FILSAFAT KEBUDAYAAN DAN AGAMA s2 PASCA.pptx

SatrioSalingkat 6 views 10 slides Sep 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 10
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10

About This Presentation

Materi pembelajaraan Mahasiswa s2


Slide Content

Satrio W Salingkat Nunung Cahyani FILSAFAT KEBUDAYAAN AGAMA 15 SEPT 2025

Hakikat AGAMA Sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta agama yang berarti tradisi . Sedangkan religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali” Agama merupakan tata aturan Tuhan yg berfungsi, memberi arah, bimbingan dan isi serta warna perilaku orang yg berakal dan mengembangkan potensi-potensi dasar yang dimiliki dan melaksanakan tugas-tugas hidupnya yang seimbang antara lahiriah dan batiniah dalam usahanya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan bekal kebahagiaan hidup di akherat kelak

Hakikat BUDAYA Sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat Manusia sebagai makhluk yang berbudaya dalam interaksinya mempunyai norma, nilai , serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi . Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya dan dapat pula dimodifikasi sesuai kebutuhan zaman Budaya merupakan hasil cipta , rasa, karsa , dan karya manusia yang terwujud dalam nilai , norma, pengetahuan , seni , bahasa , dan sistem sosial untuk dapat memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan bekal kebahagiaan hidup

Ontologi Epistemologi Aksiologi AGAMA PERSPEKTIF FILSAFAT Agama dipandang sbg realitas spiritual yang berakar pada hubungan manusia dengan Yang Ilahi. Hakikat agama melampaui dimensi duniawi Pengetahuan agama bersumber dari wahyu, akal, tradisi, dan pengalaman religius. Ex Wahyu → teks suci, ajaran Ilahi Rasionalitas → penafsiran akal terhadap teks dan realitas Pengalaman religius → kesadaran iman dan spiritualitas individu/komunitas Bernilai sebagai pedoman moral, sumber etika, pengendali perilaku, serta pemandu makna hidup manusia Bersifat absolut dan mutlak (nilai moral & ajaran pokoknya tetap), meskipun ekspresinya dapat mengikuti konteks budaya Tujuannya memberi makna hidup, menyatukan manusia dengan Tuhan, serta mengarahkan perilaku etis Nilainya bersifat moral dan spiritual: kebaikan, keadilan, kasih sayang, tanggung jawab

Ontologi Epistemologi Aksiologi BUDAYA PERSPEKTIF FILSAFAT Pengetahuan tentang kebudayaan lahir dari rasio dan pengalaman empiris manusia. Studi antropologi, sejarah, dan filsafat budaya membantu memahami pola budaya. Kebenaran dalam kebudayaan bersifat relatif karena terkait konteks sosial dan zaman Kebudayaan bernilai karena menjadi sarana manusia, menjaga hubungan kekerabatan alamiah, mewujudkan identitas, melestarikan nilai moral, dan mengekspresikan kreativitas Nilainya bersifat pragmatis (fungsi praktis) dan estetis (keindahan seni, simbol, adat) Hakikatnya adalah produk manusia melalui cipta (akal), rasa (emosi), karsa (kehendak), dan karya (perbuatan) bersifat dinamis, berubah sesuai ruang dan waktu Kebudayaan menyusun cara hidup, pola pikir, sistem nilai, serta identitas kolektif suatu masyarakat

MATRIKS PERBANDINGAN Aspek Filsafat Kebudayaan Agama Hubungan Keduanya Ontologi ( hakikat ) Produk manusia : hasil cipta , rasa, karsa , dan karya . Bersifat dinamis dan berubah sesuai ruang & waktu . Sistem keyakinan transendental , bersumber dari wahyu / ilahi . Bersifat absolut dalam nilai dasar . Agama memberi arah dan makna transendental pada kebudayaan , sementara kebudayaan memberi wadah ekspresi agama. Epistemologi ( sumber & cara memperoleh pengetahuan ) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, rasio, dan tradisi sosial. Kebenaran bersifat relatif dan kontekstual. Pengetahuan bersumber dari wahyu , akal , dan pengalaman religius . Kebenaran bersifat absolut normatif ( meskipun tafsir bisa berbeda ). Agama membentuk kerangka normatif budaya , sedangkan budaya menjadi medium untuk mewujudkan dan mengkomunikasikan ajaran agama. Aksiologi (nilai & tujuan) Menjaga kehidupan sosial, memperkuat identitas, mengekspresikan kreativitas, serta memberi nilai estetis & praktis. Memberi makna hidup , pedoman moral, dan orientasi spiritual ( etis , transendental ). Agama memberi orientasi moral pada budaya ; budaya memperkaya praktik keagamaan agar lebih kontekstual dan mudah diterima masyarakat .

MATRIKS PERBANDINGAN Aspek Imanen (Dunia Empiris ) Transenden ( Melampaui Empiris ) Referensi Definisi Realitas yang hadir dalam dunia, dapat diamati dan dialami Realitas yang melampaui indera , rasio , dan batas dunia Kant, I. (1781). Critique of Pure Reason . Sumber Pengetahuan Indera, pengalaman, rasio, ilmu pengetahuan Wahyu, intuisi , iman , metafisika Plato (dalam Republic ); Kant (1781) Contoh Alam semesta, budaya, sejarah, kehidupan sehari-hari Tuhan, kebenaran mutlak, nilai-nilai abadi Tillich, P. (1957). Theology of Culture . Hubungan dengan Manusia Dapat dipelajari , dikaji , dan dikelola melalui sains dan budaya Dihayati melalui iman , doa , filsafat , dan refleksi spiritual Eliade, M. (1959). The Sacred and the Profane . Peran dalam Agama Bentuk nyata ajaran (ritual, tradisi , simbol ) Substansi dan tujuan terdalam agama (Tuhan, keselamatan) Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures . Nilai Filsafat Menjadi objek kajian empiris untuk memahami dunia Menjadi sumber makna , nilai , dan arah kehidupan Ricoeur , P. (1984). Time and Narrative .

Antara lain: PERSPEKTIF FILSAFAT TENTANG HUBUNGAN KEDUANYA Filsafat humanisme → melihat kebudayaan sebagai cara manusia mencari makna, sedangkan agama melengkapinya dengan arah spiritual Filsafat eksistensialisme → manusia eksis dalam kebudayaan, tetapi mencari transendensi melalui agama "Agama memberi arah, kebudayaan memberi bentuk; keduanya bersatu melahirkan peradaban yang bermakna." Tillich, P. (1957). Theology of Culture. New York: Oxford University Press.

RELIGION&CULTURE KESIMPULAN Agama dan kebudayaan saling melengkapi sebagai dua dimensi eksistensi manusia. Secara ontologis, agama memberi arah transendental sementara kebudayaan menjadi wadah ekspresi yang dinamis. Sisi epistemologis, wahyu dan rasio berinteraksi dengan pengalaman budaya untuk melahirkan pemahaman yang kontekstual. Secara aksiologis, agama menegaskan nilai moral dan tujuan hidup, sedangkan kebudayaan mewujudkannya dalam praksis sosial. Integrasi keduanya melahirkan peradaban yang harmonis, berakar pada nilai spiritual sekaligus adaptif terhadap dinamika zaman tentunya untuk membentuk peradaban manusia yang harmonis, bermoral, dan berkelanjutan

Pengajar : Prof. Dr. Ir. Abdul Rahim, M.P TERIMA KASIH Mahasiswa : Satrio Wibowo Salingkat E2022530014 Nunung Cahyani E2022530015