kebijakan unicef dan satgasfdfdf dfdfdfdfdffd.docx

evin1978 9 views 10 slides May 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 10
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10

About This Presentation

mfkldkfdkfmsdklj


Slide Content

Debora mengapresiasi langkah Kementerian PPPA yang mengambil langkah penyelamatan
dengan mengindetifikasi anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua pengasuhnya karena
Covid-19. Tindakan cepat seperti ini penting untuk memastikan bahwa anak-anak berada di
lingkungan yang aman, hidup dengan orang dewasa yang peduli dan bertanggung jawab.
Selain itu, anak-anak tersebut memiliki akses ke layanan makanan bergizi, kesehatan, dukungan
psikososial, dan pendidikan. ”Sambil kita berupaya memberikan dukungan untuk jangka panjang
untuk memastikan mereka diasuh permanen di rumah dan lingkungan keluarga yang nyaman,”
kata Debora.
Prioritas penyelamatan
Bintang Darmawati menyatakan, berdasarkan Undang-Undang Penanggulangan Bencana, anak
merupakan salah satu kelompok rentan yang harus dilindungi dan diberikan prioritas
penyelamatan. ”Saat ini, salah satu isu penting yang perlu kita perhatikan bersama adalah
pemenuhan hak pengasuhan bagi anak yang kehilangan orang tua akibat pandemi,” ujar Bintang
.
Ia mengungkapkan, untuk pendataan anak-anak yang kehilangan orangtua saat pandemi Covid-
19, Kementerian PPPA dan Unicef beberapa waktu lalu menginisiasi pengembangan sistem
pendataan bagi anak-anak tersebut melalui RapidPro. Per 30 September ada 25.406 anak
kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya akibat Covid-19.
Baca Juga: Tumbuhkan Harapan Anak Yatim Piatu
”Tentunya karena ini merupakan data pelaporan, kita dapat memprediksi data riil yang lebih
besar lagi. Untuk itu, saya berpesan khususnya kepada pemerintah daerah untuk terus proaktif
dalam melakukan pendataan yang sangat penting ini,” ujar Bintang.
Apresiasi bantuan
Menteri Bintang mengapresiasi pemberian bantuan dari Unicef. Adapun satu paket kit ini
bernilai kurang lebih Rp 2,5 juta dan dapat digunakan oleh 20 anak. Total penerima manfaatnya 
sebanyak 25.000 anak dan akan diberikan dalam dua tahap pengiriman.
Recreational kit ini terdiri dari berbagai permainan edukatif ramah anak. Pemberian mainan ini
diharapkan memberikan semangat bagi anak-anak. Karena bermain merupakan salah satu hak
anak. Manfaatnya sangat besar bagi perkembangan fisik, kognitif ataupun sosial-emosional
anak.
Baca Juga: Pendataan Anak Yatim Piatu Korban Covid-19 Krusial
”Bermain juga menciptakan perasaan-perasaan yang menyenangkan serta menjadi sarana
pelepas stres. Untuk itu, semoga kita ini dapat bermanfaat bagi anak-anak yang
mendapatkannya,” ujar Bintang.
Sepuluh provinsi yang akan menerima Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.

UNICEF (United Nations Children’s Fund) telah mengambil berbagai langkah kebijakan dan
inisiatif untuk melindungi anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh utama mereka
akibat pandemi COVID-19. Anak-anak yang kehilangan orang tua menghadapi risiko yang sangat
besar, termasuk ketidakpastian dalam perawatan dan perlindungan, kemungkinan eksploitasi,
dan gangguan dalam akses ke pendidikan serta layanan kesehatan. Untuk mengatasi masalah
ini, UNICEF telah fokus pada beberapa kebijakan utama yang meliputi:
1. Penyediaan Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Anak
UNICEF bekerja dengan pemerintah, lembaga sosial, dan organisasi masyarakat sipil untuk
memastikan bahwa anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh
mendapatkan perawatan alternatif yang aman dan terlindungi. Ini mencakup pendampingan,
perawatan keluarga, atau penempatan di panti asuhan yang memenuhi standar perlindungan
anak.
Perawatan Alternatif: Menyediakan akses ke sistem perawatan alternatif yang dapat
menjaga hubungan keluarga dan menghindari pemisahan yang tidak perlu dari anak-
anak. Jika diperlukan, anak-anak ditempatkan di rumah aman atau fasilitas perawatan
yang mematuhi standar internasional.
Penguatan Jaringan Perlindungan Sosial: UNICEF mendukung peningkatan sistem
perlindungan sosial yang dapat memberikan dukungan keuangan atau bantuan lainnya
kepada anak-anak yatim piatu atau yang kehilangan pengasuh.
2. Pemberian Dukungan Psikososial
Kehilangan orang tua karena COVID-19 dapat memiliki dampak psikologis yang mendalam pada
anak-anak. UNICEF memprioritaskan dukungan psikososial untuk membantu anak-anak
mengatasi trauma dan stres akibat kehilangan tersebut.
Layanan Psikososial: Menyediakan layanan dukungan psikologis, baik secara langsung
maupun melalui platform digital, untuk anak-anak dan keluarga yang terkena dampak.
Ini mencakup konseling, kelompok dukungan, dan pelatihan untuk orang dewasa yang
merawat anak-anak.

Pendampingan dan Konseling untuk Anak-anak: Meningkatkan akses kepada konselor
atau pekerja sosial yang dapat mendampingi anak-anak yang berduka dan memberikan
dukungan dalam proses beradaptasi dengan kehilangan orang tua atau pengasuh.
3. Akses ke Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan
Anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh menghadapi risiko gangguan dalam akses
pendidikan dan layanan kesehatan. UNICEF mengupayakan pemulihan akses
pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak yang terkena dampak.
Mendukung Pendidikan Jarak Jauh: UNICEF bekerja dengan negara-negara untuk
menyediakan akses ke pembelajaran jarak jauh dan pendidikan yang inklusif, bahkan
bagi anak-anak yang kehilangan orang tua.
Pelayanan Kesehatan: Memastikan anak-anak yang kehilangan orang tua tetap
mendapat layanan kesehatan dasar, imunisasi, dan perhatian medis yang diperlukan,
termasuk dukungan bagi anak-anak yang terinfeksi COVID-19.
4. Penguatan Sistem Hukum dan Kebijakan Perlindungan Anak
UNICEF berupaya untuk memperkuat sistem hukum di banyak negara untuk
memastikan perlindungan hukum bagi anak-anak yang kehilangan orang tua, termasuk hak
mereka untuk hidup dengan keluarga, mendapatkan pendidikan, dan dilindungi dari eksploitasi.
Penyusunan Kebijakan Perlindungan Anak: Mendukung pemerintah dalam menyusun
kebijakan dan sistem hukum yang menjamin perlindungan anak, termasuk memastikan
hak anak-anak yang kehilangan orang tua untuk mendapatkan status hukum yang jelas
dan akses ke hak-hak dasar mereka.
“Pandemi Covid-19 telah meningkatkan kerentanan anak mengalami berbagai permasalahan
mulai dari kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, penelantaran, hingga harus terpisah dari
orangtuanya karena salah satu atau keduanya meninggal dunia, sehingga menimbulkan
gangguan dalam pengasuhan anak. Berdasarkan data UNICEF, terdapat hampir 25 ribu anak
menjadi yatim/piatu/yatim piatu karena Covid-19. Pandemi juga turut meningkatkan
kecenderungan terjadinya depresi atau gangguan kesehatan mental pada anak,” ungkap Erni
dalam acara Rapat Koordinasi Aliansi Pengasuhan Berbasis Keluarga (Asuh Siaga) yang
dilaksanakan sebagai rangkaian Hari Anak Internasional.
 
Erni menuturkan berdasarkan hasil Survei Ada Apa dengan Covid (AADC), pada 2020
menunjukan 13 persen anak mengalami gejala depresi, dimana gejala depresi ringan 4 persen,
gejala depresi sedang 8 persen, hingga gejala depresi berat 1 persen. Sebanyak 42 persen anak
juga mengalami gejala emosi seperti merasa sedih dan mudah marah, sedangkan 41 persen
mengalami gejala kognitif yaitu menyalahkan diri sendiri dan tidak bisa berkonsentrasi dengan
baik. Adapun jumlah anak perempuan yang mengalami gejala depresi lebih tinggi dibandingkan
anak laki-laki yaitu 14 persen banding 10 persen.
 
“Persoalan ini menjadi tantangan yang harus segera kita tangani bersama, demi memastikan
anak tetap terlindungi dan terpenuhi hak-haknya melalui pengasuhan yang layak dan berbasis
hak anak. Sinergi dan kolaborasi berbagai pihak dalam mengatasi tantangan pengasuhan di
masa pandemi Covid-19  sangatlah diperluan dan tidak bisa kita abaikan, karena masalah ini

sangat kompleks dan melibatkan 4 (empat) aspek yaitu anak, keluarga, masyarakat dan negara,
untuk melindungi seluruh anak Indonesia,” ujar Erni.
 
Erni juga menambahkan pentingnya penguatan kapasitas bagi orang tua/pengasuh/lembaga
pengasuhan alternatif dalam menerapkan pengasuhan berbasis hak anak.
 
Pada 2020, Kemen PPPA telah meluncurkan Gerak Sinergi Terpadu Pengasuhan Anak (Gesit
Asuh) yang menyuarakan tagline Asuh Lindungi. Asuh Siaga sebagai bagian dari Tim Gesit Asuh
telah berkontribusi dan berperan penting dalam melakukan pendampingan dan praktik baik
terkait pengasuhan anak.
 
“Kami harap melalui rapat koordinasi ini, kita dapat menghasilkan referensi kebijakan terkait
pengasuhan anak di masa pandemi serta memperkuat sinergi seluruh pihak baik Pemerintah
Pusat, Pemda, Dunia Usaha, Media Massa, Lembaga Masyarakat, dan lainnya. Mari bersama kita
bersinergi dan berkomitmen untuk memberikan pengasuhan yang lebih baik bagi anak sebagai
generasi penerus bangsa demi mewujudkan Indonesia Emas 2045,” pungkas Erni.
 
Pada kesempatan yang sama, Perwakilan Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Kementerian
Sosial, Sri Harijati menyampaikan sebanyak hampir 30 ribu anak kehilangan orangtuanya karena
meninggal dunia akibat Covid-19. Hal ini memunculkan berbagai permasalahan dalam
kehidupan anak, mulai dari kehilangan pengasuhan orangtua dan keluarga, terganggunya
kondisi psikososial anak, mendapat stigmatisasi, kehilangan arah hidup dan sosok panutan, serta
masalah lainnya.
 
“Jika tidak cepat ditangani, persoalan ini akan menimbulkan dampak jangka pendek seperti
perubahan psikis, rentan mengalami kekerasan, hingga berisiko ditempatkan di panti asuhan,
hingga dampak jangka panjang yaitu mempengaruhi masa depan anak, berkurangnya SDM
potensial yang berkualitas di Indonesia, hingga menambah permasalahan sosial anak. Oleh
karenanya, Kemensos memberikan dukungan layanan berbasis masyarakat kepada anak
yatim/piatu/yatim piatu, termasuk orangtuanya yang terdampak Covid-19, melalui Program
Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Anak,” terang Sri.
 
Sementara itu, Ketua Asuh Siaga, Ihsan Tanjung menuturkan bahwa pihaknya berkomitmen
untuk melindungi anak khususnya yang harus terpisah dari keluarga intinya dengan memastikan
terpenuhi hak-haknya dan mendapatkan pengasuhan yang tepat di luar keluarga intinya. Hal
tersebut dilakukan melalui pelaksanaan advokasi, sinergi program dan kebijakan, serta
memastikan terlaksananya prosedur formal dan legal pengasuhan anak dalam masyarakat yang
sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pengasuhan Anak.
 
Pimpinan Harum Family Center, Ruly menyampaikan pentingnya memperkuat peran masyarakat
agar terlibat aktif dalam upaya perlindungan anak, khususnya melalui pengasuhan alternatif.
Untuk mendukung hal tersebut, pihaknya telah mengembangkan layanan Pengasuhan Anak
melalui Keluarga Pengganti (Foster Care) pada 2020. Foster Care juga mendukung penguatan

indikator Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA) khususnya pada kluster 2 dan 5 guna mewujudkan
KLA, melalui penguatan peran dan sinergi dengan lembaga berbasis masyarakat seperti LKS,
LPA, organisasi kemasyarakatan, PUSPAGA, dan lainnya.
 
Direktur Advokasi dan Kampanye, Yayasan Sayangi Tunas Cilik (Save The Children), Tata Sudrajat
menyampaikan pentingnya memperkuat peran dan koordinasi seluruh anggota Asuh Siaga, baik
di pusat maupun daerah dalam meningkatkan pengasuhan anak. Peran dan dukungan seluruh
pihak termasuk masyarakat luas juga sangat penting dalam menaikkan level Asuh Siaga agar
dapat lebih bermanfaat bagi banyak pihak khususnya anak.
 
Pada akhir rangkaian acara, Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan
Lingkungan Kemen PPPA, Rohika Kurniadi Sari menyampaikan berdasarkan hasil Survei Nasional
Pengalaman Hidup Anak dan Remaja pada 2018, menunjukan 2 dari 3 anak pernah mengalami
kekerasan. Menurut Rohika, pandemi Covid-19 telah memperparah kerentanan anak mengalami
kekerasan tersebut.
 
“Anak perempuan diketahui lebih rentan mengalami gejala depresi dibandingkan anak laki-laki,
hal ini cenderung menyebabkan mereka juga mengalami masalah pada kesehatan
reproduksinya, hingga kemudian berujung dengan terjadinya stunting pada anak. Pandemi juga
telah meningkatkan angka perkawinan anak. Oleh karena itu,  sangat diperlukan upaya
peningkatan pengasuhan berbasis hak anak yang dilakukan masyarakat,” tegas Rohika.
 
Lebih lanjut, Rohika menyampaikan Kemen PPPA  terus berupaya melindungi dan memenuhi
hak-hak dasar anak melalui peningkatan pengasuhan, di antaranya yaitu bersinergi dengan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam mengembangkan
model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang mengintegrasikan pengasuhan
keluarga inti, pengganti, maupun berbasis masyarakat di masa pandemi; memperkuat 193
layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) untuk pendampingan bagi anak dan pengasuh
pengganti serta meningkatkan peran keluarga dalam pengasuhan berbasis hak anak;
memperkuat dan mendorong koordinasi serta monitoring Tim Asuh Siaga sebagai perpanjangan
tangan pemerintah dalam menyediakan Foster Care di masa pandemi; meluncurkan layanan
pengaduan bagi perempuan dan anak korban kekerasan di masa pandemi yaitu hotline SAPA
129 atau Whatsapp ke 08111-129-129; dan upaya lainnya.
Untuk menangani masalah anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh utama akibat
pandemi COVID-19, banyak negara dan lembaga internasional, termasuk UNICEF,
membentuk Satuan Tugas Perlindungan Anak (satgas) untuk memberikan respons yang
terkoordinasi dan efektif. Satgas ini bertujuan untuk melindungi anak-anak yang terdampak
secara langsung akibat kehilangan orang tua dan untuk memastikan mereka mendapatkan
perawatan, dukungan, dan perlindungan yang mereka butuhkan.
Secara umum, satgas perlindungan anak terhadap kehilangan orang tua akibat COVID-
19 berfokus pada beberapa area kunci yang melibatkan kebijakan, penguatan sistem
perlindungan anak, dan koordinasi antar lembaga. Berikut adalah langkah-langkah utama yang
biasanya diambil oleh satgas semacam ini:

1. Identifikasi dan Pemantauan Anak yang Kehilangan Orang Tua
Pencatatan dan Registrasi Anak: Satgas memastikan ada sistem untuk mencatat anak-
anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh utama akibat COVID-19. Hal ini
mencakup pengumpulan data melalui layanan kesehatan, rumah sakit, serta layanan
perlindungan sosial untuk memastikan bahwa anak-anak yang teridentifikasi mendapat
perhatian segera.
Pemantauan Berkelanjutan: Satgas bertugas untuk memantau perkembangan dan
kondisi anak-anak yang kehilangan orang tua dalam jangka panjang, termasuk
memastikan bahwa mereka tetap mendapatkan dukungan psikososial dan sosial.
2. Perlindungan Hukum dan Akses ke Perawatan Alternatif
Perlindungan Hukum dan Status Anak: Satgas bekerja sama dengan instansi hukum
untuk memastikan bahwa anak-anak yang kehilangan orang tua mendapatkan status
hukum yang jelas, seperti hak asuh, perlindungan dari eksploitasi, dan kepastian hak-
hak lainnya (misalnya, akses ke pendidikan, kesehatan, dan warisan).
Perawatan Alternatif: Bagi anak-anak yang tidak dapat tinggal dengan keluarga dekat
karena berbagai alasan, satgas membantu memfasilitasi perawatan alternatif yang
aman. Ini termasuk penempatan di keluarga asuh atau rumah aman yang sesuai dengan
prinsip perlindungan anak dan standar internasional.
3. Dukungan Psikososial
Kehilangan orang tua dapat menimbulkan trauma yang mendalam bagi anak-anak. Oleh karena
itu, salah satu tugas utama satgas adalah memberikan dukungan psikososial.
Pelayanan Konseling: Satgas bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan mental
untuk memberikan dukungan psikososial melalui konseling individual atau kelompok
untuk anak-anak yang mengalami trauma.
Pelatihan bagi Pengasuh: Satgas juga memberikan pelatihan dan dukungan
kepada pengasuh atau kerabat dekatyang merawat anak-anak yang kehilangan orang
tua, agar mereka dapat memberikan perhatian dan dukungan psikologis yang sesuai.
4. Akses ke Pendidikan dan Kesehatan
Pemulihan Akses Pendidikan: Satgas berfokus pada memastikan bahwa anak-anak yang
kehilangan orang tua tetap mendapatkan pendidikan yang layak, baik melalui
pembelajaran jarak jauh maupun melalui sistem pendidikan reguler yang dipulihkan.
Dalam beberapa kasus, satgas juga berupaya memastikan adanya bantuan biaya
pendidikan bagi anak-anak yang terancam putus sekolah.
Layanan Kesehatan: Satgas bekerja untuk memastikan bahwa anak-anak yang
kehilangan orang tua mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang penting, termasuk
imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan perawatan medis jika diperlukan.
5. Pemberian Bantuan Sosial dan Ekonomi
Bantuan Keuangan: Satgas membantu memastikan bahwa anak-anak yang kehilangan
orang tua atau pengasuh utama mendapat bantuan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Di banyak negara, ini
dapat melibatkan bantuan langsung tunai atau akses ke program perlindungan sosial
yang ada.

Pemberdayaan Komunitas: Satgas juga dapat memberikan pelatihan dan dukungan
ekonomi kepada keluarga atau kerabat yang merawat anak-anak tersebut untuk
meningkatkan ketahanan mereka secara ekonomi.
6. Koordinasi Antar Lembaga
Kolaborasi dengan Pemerintah dan Organisasi Masyarakat Sipil: Satgas bertanggung
jawab untuk memfasilitasi koordinasi antar berbagai lembaga seperti pemerintah,
organisasi kemanusiaan, organisasi perlindungan anak, dan masyarakat untuk
memberikan respon yang terintegrasi dan komprehensif terhadap masalah anak-anak
yang kehilangan orang tua.
Pengumpulan Data dan Pelaporan: Satgas bekerja untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk memantau dampak pandemi terhadap anak-anak dan untuk
merumuskan kebijakan yang lebih efektif di masa depan.
7. Advokasi dan Penyuluhan
Advokasi Kebijakan: Satgas berperan dalam melakukan advokasi kepada
pemerintah untuk mengembangkan dan memperkuat kebijakan perlindungan anak yang
lebih responsif terhadap krisis seperti pandemi. Ini bisa mencakup perubahan kebijakan
untuk mempercepat proses adopsi, penempatan keluarga asuh, atau akses ke layanan
sosial.
Penyuluhan kepada Masyarakat: Satgas juga memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang cara mendukung anak-anak yang kehilangan orang tua, baik melalui
program komunitas atau melalui media sosial untuk meningkatkan kesadaran tentang
perlindungan anak.
8. Kolaborasi dengan UNICEF dan Organisasi Internasional
Di banyak negara, satgas perlindungan anak bekerja sama erat dengan UNICEF dan lembaga-
lembaga internasional lainnya untuk mendukung kebijakan perlindungan anak dalam situasi
darurat. UNICEF berperan dalam memberikan dukungan teknis dan pendanaan, serta
membantu dalam penyusunan pedoman dan kebijakan terkait anak-anak yang terdampak
COVID-19.
Kesimpulan:
Satuan Tugas Perlindungan Anak berperan penting dalam memberikan perlindungan,
dukungan, dan bantuankepada anak-anak yang kehilangan orang tua akibat COVID-19. Melalui
koordinasi antara berbagai lembaga dan penguatan sistem perlindungan anak yang sudah ada,
satgas berupaya memastikan bahwa anak-anak yang terdampak memperoleh hak-hak mereka
dan dapat tumbuh dan berkembang meskipun menghadapi tantangan besar akibat kehilangan
yang mereka alami.
UNICEF has played a crucial role in protecting and supporting children who have lost their
parents or primary caregivers due to the COVID-19 pandemic. The pandemic has exacerbated
vulnerabilities for children, especially those who have lost one or both parents, leading to
potential risks such as neglect, exploitation, and disruption in access to essential services like
healthcare and education. UNICEF’s response has focused on ensuring the well-being of these
children through a comprehensive and multi-dimensional approach.

Here’s a breakdown of UNICEF’s key actions and roles in protecting children who have lost their
parents due to COVID-19:
1. Identifying and Supporting Orphaned Children
Child Identification and Registration: UNICEF has worked with governments and
partners to ensure that children who have lost parents due to COVID-19 are identified
and registered promptly. Accurate data collection and monitoring systems have been
critical for tracking affected children and directing services toward them.
Ensuring Alternative Care: For children who cannot be cared for by their extended
families or guardians, UNICEF advocates for safe alternative care arrangements. This can
include foster care, kinship care (placement with relatives), or care in child protection
centers that meet international standards.
2. Psychosocial Support and Mental Health
Losing parents is traumatic, and children often experience deep emotional distress. UNICEF has
prioritized providing psychosocial support to help children cope with grief and trauma.
Mental Health Services: UNICEF works to ensure that children and caregivers have
access to mental health support services, including counseling, psychosocial first aid,
and therapeutic support. These services help children process their loss and adapt to
their new circumstances.
Training Caregivers: UNICEF also provides training for caregivers on how to support
children’s emotional well-being, especially in times of crisis. Caregivers are educated on
how to respond to children's psychological needs and help them manage stress and
grief.
3. Legal Protection and Family Tracing
Legal Support: UNICEF has advocated for legal frameworks that ensure the protection of
children’s rights, especially their right to inheritance, education, and access to care after
the loss of parents. It has also supported governments in establishing legal
procedures for children who are orphaned or separated from their families.
Family Tracing and Reunification: For children who have become separated from their
families due to illness or death of caregivers, UNICEF has supported family
tracing efforts and worked with partners to help reunite children with surviving relatives
when possible.
4. Ensuring Access to Essential Services
Education: UNICEF has worked to ensure that children who have lost parents can
continue their education, often by providing remote learning solutions or supporting
the safe reopening of schools. The pandemic caused significant disruptions to education,
and UNICEF has emphasized the importance of educational continuity for children who
are already vulnerable due to the loss of parents.
Healthcare: Access to healthcare services remains essential for children who are
orphaned. UNICEF has worked to ensure that these children continue to
receive vaccinations, nutrition, and medical care, particularly in countries with already
fragile health systems. Additionally, UNICEF has supported COVID-19 vaccination
campaigns, ensuring that children in vulnerable situations are included in these
initiatives.
5. Social Protection and Financial Support

Cash Transfers and Support: UNICEF has worked with governments and partners to
ensure that children who lose their parents have access to social protection
measures such as cash transfers, food assistance, and other forms of financial aid to
ensure their basic needs are met.
Economic Empowerment: In cases where extended family members or guardians step in
to care for orphaned children, UNICEF has supported economic empowerment
programs to help these caregivers provide for the children. This may include skills
training, small-business support, and financial assistance to enable caregivers to care for
orphaned children.
6. Advocacy and Awareness
Raising Awareness: UNICEF has worked to raise global awareness about the impact of
COVID-19 on children, especially those who are orphaned or separated from their
caregivers. Through public campaigns and advocacy efforts, UNICEF has brought
attention to the need for stronger child protection mechanisms, greater investment in
social protection systems, and policies that prioritize the needs of vulnerable children.
Policy Advocacy: UNICEF advocates for governments to adopt and implement child
protection policies that specifically address the needs of children orphaned by the
pandemic, including the provision of legal care, access to education, and mental health
support.
7. Collaboration with Partners
Partnerships: UNICEF works in close partnership with other UN agencies, national
governments, local NGOs, and community organizations to provide a coordinated and
comprehensive response to the needs of orphaned children. This includes leveraging the
expertise and resources of multiple partners to ensure no child is left behind.
Building Local Capacity: UNICEF supports local governments and communities
in building their capacity to care for orphaned children, including through training of
social workers, law enforcement, and healthcare providers to respond effectively to the
unique needs of children in this situation.
8. Long-Term Care and Support
Long-Term Planning: In addition to immediate responses, UNICEF has emphasized the
importance of long-term care plans for children orphaned by COVID-19. This includes
ensuring that children have access to education, psychological support, and
opportunities for life skills development as they grow older.
Sustainable Solutions: UNICEF also advocates for sustainable solutions to support
children in the long term, particularly in countries with weak child protection systems.
These solutions include strengthening national child protection policies, improving
family support services, and ensuring that children’s rights are respected in every step of
their care and development.
9. Monitoring and Data Collection
Data on Impact: UNICEF has emphasized the need for data collection to understand the
full extent of the impact of COVID-19 on children. This includes tracking the number of
children orphaned or separated from their caregivers, monitoring their well-being, and
ensuring that services are reaching them in a timely manner.

Research: UNICEF supports research efforts to better understand the long-term
effects of parental loss on children and the most effective interventions to support them.
This research informs future strategies and ensures that child protection efforts are
grounded in evidence-based practices.
Conclusion
UNICEF’s role in protecting children who have lost their parents due to COVID-19 has been
critical in ensuring that these children receive the support, care, and protection they need
during this challenging time. From ensuring legal protection and alternative care to providing
psychosocial support, healthcare, and educational opportunities, UNICEF has been at the
forefront of the global effort to mitigate the impact of COVID-19 on vulnerable children.
Through its advocacy, partnerships, and commitment to child rights, UNICEF continues to work
towards a future where every child, regardless of their circumstances, has the opportunity to
thrive.
Tags