Filsafat pendidikan islam antara surga idealisme dan neraka realitas.pptx
vmmusik1
1 views
8 slides
Aug 27, 2025
Slide 1 of 8
1
2
3
4
5
6
7
8
About This Presentation
presentasi filsafat pendidikan islam
Size: 34.64 KB
Language: none
Added: Aug 27, 2025
Slides: 8 pages
Slide Content
Filsafat Pendidikan Islam: Antara Surga Idealisme dan Neraka Realitas Disajikan dengan sedikit tawa biar tidak terlalu filosofis
Pertanyaan Pemantik Mengapa kita perlu belajar filsafat pendidikan Islam? Apakah karena kita haus ilmu... atau karena SKS sudah terlanjur bayar? Filsafat itu bikin pusing, tapi tidak belajar lebih pusing lagi.
Definisi Filsafat Pendidikan Islam Filsafat = berpikir sedalam mungkin... kadang terlalu dalam sampai dosen pun bingung. Pendidikan Islam = bukan sekadar hafalan ayat, tapi juga mengajarkan cara tidak ketiduran saat kuliah. Jadi: Filsafat Pendidikan Islam = seni menghubungkan akal, wahyu, dan realita mahasiswa yang seringnya low-batt.
Tokoh Besar (versi ringkas jenaka) Al-Ghazali: Mengingatkan jangan terlalu cinta logika, nanti lupa ibadah. Ibn Sina: Filosof, dokter, polymath. Kalau zaman sekarang mungkin sudah jadi influencer. Ibn Khaldun: Bapak Sosiologi. Kalau beliau bikin podcast, pasti trending.
Tujuan Belajar Filsafat Pendidikan Islam Mengasah logika berpikir (biar debat warung kopi ada dasar ilmiahnya). Menyadari bahwa “pendidikan” bukan hanya nilai di KRS. Menemukan jawaban atas pertanyaan eksistensial, misalnya: “Kenapa tugas makalah selalu jatuh di minggu UTS?”
Problem dalam Pendidikan Islam (Satire) Kurikulum kadang lebih banyak hafalan daripada pemahaman. Guru dianggap pahlawan tanpa tanda jasa... tapi gajinya juga tanpa tanda yang jelas. Mahasiswa sering dibilang “generasi harapan bangsa”... tapi harapan utamanya cuma lulus tepat waktu.
Harapan Menghidupkan pendidikan Islam yang berpihak pada akal sehat dan akhlak mulia. Filsafat jadi teman berpikir kritis, bukan sekadar bahan remedial. Kalau bisa bikin mahasiswa berpikir jernih, itu sudah mujizat.
Penutup Belajar filsafat pendidikan Islam itu ibarat bercermin: Kadang menakutkan, kadang bikin tertawa, tapi selalu bikin sadar bahwa kita harus belajar lagi. (Bonus: kalau bingung, anggap saja ini semua stand-up comedy akademik.)