Implementasi Prosedur K3 di Fasilitas Kesehatan .pptx
dianp35
0 views
20 slides
Sep 10, 2025
Slide 1 of 20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
About This Presentation
Prosedur K3
Size: 77.36 KB
Language: none
Added: Sep 10, 2025
Slides: 20 pages
Slide Content
Dasar Hukum K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) di Fasilitas Kesehatan
Dasar Hukum K3 di Fasilitas Kesehatan : Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja : Undang-undang ini menjadi dasar hukum utama penerapan K3 di semua tempat kerja , termasuk fasilitas kesehatan . Peraturan Menteri Kesehatan ( Permenkes ): Permenkes No. 986/Menkes/Per/IX/1992 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit : Mengatur tentang kesehatan lingkungan rumah sakit yang berkaitan dengan K3. Permenkes No. 472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan : Mengatur tentang pengamanan bahan berbahaya yang digunakan di fasilitas kesehatan . Permenkes No. 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit : Menetapkan pedoman dan standar K3 di rumah sakit . Permenkes No. 11 Tahun 2022: Mengatur tentang standar keselamatan dan kesehatan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan .
Standar Internasional : OHSAS 18001: Standar internasional untuk penerapan Sistem Manajemen K3 yang diadopsi di Indonesia. Standar K3 di Fasilitas Kesehatan : Standar K3 di fasilitas kesehatan mencakup berbagai aspek , termasuk : Pengendalian Risiko : Identifikasi , evaluasi , dan pengendalian potensi bahaya di lingkungan kerja . Pengelolaan Limbah Medis : Penanganan limbah medis yang aman dan sesuai standar . Penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri ): Penyediaan dan penggunaan APD yang sesuai untuk pekerja . Pelatihan K3: Pelatihan bagi pekerja mengenai K3 dan prosedur keselamatan .
Manajemen Keselamatan Pasien : Sistem untuk mencegah terjadinya kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien . Penanganan Bencana : Sistem penanganan bencana yang terencana dan terlatih . Kesehatan Lingkungan : Sanitasi , kebersihan , dan pengendalian faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dan pasien . Penerapan K3 di fasilitas kesehatan sangat penting untuk : Melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja . Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja . Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif . Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan . Memenuhi persyaratan hukum dan standar yang berlaku .
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko Identifikasi bahaya dan penilaian risiko , yang sering disebut HIRA (Hazard Identification & Risk Assessment), adalah proses sistematis untuk mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan mengevaluasi tingkat risiko yang terkait . Tujuannya adalah untuk mengendalikan atau menghilangkan bahaya tersebut , sehingga mencegah kecelakaan , cedera , dan penyakit akibat kerja . Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah langkah pertama dalam proses ini . Ini melibatkan pengumpulan informasi tentang semua potensi bahaya yang ada di tempat kerja , termasuk :
Bahaya Fisik : Kebisingan , getaran , suhu ekstrem , radiasi , pencahayaan yang buruk , lantai licin , dll . Bahaya Kimia: Bahan kimia berbahaya , debu , asap, uap , dll . Bahaya Biologis : Bakteri , virus, jamur , serangga , dll . Bahaya Ergonomi : Gerakan berulang , postur kerja yang buruk , mengangkat beban berat , dll . Bahaya Psikososial : Stres kerja , kekerasan , pelecehan , dll .
Penilaian Risiko Setelah bahaya diidentifikasi , langkah selanjutnya adalah menilai risikonya . Penilaian risiko melibatkan : Identifikasi Bahaya : Menentukan apa yang bisa salah, bagaimana bahaya itu bisa terjadi , dan siapa yang mungkin terkena dampaknya . Estimasi Kemungkinan : Menentukan seberapa mungkin bahaya tersebut akan menyebabkan cedera atau penyakit . Estimasi Tingkat Keparahan : Menentukan seberapa parah cedera atau penyakit yang mungkin terjadi akibat bahaya tersebut . Penilaian Risiko : Menggabungkan kemungkinan dan tingkat keparahan untuk menentukan tingkat risiko keseluruhan .
Tujuan dan Manfaat HIRA Mencegah Kecelakaan dan Penyakit : Dengan mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya , HIRA membantu mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja . Meningkatkan Produktivitas : Tempat kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi . Memenuhi Persyaratan Hukum : Banyak negara memiliki peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko . Menciptakan Budaya K3: HIRA membantu menciptakan budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang kuat di seluruh organisasi .
Menyusun Prosedur K3 Spesifik di Fasilitas Kesehatan Untuk menyusun prosedur K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja ) spesifik di fasilitas kesehatan , perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya , penilaian risiko , penyusunan prosedur operasional standar (SOP), dan implementasi program K3 yang menyeluruh . Fokus utama adalah pada pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja , serta penanganan keadaan darurat . Berikut adalah langkah-langkah dan poin penting dalam penyusunan prosedur K3 di fasilitas kesehatan :
1. Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko : Identifikasi Bahaya : Lakukan identifikasi terhadap seluruh potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja , baik yang bersifat fisik , kimia , biologis , ergonomi , maupun psikologi . Penilaian Risiko : Lakukan penilaian terhadap tingkat risiko dari setiap potensi bahaya yang teridentifikasi , dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan tingkat keparahan . Contoh Bahaya di Faskes : Fisik : Bising , getaran , radiasi , suhu ekstrem , lantai licin , pencahayaan yang kurang . Kimia: Paparan bahan kimia berbahaya ( desinfektan , obat-obatan ), tumpahan bahan kimia . Biologi : Infeksi bakteri , virus, jamur , paparan darah atau cairan tubuh pasien . Ergonomi : Postur tubuh yang salah saat bekerja , mengangkat beban berat , gerakan repetitif . Psikologi : Stres kerja , tekanan kerja , konflik antar individu , kekerasan verbal atau fisik .
Penyusunan Prosedur Operasional Standar (SOP): SOP Penggunaan APD: Penyusunan SOP penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan potensi bahaya , seperti sarung tangan , masker, pelindung wajah , gaun , dan sepatu khusus . SOP Penanganan Bahan Berbahaya : Penyusunan SOP penanganan bahan berbahaya , termasuk penyimpanan , penggunaan , dan pembuangan limbah medis yang aman . SOP Penanganan Benda Tajam : Penyusunan SOP penanganan benda tajam seperti jarum suntik , pisau bedah , dan peralatan tajam lainnya untuk mencegah tertusuk atau tergores . SOP Penanganan Limbah Medis : Penyusunan SOP penanganan limbah medis yang sesuai dengan standar pengelolaan limbah medis , termasuk pemisahan , pengemasan , penyimpanan , dan pembuangan limbah .
• SOP Pembersihan dan Desinfeksi : Penyusunan SOP pembersihan dan desinfeksi area kerja , peralatan , dan permukaan yang kontak dengan pasien untuk mencegah penyebaran infeksi . • SOP Penanganan Keadaan Darurat : Penyusunan SOP penanganan keadaan darurat seperti kebakaran , gempa bumi , atau kecelakaan kerja , termasuk prosedur evakuasi , pertolongan pertama , dan komunikasi . • SOP Pelaporan dan Investigasi Insiden : Penyusunan SOP pelaporan dan investigasi insiden , kecelakaan kerja , dan penyakit akibat kerja untuk mengetahui penyebab dan mencegah terulangnya kejadian serupa . • SOP Pemeriksaan Kesehatan : Penyusunan SOP pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan mereka dan mendeteksi masalah kesehatan sejak dini .
. Implementasi dan Pemantauan : • Sosialisasi dan Pelatihan : Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada seluruh petugas kesehatan mengenai SOP yang telah disusun dan potensi bahaya yang ada . • Penyediaan Sarana dan Prasarana : Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan K3, seperti APD, kotak P3K, alat pemadam kebakaran , dan rambu-rambu K3. • Pengawasan dan Inspeksi : Melakukan pengawasan dan inspeksi secara berkala terhadap penerapan SOP dan kondisi lingkungan kerja untuk memastikan kepatuhan dan efektivitas program K3. • Evaluasi dan Perbaikan : Melakukan evaluasi terhadap efektivitas program K3 secara berkala dan melakukan perbaikan jika diperlukan .
PELAPORAN INSIDEN DENGAN PENJELASAN SISTEM PELACAKAN KECELAKAAN KERJA Pelaporan insiden dalam sistem pelacakan kerja adalah proses pencatatan dan pelaporan kejadian yang tidak normal atau berbahaya di tempat kerja . Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi , menganalisis , dan mencegah insiden serupa terjadi di masa depan . Pentingnya Pelaporan Insiden : Keselamatan Kerja : Pelaporan insiden membantu mengidentifikasi bahaya di tempat kerja dan memungkinkan tindakan korektif untuk mencegah kecelakaan dan cedera . Kepatuhan : Banyak organisasi diwajibkan untuk melaporkan insiden tertentu kepada pihak berwenang , seperti OSHA. Sistem pelaporan yang baik membantu memastikan kepatuhan .
Peningkatan Proses: Data yang dikumpulkan melalui pelaporan insiden dapat digunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam proses kerja , prosedur , atau pelatihan . Pengurangan Biaya : Mencegah insiden dapat mengurangi biaya yang terkait dengan perawatan medis , hilangnya waktu kerja , dan potensi tuntutan hukum . Komponen Sistem Pelaporan Insiden : Penyediaan Formulir : Formulir pelaporan yang mudah digunakan dan mudah diakses oleh semua karyawan . Pelaporan Real-time: Karyawan dapat melaporkan insiden melalui berbagai saluran ( aplikasi , email, telepon ) dengan cepat dan mudah . Analisis Data: Sistem pelaporan harus mampu mengumpulkan , menganalisis , dan menghasilkan laporan tentang data insiden .
Alur Kerja yang Jelas : Proses eskalasi dan penanganan insiden yang terdefinisi dengan baik . Penyimpanan Data yang Aman: Data insiden harus disimpan dengan aman dan mudah diakses untuk audit dan tinjauan . Langkah-langkah Pelaporan Insiden : 1. Identifikasi Insiden : Kenali kejadian yang perlu dilaporkan , seperti kecelakaan , cedera , kerusakan properti , atau hampir celaka . 2. Kumpulkan Informasi : Catat detail insiden seperti tanggal , waktu , lokasi , orang yang terlibat , dan deskripsi kejadian .
3. Laporkan Insiden : Gunakan formulir pelaporan yang telah disediakan dan kirimkan laporan sesuai prosedur . 4. Tindak Lanjut : Atasan atau tim yang bertanggung jawab akan menindaklanjuti laporan , melakukan investigasi , dan menerapkan tindakan pencegahan . Contoh Sistem Pelaporan : Sistem pelaporan online ( misalnya , aplikasi seluler atau portal web) yang memungkinkan karyawan melaporkan insiden dengan cepat dan mudah . Formulir cetak yang tersedia di area kerja yang mudah diakses . Sistem pelaporan berbasis telepon atau email. Dengan sistem pelaporan insiden yang efektif , organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif .
Program Kesehatan Kerja di Fasilitas Kesehatan Program kesehatan kerja di fasilitas kesehatan mencakup berbagai upaya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja . Program ini bertujuan untuk mempromosikan kesehatan , mencegah penyakit , dan memberikan pelayanan kesehatan jika terjadi kecelakaan atau sakit terkait pekerjaan . Unsur-unsur Utama Program Kesehatan Kerja : Pemeriksaan Kesehatan : Meliputi pemeriksaan kesehatan awal , berkala , dan khusus sesuai risiko pekerjaan . Pelayanan Kesehatan : Menyediakan fasilitas pengobatan , pertolongan pertama , dan penanganan kasus darurat di tempat kerja . Promosi Kesehatan : Mengedukasi pekerja mengenai perilaku hidup sehat , pencegahan penyakit , dan pengelolaan stres .
Pengendalian Risiko : Mengidentifikasi dan mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja , seperti paparan bahan kimia , kebisingan , atau ergonomi yang buruk . Pelatihan K3: Memberikan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan pekerja . Tujuan Program Kesehatan Kerja : 1. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pekerja . 2. Mencegah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja . 3. Meningkatkan produktivitas dan kinerja pekerja . 4. Mengurangi absensi dan biaya kesehatan akibat penyakit atau kecelakaan . 5. Penerapan Program Kesehatan Kerja : 6. Identifikasi Kebutuhan : 7. Melakukan analisis risiko dan kebutuhan kesehatan kerja di setiap fasilitas kesehatan . 8. Penyusunan Program: 9. Merancang program kesehatan kerja yang sesuai dengan hasil identifikasi kebutuhan dan risiko . 10. Implementasi : 11. Melaksanakan program dengan melibatkan seluruh pekerja dan manajemen . 12. Evaluasi : 13. Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur efektivitas program dan melakukan perbaikan .
14. Manfaat Program Kesehatan Kerja : 15. Bagi Pekerja : Meningkatkan kesehatan , keselamatan , dan kesejahteraan . 16. Bagi Fasilitas Kesehatan : Meningkatkan produktivitas , mengurangi biaya kesehatan , dan meningkatkan citra . 17. Bagi Masyarakat: Menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan aman . 18. Contoh Program Kesehatan Kerja di Rumah Sakit : 19. Program pengendalian infeksi nosokomial , Program penanganan pajanan (post exposure prophylaxis), Program pengelolaan limbah medis , Program keselamatan kerja petugas kesehatan , Program ergonomi untuk mengurangi risiko cedera akibat pekerjaan .