Imunisasi dan KIPI 2024.pptx imunisasi dan kipi

puputshinta 10 views 115 slides May 19, 2025
Slide 1
Slide 1 of 115
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115

About This Presentation

Imunisasi dan KIPI 2024.pptx imunisasi dan kipi


Slide Content

IMUNISASI

Sistem kekebalan

Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, yang berarti kebal dan resisten . Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga dapat mencegah/ mengurangi pengaruh infeksi organisme alami atau liar. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif

Tujuan pemberian Imunisasi Menurunkan angka kesakitan kematian dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I) Contoh PD3I : Polio, Campak, Hepatitis B , Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Difteri, Pneumonia, dan Meningitis

Imunisasi Wajib Imunisasi Rutin Imunisasi Lanjutan Imunisasi Tambahan Backlog fighting Crash program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Imunisasi Khusus Meningitis Meningokokus Yellow fever Anti rabies Jenis - jenis Imunisasi

Kebutuhan Vaksinasi Ulang/Penguatan 8 Titer antibodi (skala log) Imunisasi primer Imunisasi penguatan Jenjang perlindungan antibodi Waktu

Mengapa Jadwal Imunisasi harus diatur? Mendapat respons imun optimal Keseragaman Umur berapa vaksin diberikan Bagaimana cara pemberian Interval Imunisasi ulangan ( booster )

Imunit as a l a mi Vaksinasi Am b a n g a nti b o d i pencega han Antibodi maternal K ada r an t ibodi U mu r ( bu l an ) 4 6-7 9-12 Perbedaan individu Pengaruh Antibodi Maternal

Jenis Vaksin 01 02 Live Attenuated/ Hidup Inactivated/ Inaktif Derivat dari virus atau bakteri liar ( wild ) yang dilemahkan. Sangat labil dan dapat rusak oleh suhu tinggi dan cahaya. Dari organisme yang diambil, dihasilkan dari menumbuhkan bakteri atau virus pada media kultur, kemudian diinaktifkan . Biasanya, hanya sebagian ( fraksional ). Selalu memerlukan dosis ulang.

ANTIGEN VAKSIN VIRUS/BAKTERI HIDUP: OPV/CAMPAK/VARICELLA/ MMR/YELLOW FEVER/ BCG  DILETAKKAN MENDEKATI SUMBER BEKU/ COLD PACK COLD PACK / SUMBER BEKU Penyimpanan Vaksin Bakteri/ Virus Hidup

COOL PACK / AIR DINGIN COLD PACK / SUMBER BEKU ANTIGEN VAKSIN VIRUS/BAKTERI MATI/KOMPONEN: POLIO SUNTIK/ INFLUENZA/ DIFTERI/ PERTUSIS/ TETANUS/ HEPATITIS A/ HEPATITIS B/ MENINGO/ PNEUMO/ Hib/ RABIES Penyimpanan Vaksin Bakteri/ Virus Mati

Penyimpanan & Distribusi Vaksin Bakteri/ Virus Hidup COLD PACK

PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI

Pemberian Vaksin Secara Benar ( Rights of Medication Administration) Benar pasien ( Right patient) Benar vaksin ( Right vaccines) Benar waktu ( Right time) Benar dosis ( Right dosage) Benar rute/cara pemberian ( Right manner/ route) Benar dokumentasi ( Right documentation)

Anamnesis: Identitas (nama, umur) Jarak dgn vaksinasi sebelumnya Riwayat KIPI, indikasi kontra dan perhatian khusus Penjelasan tentang IVO, ber i si: vaks i n yang diberik an , manfaa t , kemungkinan efek samping/KIPI Jadwal imunisasi selanjutnya Asuhan pediatrik umum: nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, tidur Pemeriksaan fisik Sehat, tidak tidak ada indikasi kontra Lokasi penyuntikan 1. Benar Pasien

Seme n tar a: penderita imunodefisiensi, setelah Sedang sakit berat/sedang Vaksin hidup: kehamilan, transfusi/ terapi imunoglobulin Permanen Syok anafilaksis setelah pemberian vaksin sebelumnya DPT: ensefalopati Precaution : vaksin DPT dal am 6 min g gu paska DPT Episode hipotonik hiporesponsif Menangis terus menerus 3 jam, Suhu >40,5 C dalam 48 jam, Kejang dalam 3 har i , SGB sebelumnya Kontraindikasi/ Precautions (umum)

Penyakit ringan dengan/tanpa demam ringan Reaksi ringan/demam ringan setelah vaksinasi sebelumnya Riwayat KIPI pada keluarga Dalam terapi antibiotika, terpapar penyakit, masa penyembuhan, riwayat menderita infeksi pertusis, campak, mump Ibu hamil dalam keluarga Menyusui Bukan Kontraindikasi akan menyebabkan kehilangan kesempatan ( Missed Opportunity )

Prematur --> Berat badan ≥ 2 kg atau usia ≥ 1 bulan Kelainan neurologi yang stabil: CP, Sindrom Down Asma, eksim Pemberian steroid topikal atau inhalasi Usia di atas usia yang telah direkomendasikan (kecuali untuk vaksin tertentu seperti DPT setelah usia 7 tahun TdaP) Bukan Kontraindikasi

Sebel u m p e mber i an v a k s in harus dijela s kan manf a at dan kemungkinan risiko yang bisa terjadi setelah pemberian vaksin Gunakan IVO  da p at di down l oad di webs i te IDAI: htt p : //id a i . o r . id/publi c - articles/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua- ivo.html Penjelasan Informasi Vaksin untuk Orangtua (IVO)

Vaksin dan pelarut (sesuai yang akan diberikan) Spuit dan jarum (tergantung rute pemberian dan usia) Kapas dan plester hipoalergik Alkohol Tempat sampah (medis dan non medis) Injeksi: adrenalin, antihistamin (difenhidramin), dexametason Persiapan Alat dan Vaksin 2. Benar Vaksin

V aksin harus d ilaru t kan dengan pelarut pasa n gannya (tidak bol e h ditukar) Pelarutan dilakukan dengan pelan-pelan T idak diper b olehkan menca m pur k an beb e rapa v a k s in kecuali y a ng sudah direkomendasikan oleh pabrik Cek kadaluwarsa ( expired date) pelarut Pelarutan Vaksin

Baca nama vaksin: jangan tertukar Teliti kondisi vaksin: kadaluwarsa warna vaksin (OPV) indikator VVM Vaksin inaktif: tes kocok Alat suntik: sekali pakai Larutkan dan ambil vaksin sebanyak dosis Ukuran jarum: ketebalan otot bayi/anak Pasang dropper polio dengan benar dan tidak retak Persiapan Pemberian Vaksin

Membaca Kadaluwarsa

VVM = Vaccine Vial Monitor

Cuci tangan dengan antiseptik Tidak perlu pakai sarung tangan Bila menggunakan alkohol tunggu sampai kulit kering (terutama vaksin hidup) V ak s in mu l tidosi s : tidak boleh ada j a rum yang menancap di botol vaksin Jarum u n tuk me n gam b il d a ri botol dan yang disuntikkan harus berbeda Pencegahan Kontaminasi

D a p a t d i s e n t u h D a p a t d i s e n t u h Pencegahan Infeksi 29 Jangan d i se n tuh Jangan disentuh Jangan d i se n tuh Jangan disentuh

3. Benar Waktu Sesuai Jadwal --> Buku KIA, Jadwal IDAI

Jadwal imunisasi menurut BUKU KIA 2023

4. Benar Dosis Permenkes, 2013 *Pemberian pada bayi di bawah 1,5 tahun dianjurkan di paha antero lateral oleh karena efek samping lokal yang lebih kecil

5. Benar Rute Pemberian Vaksin

Posisi Anak Ketika Divaksinasi Tungkai anak dijepit paha ibu Lengan yg satu dijepit ketiak ibu Tangan yg lain dipegang ibu, Kemu d i a n anak dipeluk

6. Benar Dokumentasi / Pencatatan Jenis va k s i n ( m a s i n g - m a s i ng k o mp o nen) d a n d aga n g , p r o d u s en No. Batch/seri vaksin Tanggal pe n yunti k a n B a g i a n tubu h y a ng d i s unti k ( mi s : d el t o i d ki ri , p a ha k a n a n) N a ma d a n t an d a t a n g a n pemberi v a k s i n

Pemantauan Setelah Vaksinasi P erh a ti k a n k e a d aa n u m um T un g g u 30 meni t d i ru a ng tun g g u

KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)

D E F I N I S I K I P I Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi , menjadi perhatian dan diduga berhubungan dengan imunisasi Dapat berupa gejala, tanda, hasil Pemeriksaan laboratorium atau penyakit

K L A S I F I KA S I K I PI 1 R e ak s i ya n g be r k ai t an de n gan produk / k a n du n gan v ak s i n CONTOH D e m am pada D PT 2 R e ak s i ya n g be r k ai t an de n gan de f e k k ual i t as v ak s i n / c ac at p r o duk CONTOH Vaksin Rotavirus generas i pertama 3 R e ak s i ya n g be r k ai t an de n gan kekeliruan prosedur pe m be r i an i m u n i s a s i CONTOH T r a n s m i s i infeksi m e l al ui v i al m ul t i do s i s ya n g terkontaminasi 4 R e ak s i ya n g be r k ai t an de n gan k e c e m as an ya n g be r l e bi h an ya n g berhubungan de n gan i m u n i s a s i / r e ak s i s u n t i k an CONTOH Vasovagal s yn c o pe pada s e o r an g d e was a m uda s e t e l ah imunisasi . 5 K e j adi an K o i n s i de n ( KEBETULAN ) CONTOH D e m am s e t e l ah i m u n i s a s i dan ternyata dit e m uk an pa r a s i t m al a r i a dal am darah. Ti dak s e mu a K I P I be r k ai t an de n gan va k s i n

Klasifikasi lapangan KIPI WHO 2013 www.vaccine-safety-training.org

vaccine product-related reaction / Reaksi Vaksin Reaksi Vaksin Yg Biasa & Ringan ( “ Normal ” ) Bagian dari respon imun, membaik sendiri Sistemik: Demam, rewel, lesu, nyeri otot/ sendi, nafsu makan Lokal: Bengkak, merah, nyeri tempat suntikan Reaksi Vaksin berat tapi Langka / Jarang  edukasi orang tua, p erlu pemantauan

Reaksi Vaksin yg Jarang, Interval Onset & Perkiraan Rate KIPI Vaksin Reaksi vaksin Interval onset Rate KIPI / 1juta BCG Limfadenitis supuratif Osteitis BCG Infeksi BCG disiminata 2 – 6 bul 1 – 12 bul 1 – 12 bul 100 – 1000 1 – 700 2 HiB Belum pernah ada laporan - - Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 2 Campak / MMR Kejang demam Trombositopenia Reaksi anafilaktoid Syok Anafilaksis Ensefalopati 5 – 12 hari 15 – 35 hari 0 – 1 jam 333 33 ~10 1 – 50 <1 OPV Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP) 4 – 30 hari 1,4 – 3,4 Tetanus/ Tetanus difteria Neuritis Brakhial Anafilaksis Abses steril 2 – 28 hari 0 – 1 jam 1 – 6 minggu 5 – 10 0.4 – 10 6 - 10 Pertusis Nangis teriak terus menerus > 3jam Kejang demam Keadaan hipotonik-hiporesponsif Anafilaksis Ensefalopati 0 – 24 jam 0 – 3 hari 0 – 24 jam 0 – 1 jam 0 – 3 hari 1.000- 60.000 570 570 20 0-1

Tatalaksana reaksi vaksin ringan Reaksi lokal: kompres air hangat Sistemik: Minum ASI lebih sering Paracetamal Jangan menggunakan salisilat (resiko Reye’s syndrome )

Syok anafilaksi Reaksi alergi tipe cepat (biasanya dalam 5 sd 30 menit), ditandai dengan: Kulit: merah, gatal, urtika, angiodema, pucat Respirasi: nafas cepat, whezing, respirasi distress Kardiovaskuler: nadi cepat, kecil, Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba, CTR > 3’ CSN: gelisah, penurunan kesadaran

Imunization error-related reaction (kesalahan prosedur) Melanggar kontra indikasi Kesalahan penyimpanan Vaksin rusak, sudah ED, kontaminasi Kesalahan prosedur: Salah vaksin, salah pengenceran Salah jadwal Salah cara pemberian Tidak steril

Kesalahan Prosedur KESALAHAN PROSEDUR PERKIRAAN KIPI Tidak steril Pemakaian ulang alat suntik Sterilisasi yg tidak sempurna Vaksin / pelarut terkontaminasi Pemakaian sisa vaksin utk beberapa sesi vaksinasi Infeksi Abses lokal di daerah suntikan Sepsis, sindrom syok toksik , Infeksi penyakit yg ditularkan lewat darah : hepatitis, HIV Salah pakai pelarut vaksin Pemakaian pelarut vaksin yg salah Abses lokal karena kurang kocok Efek negatif obat mis . Insulin Kematian , Vaksin tidak efektif Penyuntikan salah tempat BCG subkutan DPT/DT/TT kurang dalam Suntikan di bokong Reaksi lokal / abses Reaksi lokal / abses Kerusakan N Sciaticus Transportasi / penyimpanan vaksin tidak benar Reaksi lokal akibat vaksin beku Vaksin tidak aktif ( tidak potent) Mengabaikan indikasi kontra Tidak terhindar dari reaksi yg berat

Pencegahan skrening, anamnesis dan pemeriksan fisik apakah ada kontraindikasi: Imunodefisiensi, gizi buruk  vaksin hidup yang dilemahkan Penyakit2 kronik: hemofilia, cholestastatis, epilepsi belum terkontrol, Reaksi vaksin sebelumnya: kejang demam, reaksi alergi Anak dengan riwayat Kejang demam, pemberian Pentabio diberikan proflaksi Paracetmal, bila demam dg diazepam Tehnik pemberian yang benar

3. Reaksi Suntikan, reaksi kecemasan Reaksi Suntikan Tidak Langsung - rasa takut - nafas tertahan - pernafasan sangat cepat - pusing , mual / muntah - kejang - sinkop

TAKUUUUUUTTTTT DIVAKSIN IMMUNIZATION STRESS RELATED RESPONSE (ISRR)

Cara Mengatasi Ketakutan dan Nyeri Fisik : Otot harus rileks: lengan fleksi, paha sedikit rotasi ke dalam, jangan dipaksa dengan dipegang kuat Psikologis: Jangan menakut-nakuti anak, empati Distraksi: ajak bicara, dielus-elus, ditenangkan, bernafas dalam, tiup baling-baling, bacakan cerita, musik, diberi ASI, sukrosa di lidahnya Tidak direkomendasikan pemberian antipiretik profilaksis

4. Ko-insiden Kebetulan , tetapi vaksin disalahkan sebagai penyebab Perdarahan : defisiensi vit K: semua bayi lahir harus diberi vit K1 Cholestasis ( kuning , berak dempul , kencing kuning tua ) Inkubasi suatu penyakit Ditemukan kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak diimunisasi Habis imunisasi diare , anak-anak lain juga diare

Ko insidens Daerah/ negara yang Angka kematian bayi tinggi, kemungkinan terjadinya KIPI ko-insiden akan lebih tinggi

01 SERIUS Setiap kejadian medik setelah imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan kematian, serta yang menimbulkan keresahan di masyarakat. perlu segera dilaporkan, investigasi, analisis kausalitas oleh KOMDA/ KOMNAS Kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima. Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan dengan hasil cakupan imunisasi. NON SERIUS 02 Pelaporan Jenis KIPI:

Form KIPI Non Serius F o rm K I P I Serius Form I n v e s t i g a si Cara Pencatatan dan Pelaporan KIPI dapat dilakukan melalui: E-mail: [email protected] Website: keamananvaksin.kemkes.go.id FORM KIPI Fo r m u li r K I P I , KI PI S e r i u s & Investigasi dapat diunduh di : https://bit.ly/formkipi www.keamananvaksin.ke mkes.go.id h t t p : // b i t . l y / L a m p i r a n J u k ni sVC19 Tatacara pelaporan melalui web keamanan vaksin dapat d i li h a t pad a Bu k u P e d o m a n : https://bit.ly/jukniswebkipi Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius COVID-19 dapat diunduh di: https://docs.google.com/document/d/1_ICTGsldat8DLLaBBR5vSsyfDJzfwCO4/edit#

A L U R P E L A P ORAN K I P I NO N - SE R I US

PEMANTAUAN & PENANGGULANGAN KIPI SERIUS KI P I y a n g m e r es a h k a n dan menimbulkan perhatian berlebihan masyarakat, harus segera direspons, diinvestigasi dan laporannya segera dikirim langsung kepada Kementerian Kesehatan cq. Sub Direktorat I m u n is a s i / Ko m n a s PP - KI P I a t au m el a l u i WA g r u p Ko m d a KI P I – Focal Point, email: [email protected] da n da t a_ i m u n i s a s i @ y ah oo . c o m ; website: www.keamananvaksin.kemkes.go.i d Je n j a n g A d m in i str a si Kuru n w a k tu d i t e r i m an y a lapo r an Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Pokja KIPI 2 4 j a m d a ri sa a t pen e m ua n k asu s Dina s Keseha t a n P r o v i n s i / Komd a PP - K I PI 24-72 jam dari saat penemuan kasus Su b Di r ekt o r a t I m uni sas i / Komna s PP - K I P I 2 4 j a m -7 ha ri d a ri sa a t pene m ua n kasus

1 Setiap Fasyankes harus menerapkan narahubung yang dapat dihubungi apabila ada keluhan dari penerima vaksin 2 . Penerima vaksin yang mengalami KIPI dapat menghubungi narahubung fasyankes tempat mendapatkan imunisasi . MEKANISM E PELAPORA N DA N PELACAKA N KASU S KIPI 3 . Selanjut n y a f a s y an k e s a k an melaporkan ke Puskesmas, sementara Puskesmas dan rumah sakit akan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Lampiran Formulir Pemantauan KIPI Serius ) 4 . U n tu k k asus didu g a KIP I serius , ma k a Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan melakukan konfirmasi kebenaran kasus diduga KIPI serius tersebut berkoordinasi dengan Pokja KIPI/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau dengan Komda PP-KIPI/Dinas Kesehatan Provinsi 5 . K emudia n bil a perl u dila k u k an investigasi (Lampiran Formulir Investigasi KIPI), maka Dinas Kesehatan Provinsi akan berkoordinasi dengan Komda PP-KIPI dan Balai Besar POM Provinsi serta melaporkan ke dalam laman web keamanan vaksin

Pencegahan KIPI Skrining, anamnesis dan pemeriksan fisik apakah ada kontraindikasi Prosedur pemberian vaksin yang benar Monitor reaksi alergi selama 30 menit Konseling kemungkinan reaksi simpang yang mungkin muncul

2. Komunikasi Kepercayaan merupakan kunci utama komunikasi pada setiap tingkat, terlalu cepat menyimpulkan penyebab kejadian KIPI dapat merusak kepercayaan masyarakat. Mengakui ketidakpastian, investigasi menyeluruh, dan tetap beri informasi ke masyarakat. Hindari membuat pernyataan yang terlalu dini tentang penyebab dari kejadian sebelum pelacakan lengkap. Jika penyebab diidentifikasi sebagai kekeliruan prosedur imunisasi, penting untuk tidak berbohong tentang kesalahan seseorang pada siapapun, tetapi tetap fokus pada masalah yang berhubungan dengan sistim yang menyebabkan kekeliruan prosedur imunisasi dan langkah–langkah yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam berkomunikasi dengan masyarakat, akan bermanfaat apabila membangun jaringan dengan tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan di daerah, jadi informasi tersebut bisa dengan cepat disebarkan.

3. PERBAIKAN MUTU PELAYANAN Setelah didapatkan kesimpulan penyebab dari hasil investigasi KIPI maka dilakukan tindak lanjut perbaikan seperti pada tabel berikut:

VAKSINASI DALAM KEADAAN KHUSUS

A nak dalam keadaan khusus, mencakup: Defisiensi imun primer dan sekunder Bayi yang lahir dari ibu HIV positip Anak dengan penyakit autoimun yang mendapat obat imunosupresan Anak dengan penyakit keganasan Bayi dari ibu Hepatitis B Bayi prematur

Intrinsik 10% Missing enzyme (Adenosine deaminase) Missing cell type (lig CD40) Nonfunctioning component Congenital Manifest since early age Primer 1.Defisiensi Imun Sekunder Underlying diseases 90% Lymphoid malignancy HIV infection Immunosuppressant drug Severe malnutrition Acquired Manifest in any age

Defisiensi imun primer (kongenital) Congenital immunodeficiencies are caused by genetic defects that lead to blocks in maturation or functions of different components of the immune system . Their hallmark being infection and complication Ten early warning signs in PID Ear infections > 4 times in 1 year Recurrent severe sinusitis infection >2 times in a year Bronchopneumonia >2x/year which requires treatment Fungal infections in the mouth that are difficult to heal Recurrent infections that are difficult to heal/drug resistance Treatment with old antibiotics (for 2 months not cured) Weight does not increase Chronic abscess 9.Sepsis 10.Primary Immunodefficiency in the family

Imunodefisiensi Primer Gambaran Histopatologi dan laboratorium Jenis Infeksi Defisiensi Humoral Infeksi bakteri pyogenik Defisiensi Seluler (Sel T) Absen / berkurangnya folikel di germinal center di organ limfoid Zona sel T di organ limfoid berkurang Defek respons proliferative sel T Infeksi virus dan mikroba intraseluler Viral- associated lymphoma Defisiensi Innate Gambaran histopatologi dan laboratorium tergantung komponen yang defek Bermacam jenis infeksi bakteri pyogenik

Humoral Defisiencies Defisiensi sel Defisiensi innate Ringan save T save save Berat Inactivated Vaccine Inactivated vaccine Immunoglobulin replacement - - Live vaccine Vaksinasi tidak diperlukan Tidak boleh Boleh diberikan setelah 3- 11 bulan immunoglobulin replacement dihentikan Tidak boleh Tidak boleh Vaksinasi pada defisiensi imun primer

Penyakit defisiensi imun sekunder Anak yang mendapat pengobatan dengan obat immunosupresif Anak dengan penyakit autoimun. Pengobatan dengan immunosupresif, ankilating agent, anti metabolik dan DMARD Bayi yang lahir dari ibu HIV positip dan anak dengan HIV

Pengobatan dengan kortikosteroid Boleh divaksinasi bila : diberikan Kortiko Steroid topikal / lokal salep / spray dan dengan KS sistemik dosis selang sehari dan lama kurang dari 14 hari Tidak boleh divaksinasi bila : Pengobatan dengan Kortiko Steroid dosis tinggi: 20 mg/ hari atau 2mg/ kgBB dengan lama pengobatan > 7 hari atau dosis 1 mg/kg BB pengobatan 1 bulan --> dapat diberikan vaksin hidup setelah KS stop 1 bulan .

Pada pemakaian cukup lama seperti Sindroma Nefrotik,SLE,Rematoid Artritis dapat diberikan imunisasi dengan vaksin hidup bila penyakit sudah remisi dan pengobatan sudah dihentikan selama 3- 6 bulan Pada Leukemia limfositik akut dalam keadaan remisi lebih dari 1 tahun dapat diberikan vaksin hidup seperti Varisela

Pada PID kongenital atau didapat, imunisasi tidak akan memberikan respon imun maksimal, sehingga dianjurkan untuk memeriksa titer antibodi untuk pemberian imunisasi berikutnya Keluarga dari pasien PID sebaiknya mendapat vaksinasi profilaksis Varisela, MMR dan IPV

Defisiensi Imun Sekunder Pengobatan dengan anti inflamasi, agen ankylating , pengobatan dengan anti metabolik dan radioterapi , pada lekemia akan terjadi penekanan sistem imun. Tidak diberikan vaksin hidup seperti OPV, MMR dan BCG karena akan terjadi proliferasi hebat dari vaksin hidup tersebut; boleh diberikan setelah penghentian pengobatan 3 bulan. Vaksinasi dengan virus mati / yang dilemahkan seperti Hepatitis B, Hepatitis A, DPT, HiB dan Influenza dapat diberikan seperti pada anak sehat, akan tetapi respons imun tidak sama dengan anak sehat >

Bila kontak dengan penderita Campak sebaiknya diberikan imunisasi pasif IVIG 0,2 mg/kgBB/i.m Bila kontak dengan penderita Varisela sebaiknya diberikan profilaksis imunisasI pasif spesifik dengan Varisela Imunoglobulin (VZIG) 0,4-1mg/KGBB

Anak dengan penyakit autoimun Imunosupresi dapat disebabkan obat imunosupresan yang digunakan untuk penyakitnya seperti pada Cancer, transplantasi organ dan penyakitnya sendiri Untuk mencapai remisi, digunakan obat yang tergolong DMARD ( Diseas Modifying , Rheumatic Drug) atau agen biologik , dan kortikosteroid.

Kebijakan yang diambil oleh Pediatric Rheumatologi Society atau American Society of Rheumatology , sebelum mulai dengan pengobatan imunosupresan,dilengkapi imunisasi dasarnya paling lambat 14 hari sebelum mulai pengobatan imunosupresi. Vaksin inaktif tidak berbahaya diberikan pada pasien yang remisi meskipun tidak harus menghentikan penggunaan imunosupresannya.

Vaksinasi pada anak yang memakai obat imunosupresan REKOMENDASI Boleh diberikan vaksin hidup dan vaksin inaktif IMUNOSUPRESAN DOSIS RENDAH Methotrexat < 0.4 mg/kg/ minggu Azathioprine < 3 mg/kg/hari 6- mercaptopurine < 1,5 mg/kg/hari IMUNOSUPRESAN DOSIS TINGGI Lebih tinggi dari dosis rendah TNF alfa antagonis Anti B- limfosit mAbs Kemoterapi obat kanker Vaksin inaktif :2 minggu sebelum pemberian imunosupresan. Vaksin hidup 4 minggu sebelum memulai pengobatan

Anak dengan HIV positip Pasien HIV lebih rentan mendapatkan infeksi , sehingga imunisasi diperlukan, kapan? Pasien HIV dapat diimunisasi seperti anak normal sedapat mungkin tepat waktu sambil mendapat pengobatan ART WHO menganjurkan imunisasi rutin pada anak HIV tanpa gejala

Pemberian vaksinasi pada HIV anak , rekomendasi WHO/UNICEF dan ACIP Vaksin BCG Asimptomstik HIV Diberikan Simptomatik HIV Tidak diberikan Catatan Bayi sehat : berikan BCG segera setelah lahir DTP OPV Campak Diberikan Diberikan Diberikan Diberikan IPV Diberikan Diberikan usia 9 bulan;tidak diberikan pada supresi imun berat Diberikan Diberikan Diberikan Diberikan 5 dosis Hepatits B Toksoid Tetanus MMR Diberikan Diberikan Tidak bila imunosupresi berat sel T CD4+ <15% HIB Diberikan Diberikan Diberikan Tidak pada imunosupresi berat T CD4+ <15% Pneumokoku s Varisela Diberikan Diberikan

4, World Health Organization. BCG vaccines: WHO position paper - February 2018. Wkly Epidemiol Rec. 2018;8:73–96 5. World Health Organization. WHO operational handbook on tuberculosis. Module 5: management of tuberculosis in children and adolescents. Geneva: World Health Organization; 2022 . Tambahan keterangan : Ibu Tb aktif : BCG ditunda sampai bayi terbukti tidak terinfeksi TB , → sementara bayi diterapi pencegahan Tb 4 Bayi lahir dari Ibu HIV , jika tidak memungkinkan pemeriksaan virologi , Bayi sehat : berikan BCG segera setelah lahir , tidak tergantung apakah ibu sudah / belum mendapat ARV Pemeriksaan virologi usia 6 minggu hasil NEGATIF : berikan BCG. hasil POSITIF : BCG ditunda sampai terapi antiretroviral diberikan dan bayi dalam kondisi imunitas stabil (CD4>25%) 4, 5

Penyakit pada anak khusus Bayi yang lahir dari ibu Hepatitis B positif Vaksinasi pada anak yang kontak dengan penyakit infeksi Bayi yang lahir dari ibu penderita Tuberkulosis Bayi prematur

Ibu dengan Hepatitis B positip

Ibu menderita TBC aktif Bayi tidak diberikan BCG Profilaksis INH 10 mg /kgbb Usia 8 minggu bayi dievaluasi keadaan umumnya dan dilakukan uji tuberkulin ASI tetap diberikan

Anak yang terpajan penyakit infeksi Dapat dicegah bila waktu terpajannya kurang dari 72 jam Pajanan Inkubasi Pemberian vaksinasi Campak 8- 12 hari 0- 72 jam pasca kontak Varisela 14- 16 hari 0- 72jam pasca kontak Rubella 14- 23 hari Tidak perlu Gondongan 12- 25 hari Tidak perlu Hepatitis B 14- 160 hari Vaksinasi pasif dan aktip dalam 12 jam Hepatitis A 15- 50 hari Tidak perlu

Vaksinasi pada bayi prematur Risiko dan komplikasi bayi prematur Problem bernafas Problem feeding Problem pertumbuhan Dianjurkan bayi prematur di vaksinasi seperti anak cukup bulan pada usia kronologisnya

KOMUNIKASI RESIKO

Komunikasi Resiko Pertukaran informasi , saran, dan pendapat secara langsung antara para ahli dan orang-orang yang menghadapi bahaya atau ancaman terhadap kelangsungan hidup, kesehatan, atau kesejahteraan mereka. Tujuan komunikasi risiko adalah untuk memungkinkan orang-orang yang berisiko membuat keputusan yang tepat untuk mengurangi dampak ancaman (bahaya) – seperti wabah penyakit – dan mengambil tindakan perlindungan dan pencegahan. → Keraguan terhadap vaksin

Vaccine Hesitancy? Keraguan terhadap vaksin Penundaan atau penolakan imunisasi walau tersedia layanan imunisasi ACCEPT ALL ACCEPT SOME, DELAY AND REFUSE SOME ACCEPT BUT UNSURE REFUSE ALL REFUSE BUT UNSURE 3 HESITANCY Penyebabnya : kompleks, spesifik, bervariasi terhadap waktu, tempat dan jenis vaksin WHO, SAGE, 2014

How is hesitancy expressed? Apa kah vaksin aman? Mengapa perlu vaksin? Apa vaksin diluar program perlu? Apakah setelah vaksinasi tidak ak an sakit? 4

merupakan satu dari 10 masalah terbesar yang mengancam kesehatan (WHO) Akibatnya: Cakupan imunisasi turun meningkatkan risiko KLB/ wabah, sakit berat, cacat, kematian Beban : biaya, sosial, pemerintah, masyarakat Vaccine hesitancy

Faktor yang mempengaruhi vaccine hesitancy Complacency Low perceived risk of vaccine- preventable diseases, and vaccination not deemed necessary. Other life/health issues are a greater priority Convenience accessibility, availability, affordability, and acceptability of services Confidence Low levels of trust in vaccines , in the delivery system, and in health authorities 7 WHO, 2017

Religius

Miskonsepsi tenta n g vaksin: 1. Kekebalan karena infeksi lebih baik dari pada vaksin Penyakit alamiah tidak terkontrol strain, jumlah virus Tidak memilih target orang gejala bervariasi □ komplikasi/ kematian Pembentukan antibodi bervariasi Tidak semua setelah sakit akan menimbulkan kekebalan Vaksin Uji preklinis& klinis: menjamin keamanan dan perlindungannya Dosis dan sasaran tertentu Terbentuk antibodi tanpa sakit

2. Sebagian besar pasien tetap sakit setelah mendapat imunisasi → vaksin tidak efektif Contoh: Wabah Campak di Colorado Desember 1994 Dari 627 anak; ada 17 anak kena campak (10 anak sudah imunisasi vs 7 anak belum imunisasi) http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/detection/immunization_misconceptions/en/index1.html Pernah imunisasi campak Tidak diimunisasi campak Sakit campak Jumlah semua anak % sakit campak 10 anak 609 anak 1,6 % 7 anak 16 anak 44 % Miskonsepsi dalam Imunisasi

Risiko Penyakit Campak pneumonia 1: 20 ensefalitis 1 : 2000 mati 1 :3000 Gondong ensefalitis 1:3000 Rubella sindr Rubella kongenital 1 : 4 Risiko KIPI Vaksin MMR ensefalitis MMR atau reaksi alergi fatal 1:1000.000 3. Risiko Penyakit vs risiko KIPI

Risiko Penyakit Difteri, mati 1 : 20 Tetanus, mati 3 : 100 Pertusis : pneumonia 1 : 8 ensefalitis 1 : 20 mati 1 : 20 Risiko KIPI Vaksin DTP menangis terus 1 :100 renjatan/ syok 1 : 1750 - ensefalitis akut - 10.5 :1.000.000 3. Risiko Penyakit vs risiko KIPI

Syarat keamanan vaksin sangat tinggi Pemantauan KIPI oleh KOMNAS/ KOMDA PP KIPI sebagian besar KIPI karena koinsidental Manfaat vaksin >>>>> risiko efek samping

4. Penyakit telah tereliminasi, tidak perlu program imunisasi Selama penyakit belum eradikasi, imunisasi harus dilakukan Contoh: KLB Polio KLB Campak KLB difteria

5. Beberapa vaksin bila diberikan bersamaan meningkatkan risiko KIPI berbahaya dan membebani sistem imun? Setiap hari kita terpapar oleh banyak antigen (makanan membawa bakteri; bakteri di mulut dan hidung; infeksi saluran napas, infeksi streptokokus) T idak ada bukti multiple injection atau vaksin kombinasi akan menurunkan efektifitas atau peningkatkan efek samping

MAN F A A T PEMBERIAN VAKSIN GANDA Anak mendapatkan vaksin tepat waktu Mengurangi jumlah kunjungan, efisiensi waktu, Mengurangi trauma anak Tidak mengurangi manfaat vaksin Aman, tidak meningkatkan kemungkinan efek samping

Konseling: rekomendasi petugas kesehatan merupakan faktor utama penerimaan vaksin pada kelompok vaksin hesitancy Kemampuan Interpersonal komunikasi sangat penting Bebarapa alasan Orangtua untuk tidak imunisasi karena kecewa terhadap perilaku, cara komunikasi petugas kesehatan Peran Petugas Kesehatan

Contoh Persepsi Negatif terhadap Petugas Kesehatan Saya datang di pagi hari , menunggu vaksinator datang , setelah ia datang, kemudian ia memberi ceramah kesehatan M enunggu dibawah panas matahari, tanpa pejelasan, tanpa tempat duduk dan minum Beberapa orangtua teman vaksinator, lebih berpendidikan dan sosek lebih tinggi didahulukan , sementara saya harus menunggu giliran Kadang- kadang anak saya tidak bisa divaksinasi karena vaksin atau spuit tidak cukup Petugas kesehatan berteriak karena saya tidak membawa kartu imuisasi , padahal saya tidak pernah diberi

Petugas kesehatan mengkritik saya di depan orangtua lain , karena tidak datang tepat Vaksinator kasar pada saya karena saya ibu muda, atau dari etnik berbeda, atau tidak bisa berbahasa nasional Saya tidak bisa mengerti secara lengkap apa yang dijelaskan petugas kesehatan dan saya takut untuk bertanya Petugas kesehatan tidak memberitahu saya kapan harus kembali untuk imunisasi berikutya Note: These are common findings based on mothers’ testimonies reported in various studies This discussion is based primarily on the findings on health worker/caregiver interactions for vaccination from a review of 126 documents from the grey literature: Sawhney M, Favin, M. Epidemiology of the unimmunized child. Findings from the grey literature. Arlington, VA: IMMUNIZATIONbasics Project (WHO); 2009 ( http://www.who.int/immunization/sage/ImmBasics_Epid_unimm_Final_v2.pdf, accessed 13 April 2017). An open- access article based on this study is: Favin M, Steinglass R, Fields R, Banerjee K, Sawhney M. Why children are not vaccinated: a review of the grey literature. International Health 2 2 R 1 a 2 i n ; 4 e : y 2 2 J J 9 , – W 3 8 a . tkins M, Ryman TK, Sandhu P, Bo A, Banerjee K. Reasons related to non- vaccination and under- vaccination of children in low and middle- income countries: findings from a systematic review of the published literature, 1999–2009. Vaccine 2011;29:8215–21. Other major reasons for non- vaccination included: missed opportunities to vaccinate, costs (direct and indirect), low caregiver education or Contoh Persepsi Negatif terhadap Petugas Kesehatan

Accept all Vaccine hesitant Refuse all PUJI Berikan vaksin Konseling Motivational interviewing Jangan menolak pelayanan Jangan mendebat : focus pada concerns Jelaskan tanggung jawab/ konsekwensi tidak divaksinasi, termasuk pada komunitas jelaskan tanda2 sakit Beri kesempatan untuk diskusi Kalau perlu rujuk ke ahli yg lebih dipercaya If hesitant, how to proceed? ACCEPT ALL ACCEPT SOME, DELAY AND REFUSE SOME ACCEPT BUT UNSURE REFUSE ALL REFUSE BUT UNSURE 29

Lima langkah komunikasi dengan Orangtua yang ragu

Langkah 1 Ask open- ended questions 32 Close ended questions Answer is only a yes or no Open ended questions Answer goes beyond a simple yes or no Do you agree? Did you understand? kenapa ibu ragu? Apa yang ingin ibu tanyakan? Open questions using “wha t ” , “w h y ” , “h o w ” , “tell me … ” to explore reasons behind hesitancy

Langkah 2 Reflect and respond 33 Refleksi simple: mengulang langsung apa yg dikatakan OT Refleksi komplek: mengulang apa yg dimaksud OT Contoh OT: saya tahu bahwa vaksinasi perlu, tapi saya takut efek samping Refleksi simple : ya saya paham kalau ibu kuatir Refleksi komplek : “ya saya paham ibu ingin yang terbaik bagi anak ibu, ibu kuatir ada efek samping RESPON : efek samping apa yang ibu kuatirkan

Affirm the strengths “bagus ibu sudah paham vaksin perlu Validate concerns “ibu ingin meyakinkan vaksin aman” Langkah 3:

Ask Ask information on what the client knows about vaccines will do with this Provide Share information on vaccines V erif Verify what they have und erstand “apa yang ibu kuatirkan tentang efek samping?” “ bagaimana pemahaman ibu? jadi vaksin merupakan produk yang aman.” “ boleh saya jelaskan tentang keamanan vaksin?” Ask- Provide- Verify Please note: Be careful not to add potential concerns by mentioning issues not raised by the parent/caregiver. Langkah 4 35 As the conversation evolves, explore the concerns further:

jadi ibu paham kalau vaksin penting dan aman Jadi ibu paham vaksin penting tapi ibu masih ragu keamanan vaksin 36 Summarize the interaction Simpulkan hasil diskusi

jika Ya: berikan vaksin dan puji orangtua Jika masih RAGU : rujuk atau jadwalkan diskusi lanjut ” silahkan datang lagi bila pingin diskusi lebih lanjut ” jika MENOLAK: jangan berdebat atau emosi, marah “ baik bu, jika ibu berubah pikiran dan ingin bertanya kami selalu siap Langkah 5 Determine the action 37

Mensikapi informasi yang tidak betul (Hoak)

Stop misinformation before it spreads Check the SOURCE Is it from a reputable organisation? If it’s an individual author, do they have relevant expertise? Check the DATE Is it relatively recent, or is it about a topic that hasn’t changed too much recently? Check the TONE Is it written factually or to shock or frighten? Check for SUPPORTING EVIDENCE Do other reputable sources report the same thing? Can you ask a knowledgeable person? If in doubt, DO NOT SHARE. Only share information from official reliable sources

Is the vaccine the cause, or is it a coincidence? Common misinformation : someone got sick after getting the vaccine, so they assume the vaccine CAUSED them to get sick Reality : two events close in time are usually not related To respond : Acknowledge people’s experience and concerns Don’t debate or say “Don’t worry!” Explain that vaccines are carefully monitored for safety Show them where you get reliable information Encourage them to see a doctor for any concerning symptoms If you’re not sure of the answer, ask for time to research the question: “That does sound worrying. That’s not something I’ve heard before, can you tell me where you heard it? I’ll look into it and get back to you.”

Membangun kepercayaan terhadap vaksinasi jelaskan data tentang penyakit yg bisa dicegah dg vaksin/ KLB Kenapa perlu vaksin, vaksin apa saja yg direkomendasikan dan jadwal Keamanan dan risiko tidak divaksin Standar keamanan pembuatan vaksin, proses vaksin bisa digunakan

T e rima kasih
Tags