Finish_Hukum Seputar Puasa Dalam Madzhab Syafi’i.pptx
trianaagustina10
0 views
42 slides
Oct 07, 2025
Slide 1 of 42
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
About This Presentation
Fiqih seputar puasa
Size: 18.76 MB
Language: none
Added: Oct 07, 2025
Slides: 42 pages
Slide Content
Fiqih Puasa Dalam Madzab Syafi’i Oleh; Robi Pamungkas
Syariat Puasa Puasa dalam bahasa Arab as Shaum ( الصوم ) atau as Shiyam ( الصيام ) secara bahasa bermakna menahan ( al Imsak ). Sedangkan secara istilah; الإمساك عن جميع المفطرات من طلوع الفجر الصادق إلى غروب الشمس بنية مخصوصة “ M enahan dari semua hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar shadiq sampai terbenamnya matahari dengan niat yang khusus” F irman Allah ﷻ dalam surat Maryam ayat 26; اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini” Maknanya; aku bernazar untuk menahan dari berbicara
S ebagaimana firman Allah ﷻ dalam surat al Baqarah ayat 183: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” Hanya saja kewajiban puasa pada bulan Ramadhan tidak pernah disyariatkan sebelumnya. Umat Islam sama dengan umat-umat sebelumnya dalam hal disyariatkannya puasa, tetapi untuk kewajiban puasa bulan Ramadhan hanya dikhususkan untuk umat Islam Puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun kedua hijriyah bulan Sya’ban. Puasa termasuk S yariat umat-umat terdahulu .
Rasulullah ﷺ berpuasa Ramadhan selama sembilan kali Ramadhan. Delapan kali Nabi ﷺ puasa hanya 29 hari ( naqish ) dan hanya sekali 30 hari ( kamil ). Hikmah puasa Nabi ﷺ banyaknya naqis adalah agar orang yang berpuasa Ramadhan naqish (29 hari) merasa tenang, karena pahala orang yang berpuasa selama 29 hari sama dengan orang yang berpuasa 30 hari. Seperti sama-sama mendapatkan ampunan dan mendapatkan masuk surga lewat pintu ar Rayan . Puasa Ramadhan Puasa Ramadhan termasuk ma’lumun min ad Din bi ad Dharurat atau perkara agama yang diketahui oleh semua kalangan. Orang yang mengingkari kewajiban puasa Ramadhan hukumny a kafir dan ia diperlakukan seperti orang murtad, maka dia akan diminta untuk bertaubat, jika tidak mau, maka khalifah atau wakilnya wajib membunuhnya sebagai hukuman had murtad, kecuali dia orang yang baru masuk Islam atau tinggal jauh dari orang-orang yang bisa ditanyai seputar syariat puasa .
Penetapan Bulan Ramadhan Penetapan awal bulan Ramadhan dilakukan dengan salah satu dari lima hal. Dua diantaranya bersifat umum, yaitu berlaku untuk semua jika sudah ditetapkan oleh qadhi (hakim). Tiga bersifat khusus, yaitu hanya berlaku bagi orang-orang tertentu saja.
Terlihatnya Hilal Menggenapkan Sya’ban Ijtihad Mendapatkan informasi hilal Melihat hilal Penetapan Bulan Ramadhan Bersifat Umum Bersifat Khusus
1. Terlihatnya hilal Jika disuatu daerah, hilal sudah terlihat, maka wajib semua penduduk daerah tersebut berpuasa besok harinya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ ; صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته؛ فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثلاثين “Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (hari raya) karena melihat hilal. Jika hilal tidak terlihat, maka genapkan hitungan Sya’ban menjadi tiga puluh” (HR; Muslim) Terlihatnya hilal dapat ditetapk a n dengan persaksian satu orang yang adil . Adil yang dimaksud dalam bab ini adalah adil dalam syahadat (persaksian) bukan adil dalam riwayat. Adil dalam syahadat yaitu yang memenuhi syarat-syarat saksi, yaitu; Muslim, lelaki, baligh, berakal, rasyid, bisa berbicara, bisa mendengar, bisa melihat, tidak berbuat dosa besar, tidak sering melakukan dosa kecil atau sering melakukan dosa kecil, tetapi tidak mengungguli ketaatannya Bersifat Umum
2. Menggenapkan Sya’ban Jika hilal tidak terlihat pada malam tiga puluh Sya’ban, maka sya’ban digenapkan menjadi tiga puluh hari. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ : صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته؛ فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثلاثين “Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (hari raya) karena melihat hilal. Jika hilal tidak terlihat, maka genapkan hitungan Sya’ban menjadi tiga puluh” (HR; Muslim) Bersifat Umum
Melihat langsung hilal secara mandiri, tetapi ditolak persaksiannya oleh hakim, karena tidak memenuhi syarat adil. Seperti perempuan, orang fasik, atau anak kecil. Maka puasa wajib bagi dia besok harinya Mendapatkan informasi bahwa hilal sudah terlihat. Maka berlaku hukum terlihatnya hilal bagi mereka yang mengetahuinya, dengan syarat orang yang memberi informasi adalah seorang yang adil. Jika orang yang menyampaikannya bukan orang yang adil, seperti perempuan dan anak kecil, maka hukum terlihatnya hilal hanya berlaku bagi yang mempercayainya saja Bersifat Khusus Dengan ijtihad, seperti orang yang ditahan dalam penjara atau ditawan musuh. Maka baginya boleh berpuasa sesuai dugaannya. Jika ia berpuasa sebelum masuk Ramadhan, maka dihitung sebagai puasa sunnah, jika dalam Ramadhan dihitung melak s anakan puasa Ramadhan, dan jika setelah Ramadhan dianggap se b agai qadha puasa Ramadhan 1 2 3
Jika terbukti puasa setelah Ramadhan , maka dihitung sebagai qadha dari puasa Ramadhan Jika terbukti puasa dalam bulan Ramadhan , maka sah puasanya sebagai puasa Ramadhan Jika terbukti sebelum Ramadhan, maka dihitung sebagai puasa sunnah ORANG YANG B ERIJTIHAD P UASA : 1 2 3
Maka wajib penduduk daerah tersebut dan daerah yang satu mathla’ (yaitu daerah yang terbit dan terbenam mataharinya sama) untuk berpuasa. Pendapat yang mu’tamad (pegangan) dalam madzhab terkait jarak mathla adalah sebagaimana yang diambil oleh Imam Nawawi 24 farsakh ( 216 km), berbeda dengan Imam Rafi’i yang berpendapat jarak mathla’ adalah sebagaimana jarak qashr (140 km). Jika di suatu daerah sudah terlihat hilal,
أَخْبَرَنِي كُرَيْبٌ، أَنَّ أُمَّ الفَضْلِ بِنْتَ الحَارِثِ، بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ قَالَ: فَقَدِمْتُ الشَّامَ، فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا، وَاسْتُهِلَّ عَلَيَّ هِلَالُ رَمَضَانَ وَأَنَا بِالشَّامِ، فَرَأَيْنَا الهِلَالَ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ، ثُمَّ قَدِمْتُ المَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرِ، فَسَأَلَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ، ثُمَّ ذَكَرَ الهِلَالَ، فَقَالَ: مَتَى رَأَيْتُمُ الهِلَالَ، فَقُلْتُ رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ، فَقَالَ: أَأَنْتَ رَأَيْتَهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ؟ فَقُلْتُ: رَآهُ النَّاسُ، وَصَامُوا، وَصَامَ مُعَاوِيَةُ، قَالَ: لَكِنْ رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ، فَلَا نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، أَوْ نَرَاهُ، فَقُلْتُ: أَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ، قَالَ: لَا، هَكَذَا «أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» Dari Kuraib : Sesungguhnya Ummu Fadl binti Al-Haarits telah mengutusnya menemui Mu’awiyah di Syam. Berkata Kuraib : Lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua keperluannya. Dan tampaklah olehku (bulan) Ramadlan, sedang aku masih di Syam, dan aku melihat hilal (Ramadlan) pada malam Jum’at. Kemudian aku datang ke Madinah pada akhir bulan (Ramadlan), lalu Abdullah bin Abbas bertanya ke padaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia bertanya ; “Kapan kamu melihat hilal (Ramadlan) ? Jawabku : “Kami melihatnya pada malam Jum’at”. Ia bertanya lagi : “Engkau melihatnya (sendiri) ?” Jawabku : “Ya ! Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Mu’awiyah Puasa”. Ia berkata : “Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka senantiasa kami berpuasa sampai kami sempurnakan tiga puluh hari, atau sampai kami melihat hilal (bulan Syawwal) “. Aku bertanya : “Apakah tidak cukup bagimu ru’yah (penglihatan) dan puasanya Mu’awiyah ? Jawabnya : “Tidak ! Begitulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah memerintahkan kepada kami” (HR: Muslim)
Jika orang berpuasa berdasarkan informasi dari orang yang dipercaya, lalu setelah tiga puluh hari belum terlihat hilal, apakah boleh baginya berbuka ? Masalah Jika seseorang bersafar ke daerah lain pada akhir Sya’ban, dan dia dalam keadaan berpuasa karena telah terlihat hilal, sedangkan daerah yang ia tuju penduduknya belum berpuasa karena tidak terlihat hilal, atau dia dalam keadaan tidak berpuasa karena tidak terlihat hilal, sedangkan penduduk daerah yang ia tuju sudah berpuasa karena sudah terlihat hilal, maka apa hukum baginya ? Menurut Ibnu Hajar al Haitami, baginya tidak boleh berbuka, karena berpuasa berdasarkan kepercayaan pada orang yang membawa informasi bukanlah termasuk hujjah syar’i. Sedangkan ia berpuasa sebagai bentuk kehati-hatian. Sedangkan menurut Imam Ramli, boleh baginya berbuka dengan syarat secara sembunyi-sembunyi Jawab : Jika penduduk daerahnya berpuasa, maka ia wajib ikut bersama mereka untuk berpuasa. Tetapi jika penduduknya tidak berpuasa, maka boleh berbuka baginya menurut Imam Ramli dan tidak boleh berbuka menurut Imam Ibnu Hajar, karena ia berpuasa berpegang pada keyakina telah terlihatnya hilal , maka ia tidak boleh menyelisihinya hanya karena sampai ke daerah yang lain Masalah Jawab :
Masalah Jika seseorang bersafar diakhir bulan Ramadhan ke daerah lain, dan ia mendapati penduduknya sudah berbuka, sedangkan ia masih dalam keadaan puasa, atau ia dalam keadaan sudah berbuka, sedangkan penduduk daerah tersebut masih berpuasa, bagaimana hukumnya ? Jawab : Menurut Ibnu Hajar dan Ar Ramli, dalam dua keadaan tersebut ia wajib mengikuti penduduk daerah tersebut, karena ia sudah menjadi bagian dari mereka
Syarat-Syarat Puasa Syarat dibagi menjadi dua; syarat wajib dan syarat sah. Syarat wajib artinya adalah syarat yang apabila dipenuhi ,maka wajib untuk berpuasa. Sedangkan syarat sah artinya adalah syarat yang jika terpenuhi maka puasanya sah sekalipun tidak wajib baginya. Syarat adalah sesuatu yang hukum bergantung kepadanya dan syarat bukan termasuk dari bagian hukum tersebut. Seperti Islam adalah syarat wajib puasa, seseorang yang bukan muslim, maka tidak wajib baginya berpuasa, dan Islam bukan bagian dari puasa itu sendiri.
Syarat Syarat Wajib Syarat Sah Islam Mukalaf Mampu Tidak Safar Islam Berakal Suci dari haid dan nifas Mengetahui waktu puasa
Syarat W ajib 4. Tinggal ( iqamah ), puasa tidak wajib bagi orang yang bersafar 1. Islam 2. Mukalaf 3. Mampu 4. Tidak Safar 1. Islam, puasa tidak wajib bagi orang kafir. Sedangkan orang murtad wajib mengqadha semua puasa yang ia tinggalkan ketika murtad jika kembali masuk Islam 2. Mukalaf, yaitu orang yang berakal dan baligh. Puasa tidak wajib bagi anak kecil atau orang gila. Hanya saja bagi anak kecil, disunnahkan bagi walinya untuk menyurhnya berpuasa ketika sudah sempurna berumur tujuh tahun dan mumayiz dan memukulnya jika meninggalkan puasa pada usia sepuluh tahun jika mampu untuk berpuasa 3. Mampu, puasa tidak wajib bagi orang yang tidak mampu berpuasa, baik secara fisik seperti orang tua dan orang sakit parah, atau secara syar’i seperti wanita haid dan nifas
Syarat S ah 4. Mengetahui waktu puasa, puasa tidak sah bagi orang yang tidak mengetahui waktu yang mungkin untuk puasa Ramadhan 1. Islam, puasa tidak sah bagi orang kafir. Jika seseorang murtad dipertengahan siang Ramadhan walaupun hanya sebentar, maka puasanya batal 2. Berakal dan mumayiz, puasa tidak sah bagi orang gila atau anak kecil yang belum mumayiz 3. Suci dari haid, puasa tidak sah bagi perempuan yang haid dan nifas 1. Islam 2. Berakal 3. Suci dari haid 4. Mengetahui waktu puasa
Rukun P uasa Rukun adalah sesuatu yang hukum bergantung kepadanya dan ia bagian dari hukum tersebut. Seperti niat dalam puasa, puasa tidak sah tanpa niat, dan niat adalah bagian dari puasa. 1. Niat 2. Menahan dari hal-hal yang membatalkan Rukun Puasa
Niat secara bahasa adalah bermaksud melakukan sesuatu. Sedangkan secara istilah bermaksud melakukan sesuatu dengan diir i ngi perbuatannya. 1. Niat ; Wajib menentukan jenis puasanya, seperti saya berniat puasa Ramadhan, tidak boleh hanya berniat puasa tanpa menyebutkan jenis puasanya Tempat niat didalam hati, dan tidak disyaratkan melafalkannya Waktu niat untuk puasa Ramadhan, wajib dilakukan dari terbenamnya matahari sampai sebelum terbit fajar shadiq. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ ; مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ “ Siapa yang belum berniat di malam hari sebelum Shubuh, maka tidak ada puasa untuknya” (HR; ad Daraquthni dan Baihaqi) Sedangkan untuk puasa sunnah, waktu niat dari terbenamnya matahari sampai sebelum masuk waktu dzuhur . Wajib niat puasa Ramadhan diulang-ulang setiap malam untuk puasa besoknya
Adapun yang dimaksud dengan jahil dalam bab puasa adalah; Orang yang hidup jauh dari ulama atau orang yang bisa ditanya terkait hukum seputar puasa. Seperti orang yang tinggal ditengah hutan dan sama sekali tidak ada interaksi dengan orang-orang Orang yang baru masuk Islam 2 . Menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa Wajib menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa sepanjang siang Ramadhan. Kecuali bagi orang yang lupa, dipaksa atau tidak tahu (jahil). Maka jika mereka melakukan hal yang membatalkan puasa dalam keadaan diatas, maka puasanya tidak batal.
Hal-hal yang M embatalkan P uasa Murtad Haid dan nifas Gila Pingsan dan Mabuk Jima Sampainya ain (benda) kedalam manfadz maftuh (rongga terbuka) Onani Menyengaja muntah Hal-hal yang membatalkan puasa ada delapan : Pembatal Puasa
Jika dilakukan dalam keadaan sengaja, mengetahui keharamannya dan dilakukan atas pilihan sendiri, maka batal puasanya, dan wajib baginya kafarat udzma Murtad adalah keluar dari Islam, baik dengan niat, perkataan, ataupun perbuatan. Maka orang yang murtad pada siang hari bulan Ramadhan walaupun sebentar, batal puasanya Haid, nifas dan Melahirkan pada siang hari bulan Ramadhan membatalkan puasa walaupun hanya sebentar Gila pada siang hari Ramadhan walaupun sebentar Pingsan dan Mabuk; apabila pingsan dan mabuknya sepanjang siang bulan Ramadhan yaitu dari terbitnya fajar shadiq sampai terbenamnya matahari. Murtad Haid dan nifas Gila Pingsan dan Mabuk Jima Pembatal Puasa #1
Menyengaja muntah, yaitu menyengaja mengeluarkan muntah. Adapun orang yang muntah tanpa sengaja, maka tidak membatalkan puasa. Sampainya ‘ain (benda) kedalam jauf (dubur, kemaluan, perut, otak, bagian dalam telinga) dari rongga terbuka ( manfadz maftuh) . Dikecualikan dari jauf selain jauf, maka jika ada ain masuk bukan ke jauf, seperti kedalam otot maka tidak membatalakn puasa. Dikecualikan dari rongga terbuka adalah rongga tertutup seperti mata atau rongganya kecil seperti pori-pori, maka sampainya ain kedalam rongga tersebut tidak membatalkan puasa Onani yaitu mengeluarkan mani, baik dengan tangannya sendiri atau tangan istrinya atau dengan cara apapun. Adapun mani yang keluar tanpa sengaja, seperti keluar karena melihat sesuatu atau memikirkan sesuatu , maka tidak membatalkan puasa, kecuali ia menyengajanya Pembatal Puasa #2 Sampainya ain kedalam manfadz maftuh Onani Menyengaja muntah
Orang-orang Yang Boleh Berbuka Orang yang bersafar dengan syarat safarnya adalah safar yang menempuh jarak 85 km dan dilakukan sebelum fajar shadiq Orang yang sakit dan khawatir akan dirinya, anggota tubuhnya atau manfaat anggota tubuhnya atau khawatir akan memperlama kesembuhan, maka boleh baginya untuk berbuka puasa Orang yang menyelamatkan orang lain yang akan binasa dan tidak mungkin menyelamatkannya kecuali dengan berbuka puasa Orang yang sangat kehausan dan kelaparan yang memungkinkan akan menyebabkan kematian, atau menghilangkan manfaat anggota tubuh 1. 2. 3. 4.
Semua orang yang berbuka puasa karena udzur atau tanpa udzur, wajib bagi mereka mengqadha setelah mampu melakukan puasa, kecuali anak kecil, orang gila dan orang kafir yang masuk Islam, maka tidak wajib bagi mereka mengqadha puasa Jika anak kecil balig dipertengahan siang Ramadhan, atau orang sakit sembuh di siang Ramdhan, sedangkan mereka dalam keadaan berpuasa, maka haram bagi mereka berbuka puasa. Sedangkan jika mereka dalam keadaan tidak berpuasa, maka disunnahkan bagi mereka untuk menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai terbenamnya matahari Jika berbuka bukan karena uzur, maka wajib baginya untuk menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa sepanjang siang Ramadhan. Seperti orang yang tidak berniat puasa pada malam hari, yang menyengaja berbuka, berbuka pada hari syak dan terbukti Ramadhan M A S A L A H
Qadha, Kafarat dan Fidyah Wanita hamil dan menyusui yang khawatir terhadap anaknya, seperti khawatir susunya tidak akan keluar atau janinnya kekurangan gizi. Maka baginya qadha dan membayar fidyah sebesar satu mud (600 gram) dari makanan pokok tempat ia tinggal, sejumlah hari yang ia tinggalkan puasanya. Adapun jika ia khawatir terhadap dirinya atau terhadap dirinya dan anaknya, maka ia wajib qadha saja tanpa fidyah Orang yang mengakhirkan qadha puasa, sampai datang bulan Ramadhan berikutnya tanpa uzur, maka wajib baginya membayar fidyah satu mud. Jika ia tidak mengqadha puasanya karena uzur, seperti hamil, sakit atau menyusui maka tidak wajib baginya fidyah Orang yang pingsan, lupa berniat, atau yang menyengaja berbuka selain jima’, maka wajib bagi mereka qadha tanpa fidyah Orang yang sudah sangat tua atau orang sakit yang tidak ada harapan sembuh yang tidak mampu berpuasa, maka wajib bagi mereka membayar fidyah satu mud untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan 1. 2. 3. 4.
Kafarat Udzma Mendapatkan dosa Wajib menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa selama siang hari Ramadhan Wajib di ta’zir oleh Imam jika ia belum bertaubat Wajib Qadha Wajib membayar kafarat udzma bagi lelaki saja, yaitu sesuai urutan; membebaskakan budak perempuan yang tidak cacat, jika tidak bisa, puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak bisa, memberi makan enam puluh orang miskin, setiap satu orang miskin satu mud Orang yang merusak puasanya pada siang hari Ramadhan satu hari penuh dengan jima’ yang sempurna dan ia berdosa karena puasanya, maka ia mendapatkan konsekuensi;
Sunnah-Sunnah Puasa Mandi junub bagi yang memiliki junub sebelum subuh Disunnahkan bagi yang berpuasa untuk melakukan beberapa hal berikut; Mempercepat berbuka puasa bagi yang yakin matahari sudah terbenam. Jika ia hanya sekedar menduga tanpa ijtihad, maka tidak boleh dan tidak sunnah baginya mempercepat berbuka. Begitu juga orang yang ragu-ragu akan terbenamnya matahari, tidak boleh baginya mempercepat berbuka Berbuka dengan tiga kurma basah, jika tidak ada dengan satu kurma basah, jika tidak dengan tiga kurma kering , jika tidak ada dengan satu kurma kering, jika tidak ada, maka dengan air putih Berdoa setelah berbuka dengan doa; اللهم لك صمت وبك آمنت وعلى رزقك أفطرت, ذهبت الظمأ وابتلت العرق وثبت الأجر إن شاء الله Memberi buka bagi orang-orang yang berpuasa dan makan bersama mereka Makan pada waktu sahur dan mengakhirkannya selama tidak ragu sudah masuk waktu fajar 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Makruh bersiwak termasuk menggosok gigi setelah waktu dzuhur Sunnah-Sunnah Puasa #2 Ditekankan untuk meninggalkan dusta dan ghibah Disunnahkan meninggalkan syahwat-syahwat mubah Jika ia dicela atau diajak ribut, ia mengingat dalam hatinya bahwa ia dalam keadaan puasa Meninggakan bekam dan mengunyahkan makanan Meninggalkan mencicipi makanan kecuali karena ada hajat, seperti untuk memperbaiki rasa makanan, maka boleh Haram melakukan hal-hal yang dikhawatirkan bisa menyebabkan keluar mani 13. 12. 11. 10. 9. 8. 7.
Berulang setiap tahun Berulang setiap bulan Berulang setiap minggu Puasa - Puasa Sunnah
Puasa Yang Berulang Setiap Tahun 3. Puasa tanggal 9, 10, dan 11 Muharam. Dalilnya sabda Nabi ﷺ ; وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَه “Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR Muslim) فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “Tahun depan –insyaallah- kita akan berpuasa pada tanggal sembilan. Berkata Abdullah bin Abbas – رضي الله عنه – Rasulullah ﷺ wafat sebelum tahun depan” (HR:Muslim) 1. Puasa Arafah, disunnahkan berpuasa arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah bagi selain yang berhaji, bersafar , dan sakit. Dalilnya adalah Sabda Nabi ﷺ ; صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang” (HR: Muslim) 2. Puasa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah kecuali tanggal 10 Dzulhijjah (hari raya)
Puasa Yang Berulang Setiap Tahun 5. Puasa pada bulan-bulan haram , yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, Rajab. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ ; أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ “ Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah (shalat) fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim) 4. Puasa enam hari syawal, berdasarkan sabda Nabi ﷺ ; من صام رمضان ثم أتبعه ستاً من شوال كان كصيام الدهر “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari syawal, maka seperti berpuasa satu tahun” (HR . Muslim)
Puasa Yang Berulang Setiap Bulan 1. Puasa A yamul B idh , yaitu puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan, berdasarkan sabda Nabi ﷺ ; وإنَّ بحَسْبِكَ أنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أيَّامٍ، فإنَّ لكَ بكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أمْثَالِهَا، فإنَّ ذلكَ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ “Cukup bagimu berpuasa setiap bulan tiga hari. Maka bagimu setiap kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan. Berpuasa pada hari itu seperti puasa satu tahun” (HR . Bukhari ) 2. Puasa A yamu as S ud, yaitu puasa pada tanggal 28, 29 dan 30
Puasa Yang Berulang Setiap Minggu 1. Puasa senin dan kamis, berdasarkan sabda Nabi ﷺ ; تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ “Amal dilaporkan pada hari senin dan kamis, dan aku suka amalku dilaporkan sedangkan aku dalam keadaan puasa” (HR;Tirmidzi) Dimakruhkan menyendirikan puasa pada hari jumat saja, atau sabtu saja, atau minggu saja, kecuali diiringi hari sebelum atau sesudahnya, atau bertepatan dengan puasa sunnah lainnya Puasa yang paling afdhal adalah puasa daud, yaitu satu hari puasa, satu hari berbuka
Puasa Yang Diharamkan 1. Puasa pada hari raya idul F itri (1 syawal) 2. Puasa pada hari raya idul A dha (10 Dzulhijah) 3. Puasa pada hari T asyriq (11,12, dan 13 Dzulhijjah) 4. Puasa pada pertenga ha n Sya’ban (16,17, dan 18 sampai akhir bulan), kecuali jika terbiasa berpuas a pada hari-hari tersebut, seperti puasa senin dan kamis atau puasa daud 5. Puasa pada hari S yak, yaitu hari yang diragukan sudah masuk satu ramadhan atau belum. Kecuali bagi yang sudah terbiasa puasa dihari itu
I’tikaf secara bahasa adalah menetap pada sesuatu sekalipun buruk. Sedangkan secara syar’i ; لزوم المسلمين بشروط مخصوصة مسجدا بنية مخصوصة “berdiamnya kau m muslimin dimasjid dengan syarat-syarat dan niat yang khusus” I’tikaf Hukum i’tikaf sunnah muakkadah (sangat ditekankan), teru ta ma pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ : كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ “Biasanya (Nabi sallallahu’alaihi wa sallam) beri'tikaf pada sepuluh malam akhir Ramadan sampai Allah wafatkan. Kemudian istri-istrinya beri'tikaf setelah itu.” (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no. 1172)
Rukun I’tikaf Rukun I ’tikaf A da empat sebagaimana berikut : Niat Berdiam (al Lubtsu) Mu’takif Mu’takaf fih
Niat, orang yang hendak beri’tikaf wajib untuk berniat. Dan tidak dianggap beri’tikaf jika tidak berniat Mu’takaf fih, tempat yang digunakan i’tikaf haruslah masjid. Tidak sah beri’tikaf diselain masjid, seperti ribath, sekolah atau rumah Mu’takif, orang yang beri’tikaf haruslah seorang muslim, berakal, suci dari hadas besar, baik haid, nifas, ataupun junub Berdiam (al Lubtsu), orang yang i’tikaf wajib berdiam sebentar seukuran lebih dari tuma’ninah dalam shalat. Tidak sah i’tikaf seseorang, jika hanya bulak-balik saja tanpa diam 1. 2. 3. 4. Rukun I ’tikaf
Jawab : Boleh ia berniat ditengah-tengah shalat didalam hatinya, dan tidak boleh melafalkannya karena bisa membatalkan shalat Masalah-masalah i’tikaf Jika seseorang masuk masjid dan niat beri’tikaf, lalu keluar, apakah ketika masuk masjid lagi ia wajib berniat lagi atau tidak ? Jawab : Orang yang beri’tikaf kadang niatnya mutlak tanpa dibatasi waktu, kadang dibatasi waktu, kadang i’tikafnya nadzar, dan terkadang i’tikaf sunnah 1. Jika niat i’tikafnya mutlak tidak dibatasi waktu, maka jika ia keluar masjid dan tidak berazam untuk kembali ke masjid, maka wajib baginya ketika masuk masjid untuk berniat lagi. Sedangkan orang yang berazam akan kembali kemasjid lagi, maka tidak harus baginya mengulang niat 2. Jika ia membatasinya dengan waktu, seperti saya berniat i’tikaf selama lima hari. Maka jika ia keluar karena ada kebutuhan yang mendesak, seperti makan dan buang hajat, maka tidak perlu mengulangi niatnya. Adapun jika keluar bukan karena kebutuhan, tetapi berazam akan kembali, maka tidak usah juga mengulangi niat. Tetapi jika tidak berazam kembali, maka harus mengulangi niatnya Jika seseorang lupa berniat i’tikaf, bolehkah dia berniat ketika shalat ?
Pembatal I’tikaf 6. Keluar masjid tanpa udzur 5. Junub yang membatalkan puasa, seperti berjima atau onani 4. Murtad 3. Haid 2. Mabuk 1. Gila & pingsan
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا Terima Kasih Fiqih Puasa Dalam Madzab Syafi’i Oleh : Robi Pamungkas