping , atau kontraindikasi . Kualitas konseling obat kepada pasien . Kepatuhan pasien terhadap terapi obat . Kesesuaian pencatatan data farmasi klinis dalam rekam pasien atau buku monitoring.
Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Farmasi Klinis di Apotek 2. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi : Observasi Langsung : Apoteker memantau proses pelayanan resep dan konseling pasien . Wawancara Pasien : Untuk menilai pemahaman pasien terhadap penggunaan obat dan efek sampingnya . Review Resep dan Catatan Pasien : Mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat serta kesesuaian dengan diagnosis. Pelaporan DRP: Mencatat dan melaporkan setiap kasus masalah terkait obat kepada apoteker penanggung jawab untuk tindak lanjut . Rapat Evaluasi : Dilakukan secara berkala untuk membahas temuan , kendala , dan tindakan perbaikan terhadap pelayanan farmasi klinis .
Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Farmasi Klinis di Apotek 3. Pelaporan dan Tindak Lanjut : Hasil evaluasi didokumentasikan dalam laporan kegiatan farmasi klinis yang berisi : Data kasus dan temuan , Analisis penyebab , Rekomendasi perbaikan , serta Tindak lanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi klinis . Laporan ini menjadi dasar peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian dan mutu pelayanan pasien di apotek .
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pengelolaan Sediaan Farmasi , Alkes , dan BMHP di Apotek Pendahuluan Evaluasi mutu pengelolaan sediaan farmasi , alat kesehatan ( alkes ), dan bahan medis habis pakai (BMHP) bertujuan untuk memastikan seluruh proses pengelolaan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek . Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga mutu , keamanan , dan ketersediaan produk farmasi yang diberikan kepada pasien . 2. Aspek yang Dievaluasi Perencanaan : Dilakukan berdasarkan data penggunaan obat sebelumnya dan pola penyakit pasien . Pengadaan : Pemesanan hanya dari distributor resmi dengan surat pesanan dan faktur lengkap . Penerimaan : Pemeriksaan kondisi fisik obat , kesesuaian jumlah , bentuk sediaan , dan tanggal kedaluwarsa . Penyimpanan : Penerapan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat disimpan sesuai persyaratan suhu , kelembapan , dan keamanan . Pendispensingan : Pelayanan resep dilakukan dengan memperhatikan ketepatan obat , dosis , serta pemberian informasi obat kepada pasien . Stok Opname : Dilaksanakan secara berkala untuk memastikan kesesuaian antara catatan stok dan kondisi fisik . Penghapusan dan Retur : Obat rusak atau kedaluwarsa dikembalikan ke distributor disertai berita acara retur .
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pengelolaan Sediaan Farmasi , Alkes , dan BMHP di Apotek 3. Hasil Evaluasi Dari hasil observasi dan wawancara dengan petugas , ditemukan hal-hal berikut : Sistem penyimpanan sudah menerapkan FEFO , namun belum semua rak diberi label suhu penyimpanan . Pencatatan stok obat dilakukan manual dan belum seluruhnya terdokumentasi dalam sistem komputer . Beberapa BMHP ( misalnya spuit dan kasa steril ) belum tercatat dalam laporan bulanan . Tidak ditemukan obat kedaluwarsa di area pelayanan , namun perlu peningkatan dokumentasi retur obat .
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pengelolaan Sediaan Farmasi , Alkes , dan BMHP di Apotek
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pengelolaan Sediaan Farmasi , Alkes , dan BMHP di Apotek 5 . Solusi dan Rekomendasi Melakukan pelabelan lengkap pada seluruh rak penyimpanan obat dan BMHP. Menerapkan sistem komputerisasi sederhana untuk pencatatan stok dan laporan penggunaan obat . Membuat jadwal evaluasi mutu secara berkala ( setiap 3 bulan ). Meningkatkan pelatihan petugas mengenai pengelolaan obat sesuai Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek . 6 . Kesimpulan Secara umum , pengelolaan sediaan farmasi , alkes , dan BMHP di apotek telah berjalan baik , namun masih perlu peningkatan dalam aspek dokumentasi dan pelabelan penyimpanan untuk mencapai standar mutu yang optimal.
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek 1 . Pendahuluan Evaluasi mutu pelayanan farmasi klinis bertujuan untuk menilai sejauh mana pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien telah dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek . Pelayanan farmasi klinis meliputi penilaian resep , konseling pasien , pemantauan terapi obat , dan pelaporan efek samping obat (ESO). 2. Aspek yang Dievaluasi Penilaian Resep : Ketepatan identitas pasien , nama obat , dosis , aturan pakai , dan potensi interaksi obat . Konseling Obat : Tingkat kejelasan informasi yang diberikan kepada pasien , termasuk cara pemakaian , efek samping , dan penyimpanan obat . Pemantauan Terapi Obat (PTO): Upaya memantau efektivitas terapi , kepatuhan pasien , dan kemungkinan efek samping . Pelaporan ESO: Terdapat mekanisme pelaporan jika ditemukan efek samping obat . Dokumentasi : Pencatatan hasil konseling dan evaluasi pasien dalam logbook atau sistem apotek .
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek 3. Hasil Evaluasi Berdasarkan observasi dan wawancara dengan apoteker serta pasien di apotek : Pemeriksaan resep rutin dilakukan , tetapi pencatatan hasil review resep belum terdokumentasi secara sistematis . Konseling diberikan pada pasien baru atau pasien dengan terapi kronis , namun durasinya masih singkat . Pemantauan kepatuhan pasien terhadap obat rutin belum terstruktur , hanya berdasarkan tanya jawab saat pengambilan obat berikutnya . Belum ada laporan efek samping obat yang terdokumentasi . Dokumentasi pelayanan farmasi klinis belum dilaksanakan secara optimal.
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek
Laporan Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek 5. Solusi dan Rekomendasi Membuat format standar untuk pencatatan hasil review resep dan konseling pasien . Menyusun jadwal pemantauan terapi untuk pasien dengan penyakit kronis . Melakukan pelatihan bagi tenaga kefarmasian tentang deteksi dan pelaporan ESO. Meningkatkan kualitas komunikasi antara apoteker dan pasien melalui edukasi dan konseling yang lebih interaktif . Melakukan evaluasi rutin mutu pelayanan farmasi klinis setiap 3–6 bulan . 6. Kesimpulan Secara umum , pelayanan farmasi klinis di apotek telah berjalan namun belum optimal. Diperlukan peningkatan dalam aspek dokumentasi , pemantauan terapi obat , dan pelaporan efek samping untuk menjamin keamanan dan efektivitas terapi pasien sesuai standar pelayanan kefarmasian .
Q AND A SESSION THANK YOU 123-456-7890 www.reallygreatsite.com Fauget