FIX KTI_Pemanfaatan Pupuk Cair Dari Daun Kelor, Air Cucian Beras dan EM4 Sebagai Alternatif Pupuk Or.pdf

SitiHajar975614 7 views 21 slides Apr 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 21
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21

About This Presentation

keren


Slide Content

1

KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN PUPUK CAIR DARI DAUN KELOR, AIR
CUCIAN BERAS DAN EM4 SEBAGAI ALTERNATIF PUPUK
ORGANIK DI SMA NEGERI 1 LONG IRAM





Disusun Oleh :
Rosalina Anggun Mebang 0075216439
Oktavianus Januarius Tului 0068079413
Rudi Wijaya 0075793818








SMA NEGERI 1 LONG IRAM

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan penyertaan-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul
“Pemanfaatan Pupuk Cair Dari Daun Kelor, Air Cucian Beras, dan EM4
Sebagai Alternatif Pupuk Organik Di SMA Negeri 1 Long Iram”. Dapat
diselesaikan dengan baik. Penulisan karya ini tidak terlepas dari bimbingan dan
rahmat Tuhan, serta bantuan berbagai pihak yang dengan setia memberikan
dukungan dan masukan yang berarti.
Karya tulis ilmiah ini ditujukan sebagai salah satu syarat kelulusan dari SMA
Negeri 1 Long Iram. Dalam proses penyusunan, kami banyak belajar dari
pengalaman dan tantangan yang dihadapi, yang semakin memperkaya wawasan dan
pengetahuan kami.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki kekurangan, baik dari
segi isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, kami
sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
karya ini di masa mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusto Febriano
Gude Ngobe, S.Pd selaku pembimbing, teman-teman seperjuangan dan keluarga
atas dukungan, bimbingan, dan doa yang telah diberikan. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.






Long Iram, 16 Desember 2024


Penulis

ii

HALAMAN PENGESAHAN
PEMANFAATAN PUPUK CAIR DARI DAUN KELOR, AIR CUCIAN BERAS
DAN EM4 SEBAGAI ALTERNATIF PUPUK ORGANIK
DI SMA NEGERI 1 LONG IRAM

Disusun Oleh:
Nama NISN
Rosalina Anggun Mebang 0075216439
Oktavianus Januarius Tului 0068079413
Rudi Wijaya 0075793818


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Jenjang SLTA
SMA Negeri 1 Long Iram



Menyetujui,
Guru Pembimbing Penguji I Penguji II



Yusto Febriano Gude Nggobe, S.Pd Aditya Ajeng Swastama, S.Pd Mellinia Debrina, S.Pd
NIP. NIP. NIP. -


Mengetahui,
Kepala SMAN 1 Long Iram


Yulia Hariati, S.Pd
NIP. 198407042009022003

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRA N ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 5
A. Pupuk Organik ........................................................................................ 5
1. Pengertian Pupuk Organik ................................................................. 5
2. Jenis Pupuk Organik .......................................................................... 5
B. Pupuk Organik Cair ................................................................................ 6
C. Potensi Daun Kelor Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair ....................... 6
D. Manfaat Air Cucian Beras ...................................................................... 7
E. Peran EM4 Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair .............................. 8
F. Nasi Basi Sebagai Nutrisi Tanaman ....................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 9
A. Alat dan Bahan ....................................................................................... 9
B. Prosedur Pengumpulan ........................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 11
B. Pembahasan ........................................................................................... 11
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN ......................................................................................................... 15

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Hasil Eksperimen .................................................................................. 11

v


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyampaian Materi Dari Dinas Pertanian Tentang Pupuk Organik 15
Lampiran 2. Praktik Pembuatan Pupuk Cair ......................................................... 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi pertanian di Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan
yang memengaruhi keberlanjutan produktivitas tanaman. Salah satu tantangan
utama adalah masalah yang terjadi dalam industri pupuk. Pabrik-pabrik pupuk
di Indonesia, sebagian besar telah beroperasi selama beberapa dekade,
mengalami penurunan efisiensi akibat usia mesin yang semakin tua dan biaya
perawatan yang semakin tinggi. Selain itu, kebutuhan pupuk yang terus
meningkat akibat pertumbuhan sektor pertanian tidak diimbangi oleh
peningkatan kapasitas produksi, sehingga sering terjadi kelangkaan pupuk di
berbagai daerah. Kondisi ini membuat petani kesulitan memperoleh pupuk yang
memadai untuk mendukung aktivitas bercocok tanam mereka.
Penggunaan pupuk anorganik secara intensif selama lebih dari tiga
dekade telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap ekosistem
tanah. Meskipun pupuk anorganik dikenal sebagai penyedia unsur hara dalam
jumlah besar dan mampu meningkatkan hasil panen dalam jangka pendek,
dampak jangka panjangnya mulai terlihat. Tanah yang terus-menerus menerima
input kimiawi dari pupuk anorganik menunjukkan gejala kelelahan tanah
(fatigue soils). Gejala ini ditandai dengan menyusutnya kandungan bahan
organik tanah, meningkatnya tingkat keasaman, dan hilangnya populasi
mikroorganisme yang berperan penting dalam mendukung kesuburan tanah.
Fenomena ini sejalan dengan penelitian Ramadhani pada tahun 2010,
yang menyebutkan bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus
dapat mengakibatkan tanah menjadi keras, kurang mampu menyimpan air, dan
cepat menjadi asam. Pada akhirnya, kondisi ini akan menyebabkan penurunan
produktivitas tanaman secara signifikan. Kondisi ini menjadi peringatan bahwa
ketergantungan berlebihan terhadap pupuk anorganik harus segera dikurangi
untuk mencegah degradasi tanah yang lebih parah. Di sisi lain, pupuk organik
muncul sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan untuk mengatasi masalah
kesuburan tanah. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-
bahan alami seperti sisa tanaman, kotoran hewan, dan bahan organik lainnya.
1

Berbeda dengan pupuk anorganik, pupuk organik memiliki kemampuan untuk
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan organik, dan
menyediakan unsur hara secara perlahan tetapi berkelanjutan. Susanto
menjelaskan bahwa pupuk organik tidak hanya bermanfaat bagi tanah, tetapi
juga dapat meningkatkan daya dukung lingkungan dalam jangka panjang.
2

Pupuk organik cair (POC) menjadi salah satu inovasi penting dalam
pemanfaatan bahan-bahan alami untuk keperluan pertanian. POC memiliki

1
Ramadhani, A. (2020). Pengaruh Penggunaan Pupuk Anorganik Terhadap Kualitas Tanah
Dan Produktivitas Tanaman. Jurnal Ilmu Tanah, h. 123-132.
2
Susanto, B. (2022). Pupuk Organik Sebagai Solusi Jangka Panjang Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Agrikultura, h. 45-56.

2



kelebihan utama, yaitu kemampuannya untuk diserap tanaman dengan lebih
cepat dibandingkan pupuk padat. Selain itu, aplikasi POC yang dilakukan
melalui penyemprotan memungkinkan distribusi unsur hara yang lebih merata
pada tanaman. POC juga memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas, karena
konsentrasinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Menurut Calvin,
pupuk organik cair dapat dibuat dari berbagai bahan alami seperti bagian
tumbuhan, sisa makanan, dan mikroorganisme, yang semuanya memberikan
manfaat langsung maupun tidak langsung bagi kesuburan tanah.
3

Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu bahan alami yang
potensial untuk dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk organik cair. Daun
kelor dikenal kaya akan nutrisi, termasuk nitrogen, fosfor, kalium, dan hormon
pertumbuhan seperti sitokinin. Kandungan ini membuat daun kelor tidak hanya
berguna sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai bahan yang mampu
memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor memiliki
kemampuan untuk merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun pada
berbagai jenis tanaman.
Air cucian beras adalah bahan lain yang memiliki potensi besar sebagai
komponen pupuk organik cair. Air cucian beras mengandung berbagai nutrisi,
terutama vitamin B1, yang dikenal mampu memacu pertumbuhan akar tanaman.
Dalam praktiknya, petani tradisional di beberapa daerah telah memanfaatkan
air cucian beras sebagai pupuk cair sederhana untuk tanaman hortikultura dan
padi. Penggunaan air cucian beras sebagai bahan pupuk cair tidak hanya
ekonomis, tetapi juga mendukung upaya pengelolaan limbah rumah tangga
secara lebih bijak.
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan suplemen mikroba yang
banyak digunakan dalam proses pembuatan pupuk organik cair. EM4
mengandung berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat, termasuk bakteri
asam laktat, bakteri fotosintetik, dan jamur fermentasi. Mikroorganisme ini
berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, sehingga mempercepat
pembentukan unsur hara yang siap diserap oleh tanaman. Penggunaan EM4
dalam pembuatan pupuk organik cair juga dapat meningkatkan aktivitas
mikroba tanah, yang pada gilirannya membantu meningkatkan kesuburan tanah
secara keseluruhan.
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Long Iram, sebuah sekolah yang
memiliki lahan yang cukup luas untuk kegiatan praktikum pertanian. Sebagai
lembaga pendidikan, SMAN 1 Long Iram memiliki peran penting dalam
mengedukasi siswa tentang pentingnya pertanian berkelanjutan dan
pengelolaan sumber daya alam secara bijak. Dengan memanfaatkan bahan-
bahan alami seperti daun kelor, air cucian beras, dan EM4, penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik cair yang efektif dan ekonomis,
sekaligus memberikan manfaat edukasi bagi siswa dan masyarakat sekitar.

3
Calvin, J. (2021). Efektivitas Pupuk Organik Cair Dalam Meningkatkan Hasil Pertanian.
Indonesian Agricultural Journal, h. 67-74.

3



Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang "Pemanfaatan Pupuk Cair
dari Daun Kelor, Air Cucian Beras, dan EM4 Sebagai Alternatif Pupuk Organik
di SMAN 1 Long Iram" diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan alternatif pupuk yang ramah lingkungan. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mendukung program pendidikan lingkungan di sekolah serta
mengurangi ketergantungan terhadap pupuk anorganik yang berdampak negatif
bagi ekosistem tanah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dinyatakan tersebut, penulis
merumuskan juga beberapa masalah yang akan dibahas dalam suatu karya tulis
ilmiah, yakni :
1. Bagaimana cara mengelola pupuk cair dengan bahan dasar daun kelor, air
beras, dan EM4.
2. Bagaimana proses pembuatan pupuk cair menggunakan bahan-bahan daun
kelor, air beras, dan EM4?.

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara mengelola pupuk cair dengan bahan daun kelor, air
beras dan EM4.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan pupuk cair menggunakan bahan -
bahan daun kelor, air beras, dan EM4.

D. Manfaat Penulisan
1. Efisiensi dan Hemat Biaya
Memberikan alternatif pupuk organik yang murah dan mudah didapat
serta dapat memanfaatkan limbah rumah tangga (air beras) dan daun kelor
yang sering diabaikan, sehingga meningkatkan nilai ekonomis bahan
tersebut.
2. Meningkatan Produktifivitas Sekolah
Dapat digunakan untuk mendukung program penghijauan dan
perawatan tanaman di lingkungan SMA Negeri 1 Long Iram dan
memberikan solusi praktis untuk meningkatkan kualitas tanah dan tanaman
di area sekolah.
3. Peningkatan Pengetahuan dan Wawasan
Menambah wawasan siswa dan masyarakat tentang manfaat dan
teknik pengolahan bahan alami menjadi produk yang bermanfaat. Dan
membantu siswa memahami penerapan konsep biologi dan kimia dalam
kehidupan sehari hari, khususnya dalam bidang pertanian organik.
4. Kontribusi Terhadap Inovasi Lokal
Mengangkat potensi lokal seperti daun kelor sebagai inovatif untuk
pembuatan produk bernilai tambah dan mendorong pengembangan ide-ide
kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan sumber daya alam sekitar.
5. Meningkatkan Kesadaran Lingkungan
Mengedukasi siswa tentang pentingnya daur ulang bahan organik
untuk mengurangi limbah serta meningkatkan kesadaran terhadap

4



kelestarian lingkungan melalui praktik pembuatan dan penggunan pupuk
organik.
Penulisan KTI ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa,
sekolah dan masyarakat, sekaligus menjadi inspirasi untuk mengembankan
penelitian serupa masa depan.

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pupuk Organik
1. Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik seperti
sisa tanaman, hewan, dan bahan organik lainnya yang dapat terurai secara
alami. Pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Penggunaan pupuk organik dapat membantu meningkatkan
kesuburan tanah secara berkelanjutan, sekaligus mengurangi dampak
negatif penggunaan pupuk kimia sintetis.
4

Kelebihan pupuk organik di antaranya:
a. Memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan porositas dan
kemampuan menyerap air.
b. Menyediakan unsur hara secara perlahan, sehingga tanaman dapat
menyerap nutrisi secara efektif.
c. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi
kesuburan tanah.
5


2. Jenis Pupuk Organik
Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik
mengandung banyak bahan organik dari pada kadar haranya.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan
pertanian dan limbah kota (sampah sayuran).
Ada beberapa jenis pupuk yang dikategorikan dalam pupuk organik
yaitu:
a. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan.
Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah
hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing,
sapi, domba dan ayam. Selain berbentuk padat pupuk kandang juga
berupa cair yang bersal dari kencing (urin) hewan. Pupuk kandang
mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak
mengandung unsur fosfor, nitrogen dan kalium.
b. Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah jenis pupuk organik yang berasal dari tanaman
atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada

4
Rochmat, M. (2020). Teknik Pembuatan Pupuk Organik untuk Pertanian Berkelanjutan.
Jakarta : Agrotekno, h. 15.
5
Utami, S., et al. (2022). Pengaruh Pupuk Organik pada Kesuburan Tanah. Jurnal Pertanian
Indonesia, h. 123–135

6

6

waktu masih hijau atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat
berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara
khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa tanaman, kacang
kacangan, dan tanaman paku.
6
Pupuk daun kelor termasuk dalam pupuk
hijau yang berbentuk cair dan merupakan jenis pupuk majemuk. Daun
tanaman kelor mengandung senyawa aktif yang disebut zeatin yang
dikategorikan sebagai hormon tanaman kelompok sitokinin. Larutan
ekstrak daun kelor disamping sebagai pupuk, ekstrak daun kelor juga
berfungsi sebagai protektan yang membantu tanaman tahan terhadap
serangan hama dan.
7
Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pupuk organik cair.

B. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk berbentuk larutan hasil
fermentasi bahan organik yang mudah diserap oleh tanaman. POC dapat dibuat
dari berbagai bahan organik seperti daun, kulit buah, limbah dapur, dan air
cucian beras.
8
Berikut merupakan manfaat POC:
1. Mempercepat pembentukan klorofil sehingga tanaman lebih hijau dan
segar.
2. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan serangan hama.
3. Merangsang pertumbuhan bunga dan buah, serta mengurangi tingkat
kerontokan bunga.
9


C. Potensi Daun Kelor Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis tanaman
tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman kelor
merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur
mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.
Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah
dan tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai
6 bulan.
10
Kelor merupakan tanaman yang memiliki unsur makro dan asam
amino yang hampir lengkap. Ekstrak daun kelor dapat digunakan untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman secara alami. Hal ini dikarenakan daun
kelor kaya akan zeatin, sitokinin, askorbat, fenolik dan mineral seperti Ca, K
dan Fe yang dapat memicu pertumbuhan tanaman. Sitokinin merupakan
hormon tanaman yang menginduksi pembelahan sel, pertumbuhan, dan

6
Ayub. (2020). Jenis dan Penggunaan Pupuk Organik dalam Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Gadjah Mada
7
Untung, D. (2018). Pemanfaatan Daun Kelor dalam Pertanian Organik. Jakarta: Penerbit
Agroindo.
8
Yusuf, R., & Indrawati, T. (2021). Pupuk Organik Cair sebagai Alternatif Nutrisi Tanaman.
Jurnal Agronomi, h. 203–210.
9
Pradipta, A. (2022). Efektivitas POC dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman. Jurnal
Ilmu Tanaman, h. 45–55.
10
Mendieta, A. (2023). Moringa oleifera: A Plant with Multiple Benefits. Journal of Tropical
Agriculture, h. 34-39.

7

7

mendorong pertumbuhan sel baru serta menunda penuaan sel. Zeatin
merupakan anti oksidan kuat dengan sifat anti penuaan.
11

Tanaman kelor memiliki banyak sekali manfaat, baik secara ekonomis
maupun kesehatan. Tanaman kelor tidak hanya kaya akan nutrisi melainkan
memiliki sifat fungsional karena tanaman ini dijadikan obat herbal dengan
memiliki banyak khasiat bagi kesehatan manusia. kandungan nutrisi dan
berbagai zat aktif yang terkandung dalam kelor dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tanaman. Dalam
pupuk organic cair berbahan dasar daun kelor terdapat zat sitokinin yang peran
utamanya sebagai pengatur pertumbuhan tanaman, selain itu daun kelor juga
mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami
sehingga mendukung kesehatan tanaman dan mencegah stres oksidatif.
12
Zeatin
(unsur dari Sitokinin) di daun kelor mampu merangsang pertumbuhan tanaman,
mulai dari perkecambahan biji, pertumbuhan hingga pemasok nutrisi tanaman
pada pembuahan. Mengingat kandungan nutrisinya, ekstrak daun kelor
merupakan pupuk organik yang paling baik untuk semua jenis tanaman
sehingga daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
13


D. Manfaat Air Cucian Beras
Air cucian beras merupakan salah satu limbah yang akan mudah kita
temui dalam kehidupan kita. Konsumsi beras yang tinggi dalam kehidupan
sehari-hari menyebabkan banyaknya air cucian beras yang terbuang dan jarang
untuk dimanfaatkan.
14
Air cucian beras dapat meningkatkan jumlah klorofil
total dan pertumbuhan tinggi tanaman.
15
Beberapa kandungan yang dimiliki
oleh air cucian beras meliputi karbohidrat, nitrogen, fosfor, kalium, magnesium,
sulfur, besi, dan Vitamin Manfaat air cucian beras bagi tanaman sangat
beragam, diantaranya meningkatkan berat buah, tinggi tanaman dan jumlah
daun.
16
Selain itu air cucian beras berpotensi dijadikan pupuk karena
mengandung banyak nutrisi antara lain: 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90%
vitamin B6, 50% mangan, 50% fosfor, 60% zat besi selain itu mengandung Ca
2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe 0,0427% dan B 0,043%. Pengunaan air
cucian beras dalam POC dapat meningkatkan populasi mikroorganisme baik
,mempercepat proses fermentasi, dan menghasilkan POC berkualitas tinggi.
17


11
Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. (2020). Manfaat Tanaman
Kelor dalam Pertanian dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor
Indonesia.
12
Cahyono, H. (2019). Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Daun Kelor untuk Pertumbuhan
Tanaman. Jurnal Teknologi Pertanian, h. 120-125.
13
Krisnadi, R. (2019). Potensi Zeatin pada Daun Kelor dalam Pertumbuhan Tanaman dan
Pemberian Nutrisi pada Pembuahan. Jurnal Pertanian Organik, h. 50-56.
14
Kusumo, A. (2019). Penggunaan Air Cucian Beras Sebagai Sumber Daya Alam Terbarukan
dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jurnal Teknologi Lingkungan, h. 85-92.
15
Wijiyanti, N., Sari, R., & Dwi, P. (2019). Efek Pemberian Air Cucian Beras Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Padi. Jurnal Pertanian Organik, h. 33-42.
16
Hairudin, M., Prasetyo, W., & Yuliani, D. (2018). Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap
Pertumbuhan Tanaman dan Berat Buah. Jurnal Agronomi, h. 134-142.
17
Wulandari, E., Sumarni, T., & Haryanto, F. (2022). Pemanfaatan Air Cucian Beras Sebagai
Pupuk Organik Cair (POC). Jurnal Teknologi Pertanian, h. 123-130.

8

8


E. Peran EM4 Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair
EM4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan
pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM4 juga bermanfaat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian penggunaan EM4 akan
membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat dan relatif tahan terhadap
serangan hama dan penyakit. Berikut ini beberapa manfaat EM4 bagi tanaman
dan tanah:
1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah
2. Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
3. Meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk
4. Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat banyak sekitar
80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan yang pokok,
yaitu Bakteri fotosentetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi (yeast), dan
Actinomycetes. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan
bekerja dengan baik bila kondisinya sesuai. Mikroorganisme yang terdapat
dalam EM4 memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas pupuk organik,
sedangkan ketersediaan unsur hara dalam pupuk organik sangat dipengaruhi
oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk mendegradasi sampah.
18


F. Nasi Basi Sebagai Nutrisi Tanaman
Nasi basi adalah nasi yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena
memiliki bau dan rasa yang tidak sedap, berlendir, dan ditumbuhi jamur
berwarna kuning atau orange serta bisa juga terdapat jamur berwarna hijau di
atas nasi tersebut. Nasi basi ini adalah salah satu limbah yang berbahan dasar
karbohidrat. Nasi basi biasanya digunakan sebagai pakan ternak, padahal
sebenarnya nasi basi bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang sangat berguna.
Nasi basi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan Mikro Organisme
Lokal (MOL) untuk membuat pupuk cair. Kandungan Dalam Nasi Basi Untuk
Tanaman yaitu, Unsur hara N 0,7% P₂O₅ 0,4% K₂O 0,25% Kadar air 62% Bahan
organik 21% CaO 0,4% Nisbah C/N 20-25.
19



18
Yuwono, H. (2020). Pengaruh EM4 terhadap Kualitas Pupuk Organik dan Tanah. Jurnal
Pertanian Berkelanjutan, h. 45-52.
19
Lingga, Kandungan Dalam Nasi Basi untuk Tanaman, Jurnal Penelitian Pertanian, 2021,
h. 12

9

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan
Peralatan dalam pembuatan pupuk cair ini adalah :
1. Jerigen 20 liter (2 buah) untuk masing-masing perlakuan.
2. Aerator (untuk fermentasi an aerob).
3. Botol berisi air dan selang infus (untuk fermentasi an aerob).
4. Alat pengaduk, plastik penutup, dan ember.

Bahan dalam pembuatan pupuk cair ini terdiri dari daun kelor, air cucian
beras, gula, nasi basi dan EM4.

B. Prosedur Pengumpulan
1. Persiapan
a. Menyiapkan semua bahan organik (daun kelor, air cucian beras, nasi,
gula, EM4) dan peralatan fermentasi (jerigen, aerator, selang infus, botol
berisi air).
b. Menyiapkan dua jerigen: satu untuk metode aerob dan satu untuk
metode an aerob.
2. Proses Fermentasi
a. Metode An aerob
1) Tuangkan 1 gelas EM4 ke dalam ember.
2) Tambahkan setengah gelas gula ke dalam ember yang berisi EM4.
3) Aduk campuran hingga gula larut sepenuhnya, lalu diamkan selama
5 menit.
4) Masukkan 3 genggam nasi ke dalam jerigen berkapasitas 20 liter.
5) Tambahkan 5 genggam daun kelor ke dalam jerigen.
6) Tambahkan 15 liter air cucian beras ke dalam jerigen
7) Campurkan semua bahan dan masukkan larutan EM4 dan gula yang
telah disiapkan ke dalam jerigen aduk hingga semua bahan
tercampur rata.
8) Tutup jerigen menggunakan tutup yang telah dilubangi dan
dipasangi aerator kemudian sambungkan aerator ke aliran listrik.
9) Tutup rapat jerigen dengan plastik agar aroma tidak keluar.
b. Metode Aerob
1) Tuangkan 1 gelas EM4 ke dalam ember.
2) Tambahkan setengah gelas gula ke dalam ember yang berisi EM4.
3) Aduk campuran hingga gula larut sepenuhnya, lalu diamkan selama
5 menit.
4) Masukkan 3 genggam nasi ke dalam jerigen berkapasitas 20 liter.
5) Tambahkan 5 genggam daun kelor ke dalam jerigen.
6) Tambahkan 15 liter air cucian beras ke dalam jerigen

10

10

7) Campurkan semua bahan dan masukkan larutan EM4 dan gula yang
telah disiapkan ke dalam jerigen aduk hingga semua bahan
tercampur rata.
8) Tutup jerigen dilubangi sedikit, kemudian dipasang selang infus,
kemudian sambungkan ujung selang infus ke botol yang berisi air.
Botol air berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara selama
fermentasi tanpa oksigen
c. Pengamatan dan Pencatatan
1) Observasi dilakukan setiap hari untuk mencatat perubahan warna,
bau, dan tingkat penguraian bahan organik.
2) Dokumentasi berupa foto diambil pada hari pertama, hari ke-7, hari
ke-14, dan hari ke-21. Setelah fermentasi selesai (2–3 minggu), hasil
akhir dari kedua metode dibandingkan.

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian ini adalah :
Metode Aerob Metode Anaerob
Cairan berwarna cokelat
kehitaman
Cairan berwarna hijau pekat dengan
lapisan kehitaman di bagian bawah.
Sedikit berbau tanah atau segar,
tidak menyengat
Bau menyengat, seperti bau busuk atau
belerang
Bentuk cairan lebih encer dan
homogen
Bentuk cairan lebih kental dan berlendir,
dengan adanya lapisan seperti minyak di
permukaan
Daun terlihat lebih terurai menjadi
serpihan-serpihan kecil, hampir
tidak tampak struktur aslinya.
Daun masih mengapung di permukaan
cairan dan tidak terurai dengan baik
Tabel 4. 1 Hasil Eksperimen
B. Pembahasan
Pada eksperimen ini, perbedaan utama antara metode aerob dan anaerob
terletak pada proses degradasi bahan organik (daun) dalam kondisi yang
berbeda, yakni dengan atau tanpa keberadaan oksigen.
1. Metode Aerob
Proses aerob melibatkan mikroorganisme yang membutuhkan oksigen
untuk metabolisme. Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur aerob
bekerja aktif dalam lingkungan terbuka dengan pasokan oksigen yang
cukup. Akibatnya, proses penguraian bahan organik menjadi lebih cepat dan
efisien. Warna cairan cokelat kehitaman menunjukkan keberhasilan
dekomposisi bahan organik menjadi humus dan senyawa organik lainnya.
Bau segar atau mirip tanah menunjukkan bahwa proses dekomposisi
berlangsung sempurna tanpa menghasilkan senyawa toksik atau gas berbau
busuk seperti hidrogen sulfida (H₂S). Hal ini juga menyebabkan daun lebih
mudah terurai menjadi partikel kecil karena enzim-enzim pengurai bekerja
optimal dalam kondisi aerob.
2. Metode Anaerob
Proses anaerob terjadi di lingkungan tertutup tanpa oksigen.
Mikroorganisme yang bekerja dalam kondisi ini adalah bakteri anaerob,
yang umumnya menghasilkan gas seperti metana (CH₄) dan hidrogen
sulfida (H₂S) sebagai hasil samping. Gas-gas ini menyebabkan bau yang
menyengat dan tidak sedap. Warna hijau pekat pada cairan menandakan
bahwa proses dekomposisi tidak sempurna dan masih banyak bahan organik
yang belum terurai. Daun yang mengapung di permukaan menunjukkan
rendahnya aktivitas mikroorganisme anaerob dalam menghancurkan
struktur daun. Lingkungan anaerob juga cenderung menghasilkan cairan
yang lebih kental dan berlendir akibat akumulasi senyawa organik yang
belum terurai.

12

12

Berdasarkan hasil eksperimen, metode aerob lebih baik dibandingkan
metode anaerob dalam menguraikan bahan organik. Hal ini dibuktikan dengan:
1. Warna cairan yang lebih gelap dan seragam (cokelat kehitaman) pada
metode aerob.
2. Bau cairan yang tidak menyengat pada metode aerob, menunjukkan proses
dekomposisi yang sempurna.
3. Daun pada metode aerob terurai lebih baik dibandingkan metode anaerob.
Sementara itu, metode anaerob gagal menghasilkan dekomposisi yang
efektif, dengan cairan berwarna hijau pekat, bau menyengat, dan daun yang
tidak terurai.
Perbedaan hasil ini terjadi karena mikroorganisme aerob memiliki enzim
dan jalur metabolisme yang lebih efisien dalam memecah bahan organik
menjadi senyawa sederhana. Oksigen sebagai akseptor elektron dalam respirasi
aerob memungkinkan mikroorganisme menghasilkan energi yang lebih besar
untuk mendukung aktivitas dekomposisi. Sebaliknya, mikroorganisme anaerob
terbatas pada jalur fermentasi dan respirasi anaerob yang kurang efisien,
sehingga menghasilkan produk sampingan yang berbau dan cairan yang kurang
stabil.

13

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode fermentasi aerob lebih unggul dibandingkan metode anaerob dalam
menguraikan bahan organik seperti daun kelor. Hal ini dibuktikan dengan:
a. Cairan yang dihasilkan berwarna cokelat kehitaman dan homogen.
b. Bau cairan segar atau mirip tanah tanpa adanya aroma menyengat.
c. Daun kelor terurai menjadi serpihan kecil, menunjukkan tingkat
dekomposisi yang tinggi.
2. Metode fermentasi anaerob cenderung menghasilkan cairan yang kurang
berkualitas dengan karakteristik:
a. Cairan berwarna hijau pekat dengan lapisan kental.
b. Bau menyengat seperti busuk atau belerang.
c. Daun tidak terurai sempurna, sebagian besar masih mengapung di
permukaan cairan.
3. Perbedaan kualitas hasil antara metode aerob dan anaerob terjadi karena
efisiensi metabolisme mikroorganisme yang lebih baik dalam kondisi aerob,
di mana oksigen berperan penting dalam proses penguraian bahan organik.

B. Saran
1. Disarankan menggunakan metode aerob untuk pembuatan pupuk organik
cair karena memberikan hasil yang lebih baik dalam hal kualitas cairan dan
efisiensi dekomposisi bahan organik.
2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menguji efektivitas pupuk cair
hasil metode aerob pada tanaman tertentu dalam skala yang lebih besar.
3. Sekolah dapat menyelenggarakan pelatihan untuk siswa dan masyarakat
tentang metode pembuatan pupuk organik cair secara aerob.
4. Penyebaran informasi tentang manfaat dan cara pembuatan pupuk organik
cair dapat membantu mengurangi limbah organik dan ketergantungan pada
pupuk kimia.
5. Penambahan alat sederhana seperti aerator otomatis dapat meningkatkan
efisiensi produksi dalam metode aerob, serta kombinasi bahan organik lain
dapat diteliti untuk meningkatkan kandungan nutrisi pada pupuk cair.

14

DAFTAR PUSTAKA

Ayub. (2020). Jenis dan Penggunaan Pupuk Organik dalam Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Gadjah Mada
Cahyono, H. (2019). Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Daun Kelor untuk
Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Teknologi Pertanian, h. 120-125.
Calvin, J. (2021). Efektivitas Pupuk Organik Cair Dalam Meningkatkan Hasil
Pertanian. Indonesian Agricultural Journal, h. 67-74.
Hairudin, M., Prasetyo, W., & Yuliani, D. (2018). Pengaruh Air Cucian Beras
Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Berat Buah. Jurnal Agronomi, h. 134-
142.
Krisnadi, R. (2019). Potensi Zeatin pada Daun Kelor dalam Pertumbuhan Tanaman
dan Pemberian Nutrisi pada Pembuahan. Jurnal Pertanian Organik, h. 50-56.
Kusumo, A. (2019). Penggunaan Air Cucian Beras Sebagai Sumber Daya Alam
Terbarukan dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jurnal Teknologi Lingkungan, h.
85-92.
Lingga, Kandungan Dalam Nasi Basi untuk Tanaman, Jurnal Penelitian Pertanian,
2021, h. 12
Mendieta, A. (2023). Moringa oleifera: A Plant with Multiple Benefits. Journal of
Tropical Agriculture, h. 34-39.
Pradipta, A. (2022). Efektivitas POC dalam Meningkatkan Produktivitas
Tanaman. Jurnal Ilmu Tanaman, h. 45–55.
Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. (2020). Manfaat
Tanaman Kelor dalam Pertanian dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Informasi dan
Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.
Ramadhani, A. (2020). Pengaruh Penggunaan Pupuk Anorganik Terhadap
Kualitas Tanah Dan Produktivitas Tanaman. Jurnal Ilmu Tanah, h. 123-132.
Rochmat, M. (2020). Teknik Pembuatan Pupuk Organik untuk Pertanian
Berkelanjutan. Jakarta : Agrotekno, h. 15.
Susanto, B. (2022). Pupuk Organik Sebagai Solusi Jangka Panjang Untuk
Kesuburan Tanah. Jurnal Agrikultura, h. 45-56.
Untung, D. (2018). Pemanfaatan Daun Kelor dalam Pertanian Organik. Jakarta:
Penerbit Agroindo.
Utami, S., et al. (2022). Pengaruh Pupuk Organik pada Kesuburan Tanah. Jurnal
Pertanian Indonesia, h. 123–135
Wijiyanti, N., Sari, R., & Dwi, P. (2019). Efek Pemberian Air Cucian Beras
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi. Jurnal Pertanian Organik, h. 33-42.
Wulandari, E., Sumarni, T., & Haryanto, F. (2022). Pemanfaatan Air Cucian Beras
Sebagai Pupuk Organik Cair (POC). Jurnal Teknologi Pertanian, h. 123-130.
Yusuf, R., & Indrawati, T. (2021). Pupuk Organik Cair sebagai Alternatif Nutrisi
Tanaman. Jurnal Agronomi, h. 203–210.
Yuwono, H. (2020). Pengaruh EM4 terhadap Kualitas Pupuk Organik dan Tanah.
Jurnal Pertanian Berkelanjutan, h. 45-52.

15

Lampiran 1. Penyampaian Materi Dari Dinas Pertanian Tentang Pupuk Organik
Yang Disampaikan Oleh Bapak Eko Yudho Raharjo S.St, PI.C.Med
pada tanggal 14 Oktober 2024 di SMAN 1 Long Iram
Lampiran 2. Praktik Pembuatan Pupuk Cair
LAMPIRAN