Kearifan Lokal di Indonesia,provinsiKalimantan 9C.pptx
DEDIAGUSSUBEKTI2
0 views
28 slides
Sep 16, 2025
Slide 1 of 28
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
About This Presentation
localjenius / kearifan lokal
Size: 40.28 MB
Language: none
Added: Sep 16, 2025
Slides: 28 pages
Slide Content
KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA,PROVINSI KALIMANTAN Tugas ips kelas IX
DISUSUN OLEH 01 04 02 05 03 06 AL ARIFBILLAH ALI HASANI DITA JULIANA PUTRI Fika AULIA DILA FANTIKA ERIKA NABILA ROSA ANGGER RIYANG PANGESTU ALFAN KURNIAWAN KELAS IX C
Apa itu kearifan Lokal ? Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri . Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut
Indonesia memiliki 34 Provinsi , dan lebih dari 500 Kabupaten Kota. Berdasarkan data, di Indonesia ada lebih dari 300 kelompok etnik atau 1.340 suku bangsa . KALIMANTAN KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH DESA BUDAYA PAMPANG Suku Dayak Bidayuh TIWAH
BUDAYA PAMPANG Pada tahun 1960 suku apokayah dan Kenyah dari kutai barat dan malinau hijrah Hijrah mereka berpindah pindah tempat selama bertahun tahun dengan jalan kaki untuk menyambung hidup . Selama 30 tahun mereka berpindah pindah dan berladang yang akhirnya singgah ke desa pampang Juni 1991 , Gubernur Kaltim HM Ardans mencanangkan dan meresmikan Desa Pampang sebagai Desa Budaya
Desa Pampang biasanya mengadakan acara ulang tahun , yang disebut dengan nama Pelas Tahun Pelas Tahun diadakan setiap tahun Untuk berkunjung ke desa budaya ini , kita hanya membayar Rp15.000 dan kita sudah bisa menikmati tarian tradisional khas Suku Dayak, rumah adat Suku Dayak dan Lamin Adat Pamung Tawai.
Biasanya di akhir pekan masyarakat Desa Pampang mengggelar pertunjukan tarian adat Suku Dayak seperti tari Bangen Tawai, Hudoq, Kanjet Anyam Tali, Ajay Pilling Semua tarian ini tentu memiliki makna tersendiri , termasuk dari gerakan-gerakannya . Sehingga biasanya sebelum salah satu tarian dimulai , akan ada penjelasan mengenai makna dari tarian yang akan digelar . Uniknya , semua tarian yang digelar di Desa Pampang melibatkan seluruh masyarakat tua maupun muda . Kita tidak hanya bisa menyaksikan pertunjukan khas Suku Dayak, kita juga bisa berfoto menggunakan pakaian adat khas Suku Dayak. Untuk menyewa pakaian tersebut kita dikenakan biaya sekitar Rp40.000 saja
Melalui desa ini , pemerintah berharap desa ini bisa terus memelihara dan melestarikan adat istiadat dan budaya masyarakat Dayak. Desa Budaya Pampang , kini kerapkali dikunjungi oleh tamu-tamu VIP yang datang di Kaltim dan para turis lokal dan mancanegara Salah satu gambar dan video budaya pampang
Suku Dayak Bidayuh dari Kalimantan Barat Suku Dayak Bidayuh merupakan sub- suku dari suku Dayak rumpun Klemantan yang merupakan sub- bagian dari kelompok Bidayuhi . Asal muasal Suku Dayak Bidayuh adalah Gunong Sungkung ( kalimantan barat). Suku Dayak Bidayuh adalah salah satu dari tujuh suku besar Dayak di Kalimantan . Suku dayak bidayuh mayoritas berdomisili di Kabupaten Sanggau di antaranya yaitu di Kecamatan Kapuas, Parindu , Jangkang , Bonti , Kembayan , Beduai , Sekayam , Entikong dan Kabupaten Bengkayang .
Mata Pencarian Berladang berpindah Petani karet , buruh serabutan Hanya sebagian kecil yang berprofesi sebagai pegawai pemerintah dan pedagang . Apalagi pejabat pemerintah . Hanya pada dekade ini ada beberapa putra daerah yang menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan . Alasan utama mata pencaharian penduduk demikian adalah kurangnya akses ilmu pengetahuan dan teknologi serta minimnya sarana pendidikan disana . Bayangkan , anak-anak mesti berjalan sejauh puluhan kilometer dengan berjalan kaki untuk mencapai akses pendidikan . Tak mengherankan banyak orang tua yang lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan ekonomi daripada pendidikan .
Membuka ladang pertanian , yang kemudian dibakar . hal ini dilakukan untuk menggemburkan tanah ( karena keadaan alam yg tidak mendukung ) . Ada satu hal yang menarik dari kehidupan masyarakat dayak Bidayuh yaitu Keadaan alam yang demikian diimbangi dengan aneka tanaman hutan yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan terutama buah-buahan Masyarakat Bidayuh sangat jarang mengkonsumsi sayuran
Makanan sehari-hari adalah nasi dan lauk pauk yang diolah sendiri , dengan bumbu-bumbu khas Dayak dan makanan mereka didominasi oleh rasa asin dan asam . Saat musim buah tiba , sebagian besar profesi berubah menjadi petani buah dadakan . Biasanya buah yang dipetik dari hutan dibawa kep asar untuk dijual . Mereka telah mengenal uang seperti halnya kita . Rumah adat suku Dayak Bidayuh bernama Baruk , bisa berbentuk segi delapan atau lingkaran .
Tiwah dari Kalimantan tengah Tiwah
Tiwah , atau Tiwah Lale , dikenal juga magah salumpuk liau uluh matei adalah upacara kematian dalam agama Kaharingan yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju dan juga sub-suku Dayak lainnya di Kalimantan yang masih menganut agama Kaharingan , k hususnya di Kalimantan Tengah Tiwah
1. Tiwah diberlakukan kepada orang atau anggota keluarga yang telah lama meninggal dan sudah lama dikubur dengan usia makam bisa 7 - 10 tahun lamanya 2. Ritual Tiwah menggunakan tulang-belulang orang yang telah meninggal. 3. Setelah menunggu untuk waktu yang lama, barulah makam-nya bisa digali, kemudian dilakukan berbagai ritual, dan terakhir tulang-belulang tersebut akan diletakkan ke dalam " Sandung " atau " Pambak Tiwah
Bagi masyarakat Dayak Ngaju yang umumnya memeluk kepercayaan lokal yakni Kaharingan . Manusia yang telah berganti wujud menjadi arwah ini disebut dengan Lio / Liau / Liaw. Liau oleh masyarakat Dayak Ngaju wajib diantar ke dunia arwah yakni alam tertinggi yang disebut Lewu Liaw atau Lewu Tatau Tiwah
Liaw sendiri menurut masyarakat Dayak Ngaju terbagi atas tiga jenis yakni: Salumpuk liaw haring kaharingan , yakni roh rohani dan jasmani , Tiwah Salumpuk liaw balawang panjang , yakni roh tubuh /badan, , Salumpuk liaw karahang tulang , yaitu roh tulang belulang
Dalam Masyarakat Ngaju Tiwah Dianggab Wajib Baik Secara Moral Dan Sosial . Pihak keluarga wajib mengantarkan arwah sanak saudara kedunia roh Tiwah Kepercayaan Masyarakat ngaju orang yang belum diantar melaui upacara tiwah aka selalu ada dalam Masyarakat yang masih hidup dan itu dianggap mengganggu dan membawa kegagalan panen,penyakit dan bahaya lainnya Upacara tiwah membutuhkan keperluan pendukung dan berkurban hewan . Dalam hal ini bisa menghabiskan dana kurang lebih 50 sd 100 juta . Jadi semakin meriah maka status social semakin tinggi .
ADAPUN PELAKSANAAN UPACARA TIWAH Tiwah 1. HARI PERTAMA : bangunan bentuk rumah akan dibangun ayang disebut balai pangun jandau dalam proses pembuatnya harus berkurban seekor babi yang disembelih oleh bakas tiwah 2. HARI KEDUA : prosesi pembuatan sangkaraya sandung rahung yang diletakkan di depan rumah bakas Tiwah. Bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat menyimpan tulang belulang salumpuk liaw .
Tiwah Selanjutnya darah babi diambil sebagai syarat untuk melakukan mamalas sangkaraya sandung rahung . Selain itu , berbagai macam alat musik seperti gandang, garatung , kangkanung , katambung , toroi , dan tarai mulai dibunyikan . Sebelumnya , semua alat musik tersebut harus di-palas atau di-saki dengan darah hewan kurban terlebih duhulu
Tiwah HARI KETIGA: Hewan kurban seperti sapi atau kerbau akan diikat di sangkaraya K etiga orang memiliki tugas mengajan , yaitu sejenis tarian sakralyang diiringi alat musik dan sorakan kegembiraan Selain itu melakukan lempar beras kuning kengkasa Setelah mengajan selesai darah hewan ditaruh di tempat wadah yang Bernama sangku
Tiwah HARI KEEMPAT: didirikan tiang panjang yang disebut Tihang Mandera Tiang tersebut menjadi tanda bahwa kampung tersebut tertutup karena sedang berlangsung upacara Tiwah Penduduk yang belum di-saki atau di-palas, dilarang masuk ke dalam kampung Pada hari ini , ahli waris arwah atau salumpuk liaw mulai melaksanakan sejumlah pantangan
Tiwah HARI KELIMA: Hewan- hewan yang akan dikurbankan diikat di sapundu . Para tamu yang hadir biasanya akan mengelilingi hewan kurban tersebut . Selain itu , pada hari ini sandung mulai dibangun sapundu
Tiwah Pada hari ini , dilaksanakan puncak upacara Tiwah. Para tamu akan hadir dengan menaiki rakit atau kapal yang berisi sesaji atau persembahan . Kapal tersebut dinamakan lanting laluhan atau kapal laluhan HARI KEENAM:
sandung HARI KETUJUH: Pada hari ketujuh yang merupakan hari terakhir pelaksanaan inti upacara Tiwah, arwah anggota keluarga atau salumpuk liaw akan melakukan perjalanan menuju Lewu Liaw. Proses ini diawali dengan proses pengurbanan hewan yang diaikat di sapundu dengan cara ditombak . Selanjutnya , ada prosesi tarian kanjan . Terakhir , tulang belulang yang telah dibersihkan akan dibungkus menggunakan kain merah dan dimasukkan ke dalam sandung Tiwah
KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA,PROPENSI KALIMANTAN 1. Sistem Kemasyarakatan yang Berkelanjutan : Kearifan lokal juga tercermin dalam sistem kemasyarakatan , seperti tradisi gotong royong ( misalnya dalam tradisi TIWAH di Kalimantan Tengah) dan aturan adat yang mengatur kehidupan sosiaL . 2. Pentingnya Pelestarian Seni dan Budaya : Seni dan budaya lokal , seperti tarian adat , musik tradisional ( misalnya dari desa pampang Kalimantan timur ), dan suku Dayak bidayuh dari Kalimantan barat), menjadi sarana penting untuk mewariskan nilai-nilai luhur dan menjaga identitas budaya . 3 . Sumber Pembelajaran : Kearifan lokal Kalimantan merupakan sumber pengetahuan dan pembelajaran yang berharga , baik bagi masyarakat lokal maupun generasi muda , dalam memahami nilai-nilai budaya dan cara hidup yang berkelanjutan . KESIMPULAN
REFERENSI http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837-Faktor-Etnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network ( Inggris ) Bevis, William W. (1995). Borneo log: the struggle for Sarawak's forests . University of Washington Press. hlm . 152. ISBN 0295974168 . ISBN 9780295974163 " Menanti Kode Wilayah" . Sapos . Samarinda Pos Online. 5 November 2014. Diakses tanggal 9 April 2015. " Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 6 Tahun 2014" (PDF). JDIH Kaltim . 12 Agustus 2014. Diakses tanggal 17 Februari 2015. [ pranala nonaktif permanen ] Samarinda Pos edisi cetak , 6 September 2009 halaman 3
6 Tiwah Diarsipkan 2012-07-23 di Wayback Machine .. Pemkab Gunung Mas. Diakses pada 18 September 20127. 7. "PENETAPAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA 2014" . Direktorat Jendral Kebudayaan . 2015-01-19. Diakses tanggal 2019-04-09. 8. Dyson, L.; Asharini (1981). Tiwah upacara kematian pada masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah . Jakarta: Proyek Media Kebudayaan Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . OCLC 13896021 . 9. Tarigan , Kurnia. Ika, Aprillia (ed.). " Mengenal Ritual Tiwah, Cara Suku Dayak Menghargai Kematian (1)" . Kompas.com . Diakses tanggal 2019-04-09. 10. Schiller, A. (2002). How to hold a tiwah : the potency of the dead and deathways among Ngaju Dayaks. The Potent Dead: Ancestors, Saints, and Heroes in Contemporary Indonesia , 17-31. 11. Kusmartono , V. P. R. (2007). Tiwah: The Art of Death in Southern Kalimantan. Naditira Widya , 1 (1), 206-213. doi: https ://doi.org/10.24832/nw.v1i1.344 REFERENSI