Hadratussyaikh Pendidikan Presentasi.pptx

jasminto1 9 views 19 slides Sep 22, 2025
Slide 1
Slide 1 of 19
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19

About This Presentation

pemikiran pendidikan kh hasyim asy'ari


Slide Content

Muqaddimah Pentingnya الأدب (adab) dalam menuntut ilmu Ilmu tanpa akhlak = sia-sia Tujuan kitab: panduan bagi العالم dan المتعلم

وقال بعضهم التوحيد يوجب الإيمان، فمن لا إيمان له لا توحيد له، والإيمان يوجب الشريعة، فمن لا شريعة له لا إيمان له ولا توحيد له، والشريعة توجب الأدب، فمن لا أدب له لا شريعة له ولا إيمان له ولا توحيد له. Terjemahan Dan sebagian ulama berkata: Tauhid mewajibkan iman, maka barangsiapa tidak memiliki iman berarti tidak memiliki tauhid. Iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa tidak memiliki syariat berarti tidak memiliki iman dan tidak pula tauhid. Syariat mewajibkan adab, maka barangsiapa tidak memiliki adab, maka tidak ada syariat baginya, tidak ada iman baginya, dan tidak ada tauhid baginya.

analisis Ungkapan ini adalah salah satu bentuk tatanan hierarki agama yang sering ditemukan dalam kitab-kitab tasawuf dan tarbiyah akhlak. Strukturnya adalah: Tauhid → Iman Tauhid yang benar pasti melahirkan iman. Tanpa iman, tauhid itu tidak sah. Iman → Syariat Iman yang benar pasti menuntut pelaksanaan syariat (ibadah, hukum, aturan). Jika tidak ada syariat, berarti imannya palsu. Syariat → Adab Syariat yang benar harus diwujudkan dalam adab (akhlaq, etika). Tanpa adab, syariat menjadi hampa. Kesimpulannya: adab adalah buah akhir dari tauhid, iman, dan syariat. Jika seseorang kehilangan adab, berarti hilang pula nilai syariat, iman, dan tauhidnya.

Keutamaan Ilmu Firman Allah: يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات (QS. Al-Mujادلة: 11) Ulama’ lebih tinggi derajatnya daripada mukmin biasa Ilmu sebagai warisan para Nabi: العلماء ورثة الأنبياء

Analisis Interdisipliner: Keutamaan Ilmu

Perspektif Filsafat Epistemologi: Ilmu dipandang sebagai justified true belief (Plato), dan dalam Islam, ilmu adalah cahaya yang diturunkan Allah melalui wahyu dan akal. QS. Al-Mujādilah:11 menekankan bahwa ilmu bukan sekadar informasi, melainkan pengetahuan yang benar dan bermanfaat. Aksiologi: Nilai ilmu tidak hanya untuk kepuasan intelektual, melainkan untuk kemaslahatan. Ulama memiliki kedudukan tinggi karena ilmu mereka membimbing amal dan memperbaiki masyarakat. Ontologi: Ilmu adalah bagian dari esensi manusia sebagai animal rationale (Aristoteles) dan sebagai makhluk yang berpotensi sempurna (Ibn Sina). Warisan nabi berupa ilmu menegaskan bahwa ilmu adalah sarana kesempurnaan eksistensial manusia. ➡️ Sintesis filsafat: Ilmu dipandang sebagai entitas yang bernilai hakiki, instrumen moral, dan jalan menuju kesempurnaan manusia.

Perspektif Psikologi Psikologi Kognitif: Ilmu mengembangkan fungsi mental melalui pembelajaran, memori, dan problem solving. Orang berilmu lebih mampu berpikir kritis dan memecahkan persoalan kehidupan. Psikologi Humanistik: Menuntut ilmu adalah jalan aktualisasi diri (Maslow). Ulama sebagai pewaris nabi menunjukkan pencapaian tingkat tertinggi, yakni transendensi diri (melampaui kepentingan pribadi untuk kepentingan umat). Psikologi Sosial: Ilmu menciptakan identitas dan status sosial. Ulama dihormati karena otoritas moralnya. Hal ini sesuai dengan teori social identity (Tajfel & Turner), di mana ilmu menjadi pembeda status sosial yang positif. Psikologi Positif: Ilmu menghadirkan flow , makna hidup, dan kebahagiaan yang berkelanjutan (Seligman & Csikszentmihalyi). ➡️ Sintesis psikologi: Ilmu bukan hanya pengetahuan kognitif, melainkan sumber motivasi, status sosial, aktualisasi, dan kebahagiaan.

Perspektif Ilmu Pendidikan Perennialisme: Pendidikan berfokus pada nilai-nilai abadi. Warisan para nabi berupa ilmu adalah bentuk pengetahuan yang selalu relevan sepanjang masa. Progresivisme (Dewey): Ilmu harus membekali manusia untuk menghadapi tantangan sosial dan teknologi, sehingga ulama tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial. Konstruktivisme (Piaget & Vygotsky): Ilmu diperoleh melalui interaksi aktif dengan lingkungan. Ulama berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses konstruksi ilmu umat. Islamic Educational Theory: Menuntut ilmu adalah ibadah, dan pendidik (guru/ulama) berfungsi sebagai pewaris nabi, yang tugasnya bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga pembentukan akhlak. ➡️ Sintesis pendidikan: Ilmu adalah medium utama pendidikan, baik untuk pembentukan individu (karakter) maupun pembangunan masyarakat (peradaban).

Integrasi Ketiga Perspektif Filsafat memberikan kerangka konseptual: ilmu bernilai hakiki, moral, dan esensial. Psikologi menjelaskan dampaknya terhadap individu: perkembangan kognitif, motivasi, aktualisasi diri, status sosial, hingga kebahagiaan. Pendidikan menawarkan praksis: ilmu diwariskan melalui pendidikan, diinternalisasi, lalu diaktualisasikan untuk kemajuan diri dan umat.

Kesimpulan “Keutamaan Ilmu” dapat dipahami sebagai konsep multidimensional : Secara filsafat , ilmu adalah kebenaran hakiki yang meninggikan derajat manusia. Secara psikologis , ilmu membentuk kepribadian, memotivasi, dan menghadirkan kebahagiaan. Secara pendidikan , ilmu diwariskan dan ditransformasikan untuk membangun peradaban. Dengan demikian, ilmu tidak hanya berfungsi sebagai warisan kenabian, tetapi juga sebagai instrumen eksistensi, aktualisasi, dan transformasi sosial .

Kewajiban Thalabul ‘Ilm طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة Menuntut ilmu lebih utama dari ibadah sunnah Ilmu fiqh lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah

Bahaya Menuntut Ilmu Tanpa Niat Benar Menuntut ilmu untuk الدنيا → tidak mendapat aroma surga Ilmu tanpa amal = bencana (neraka) Ulama su‘ (buruk) lebih berat siksaannya dari penyembah berhala

Adab Santri terhadap Dirinya (1) تطهير القلب (membersihkan hati dari hasad, dendam, dll.) إصلاح النية (lillāh semata) الاجتهاد في طلب العلم sejak muda القناعة dan sabar dalam kesederhanaan حفظ الأوقات untuk belajar

Adab Santri terhadap Dirinya (2) Mengurangi makan, tidur, pergaulan Memilih teman saleh Menjaga diri dengan الورع dan kehati-hatian Menjauhi hal-hal yang membuat lupa (misalnya makanan tertentu)

Aspek Ṣabr ( صبر ) Tawakkul ( توكل ) Riḍā ( رضا ) Makna inti Menahan diri dalam ujian Berserah hati setelah ikhtiar Lapang dada menerima keputusan Allah Kondisi Saat taat, maksiat, musibah Saat berusaha dan menanti hasil Saat hasil/ketetapan sudah turun Sisi hati Teguh, tidak mengeluh Percaya penuh kepada Allah Tenang, senang dengan takdir Buahnya Kekuatan jiwa, istiqamah Ketentraman & keyakinan Kedamaian & kerelaan total

Adab Santri terhadap Gurunya Memilih guru yang ثقة dan صاحب مروءة Tawadhu’ seperti pasien terhadap dokter Tidak memanggil guru dengan namanya, tapi dengan: يا سيدي / يا أستاذي Sabar atas sikap guru, tetap hormat Mendahulukan guru dalam perkataan & sikap

Adab Santri terhadap Pelajarannya Mulai dari فرض عين: - علم التوحيد - الفقه (thaharah, shalat, zakat, dll.) - التصوف (مقامات, أحوال) Setelah itu: Al-Qur’an, Hadis, Ushul Fiqh, Nahwu & Sharaf Hindari perdebatan khilaf di awal belajar

Adab Guru (العالم) Ikhlas dalam mengajar Menyampaikan ilmu dengan الرفق (lemah lembut) Tidak mencari dunia dengan ilmunya Menjadi teladan dalam akhlak & ibadah

Penutup Ilmu tanpa adab = kerusakan Adab adalah syarat diterimanya amal العلم بلا عمل جنون والعمل بلا علم لا يكون
Tags